Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL

DENGAN PREEKLAMSIA - EKLAMSIA

Disusun oleh

Kelompok 3

Ribka Malomis Sofia Septiani

Maria Angelina Syalomita Supit

Mercu Nusi Talitha Kakahis

Rizka Bukahati Christelina Sumampouw

Satria Empaty Rahmat Djenaan

DIII KEPERAWATAN

TINGKAT II B

2022

6
KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmatnya penulis
dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Maternitas “ Asuhan Keperawatan Ibu
Hamil Dengan Preeklamsia – Eklamsia “

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh sempurna. Oleh


karenanya, di harapkan saran dan kritik yang dapat membangun.

Semoga makalah ini menambah wawasan dan memberi manfaat bagi


pembaca

Manado, 31 Januari 2022

Penulis

7
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisam
2. TINJAUAN TEORI
A. Tinjaun teori medis
B. Tinjauan Asuhan Keprawatan
3. TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi dan Evaluasi Kperawatan
4. PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit
yang disebabkan oleh kehamilan walaupun belum jelas bagaimana
terjadi. Diindonesia preeclampsia, eklampsia, disamping perdarahan
dan infeksi masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab
kematian perinatal yang tinggi. (professor dotor dokter sarwono
prawirhadjo, DSOG).
Angka kematian Ibu dan bayi saat ini masih sangat tinggi.
Terutama untuk ibu hamil yang tinggal di desa-desa, selain karena
pengetahuan ibu hamil yang kurang dan tidak begitu mengerti
tentang kesehatan juga karena perawatan dalam persalinan masih di
tangani oleh petugas non medik dan sistem rujukan yang belum
sempurna. (Prof. dr.H. Muh.Dikman Angsar, SpOG, tahun 2005).
Salah satu penyebab dari tingginya mortalitas dan morbiditas
ibu bersalin adalah hipertensi yang karena tidak di tangani dengan
benar berujung pada preeklsamsia dan eklamsia. Hipertensi dalam
kehamilan merupakan 5 — 15 % penyulit kehamilan. Oleh karena
itu, ditekankan bahwa pengetahuan tentang pengelolaan
sindroma preeklamsi ringan dengan hipertensi, odema dan protein
urine harus benar—benar dipahami dan ditangani dengan benar oleh
semua tenaga medis. (Prof. dr.H.Muh.Dikman Angsar, SpOG, tahun
2005).
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara
langsung disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah
hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini
dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi. Preeklampsia
hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada multipara.
Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem

9
yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih
dari 35 tahun.
Eklampsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil,
dalam persalinan atau nifas, yang ditandai dengan timbulnya
kejang dan / atau koma. Biasanya Sebelumnya wanita hamil itu
menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (kejang-kejang
dipastikan BUKAN timbul akibat kelainan neurologik lain).
menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (kejang-
kejang dipastikan BUKAN timbul akibat kelainan neurologik lain).
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung
disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai
proteinuri dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu
bila terjadi. Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada
multipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem
yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35
tahun.
Eklampsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil, dalam
persalinan atau nifas, yang ditandai dengan timbulnya kejang dan / atau
koma. Biasanya Sebelumnya wanita hamil itu menunjukkan gejala-gejala
pre-eklampsia (kejang-kejang dipastikan BUKAN timbul akibat kelainan
neurologik lain)

B. Rumusan Masalah
a. Jelaskan pengertian Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
b. Sebutkan macam-macam Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
c. Jelaskan etiologi dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
d. Jelaskan patofisiologi dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
e. Sebutkan komplikasi dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
f. Jelaskan penatalaksanaan dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
g. Apa saja pemeriksaan penunjang dari
Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?

10
C. Tujuan
a. Mampumenerapkan asuhan kebidanan
pasien dengan preeklampsia dan eklampsi

b. Menganalisa hubungan antara beberapa faktor risiko


terhadap terjadinya PE dan E pada saat kehamilan

11
BAB II

TINJAUAN TEORI

A.DEFINISI

1. Pre eklampsia

Pre-eklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang
bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein
di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami
pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul
pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada
yang ditemukan pada awal masa kehamilan.
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah
140/90 mmHg tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu
(akhir trisemester kedua sampai trisemester ketiga) atau bisa lebih awal
terjadi. Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang
bisa menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa
kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan
bayi. Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas
preeklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia ringan, preklampsia
berat, eklampsia, ser eklampsia, serta superimposed hipertensi ta
superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah
memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan).
2. Eklampsia

Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak


teratasi dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita
yang terkena eklampsia juga sering mengalami kejang eklampsia juga
sering mengalami kejang kejang. Ekla kejang. Eklampsia dapat
menyebabkan mpsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik
sebelum, saat atau setelah melahirkan. Eklampsia berasal dari kata bahasa

12
Yunani yang berarti “halilintar“ karena gejala eklampsia datang dengan
mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Eklampsia
juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam nyawa dari
kehamilan ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik, biasanya
pada pasien yang telah menderita preeklampsia. (Preeklamsia dan
eklampsia secara kolektif disebut gangguan hipertensi kehamilan dan
toksemia kehamilan.) Prawiroharjo 2005.
3. Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau
masa nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan
saraf ) dan atau koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre
eklampsia. (Ong Tjandra & John 2008 ).

