Anda di halaman 1dari 6

PENANGANAN GIZI BURUK PASCA

RAWAT INAP
No.Dokumen : SOP/ /C10/XII/2021
No. Revisi :-
SOP
Tanggal Terbit : 24 November 2021
Halaman : 1/4
UPTD
Subarjo
PUSKESMAS
NIP. 196402081986031010
TEGALBULEUD
1. Pengertian 1. Kekurangan gizi adalah suatu kondisi yang dapat terjadi secara akut dan
kronis disebabkan oleh masukan zat gizi yang tidak memadai, gangguan
penyerapan dan atau metabolisme zat gizi akibat penyakit.
2. Gizi buruk Menurut WHO (2013) :
a. usia kurang dari 6 bulan dengan BB/PB (atau BB/TB) kurang dari -3 SD,
atau edema bilateral yang bersifat pitting (tidak kembali setelah
ditekan).
b. usia 6-59 bulan: dengan BB/PB (atau BB/TB) kurang dari -3 SD atau
LiLA < 11,5 cm, atau edema. bilateral yang bersifat pitting.
3. Penanganan gizi buruk rawat inap adalah penanganan balita dengan gizi
buruk dengan komplikasi
4. Penanganan gizi buruk pasca rawat inap adalah rujukan dari layanan rawat
inap. Balita gizi buruk yang memenuhi syarat untuk pindah rawat dari rawat
inap ke rawat jalan untuk melanjutkan perawatan gizi hingga sembuh.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pedoman untuk tatalaksana anak
gizi buruk di puskesmas dalam upaya menurunkan prevalensi anak gizi buruk
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor 440/ /SK/C10/XII/2021 tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis
4. Referensi 1. PMK No. 29 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak
Akibat Penyakit
2. Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita tahun 2019
3. UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
4. PMK No. 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan Kab/Kota
5. UU Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002
5. Alat Bahan A. Alat dan Bahan
dan a. Alat dan Bahan
 Alat antropometri (alat ukur panjang/ tinggi badan, alat timbang dan
Prosedur/
pita LiLA) sesuai standar
Langkah-  Termometer
langkah  Jam Tangan / Stopwatch
 Home economic set (alat untuk mengolah dan penyajian formula
seperti: gelas ukur, kompor, panci, sendok makan, piring, mangkok,
gelas dan penutupnya, dll)
 Bahan F75, F100, Mineral Mix, Oralit, air matang atau formula untuk
gizi buruk lainnya
 Obat-obat rutin (seperti antibiotika, obat cacing) sesuai protokol

