Anda di halaman 1dari 9

Farmaka 48

Volume 17 Nomor 2

OBAT KUMUR HERBAL YANG MENGANDUNG EKSTRAK ETIL ASETAT KULIT


BATANG BINTARO (CERBERRA ODOLLAM GAERTN) SEBAGAI ANTIBAKTERI
STREPTOCOCCUS MUTANS PENYEBAB PLAK GIGI

Nani Suryani1, Silvi Adini2, Sofi Nurmay Stiani2, Dimas Danang Indriatmoko2
1
Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Farmasi Universitas Mathla’ul Anwar
2
Departemen Farmasi, Fakultas Sains dan Farmasi Universitas Mathla’ul Anwar
Email: nanisuryani7688@gmail.com
Diserahkan 17/07/2019, diterima 01/08/2019
ABSTRAK
Persentase penduduk Indonesia yang mempunyai masalah gigi dan mulut menurut Riskedas tahun 2007
dan 2013 meningkat dari 23,2% menjadi 25,9%. Dari penduduk yang menerima perawatan medis gigi
meningkat dari 29,7% tahun 2007 menjadi 31,1% pada tahun 2013. Beberapa permasalahan gigi dan
mulut diantaranya adalah gigi berlubang, karies dan plak gigi. Beberapa cara pengendalian dari
permasalahan gigi dan mulut diantaranya adalah dengan menyikat gigi, dental floss, scalling dan
penggunaan obat kumur. Obat kumur adalah konsentrasi encer larutan antibakteri yang digunakan untuk
melawan mikroba oral, melawan infeksi oral, pembersih, untuk menghilangkan bau mulut segar dan
antiseptik. Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang digunakan sebagai antibakteri, salah
satunya adalah tumbuhan Bintaro (Cerberra odollam Gaertn). Tumbuhan C. odollam G. memiliki
manfaat bagi kesehatan mempunyai aktivitas sebagai antibakteri, antidiuretik dan antinosiseptif.
Formulasi obat kumur dari ekstrak etil asetat kulit C. odollam G kemudian dievaluasi untuk mengetahui
kestabilan dari sediaan obat kumur yang telah dibuat, evaluasi ini meliputi pengamatan sediaan uji
selama 3 minggu waktu penyimpanan di suhu ruang meliputi uji organoleptis dan pH. Berdasarkan hasil
pengamatan secara organoleptis, obat kumur yang mengandung 40% ekstrak etil asetat kulit C. odollam
G berwarna coklat dengan aroma mint dan berasa manis mint dengan pH 4. Secara umum, sekitar 40 –
45% dari 30 panelis menyatakan suka terhadap obat kumur hasil formulasi. Obat kumur dari ekstrak
etil asetat kulit batang C. odollam G. 40% efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri S. mutans dengan
diameter zona hambat rata-rata 17,7 mm.
Kata kunci: obat kumur, Cerberra odollam Gaertn, formulasi, antibakteri, Streptococcus mutans
ABSTRACT
The percentage of Indonesia's population who have dental and mouth problems according to Riskedas
in 2007 and 2013 increased from 23.2% to 25.9%. Of the population who received dental medical care
increased from 29.7% in 2007 to 31.1% in 2013. Some dental and oral problems included cavities,
caries, and dental plaque. Some ways to control dental and oral problems include brushing teeth, dental
floss, scaling and using mouthwash. Mouthwash is a dilute concentration of the antibacterial solution
used to fight oral microbes, fight oral infections, cleansers, to eliminate fresh bad breath and
antiseptics. Indonesia has a wealth of natural resources that are used as antibacterial, one of which is
the Bintaro plant (Cerberra odollam Gaertn). Plants C. odollam G. has health benefits having
activities as antibacterial, antidiuretic and antinociceptive. The formulation of mouthwash from ethyl
acetate extract of C. odollam G skin was then evaluated to determine the stability of the preparations
of mouthwash that had been made, this evaluation includes observing the test preparation for 3 weeks
of storage time at room temperature including organoleptic test and pH. Based on organoleptic
observations, mouthwash containing 40% of ethyl acetate extract of C. odollam G skin is brown with
mint aroma and sweet mint taste with a pH of 4. In general, about 40 - 45% of 30 panelists expressed
their love for the mouthwash results formulation. Mouthwash from ethyl acetate extract of C. odollam
G. bark 40% effective as an antibacterial against S. mutans bacteria with an average inhibition zone
diameter of 17.7 mm.
Keywords: mouthwash, Cerberra odollam Gaertn, formulation, antibacterial, Streptococcus mutans
Farmaka 49
Volume 17 Nomor 2

PENDAHULUAN jumlah bakteri patogen di dalam mulut, menjaga


Kesehatan gigi dan mulut sering kali mulut tetap lembut dan dapat menghilangkan
menjadi prioritas ke sekian bagi sebaagian orang. benda asing dalam mulut (Shin & Nam, 2018).
padahal, seperti kita ketahui, mulut merupakan Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam
“pintu gerbang” masuknya kuman dan bakteri yang digunakan sebagai antibakteri, salah satunya
sehingga dapat mengganggu kesehatan organ adalah tumbuhan Bintaro (Cerberra odollam
tubuh lainnya. Persentase penduduk Indonesia Gaertn).
yang mempunyai masalah gigi dan mulut menurut Tumbuhan C. odollam G. memiliki
Riskedas tahun 2007 dan 2013 meningkat dari manfaat bagi kesehatan mempunyai aktivitas
23,2% menjadi 25,9% (Kemenkes RI, 2014). sebagai antibakteri, antidiuretik dan
Permasalahan gigi dan mulut diantaranya antinosiseptif. Ekstrak metanol akar C. odollam
adalah gigi berlubang, karies dan plak gigi. Plak G. memiliki berbagai kegunaan, diantaranya
gigi adalah biofilm kompleks yang terakumulasi aktivitas antinokokus dengan dosis 250-500
di permukaan gigi, mengandung lebih dari 500 mg/kg berat badan. Tumbuhan C. odollam G. juga
jenis bakteri (Pedrazzi, 2015). Plak gigi terbentuk memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
oleh proses kompleks dan dinamis yang Staphylococcus saprophyticus, Shigela sonnie,
melibatkan penghancuran progresif enamel gigi, Salmonella typhi, Vibrio cholera, Streptococcus
dentin dan sementum oleh bakteri. Pembentukan epidermis, Shigela flexneri dan Staphylococcus
asam oleh bakteri kariogenik seperti S. mutans aureus isolat klinik. Sebagai aktivitas diuretik
mendorong disolusi kalsium dan pospat dalam pengujian pada hewan uji secara oral dengan dosis
struktur kristal hidroksiapati (Nishimura et al, 10 mL/kg berat badan (Rahmah et al, 2011).
2012) Ada beberapa cara pengendalian dari Di Asia Tenggara biji minyak dicampur
permasalahan gigi dan mulut, diantaranya adalah dengan minyak lainnya sebagai obat nyamuk atau
dengan menyikat gigi, dental floss, scalling dan dibakar untuk penerangan. Di beberapa negara
penggunaan obat kumur. daun dan kayu dikonsumsi sebagai khasiat
Obat kumur adalah konsentrasi encer pencahar. Getah yang kita kenal digunakan
larutan antibakteri yang digunakan untuk sebagai emetik, pencahar dan efek iritan (Shetty,
melawan mikroba oral, melawan infeksi oral, 2016).
pembersih, untuk menghilangkan bau mulut segar Pada penelitian yang telah dilakukan
dan antiseptik. Obat kumur berperan penting sebelumnya (2017), ekstrak etil asetat kulit batang
dalam kebersihan mulut seorang individu, obat C.odollam Gaertn. dengan konsentrasi 40%
kumur membantu untuk meringankan gejala memiliki daya hambat yang kuat terhadap bakteri
gingivitis, gusi meradang dan juga bisa Streptococcus mutans yang merupakan bakteri
diandalkan untuk merusak bakteri patogen. (Banu penyebab plak gigi.
& Gayathri, 2016). Berdasarkan penelitian,
penggunaan obat kumur efektif mengurangi
Farmaka 50
Volume 17 Nomor 2

METODE PENELITIAN untuk mengetahui kestabilan dari sediaan obat


Alat yang digunakan dalam penelitian ini kumur yang telah dibuat, evaluasi ini meliputi
adalah : alat gelas laboratorium, blender, vacuum pengamatan sediaan uji selama 3 minggu waktu
rotary evaporator, autoklaf, oven, Laminar Air penyimpanan di suhu ruang. Pengamatan sediaan
Flow (LAF), inkubator, kertas saring, cawan petri, meliputi evaluasi secara umum, diantaranya
neraca analitik, lampu bunsen, mikropipet, ose, pengamatan organoleptis dan pH:
lubang tips atau pencadang, blender, kertas saring, a. Pengamatan Organoleptis
pejepit kayu, dan pH meter.
Sediaan diamati selama 3 minggu
Bahan penelitian : Simplisia kulit batang
penyimpanan meliputi aroma, warna dan rasa
C. odollam G., bakteri S. mutans, NaCl fisiologi
dalam suhu ruang. Uji organoleptik menggunakan
0,9 %, kapas, alumunium foil, kertas HVS, kapas,
uji hedonik (kesukaan) menggunakan 30 panelis
etil asetat, n-heksana, akuades, media agar Brain
tidak terlatih. Skala hedonik yang digunakan
Heart Infusion (BHI), Mueller Hinton Agar
adalah 1-7, dimana angka 1 = sangat tidak suka, 2
(MHA), natrium sakarin, natrium benzoat,
= tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral, 5 =
pippermint oil, gliserin, tween 80 dan akuades.
agak suka, 6 = suka dan 7 = sangat suka
Prosedur Kerja (Handayani dkk, 2017).
Formulasi obat kumur dari ekstrak etil b. Pengujian pH
asetat kulit batang C. odollam G (tabel 1), pH obat kumur ekstrak etil asetat kulit
konsentrasi ekstrak yang digunakan mengikuti batang C. odollam G. diperiksa selama tiga
hasil pengujian ekstrak pada penelitian minggu. Standar mutu obat kumur herbal yaitu pH
sebelumnya sebesar 40%. antara 5-7 (Hidayanto dkk, 2017).
Tabel 1. Formulasi Obat Kumur Ekstrak Etil c. Pengujian Antibakteri
Asetat Kulit batang C. odollam G
Formula (%) Obat kumur hasil formulasi diujikan
Bahan Fungsi terhadap bakteri S. mutans menggunakan metode
F1 F2
Ekstrak Sumuran/Agar well diffusion. Bakteri S. mutans
C. odollam 0 40 Zat Aktif
dioleskan pada media agar Mueller–Hinton
G.
Gliserin 5 5 Humektan hingga rata lalu pada agar MHA dibuat sumuran,
Natrium kemudian dimasukan ke dalam masing-masing
1 1 Sweetener
sakarin
Peppermint sumuran dengan obat kumur, kontrol positif
0,3 0,3 Flavors
oil (klorheksidin) dan kontrol negatif (basis) masing-
Natrium
0,4 0,4 Preservative masing sebanyak 50 μL. Selanjutnya diinkubasi
Benzoat
Tween 80 3,75 3,75 Emulgator pada suhu 37oC selama 48 jam, kemudian
Akuades ad 100 100 Pelarut diameter daerah terang/zona bening yang
terbentuk diukur (Hudzicki, 2013).
Hasil Formulasi obat kumur dari ekstrak
etil asetat kulit C. odollam G kemudian dievaluasi
Farmaka 51
Volume 17 Nomor 2

HASIL DAN PEMBAHASAN waktu yang lama. Penggunaan tween 80 yang


Hasil formulasi obat kumur dari ekstrak berfungsi sebagai emulgator dalam larutan akan
etil asetat kulit batang bintaro (Cerberra odollam menyebabkan turunnya tegangan permukaan
Gaertn) (Gambar 1). larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu,
tegangan permukaan akan konstan walau
konsentrasi emulgator ditingkatkan (Justicia dkk,
2017). Penambahan pippermint oil pada formulasi
ini karena pippermint oil memiliki aroma dan rasa
(a) (b) (c) yang segar dan sedikit pedas di mulut, sehingga
Gambar 1. (a) Visualisasi sediaan obat kumur dapat meningkatkan sensasi di mulut pada saat
(b) Visualisasi obat kumur dengan
obat kumur digunakan.
ekstrak etil asetat C. odollam G.
(c) Visualisasi obat kumur tanpa Pengujian stabilitas obat kumur
ekstrak (basis)
dilakukan meliputi pengujian organoleptis dan
pengukuran nilai pH. Pemeriksaan organoleptis
Pada pembuatan sediaan obat kumur
terhadap sediaan obat kumur meliputi warna,
diperlukan bahan-bahan tambahan seperti
aroma dan rasa. Ketiga parameter tersebut
gliserin, natrium sakarin, pippermint oil, natrium
merupakan ciri visual dan karakteristik yang dapat
benzoat, tween 80 dan akuades. Penggunaan
diamati secara langsung. Pada pengujian
gliserin pada formulasi ini adalah untuk
organoleptis digunakan juga uji hedonik
meningkatkan kelarutan dari ekstrak yang tidak
(kesukaan) pada dua formulasi yang berbeda.
larut dan sempurna dalam air, humektan seperti
Tujuan uji penerimaan ini adalah untuk
gliserin dgunakan 5-20% pada obat kumur untuk
mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat
memberikan sensasi tertentu di mulut. Humektan
sensorik tertentu dapat diterima oleh masyarakat
berfungsi menjaga bahan-bahan obat kumur agar
(Lukas, 2012).
tidak menguap ke udara (Handayani dkk, 2017).
Penggunaan natrium sakarin dalam formulasi ini Hasil Pengamatan Organoleptis

digunakan sebagai bahan pemanis untuk Pemeriksaan organoleptis terhadap


memberikan rasa manis pada obat kumur. sediaan obat kumur meliputi warna, aroma, rasa
Penggunaan natrium benzoat digunakan sebagai dan pengujian hedonik (kesukaan).
pengawet agar obat kumur dapat disimpan dalam
Tabel 2. Hasil pengamatan uji organoleptis obat kumur selama 3 minggu penyimpanan

Sediaan Obat
Minggu ke- Warna Aroma Rasa
Kumur
F1
Bening Mint Manis mint
(tanpa ekstrak)
0
F2 Cokelat
Mint Manis mint
(ekstrak 40%) kehitaman
F1
1 Bening Mint Manis mint
(tanpa ekstrak)
Farmaka 52
Volume 17 Nomor 2

F2 Cokelat
Mint Manis mint
(ekstrak 40%) kehitaman
F1
Bening Mint Manis mint
(tanpa ekstrak)
2
F2 Cokelat
Mint Manis mint
(ekstrak 40%) kehitaman
F1
Bening Mint Manis mint
(tanpa ekstrak)
3
F2 Cokelat
Mint Manis mint
(ekstrak 40%) kehitaman

menyatakan suka terhadap warnanya obat kumur


tersebut dan 20% menyatakan tidak suka. Jika
• Warna
dibandingkan dengan formulasi 1 (tanpa ekstrak)
Tabel 3. Hasil penerimaan hedonik warna panelis
yang berwarna putih, sebanyak 46,67% panelis
30 orang
Parameter Sampel menyatakan suka. Warna obat kumur dipengaruhi
F1 F2 oleh warna dari ekstrak yang berwarna coklat
Sangat tidak suka (1) 0 2 kehitaman.
Tidak suka (2) 3 6
Agak biasa (3) 3 1
Biasa (4) 8 4 • Aroma
Agak suka (5) 0 4
Suka (6) 14 13 Tabel 4. Hasil penerimaan hedonik aroma panelis
Sangat suka (7) 2 0 30 orang
Parameter Sampel
F1 F2

Sangat tidak suka (1) 0 0


15 Tidak suka (2) 3 3
10 Agak biasa (3) 7 7
5 Biasa (4) 4 3
0 Agak suka (5) 9 3
Suka (6) 7 11
Sangat suka (7) 20 3

Formulasi 1 (tanpa ekstrak) Formulasi 2 (ekstrak 40%)


12
10
8
6
4
Gambar 3. Diagram uji hedonik terhadap warna 2
pada formulasi obat kumur 0

Warna obat kumur ekstrak etil asetat kulit


Formulasi 1 (tanpa ekstrak)
batang C.odollam Gaertn hasil formulasi
Formulasi 2 (ekstrak 40%)
berwarna coklat. Berdasarkan hasil uji hedonik
terhadap warna formulasi 2 (yang mengandung
Gambar 4. Diagram uji hedonik terhadap aroma
40% ekstrak) menunjukkan 43,33% panelis pada formulasi obat kumur
Farmaka 53
Volume 17 Nomor 2