B. Klasifikasi Pre-Eklampsia dan Eklampsia

1. Pre Eklamsia dibagi menjadi 2 golongan,yaitu : 1

i) Pre Eklamsia ringan, bila disertai Pre Eklamsia ringan, bila disertai
keadaan sebagai keadaan sebagai berikut: berikut:

a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
b. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan
1 kg atau lebih per minggu.
c. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau
2+ pada urin kateter atau pada urin kateter atau midstream midstream

ii). Pre Eklamsi berat, bila disertai Pre Eklamsi berat, bila disertai dengan
keadaan sebagai berikut:

a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

b. Proteinuria 5 gr atau lebih per Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.

c. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.

13
d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di
epigastrium.

e. Terdapat edema paru dan sianosis.

2. Eklampsia menjadi 3 bagian berdasarkan waktu terjadinya eklampsia,


yaitu:

1. Eklampsia gravidarum

(a) Kejadian 50% sampai 60 %

(b) Serangan terjadi dalam keadaan hamil

2. Eklampsia parturientum

i. Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %

ii. Saat sedang inpartu

iii. Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan


terutama saat mulai inpartu

3. Eklampsia puerperium

1. Kejadian jarang 10 %

2. Terjadi serangan kejang atau koma seletah Terjadi


serangan kejang atau koma seletah persalina
persalinan berakhir

3. Kejang – kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :

1. Tingkat awal atau aura

1.Berlangsung 30 – 35 detik


2.Tangan dan kelopak mata Tangan dan kelopak mata gemetar
gemetar
3.Mata terbuka dengan pandangan kosong
4.Kepala di putar ke kanan atau ke kiri
2. Tingkat kejang tonik

14
1.Berlangsung sekitar 30 detik
2.Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat
diikuti sianosis, tangan menggenggam, kaki di putar kedalam, lidah
dapat tergigit.
3. Tingkat kejang klonik

1. Berlangsung 1 sampai 2 menit


2. Konsentrasi otot berlangsung cepat
3. Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus
4. Mata melotot
5. Mulut berbuih
6. Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis
7. Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan
4. Tingkat koma

1.Setelah kejang klonik berhenti Setelah kejang klonik berhenti


penderita menarik na penderita menarik nafas
2.Diikuti,yang lamanya bervariasi.

C. Etiologi

Pre-Eklampsia dan Eklampsia Penyebab pasti dari kelainan ini masih belum
diketahui, namun beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang
dapat menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor faktor tersebut
antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.

 Pre-Eklampsia

Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi


pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan
yang khas pada berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini
adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit

15
ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang
menyertai preeklamsi.
Sebab pre eklamasi belum diketahui :
 Vasospasmus menyebabkan :

- Hypertensi
- Pada otak (sakit kepala, kejang)
- Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
- Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
- Pada hati (icterus)
- Pada retina (amourose)
 Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab
preeklamsia yaitu

- Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,


hidramnion, dan molahidatidosa
- Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
- Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian
janin dalam uterus
- Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
 Factor Perdisposisi Preeklamsi :

- Molahidatidosa
- Diabetes melitus
- Kehamilan ganda
- Hidrocepalus
- Obesitas
 Eklampsia Menurut Manuaba, IBG, 2001 penyebab secara pasti belum
diketahui, tetapi banyak teori yang menerangkan tentang sebab akibat dari
penyakit ini, antara lain:

1. Teori Genetik Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan


penyakit yang lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu

16
ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre e penderita pre
eklamsia. klamsia.
2. Teori Imunologik Imunologik Kehamilan sebenarnya merupakan
hal yang fisiologis. Janin yang merupakan   benda asing karena
benda asing karena ada faktor dari suami secara imunologik dapat
diterima diterima dan ditolak oleh ibu.Adaptasi dapat diterima oleh
ibu bila janin dianggap bukan benda asing dan rahim tidak
dipengaruhi oleh sistem imunologi normal sehingga terjadi
modifikasi respon imunologi dan terjadilah adaptasi.Pada eklamsia
terjadi penurunan atau kegagalan dalam adaptasi imunologik yang
tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap berjalan.
3. Teori Iskhemia Iskhemia Regio Utero Placental Kejadian
eklamsia pada kehamilan dimulai dengan Kejadian eklamsia pada
kehamilan dimulai dengan iskhemia utero placenta hemia utero
placenta menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai
sirkulasi, menimbulkan bahan vaso konstriksi menimbulkan bahan
vaso konstriksi ginjal. Keadaan ginjal. Keadaan ini mengakibatkan
ni mengakibatkan peningkatan produksi renin angiotensin dan
peningkatan produksi renin angiotensin dan aldoster
aldosteron.Renin angiotensin menimbulkan vasokonstriksi general,
termasuk oedem pada arteriol. Perubahan ini menimbulkan
kekakuan anteriolar yang meningkatkan sensitifitas terhadap
angiotensin vasokonstriksi selanjutnya akan mengakibatkan
hipoksia kapiler dan peningkat apiler dan peningkatan
permeabilitas pada membran glumerulus sehingga menyebabkan
proteinuria dan edema lebih jauh.
4. Teori Radikal Radikal Bebas Faktor yang dihasilkan oleh
ishkemia placenta adalah radikal bebas. Radikal bebas merupakan
produk sampingan metabolisme oksigen yang sangat labil, sangat
reaktif dan berumur pendek. Ciri radikal bebas ditandai dengan
adanya satu atau satu atau dua elektron dan berpasangan.Radikal
bebas ikal bebas akan tim akan timbul bila ikatan pasangan