B. Prosedur/Langkah-Langkah
1. Petugas melakukan anamnesis, meliputi : Riwayat rawat inap, riwayat
kelahiran, imunisasi, menyusui dan makan (termasuk nafsu makan),
riwayat penyakit dan keluarga.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik umum meliputi keadaan umum,
kesadaran, suhu tubuh, pernafasan, dan nadi.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik khusus seperti tercantum pada
formulir MTBS :
 Petugas menimbang balita dengan menggunakan dacin (dengan
catatan balita menggunakan pakaian seminimal mungkin);
 Petugas mencatat hasil penimbangan di RM/Kartu Pasien dan KMS
 Petugas mengukur panjang badan / tinggi badan dengan
menggunakan alat ukur panjang badan.
Pengukuran panjang badan (PB) untuk balita umur 0-23 bulan (posisi
terlentang) dan pengukutan tinggi badan (TB) untuk balita umur 24-59
bulan (posisi berdiri).
 Petugas mencatat hasil pengukuran PB/TB di kartu pasien dan KMS
balita.
4. Petugas melakukan plot di kurva tumbuh kembang balita (Z-Score)
5. Petugas menentukan status gizi balita dengan menggunakan tabel
indeks BB/PB atau BB/TB
6. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
7. Petugas menghitung kebutuhan gizi balita
Energi : 150 – 220 kkal/KgBB/hari
Protein : 4-6 g/KgBB/hari
Cairan : 150 – 200 ml/KgBB/hari
Didapat dari Formula 100 atau Ready to Use Therapeutic Food (RUTF)
serta makanan padat gizi.
8. Untuk usia 6 – 59 bulan :
 Melakukan pemberian obat sesuai hasil pemeriksaan:
• Antibiotika berspektrum luas diberikan saat pertama kali balita
masuk rawat jalan :
a) Amoksisilin (15 mg/kg per oral setiap 8 jam) selama 5 hari. Bila
balita sebelumnya di rawat inap, maka pemberian antibiotika
merupakan lanjutan dari pengobatan sebelumnya di rawat inap.
• Parasetamol hanya diberikan pada demam lebih dari 38°C. Bila
demam > 39°C rujuk balita ke rawat inap. Memberikan penjelasan
cara menurunkan suhu tubuh anak di rumah kepada pengasuh.
 Petugas menghitung kebutuhan gizi balita
Energi : 150 – 220 kkal/KgBB/hari
Protein : 4-6 g/KgBB/hari
Cairan : 150 – 200 ml/KgBB/hari
Didapat dari Formula 100 atau Ready to Use Therapeutic Food
(RUTF) serta makanan padat gizi.
 Petugas melakukan konseling gizi kepada orangtua / pengasuh
tentang cara pemberian F100 atau RUTF dan makanan padat gizi.
 Petugas memberikan Vitamin dan zat gizi mikro (sesuai 10 Langkah
Tata Laksana Gizi Buruk) Pada balita gizi buruk pasca rawat inap,
pemberian Vitamin A dan Asam Folat merupakan lanjutan dari
pemberian di rawat inap.
 Pemberian Vitamin A:
 Bila tidak ditemukan tanda defisiensi Vitamin A dan riwayat
campak dalam 3 bulan terakhir, Vitamin A dosis tinggi diberikan
pada hari pertama dengan dosis
sesuai umur.
 Bila ditemukan tanda defisiensi Vitamin A seperti rabun senja atau
ada Riwayat campak dalam 3 bulan terakhir, Vitamin A dosis tinggi
diberikan sesuai usia anak pada hari ke-1, ke-2 dan ke-15.
 Pemberian Asam Folat setiap hari minimal selama 2 minggu,
dengan dosis pemberian 5 mg pada hari ke-1, selanjutnya 1
mg/hari.
 Pemberian zat besi dengan dosis 3 mg/kgBB/hari, diberikan setelah
mengalami kenaikan berat badan (fase rehabilitasi).
 Petugas melakukan pengawasan peningkatan pemberian RUTF :
 Pada 2 hari pertama : F-75 diganti dengan F-100 atau RUTF dengan
volume yang sama dengan volume F-75 yang terakhir. F-100
mengandung 100 kkal/100 ml dan 2,9 gr protein / 100 ml
 Hari ke-3 : F-100 dinaikkan sebanyak 10 ml/kali pemberian sampai
anak tidak mampu lagi menghabiskannya
 Latih balita untuk memakan RUTF porsi kecil sering (8 kali/hari) dan
bertahap porsi dinaikkan frekuensi dikurangi
 Bila balita tidak dapat menghabiskan RUTF, maka tambahkan F-75,
lakukan terus sampai balita bisa menghabiskan RUTF
 Bila hanya bisa menghabiskan RUTF kurang dari 50% selama 12
jam, maka RUTF dihentikan kembali ke F-75 selama 1 – 2 hari,
kemudian kembali dicoba pemberian RUTF
 Petugas memberitahu orangtua perihal tanda gagal jantung
Bila terjadi gagal jantung :
 Kurangi volume makanan menjadi 100 ml/kgbb
 Selanjutnya 115 ml/kgbb/hari selama 24 jam dan 130 ml/kgbb/hari
selama 48 jam, kemudian tambahkan 10 ml setiap minum
 Cari penyebabnya
 Petugas menyarankan orangtua menimbang dan mencatat berat badan
setiap pagi sebelum diberi makan, lalu hitung dan catat kenaikan berat
badan setiap 3 hari dalam gram/KgBB/hari
 Petugas menganjurkan stimulasi motorik dan emosional (terapi bermain
terstruktur)
 Libatkan Pengasuh dan Keluarga
 Terapi Bermain Terstruktur 15 – 30 menit
 Tingkatkan Kualitas Parenting
 Aktifitas ditingkatkan Sesuai Kemampuan Anak

