TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Impaksi Gigi
pada lengkung rahang, disebabkan oleh posisi salah, kekurangan tempat atau dihalang-
halangi oleh gigi lain, tertutup tulang tebal dan atau jaringan lunak disekitarnya
Impacted teeth : gigi yg tidak keluar karena terhalang oleh gigi sampingnya atau tulang
Impacteed teeth: retained teeth ; gigi yg terletak salah satu termasuk yg tidak erupsi,
3) Kista
4) Tumor
5) Rasa sakit
6) Fraktur rahang
7) Trismus
8) Tonsilitis
9) Nafas berbau
13) Otitis
Secara umum, tulang maksilla dan mandibula terlalu kecil sehingga tempat untuk M3
1) Gigi berjejal
3) Radang kronis
4) Prematur ekstraksi
8) Keturunan
9) Dan lain-lain
Terapi gigi impaksi adalah Odontektomi, untuk pembahasan lebih lanjut pada
artikel tersendiri
factors). Ada dua faktor utama yaitu gigi dan bentuk rahangsebagai faktor tambahan.
(Suwelo, 2006)
Impaksi dapat terjadi pada usia berapapun, tetapi paling sering terjadi pada anak –
anak dan dewasa mudayang gigi – giginya sedang bererupsi. Umumnya hal ini berkaitan
dengan molar ketiga bawah sedang bererupsi dalam alignmen baik, tetapi dibatasi
erupsinya oleh ruang tidak cukup. Radiograf dari daerah tersebut menggambarkan
radiolusensi menghilang atau sangat menebal karena deposisi dari tulang reaktif.
Faktor penyebab utama dari perikoronitis adalah karena gigi molar 3 tidak dapat
erupsi dengan baik dikarenakan tidak cukup ruang untuk pertumbuhannya, sehingga sulit
karies pada gigi geraham depannya. Cukup banyak kasus karies pada gigi molar 2
dikarenakan gigi molar 3 mengalami impaksi. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan
Akbar Rahayu (1981 ) pada penderita berobat pada bagian bedah mulut dan Maksilo
dipermudah, terutama kalau erupsinya Molar 3 sebagian maka sisa – sisa makanan akan
sulit untuk di bersihkan karena sikat gigi sulit menjangkau wilayah gigi gigi bagian
belakang sementara sisa – sisa makanan masuk di celah antara gigi karena letaknya di
sekitarnya terlalu padat, adanya retensi gigi susu berlebihan, tanggalnya gigi susu terlalu
awal. Bisa juga karena tidak adanya tempat untuk erupsi. Rahang “kesempitan”
Sempitnya ruang erupsi gigi molar 3, menurut drg. Danardono, itu karena
pertumbuhan rahangnya kurang sempurna. Hal ini bisa karena perubahan pola makan.
Manusia sekarang cenderung menyantap makanan lunak, sehingga kurang merangsang
Makanan lunak mudah ditelan menjadikan rahang tak aktif mengunyah. Sedangkan
makanan banyak serat perlu kekuatan rahang untuk mengunyah lebih lama. Proses
pengunyahan lebih lama justru menjadikan rahang berkembang lebih baik. Seperti
rahang. Kalau proses mengunyah kurang, sendi-sendi itu pun kurang aktif, sehingga
rahang tidak berkembang semestinya. Rahang harusnya cukup untuk menampung 32 gigi
menjadi sempit. Akibatnya, gigi bungsu selalu tumbuh terakhir itu tidak kebagian tempat
untuk tumbuh normal. Ada tumbuh dengan posisi miring, atau bahkan “tidur” di dalam
1) Dari periapikal ( ujung akar gigi ) sebagai akibat kerusakan pulpa dan masuknya
2) Dari jaringan periodontal ( jaringan pengikat akar gigi ) sebagai akibat saku gusi
semakin dalam karena penumpukan karang gigi sehingga penetrasi kuman semakin
mudah.
3) Dari Perikoroner akibat akumulasi kuman di sekeliling mahkota gigi saat erupsi /
tumbuh.
Impaksi gigi molar kadang – kadang tampak pada waktu dilakukan pemeriksaan
rontgen seputar daerah tidak bergigi pada rahang bawah. Penekanan selaput lendir antara
mahkota molar 3 dan prothesa menyebabkan rasa sakit. Tekanan pada gusi menutupi
3) Perikonoritis atau infeksi dan peradangan gusi yang disebabkan oleh sisa-sisa
makanan yang terjebak di dalam gusi karena gigi yang tidak dapat tumbuh sempurna.
Penderitanya biasanya akan mengalami sakit pada gusi, pipi dan pada saat menelan.
4) Penumpukan plak
6) Demam
8) Gigi berjejal/crowded teeth yang merusak penampilan pada gigi karena letak gigi
9) Rasa nyeri pada pundak, nyeri pada saat buka tutup mulut dan telinga berdengung
Pencabutan gigi adalah solusi terbaik untuk menangani gigi yang impaksi lewat operasi
bedah gigi dan mulut atau yang dalam istilah kedokteran dikenal dengan nama
Odontectomy. Jadi nanti yang melakukan pencabutan gigi geraham bungsu ini bukanlah
dokter gigi biasa, melainkan dokter khusus yang ahli dalam bedah gigi dan mulut. Karena
diperlukan tindakan operasi kecil seperti merobek gusi dan atau mulut yang masih menutupi
seluruh atau sebagian gigi geraham bungsu yang impaksi (Mulyawati, 2007).
a. Usia
Sejalan dengan pertumbuhan usia seseorang, jumlah impaksipun akan bertambah.
Hal ini jelas karena faktor resiko terjadinya impaksi akan lebih lama berpengaruh
terhadap gigi. Anak yang mempunyai pengaruh faktor resiko impaksi kuat akan
menunjukkan jumlah impaksi yang lebih besar dibandingkan yang kurang kuat
pengaruhnya (Suwelo,2006).
b. Jenis kelamin
Menurut Vokler dan Russel mengatakan bahwa prevalensi impaksi gigi tetap pada
wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Demikian juga halnya anak remaja, prevalensi
impaksi gigi anak remaja perempuansedikit lebih tinggi dibandingkan anak remaja
laki-laki. Hal ini disebabkan antara lain erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dari
anak laki-laki, sehingga gigi anak perempuan berada lebih lama dalam mulut.
Akibatnya gigi pada anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor
Kesadaran sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi fase perkembangan
anak usia 18 tahun kebawah masih bergantung pada pemeliharaan. Demikian juga
keadaan gigi dan mulut anak usia 18-30 tahun masih sangat ditentukan oleh
kesadaran sikap dan perilaku. Merubah sikap dan perilaku seseorang harus didasari
(Suwelo,2006).
c. Keturunan
Menurut Mendel dalam Suwelo (2006) pertumbuhan rahang dan gigi dipengaruhi
oleh faktor keturunan, jika salah satu orang tua (ibu) mempunyai rahang kecil dan
dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Keturunan
Lingkungan
Pelayanan Status
Fisik Sosial
Kesehatan Kesehatan
Ekonomi
pendidikan
Perilaku
Gambar 2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan
a) Perilaku
Perilaku kesehatan gigi pada dasarnya adalah suatu respon seseorang atau organisme
terhadap stimulus yang berkaiatan dengan sakit dan penyakit, lingkungan, makanan,
serta sistem pelayanan kesehatan. Menurut Notoatmojo (2010) ada tiga klasifikasi
perilaku yaitu:
(1) Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan
(2) Perilaku sakit (illness behavior), yaitu tindakan atau kegiatan yang dilakukan
seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan
penyakit tersebut.
(3) Perilaku mencari kesembuhan (the sick role behavior), yaitu segala tindakan atau
berpengaruh terhadap orang lain terutama anak remaja yang belum mempunyai
b) Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap terjadinya impaksi gigi antara
lain kandungan flour pada air yang di konsumsi, kultur sosial ekonomi yaitu
Kandungan fluor dalam air yang digunakan untuk kebutuhan minum sehari hari
juga mempengaruhi. Kandungan optimum fluor dalam air di daerah beriklim sedang
adalah 1 bps sementara pada daerah beriklim tropis yang konsumsinya air lebih
banyak, kadar optimumnya dikurangi sampai menjadi 0,7 bps ( Kidd dan Bechal,
2006).
c) Pelayanan Kesehatan
termasuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang tujuan utamanya adalah
pemulihanterbatas.
2009 tentang Kesehatan Pasal 93dan 94, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi
tenaga, fasilitaspelayanan, alat dan obat kesehatan gigi dan mulut dalam
rangkamemberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang aman, bermutu dan
biaya yang terjangkau bagi Negara dan masyarakat. Karenanya, pelayanan kesehatan
oleh pemerintah selama ini mengacu pada pendekatanlevel of care (kebijakan WHO)
kesehatan gigi dan mulut. Pelayanan kesehatangigi dan mulut konvensional harus
pemerintah dan individu dengan biaya yang terjangkau harusmendapat lebih banyak
perhatian.
Diharapkan Rumah Sakit memberikan pelayanan terhadap kesehatan gigi dan mulut
dan tidak menimbulkan kesan menyakitkan atau sakit dengan menerapkan teknologi
poli gigi yang merupakan pelayanan rawat jalan yaitu pasien berkunjung ke poli gigi
untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada waktu dan jam tertentu.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
masyarakat, keluarga maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat
meliputi peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan
Lokasi yang utama adalah kedekatan jarak atau jarak tempuh yang minimum
hubungan antara lokasi/jarak dengan terjadinya gigi impaksi walaupun hal tersebut
juga tidak dipermasalahkan oleh sebagian besar pasien lainnya. Alasan pasien untuk
memilih pergi ke poliklinik gigi bukan hanya dari aspek medis saja tetapi juga aspek
non medis yang lebih baikdan dapat dijangkau oleh sebagian masyarakat yang
membutuhkan pelayanan.
Pelayanan kesehatan gigi yang letaknya jauh bisa juga menyebabkan seseorang yang
punya benih gigi molar ke 3 kesulitan untuk berkunjung ke tempat fasilitas kesehatan
sehingga orang tersebut tidak tahu apakah gigi molar ke 3 nya mengalami impaksi
Biaya Kesehatan gigi dan mulut di poliklinik gigi merupakan biaya yang harus
dibayarkan oleh seseorang apabila berobat ke klinik gigi. Biaya tersebut bervariasi
yang mengacu pada peraturan. Besaran tarif pelayanan dipengaruhi oleh banyak hal
yakni biaya-biaya perbaikan gedung, listrik dan lain-lain dan ditambah juga dengan
tarif pelayanan.Adapun yang dikatakan dalam (Markup, 2009) bahwa tarif yang
2000), juga menemukan adanya hubungan yang bermakna antara tarif dengan
Bila Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Rumah Sakit,
maka yang terpikir pertama sekali adalah dokter giginya, baru kemudian untuk
mengharapkan perawatan yang baik maka akan terpikir olehnya perawat giginya.
Begitu pentingnya sumber daya manusia di suatu poliklinik gigi Rumah
Sakit lebih tergantung pada kemampuan dan sikap atau perilaku dokter gigi dari
faktor lain.
Berikut ada beberapa faktor mutu pelayanan kesehatan yang memengaruhi tingkat
dengan pasien dan keterampilan dalam memberikan penjelasan yang efektif bagi
pasien.
b) Empati
bersifat individual atau pribadi yang diberikan pada pasien dengan berupaya
c) Ketanggapan
Kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien (Muninjaya,
membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pasien,
d) Jaminan Pelayanan
e) Penampilan fisik
yang dapat dilihat, bukti fisik, gedung dan ruangan, perlengkapan dan peralatan
1. Pelayanan Kesehatan
2. Perilaku
3. Lingkungan
Suwelo (2006)
HL Bloom dalam Notoatmodjo (2010)
C. HIPOTESIS
Ho : Tidak ada hubungan antara pelayanan kesehatan dan keturunan dengan terjadinya gigi
impaksi pada pasien umur 18 - 30 tahun berkunjung di poli gigi Rumah Sakit
impaksi pada pasien umur 18 - 30 tahun berkunjung di poli gigi Rumah Sakit