17
pasangan elektron elektron rusak. Serusak. Sehingga elektron yang
tida yang tidak berpasangan berpasangan akan mencari elektron
lain dari atom lain dengan menimbulkan kerusakan sel.Pada
eklamsia sumber radikal bebas yang utama adalah placenta, karena
placenta dalam pre eklamsia mengalami iskhemia. Radikal
bebaskan bekerja bekerja pada asam lemak tak jenuh yang banyak
dijumpai pada membran membran sel, sehingga sehingga radikal
bebas merusak merusak sel Pada eklamsia eklamsia kadar lemak
lebih tinggi daripada kehamilan kehamilan normal dan produksi
produksi radikal radikal bebas menjadi menjadi tidak terkendali
terkendali karena kadar anti oksidan juga menurun.
5. Teori Kerusakan Kerusakan Endotel Endotel Fungsi sel endotel
adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi pembuluh darah
agar tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan menghindari dan
menghindari pengaruh pengaruh vasokonstriktor.
Kerusakan Kerusakan endotel endotel merupakan merupakan
kelanjutan kelanjutan dari terbentuknya terbentuknya radikal
radikal bebas yaitu peroksidase lemak atau proses oksidase asam
lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase lemak asam
jenuh. Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak akibat
adanya peroksidase lemak adalah sel endotel pembuluh
darah.Kerusakan endotel ini sangat spesifik dijumpai pada
glumerulus ginjal yaitu berupa “ glumerulus endotheliosis “.
Gambaran kerusakan endotel pada ginjal yang sekarang dijadikan
diagnosa pasti adanya pre dijadikan diagnosa pasti adanya pre
eklamsia. eklamsia.

C. PATOFISIOLOGI

1. Pre-Eklampsia

Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler


terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan

18
kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme
menurunkan diameter pembuluh darah kesemua organ, fungsi-fungsi
organ seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun otak menurun sampai
40-60 sampai 40-60%. Gangguan pl %. Gangguan plasenta menimbulka
asenta menimbulkan degene n degenerasi pada plasenta dan kemungkinan
terjadi IUGR dan IUFD pada fetus.
Aktivitas uterus dan sensitifitas terhadap oksitosin meningkat (Maryunani
& Yulianingsih, 2010). Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan
menimbulkan perubahan glomerulus, protein keluar melalui urine, asam
urat menurun, garam dan air ditahan, tekanan osmotik plasma menurun,
cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi,
peningkatan viskositas darah dan edema jaringan berat dan peningkatan
hematokrit. Pada preeklamsia berat terjadi penurunan volume darah,
edema berat dan berat badan naik dengan cepat (Maryunani &
Yulianingsih, 2010). Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan
fungsi hati, edema hepar dan hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu
hamil mengalami nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran atas. Ruptur
hepar jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi yang hebat dari
preeklamsia, enzim-enzim hati seperti SGOT dan SGPT meningkat.
Vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah ke retina menimbulkan
symtom visual skotama dan pandangan kabur. Patologi yang sama
menimbulkan edema serebral dan hemoragik serta peningkatan iritabilitas
susunan saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus pergelangan kaki
dan kejang serta perubahan efek). Edema paru dihubungkan dengan edema
umum yang berat, kompliksai ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi
kordis kiri (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
2. Eklampsia

Eklampsia terjadi karena perdarahan dinding rahim berkurang sehingga


plasenta mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan ischemia uteroplasenta
dan peningkatan tekanan darah. Terjadinya ischemia uteroplasenta dan
hipertensi menimbulkan kejang atau sampai koma pada wanita hamil.
Pada eklampsia terjadi spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi

19
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasmus yang hebat dari
arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian
sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika
semua arteriola dalam tubuh mengalami spasmus, maka tekanan darah
dengan sendirinya akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan
kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin
disebabkan oleh retensi air dan disebabkan oleh retensi air dan
garam,proteinuriam garam,proteinuriamungkin disebabkan oleh spasmus
ungkin disebabkan oleh spasmus Arteriola sehingga terjadi perubahan
glomerulus.
Perubahan pada organ-organ:
1. Perubahan pada otak Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah
meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema terjadi pada
otak yang dapat menimbulkan kelainan serebral dan kelainan pada visus.
Bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
2. Perubahan pada rahim Aliran darah menurun ke plasenta menyebabkan
gangguan plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan
karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-eklampsi dan
eklampsi sering terjadi bahwa tonus rahim dan kepekaan terhadap
rangsangan meningkat maka terjadilah partus prematurus.
3. Perubahan ada ginjal Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke
ginjal kurang. Hal ini menyebabkan filfrasi natrium melalui glomerulus
menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi
glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan
lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
4. Perubahan pada paru-paru Kematian wanita pada pre-eklampsi dan
eklampsi biasanya disebabkan oleh edema paru. Ini disebabkan oleh
adanya dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspires
pnemonia. Kadang-kadang ditemukan abses paru.

20
5. Perubahan pada mata Dapat ditemukan adanya edema retina spasmus
pembuluh darah. Pada eklampsi dapat terjadi ablasio retina disebabkan
edema intra-okuler dan hal ini adalah penderita berat yang merupakan
salah satu indikasi untuk terminasi kehamilan. Suatu gejala lain yang dapat
menunjukkan arah atau tanda dari pre-eklampsi berat akan terjadi eklampsi
adalah adanya diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan perubahan
peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam
retina.
6. Perubahan pada keseimbangan air dan elektrolit Pada pre-eklampsi berat
dan pada eklampsi : kadar gula darah naik sementara asam laktat dan asam
organik lainnya naik sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini
biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat
organik dioksidasi sehingga natrium dilepas lalu bereaksi dengan karbonik
sehingga terbentuk bikarbonat natrikus. Dengan begitu ngan begitu
cadangan alkali cadangan alkali dapat kembali pulih normal.

E. Tanda dan Gejala Pre-Eklampsia dan Eklampsia Eklampsia

1. Tanda Pre-Eklampsia

Selain bengkak pada kaki dan tangan, protein pada urine dan tekanan
darah tinggi, gejala preeklampsia yang patut tinggi, gejala preeklampsia
yang patut diwaspadai adalah :
1. Berat badan yang meningkat secara 21rastic akibat dari penimbunan
cairan dalam tubuh
2. Nyeri perut
3. Sakit kepala yang berat
4. Perubahan pada refleks
5. Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali
6. Ada darah pada air kencing
7. Pusing
8. Mual dan muntah yang berlebihan
9. Udem

21
10. Hipertensi
11. Proteinuria
2. Tanda Eklampsia

Seluruh kejang eklamsia didahului dengan pre eklamsia. Eklamsi


digolongkan menjadi kasus antepartum, intrapartum dan post partum,
adapun tanda dan gejalanya sebagai berikut:
a. Eklamsia ringan
- Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg
- Keluarnya protein melalui urine (proteinuria) dengan hasil lab proteinuria
kuantitatif (esbach) >=300mg/24 jam
- Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg seminggu
- Bengkak kedua kaki, lengan dan Bengkak kedua kaki, lengan dan
kelopak mata kelopak mata
b. Eklamsi berat
- Tekanan darah 160/110 mmHg
- Proteinuria kuantitatif > = 2 gr/24 jam
- terdapat protein di dalam urine dalam jumlah yang signifikan
- Trombosit kurang dari Trombosit kurang dari 100.000/ 100.000/mm3

F. Penatalaksanaan

A. Penatalaksanaan pre eklampsia

- Pencegahan

Pemeriksaan antenatal teratur dan bermutu serta teliti, mengenal tanda-


tanda sedini mungkin(pre elkampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang
cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat. Harus selalu waspada terhadap
kemungkinan terjadinya pre eklampsia kalau ada faktor-faktor peredisposisi.
Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, dan
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, karbohidrat, tinggi protein dan
menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

22
- Penanganan

Tujuan utama penanganan adalah:

a. Untuk mencegah terjadinya PE dan E

b. Hendaknya janin lahir hidup

c. Trauma pada janin seminimal mungkin Pada dasarnya penanganan


preeklampsia terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obstetrik.
Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang
optimal yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, tetapi sudah cukup
matur untuk hidup diluar uterus. Setelah persalinan berakhir jarang terjadi
eklampsia dan janin yang sudah cukup matur lebih baik hidup diluar
kandungan daripada dalam uterus. Waktu optimal tersebut tidak selalu
dapat dicapai optimal tersebut tidak selalu dapat dicapai pada penanganan
preeklampsia, nanganan preeklampsia, terutama bila janin masih sangat
prematur. Dalam hal ini diusahakan dengan tindakan medis untuk dapat
menunggu selama mungkin, agar janin lebih matur

Prinsip penanganan preeklampsia:

1. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah

2. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia

3. Mengatasi atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan


janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin)

4. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera
mungkin setelah matur atau imatur jika diketahui bahwa resiko janin atau
ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.

B. Penatalaksanaan eklampsia

23
Prinsip penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan
tujuan menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri
kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu
mengizinkan.

1. Penderita eklamsia harus di rAwat inap di rumah sakit

2. Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk


mencegah kejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat
diberikan pethidin 100 mg atau luminal 200mg atau morfin 10mg.

3. Tujuan perawatan di rumah sakit;

- Menghentikan konvulsi

- Mengurangi vaso spasmus

- Meningkatkan diuresis

- Mencegah infeksi

- Memberikan pengobatan yang tepat dan cepat

- Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang


terakhir dengan tidak memperhitungkan tuannya dengan tidak
memperhitungkan tuannya kehamilan. kehamilan.

4. Sesampai di rumah sakit pertolongan pertama adalah:

- Membersihkan dan melapangkan jalan Membersihkan dan


melapangkan jalan pernapasan pernapasan - Menghindari lidah
tergigit

- Pemberian oksigen

- Pemasangan infus dekstrosa atau glukosa 10 %-20%-40%

- Menjaga jangan terlalu trauma

24
- Pemasangan kateter tetap(dauer kateter)

5. Observasi ketat penderita:

- Dalam kamar isolasi: tenang, lampu redup

- tidak terang, jauh dari kebisingan dan rangsangan.

- Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit: tensi, nadi,


respirasi, suhu badan, reflek, dan dieresis diukur. Kalau dapat
dilakukan funduskopi sekali sehari. Juga dicatat kesadaran dan
jumlah kejang. - Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah
diuresis, pada umumnya 2 liter dalam 24 jam. - Diperiksa kadar
protein urine 24 jam kuantitatif

G. Pemeriksaan Penunjang

A. Pre Eklampsia

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

- Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal


hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )

- Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )

- Trombosit menurun ( nilai Trombosit menurun ( nilai


rujukan 150 rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )

b. Urinalisis Ditemukan protein dalam Ditemukan protein


dalam urine.

c. Pemeriksaan Fungsi hati

- Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )

25
- LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat

- Aspartat aminomtransfera Aspartat aminomtransferase ( AST ) se


( AST ) > 60 ul. > 60 ul.

- Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat (N=


15- 45 u/ml)

- Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat (N=

<31 u/l )

- Total protein serum menurun ( N= Total protein serum menurun (


N= 6,7-8,7 g/dl ) 6,7-8,7 g/dl )

d. Tes kimia darah

Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

2. Radiologi

a. Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan

intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan


ketuban

sedikit.

b. Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin lemah

B. Eklampsia

Urine : Protein, Protein, reduksi, reduksi, bilirubin, bilirubin,


sedimen sedimen urin.

26
Darah : Trombosit, ureum, k : Trombosit, ureum, kreatinin, SGOT,
LDH reatinin, SGOT, LDH dan bilirubin dan bilirubin

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Preeklamsia Berat

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang


bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, untuk
mengidentifikasi, mengenal masalah kebutuhan kesehatan, keperawatan pasien
baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Deden Dermawan, 2012). Pengkajian
yang dilakukan pada ibu preeklamsia menurut Mitayani (2012), yaitu sebagai
berikut.
1. Identitas pasien

Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan nama, umur,

Pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku, alamat, nomer rekam


medis (RM), tanggal masuk rumah sakit, (MRS), dan tanggal pengkajian, dan kaji
identitas penanggung jawab atas pasien.

2. Data riwayat kesehatan

Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien, keluhan yang paling


dirasakan pada pasien saat dilakukan pengkajian.

a. Riwayat kesehatan dahulu

1) Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.

2) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan terdahulu.

27
3) Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas. 4) Ibu mungkin pernah
menderita penyakit ginjal kronis.
b. Riwayat kesehatan sekarang

1) Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.

2) Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium.

3) Gangguan virus: penglihatan kabur, scotoma, dan diplopia.

4) Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.

5) Gangguan serebral lainnya: terhuyung-huyung, reflex tinggi, dan tidak tenang

6) Edema pada ektremitas.

7) Tengkuk terasa berat.

8) Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya, apakah pasien


dan keluarga memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, atau dibetes melitus
(DM) serta kemungkinan memiliki riwayat preeklamsia serta eklamsia dalam
keluarga.

d. Riwayat obstetrik dan ginekologi

Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan riwayat


menstruasi, riwayat pernikahan, riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu,
riwayat kehamilannya saat ini, dan riwayat keluarga berencana.

e. Pola kebutuhan sehari-hari

Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada pasien seperti


pengkajian pada pernafasan, nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB dan

28
BAK), gerak badan atau aktivitas, istirahat tidur, berpakaian, rasa nyaman (pasien
merasakan adanya dorongan meneran, tekanan ke anus, perinium menonjol).
Kebersihan diri, rasa aman, pola komunikasi atau hubungan pasien dengan orang
lain, ibadah, produktivitas, rekreasi, kebutuhan belajar.

3. Pemeriksaan fisik biologis

a. Keadaan umum: lemah.

b. Kepala: sakit kepala, wajah edema.

c. Mata: konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina.

d. Pencernaan abdomen: nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual, dan muntah.

e. Ektremitas: edema pada kaki, tangan, dan jari-jari.

f. System pernafasan: hiper refleksia, klonus pada kaki.

g. Genitourinaria: oliguria, proteinuria.

h. Pemeriksaan janin: bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin melemah.

4. Pemeriksaan penunjang

Data penunjang dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan untuk


memperoleh keterangan yang lebih jelas. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan data penunjuang seperti pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
ultrasonography (USG).

1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah.

2) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk


wanita hamil adalah 12-14 gr%).
3) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%). 4) Trombosit menurun
(nilai rujukan 150-450 ribu/mm3).

29
a. Pemeriksaan fungsi hati.

1) Bilirubin meningkat

2) LDH (laktat dehydrogenase) meningkat.

3) Serum glutamate oirufat transaminase (SGOT) meningkat.

4) Total protein serum menurun.

c. Tes kimia darah: asam urat meningkat.

d. Radiologi

1) Ultrasonografi

Ditemukannya retardasi pertumbuhan janin intrauterus, pernafasan

intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, serta volume cairan ketuban sedikit.

2) Kardiotografi: diketahui denyut jantung bayi lemah.

3) Data social ekonomi, preeklamsia berat lebih banyak terjadi pada wanita serta
golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang mengonsumsi makanan
yang mengandung protein serta kurang melakukan perawatan antenatal yang
teratur. 4) Data psikologis, ibu preeklamsia berada dalam kondisi yang labil
serta mudah marah, ibu merasa khawatir dengan keadaan dirinya serta
keadaan janin dalam kandungannya, karena ibu akan merasa takut dengan
anaknya akan lahir cacat atau meninggal dan takut untuk melahirkan.
2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah tahap kedua dalam proses keperawatan


yaitu suatu penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan
atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial. Tujuan diagnosis keperawatan adalah untuk mengidentifikasi respon
pasien individu, keluarga, komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

30
Tabel 1

Diagnosis Keperawatan

Masalah Keperawatan Faktor Risiko Kondisi klinis terkait Risiko


Cedera pada Janin

Definisi: 1. Usia ibu (<15 tahun 1. Penyakit penyerta:

Berisiko mengalami atau >35 tahun) Hipertensi


bahaya atau kerusakan 2. Paritas banyak

fisik pada janin 3. Riwayat persalinan


selama proses sebelumnya
kehamilan dan 4. Pola makan yang
persalinan
tidak sehat

Dari tabel diatas dapat dirumuskan diagnosis keperawatan yaitu: Risiko Cedera
pada Janin dibuktikan dengan faktor risiko usia ibu (<15 tahun atau >35 tahun),
paritas banyak, riwayat persalinan sebelumnya, pola makan yang tidak sehat,
dibuktikan dengan hipertensi (preeklamsia).

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi merupakan tahap ketiga proses keperawatan yang meliputi


perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada
pasien. Dan berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan serta
keperawatan pasien dapat diatasi (Bararah, 2013).

Tabel 2

Rencana Intervensi Untuk Pasien Dengan Masalah Keperawatan Risiko Cedera

31
Pada Janin

Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil

(1) (2) (3)

Risiko Cedera SLKI SIKI


pada Janin
a. Tingkat cedera: 1.
dibuktikan
Setelah diberikan
dengan faktor Obs
asuhan keperawatan
risiko usia ibu
selama 1 x 30 menit Pemantauan
a. denyut
(<15 tahun atau
diharapkan risiko jantung janin ervasi
>35 tahun),
cedera pada janin tidak Identifikasi status
paritas banyak, b.
terjadi dengan kriteria obstetrik
riwayat
hasil: Identifikasi riwayat
persalinan c.
1. Kejadian cedera obstetric
sebelumnya, pola
menurun (DJJ Identifikasi adanya
makan yang tidak
membaik 120- penggunaan obat,
sehat, dibuktikan
160x/menit) d. diet dan merokok
dengan hipertensi
Identifikasi pemeriksaan
(preeklamsia). 2. Frekuensi gerak janin
membaik e. kehamilan sebelumnya
Periksa denyut jantung
3. Berat badan
janin selama 1 menit
membaik f.
Monitor tanda vital ibu
Terapeutik

a. Atur posisi pasien

4. Tanda – tanda vital a


dalam r
rentang normal t

b. Status u

Antep m

32
d
setelah a
diberik l
an a
asuhan m
kepera
watan r
selama e
1 x 30 n
menit t
dihara a
pkan n
status g
antepa
rtumm n
embai o
k r
denga m
n a
kritera l
hasil:
1. Ber (
at 1
bad 0
an 0
me
mb –
aik
1)
Teka
nan
darah

33
140 b. Identifikasi riwayat
mmHg) obstetric

2. Frekuens c. Identifikasi social dan

i nadi demografi

dalam d. Monitor status fisik dan

rentang psikososial selama

normal e. kehamilan.

(60 – Terapeutik
100 kali
a. Damping ibu saat merasa
per
cemas
menit)
b. Diskusikan
2. Suhu
ketidaknyamanan selama
tubuh
hamil
dalam
c. Diskusikan persiapan
rentan
persalinan dan kelahiran
g
normal Edukasi
(36,5 ⸰ Jelaskan risiko janin

- 37,5 mengalami kelahiran


◦) premature

b. Lakukan maneuver leopold untuk


menentukan posisi janin
Edukasi

a. Jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
2. Perawatan kehamilan risiko tinggi
Observasi:

a. Identifikasi faktor risiko kehamilan

34
Anjurkan melakukan
perawatan diri untuk
meningkatkan kesehatan
Anjurkan ibu untuk
beraktivitas dan beristirahat
yang cukup
Ajarkan mengenali tanda
bahaya
Kolaborasi

Kolaborasikan dengan
spesialis jika ditemukan
tanda dan bahaya
kehamilan

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan,


pengolahan dan tahap perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan. Implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri,
kolaborasi, dan tindakan rujukan (Bararah, 2013).
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.