9. Untuk usia kurang dari 6 bulan :


 Petugas menanyakan kondisi Ibu dan ASI ibu
 Bagi Balita yang memungkinkan mendapatkan ASI
 Petugas memberikan perawatan kepada ibu, meliputi :
• Dukungan emosional (Konseling Perorangan)
• Dukungan lingkungan (Dukungan antar ibu menyusui)
• Ruang Laktasi yang aman dan nyaman
• Penilaian status gizi ibu
• Edukasi asupan Gizi adekuat dan pemberian suplementasi ibu
menyusui :
- Petugas merencanakan pemenuhan energi paling sedikit 2500
kkal/hari
- Petugas memberikan 2 kapsul Vitamin A dosis tinggi (200.000 SI)
- Petugas menyarankan ibu untuk minum minimal 2 L/hari
 Petugas memberikan Amoksisilin 15mg/kgbb/8 jam atau sesuai
dengan antibiotik yang diberikan saat rawat inap
 Petugas memberikan Vitamin a 50.000 IU
 Petugas memberikan Asam Folat 2,5 mg pada hari pertama
 Petugas melakukan konseling gizi kepada orangtua / pengasuh
tentang cara pemberian F100 atau RUTF dan makanan padat gizi.
Terapi dietik :
 Petugas memberikan F-75 atau F-100 yang diencerkan sesuai tabel
 Petugas memberikan dengan memakai cangkir atau personde
 Pasien hanya diberikan F-100 yang diencerkan
 Pasien diberi jumlah F-100 2 kali jumlah FI00 fase stabilisasi

 Bagi Balita yang tidak memungkinkan mendapatkan ASI


 Terapi Dietetik :
• Petugas hanya memberikan F-100 yang diencerkan sebanyak 2 kali
jumlah yang diberikan pada fase stabilisasi (untuk menentukan
jumlah formula terapeutik, digunakan table 19 pada buku pedoman)
 Petugas melakukan pemantauan :
• Berat Badan
• Derajat Edema
• Suhu Tubuh
• Gejala Klinis : batuk, muntah, defekasi, dehidrasi, pernapasan,
ukuran liver
• Hal penting yang perlu dicatat : menolak makan, rute asupan
makanan (oral, NGT atau parenteral), transfusi
 Petugas memberikan Amoksisilin 15mg/kgbb/8 jam
 Petugas memberikan Vitamin a 50.000 IU
 Petugas memberikan Asam Folat 2,5 mg pada hari pertama
 Petugas melakukan konseling gizi kepada orangtua / pengasuh
tentang cara pemberian F100 atau RUTF dan makanan padat gizi.
Terapi dietik :
 Berikan F-75 atau F-100 yang diencerkan sesuai tabel
 Berikan dengan memakai cangkir atau personde
 Pasien hanya diberikan F-100 yang diencerkan
 Pasien diberi jumlah F-100 2 kali jumlah FI00 fase stabilisasi

10. Petugas menganjurkan juga untuk melengkapi imunisasi dasar ataupun


ulangan sesuai program PPI (Program Pengembangan Imunisasi).
11. Petugas menganjurkan pemberian makan secara sering dan teratur
dengan kandungan gizi seimbang
 Libatkan Pengasuh dan Keluarga
 Terapi Bermain Terstruktur 15 – 30 menit
 Tingkatkan Kualitas Parenting
 Aktifitas Dditingkatkan Sesuai Kemampuan Anak
12. Mencatat hasil layanan dalam rekam medis dan formulir rawat jalan.
C. Bagan Alir

D. Hal–hal - Ketepatan pengukuran BB, TB/PB, LILA, BMI


yang perlu - Ketepatan takaran bahan – bahan dan formula
diperhatika - Ketepatan plot dalam kurva
n
E. Unit terkait TIM ASUHAN GIZI (yang sudah pelatihan)
1. Dokter
2. Petugas Gizi
3. Bidan / Perawat
F. Dokumen - Kurva Z-score
terkait - Form MTBS
- Buku KIA
- Rekam Medis
- Form Rujukan
- Form Konsultasi / Kolaborasi
- Bagan protokol tata laksana gizi buruk rawat jalan, alat bantu kerja (job aids)
lainnya, seperti tabel F100 dan tabel dosis RUTF dan protokol tes nafsu
makan.
G. Rekaman
historis Yang Isi Tanggal mulai
No
perubahan diubah perubahan diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai