Anda di halaman 1dari 2

2.

2 Antioksidan

Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki
elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya atau kehilangan elektron, sehingga apabila dua radikal
bebas bertemu, mereka bisa memakai bersama elektron tidak berpasangan membentuk ikatan kovalen
(Halliwell, 2007). Molekul biologi pada dasarnya tidak ada yang bersifat radikal, apabila molekul non
radikal bertemu dengan radikal bebas, maka akan terbentuk suatu molekul radikal yang baru (Halliwell,
2007). Dapat dikatakan, radikal bebas bersifat tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari
molekul di sekitarnya, sehingga radikal bebas bersifat toksik terhadap molekul biologi/sel.
Radikal bebas merupakan senyawa yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan
dalam orbitalnya, sehingga bersifat sangat reaktif dan mampu mengoksidasi molekul di sekitarnya
(lipid, protein, DNA, dan karbohidrat). Selain itu radikal bebas cenderung mengadakan reaksi berantai
yang apabila terjadi di dalam tubuh akan dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan yang berlanjut dan
terus menerus (Wahdaningsih et al., 2011). Antioksidan diperlukan untuk mencegah stres oksidatif.
Stres oksidatif adalah kondisi ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas yang ada dengan jumlah
antioksidan di dalam tubuh. Antioksidan bersifat sangat mudah dioksidasi, sehingga radikal bebas akan
mengoksidasi antioksidan dan melindungi molekul lain dalam sel dari kerusakan akibat oksidasi oleh
radikal bebas atau oksigen reaktif (Werdhasari, 2014).
Senyawa antioksidan saat ini bermanfaat untuk berbagai bidang seperti dalam bidang pangan,
industri tekstil, minyak bumi, bahan pewarna dan lain-lain. Selain dalam bidang pangan, senyawa
antioksidan sangat dibutuhkan juga dalam berbagai industri seperti industri tekstil (Bangee et al, 1995),
perminyakan serta industri karet (Puspha et al, 1995). Senyawa antioksidan ditambahkan ke dalam
suatu bahan untuk menghambat reaksi oksidasi dengan udara (Soemari et al., 2020). Antioksidan hanya
berfungsi sebagai penghambat reaksi oksidasi dan tidak dapat menghentikan sama sekali proses
autooksidasi pada lemak sehingga pada akhir proses ketengikan akan selalu terjadi. Ketidakstabilan
radikal bebas dapat distabilkan oleh antioksidan dengan melengkapi kekurangan elektron pada senyawa
radikal bebas (Winarsi, 2007). Senyawa antioksidan ditambahkan ke dalam suatu bahan untuk
menghambat reaksi oksidasi dengan udara (Hani & Milanda, 2016).
Antioksidan golongan fenol sebagian besar terdiri dari antioksidan alam dan sejumlah antioksidan
sintesis. Contoh antioksidan fenol sintetik yang biasa digunakan adalah BHA dan BHT. Kedua bahan
tersebut merupakan senyawa fenol tersubtitusi pada posisi para dan kedua posisi ortho-nya. Dari
penelitian-penelitian sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan struktur antioksidan
berpengaruh terhadap daya antioksidan senyawa. BHT dengan subtituen t-butil pada dua posisi ortho
dan para-nya menyumbang aktivitas antioksidan lebih kuat dibanding dengan BHA (Prokarny, 1987
dalam Hani & Milanda, 2016).
Antioksidan eksogen dibagi menjadi 2 berdasarkan sumbernya, yaitu antioksidan alami dan
antioksidan sintetik. Contoh antioksidan sintetik adalah BHA (butylated hydroxyanisole), BHT
(butylated hydroxytoluene), TBHQ (tertiary butylhydroquinone), dan PG (propyl gallate) (Widowati et
al., 2005). Beberapa contoh antioksidan sintetik tersebut dapat memiliki efek karsinogenesis sehingga
penggunaan antioksidan alami mengalami peningkatan (Amarowicz et al., 2000). Beberapa senyawa
kimia dalam tumbuhan yang dapat berkhasiat sebagai antioksidan, diantaranya berasal dari golongan
polifenol, flavonoid, vitamin C, vitamin E, dan β-karoten (Rahardjo & Alias, 2006). (Hani & Milanda,
2016).

Anda mungkin juga menyukai