Evaluasi keperawatan adalah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan setiap
diagnosa keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu
evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respon
(jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain, bagaimana penilaian
terhadap perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang
diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga dengan evaluasi proses, yaitu
evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan di
lakukan. Format evaluasi yang digunakan adalah SOAP. S: Subjective yaitu
pernyataan atau keluhan dari pasien, O: Objective yaitu data yang diobservasi
oleh perawat atau keluarga, A: Analisys yaitu kesimpulan dari objektif dan
subjektif, P: Planning yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis (Nurhaeni, 2013)

3
Tabel 3

Evaluasi asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan preeklamsia berat untuk
mengatasi masalah risiko cedera pada janin
No Diagnosis keperawatan Evaluasi

(1) (2) (3)

1 Risiko cedera pada janin S (Subjektif)


dibuktikan dengan faktor risiko Data dari respon pasien secara verbal
usia ibu (<15 tahun atau >35
a. Pasien tidak mengeluh nyeri
tahun), paritas banyak, riwayat
kepala
persalinan sebelumnya, pola
O (Objektif)
makan yang tidak sehat,
dibuktikan dengan hipertensi Data yang diperoleh dari respon

(preeklamsia) pasien secara nonverbal atau melalui


pengamatan perawat
a. Frekuensi gerak janin baik

b. DJJ membaik

c. Berat badan membaik

d. Tanda – tanda vital dalam


rentang normal
A (Asessment)

Tindak lanjut dan penentuan apakah


implementasi akan dilanjutkan atau
sudah terlaksana dengan baik.
a. Tujuan tercapai apabila
respon pasien sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil
b. Tujuan belum tercapai
apabila respon tidak sesuai
dengan tujuan yang telah
ditentukan
P (Planning)

4
a. Pertahankan kondisi pasien
apabila tujuan tercapai
b. Lanjutkan intervensi apabila
terdapat tujuan yang belum
mampu dicapai oleh pasien

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENKAJIAN
Pengkajian dilakukkan pada tanggal 26 januari 2022, jam 10.00 WITA
diruang edelweys I RS Bhayangkara

1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Ny. P

Umur : 32 th

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Alamat : Klodran, Boyolali

Status Perkawinan : Kawin

No. RM : 01245266

Tanggal masuk RS : 26 januari 2022 (19.00 WITA )

b. Identitas penanggung jawab


Nama Suami : Tn. S
Umur : 30 th
Agama : Islam
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan bengkak pada kaki dan mata saat bangun tidur

5
3. Riwayat penyakit pasien

a Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien
memeriksakan kandungannya ke klinik kandungan, dalam pemeriksaan
didapatkan bahwa TD pasien 180/100 mmHgndan oedem pada kaki,
kemudian pasien dianjurkan untuk dirawat intensive di RS Bhayangkara
karena kehamilan disertai PEB, pada tanggal (26 januari 2022 (19.00
wita) pasien datang ke RS Bhayangkara dan didapatkan TD pasien
180/110 mmHg, kemudian pasien diberi injeksi MGSO4 4gr/im,
kemudian pasien dirawat diruang mawar

b Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien mengatakan satu tahun yang lalu pernah keguguran anak
pertama saat janin berumur 8 minggu dikarenakan aktivitas yang berat
dan sebelumnya juga tidak pernah menderita penyakit hipertensi

c Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit yang sama dengan klien maupun penyakit menurun seperti
Diabitus Militus, Hipertensi serta penyakit menular seperti TBC,
Hepatitis dan HIV
Analisa Data

data penyebab Masalah

DS: pasien penurunan suplai Pola nafas tidak


mengatakkan oksigen efektif
sesak nafas,
pasien mengatakan
sedikit cemas
karena penyakitnya
DO : pasien tampak
lemah terpasang kanul
oksigen 3l
RR: 26x/m

6
Nyeri Gangguan rasa
nyaman
DS: pasien mengatakan
pusing seperti
tertusuktusuk, pusing
hilang timbul, pasien
juga mengatakan akan
mencoba nafas dalam
ketika pusing
DO: pasien tampak
menahan rasa sakit P:
pusing
Q: tertusuk-tusuk
S :7
R : kepala
T :hilang timbul

DS : gangguan Hipervolemia
pasien mekanisme regulasi
mengatakan minum satu
gelas air, pasien juga
mengatakan BB
sebelum hamil 55kg dan
saat hamil 74kg
DO : pasien tampak
lemah output urine
pasien 100cc

B. Diagnosa Keperawatan
 Pola nafas tidak efektif b.d penurunan suplai oksigen
 Gangguan rasa nyaman b.d Nyeri

7
 Hipervolemia gangguan mekanisme regulasi.

C. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil

Pola nafas Setelah di lakukan Manajemen jalan napas


tidak efektif intervensi 1. Monitor pola
b.d penurunan keperawatan napas
suplai oksigen selama 3 x 24 jam 2. Posisikan semi
maka pola napas fowler atau
membaik dengan fowler
kriteria hasil 3. Berika oksigen,
1. Dispnea jika perlu
menurun
2. Frekuensi
Napas
membaik

Gangguan Setelah di lakukan Manajemen Nyeri


rasa nyaman intervensi (I.080238)
b.d Nyeri keperawatan
selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi

maka tingkat nyeri lokasi,

menurun dengan karakteristik,

kriteria hasil durasi, frekuensi,

1. Keluhan kualitas,

nyeri intensitas nyeri

menurun 2. Berikan teknik

2. Kesulitan nonfarmakologis

tidur untuk mengurangi

menurun rasa nyeri

3. Tekanan 3. Ajarkan teknik

darah nonfarmakologis

membaik untuk mengurangi


8
rasa nyeri
4. Kolaborasi
pemberian
analgetik

Hipervolemia Setelah di lakukan Manajemen


gangguan intervensi Hipervolemia
mekanisme keperawatan 1. Periksa tanda
regulasi. selama 3 x 24 jam dan gejala
maka hipervolemia
keseimbangan 2. Monitor intake
cairan meningkat dan output
dengan kriteria cairan
hasil 3. Batasi asupan
1. Tekanan cairan dan garam
darah 4. Ajarkan cara
membaik membatasi
2. Edema cairan
menurun

D. Implementasi dan evaluasi har ke 1

Tanggal DX Implementasi Evaluasi

28 1 1. Memonitor pola S : pasien mengatakan masih


januari napas sesak nafas
2022 2. Memposisikan O :pasien terlihat lemah
semi fowler terpasang kanul oksigen 3liter
atau fowler RR:28x/m
3. Memberika
A masalah belum teratasi
oksigen, jika
perlu P:intervensi dilanjutkan:

1.Monitor respirasi dan status


O2 pasienMonitor pola nafas
pasien

9
28 2 1. Mengidentifikasi S : pasien mengatakan pusing
januari lokasi, O : TD :
2022 karakteristik, 190/100mmHg

durasi, frekuensi, N : 86 x/menit

kualitas, A :masalah belum

intensitas nyeri teratasi

2. Memberikan
P : intervensi
teknik
dilanjutkan :
nonfarmakologis
untuk 1. Monitor vital sign tiap 4
mengurangi rasa jam
nyeri 2. Observasi tanda-
3. Mengajarkan tanda eklamsia
teknik Kolaborasi dengan dokter
nonfarmakologis dalam pemberian terapi
untuk
mengurangi rasa
nyeri
4. Kolaborasi
pemberian
analgetik

28 3 1. Periksa tanda S : pasien mengatakan BB


januari dan gejala sebelum hamil 55kg saat hamil
2022 hipervolemia 74kg, pasien mengatakan akan
2. Memonitor mengurangi minum
intake dan O: terdapat edema pada
output cairan ekstremitas bawah kanan dan
3. Membatasi kiri
asupan cairan A : masalah belum teratasi
dan garam P : Intervensi dilanjutkan:
4. Mengajarkan 1. observasi keadaan edema
cara membatasi Monitor intake dan output klien
cairan

10
Implementasi Dan evaluasi hari ke 2

Hari / DX Implementasi
Tanggal

29 1 1. Memonitor pola S : pasien mengatakan masih


januari napas sesak nafas
2022 2. Memposisikan O : pasien terlihat lemah
semi fowler terpasang kanul oksigen 3liter
atau fowler RR:26x/m
3. Memberika A : masalah belum teratasi
oksigen, jika P : intervensi dilanjutkan:
perlu 1. Monitor respirasi dan
status O2 pasien
Monitor pola nafas
pasien

29 2 1. Mengidentifikasi S : pasien mengatakan


januari lokasi, pusing berkurang
2022 karakteristik, O : TD :

durasi, frekuensi, 160/100mmHg

kualitas, N : 86 x/menit

intensitas nyeri A :masalah belum

2. Memberikan teratasi

teknik P : intervensi

nonfarmakologis dilanjutkan :

untuk 1. Monitor vital sign tiap 4

mengurangi rasa jam

nyeri 2. Observasi tanda-tanda

3. Mengajarkan eklamsia

teknik 3. Kolaborasi dengan dokter

nonfarmakologis dalam pemberian terapi

untuk Kurangi faktor penyebab


mengurangi rasa nyeri
nyeri

11
4. Kolaborasi
pemberian
analgetik

29 3 1. Periksa tanda S : pasien mengatakan masih


januari dan gejala terdapat edema
2022 hipervolemia O: tampak edema pada kedua
2. Memonitor ektremitas bawah
intake dan A : masalah belum
output cairan teratasi
3. Membatasi P : Intervensi
asupan cairan dilanjutkan:
dan garam 1. observasi keadaan odema
4. Mengajarkan Monitor intake dan
cara membatasi output klien
cairan

Implemntasi hari ke 3

30 1 1. Memonitor pola S : pasien mengatakan sudah


januari napas tidak sesak nafas
2022 2. Memposisikan O : pasien terlihat lemah
semi fowler terpasang kanul oksigen 3liter
atau fowler RR:20x/m
3. Memberika A : masalah sudah teratasi
oksigen, jika P : intervensi dihentikan
perlu

30 2 1. Mengidentifikasi S : pasien mengatakan sudah


januari lokasi, tidak pusing
2022 karakteristik, O : TD :

durasi, frekuensi, 160/100mmHg

12
kualitas, N : 86 x/menit

intensitas nyeri A :masalah teratasi

2. Memberikan sebagian P : intervensi

teknik dilanjutkan :

nonfarmakologis 1. Monitor vital sign tiap 4 jam

untuk 2. Observasi tanda-tanda

mengurangi rasa eklamsia

nyeri 3. Kolaborasi dengan dokter

3. Mengajarkan dalam pemberian terapi

teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
4. Kolaborasi
pemberian
analgetik
30 3 1. Periksa tanda S:-
januari dan gejala O: Sudah tidak edema
2022 hipervolemia A : masalah teratasi
2. Memonitor P : Intervensi di
intake dan hentikan
output cairan
3. Membatasi
asupan cairan
dan garam
4. Mengajarkan
cara membatasi
cairan

13
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pre-eklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine.

Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi


dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena
eklampsia juga sering mengalami kejang eklampsia juga sering mengalami
kejang kejang. Ekla kejang.

14
15

Anda mungkin juga menyukai