Hasil uji kesukaan terhadap aroma, (suka) sedangkan pada formulasi 1 (tanpa ekstrak)
sebanyak 36,67% panelis menyatakan suka, 10% mendapatkan hasil peminat tertinggi dengan
menyatakan sangat suka terhadap aroma persentase 26,67% (suka dan agak tidak suka).
Formulasi 2 (yang mengandung ekstrak 40%), Rasa yang berasal dari ekstrak mempengaruhi
sedangkan yang menyukai formula 1 (tanpa kesukaan panelis terhadap obat kumur karena rasa
ekstrak) hanya sebanyak 23,33%. Alasan panelis yang dihasilkan dari formulasi 2 (ekstrak 40%)
lebih menyukai formula 2 adalah terciumnya terasa seperti obat herbal yang memiliki rasa khas.
aroma herbal yang membuat obat kumur tersebut
menarik menurut panelis. • Penampakan (penilaian) umum

Tabel 6. Hasil penerimaan hedonik penampakan


• Rasa (penilaian) umum panelis 30 orang
Parameter Sampel
Tabel 5. Hasil penerimaan hedonik rasa panelis 30 F1 F2
orang
Parameter Sampel Sangat tidak suka (1) 0 0
F1 F2 Tidak suka (2) 5 2
Agak biasa (3) 1 2
Sangat tidak suka (1) 0 2 Biasa (4) 11 9
Tidak suka (2) 7 6 Agak suka (5) 5 2
Agak biasa (3) 8 3 Suka (6) 8 13
Biasa (4) 4 1 Sangat suka (7) 0 2
Agak suka (5) 3 4
Suka (6) 8 14
Sangat suka (7) 0 0 14
12
10
8
6
4
2
0
15
10
5
0
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Formulasi 1 (tanpa ekstrak) Formulasi 2 (ekstrak 40%)
Sangat Tidak Agak Netral Agak Suka Sangat
tidak suka tidak suka suka
suka suka
Gambar 6. Diagram uji hedonik terhadap
Formulasi 1 (tanpa ekstrak)
penampakan (penilaian) umum pada
Formulasi 2 (ekstrak 40%) formulasi obat kumur

Gambar 5. Diagram uji hedonik terhadap rasa Pada pengujian uji hedonik (kesukaan),
pada formulasi obat kumur berdasarkan parameter penampakan (penilaian)
umum yang diujikan pada 30 panelis bahwa
Pada pengujian uji hedonik (kesukaan), formulasi 2 (ekstrak 40%) mendapatkan hasil
berdasarkan parameter rasa (tabel dan gambar 5) peminat tertinggi dengan persentase 43,33%
yang diujikan pada 30 panelis didapatkan hasil (suka) sedangkan pada formulasi 1 (tanpa ekstrak)
bahwa formulasi 2 (ekstrak 40%) mendapatkan mendapatkan hasil peminat tertinggi dengan
hasil peminat tertinggi dengan persentase 46,67% persentase 36,67% (netral). Penambahan ekstrak
Farmaka 54
Volume 17 Nomor 2

berpengaruh nyata pada kesukaan panelis Pengujian Aktivitas Antibakteri Obat


terhadap penampakan (penilaian) umum Kumur Terhadap S. mutans
formulasi yang dihasilkan.

Tabel 8. Hasil pengujian formulasi obat kumur


Pengukuran pH ekstrak etil asetat C. odollam G.
terhadap bakteri S. mutans
Nilai pH sangat mempengaruhi jenis Diameter Zona Hambat (mm)
bakteri yang dapat tumbuh. Pengukuran nilai pH Formulasi Kontrol
Pengulangan Kontrol positif
Ekstrak negatif/
(Klorheksidin)
dapat dilihat pada Tabel dan Gambar 7. 40% basis
1 17,6 29,6 0
Tabel 7. Hasil pengukuran nilai pH selama 3 2 18 29,3 0
minggu penyimpanan 3 17,6 28,6 0
Rata-rata 17,7 29,1 0
Nilai pH Sampel Standar
Minggu ke- (Hidayanto,
dkk., 2017)
F1 F2
0 5 4 5-7
1 5 4
2 5 4

Nilai pH sangat mempengaruhi jenis


bakteri yang dapat tumbuh pada suatu sediaan.
Kebanyakan bakteri mempunyai nilai pH
optimum yaitu sekitar 6,5-7,5 (Lukas, 2012).
Hasil penelitian menunjukan bahwa selama 3 Gambar 8. Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap
minggu penyimpanan nilai pH kedua formula Bakteri S. mutans
stabil. pH dari formulasi 1 (tanpa ekstrak) adalah
Pengujian aktivitas antibakteri S. mutans
5 dan formulasi 2 (ekstrak 40%) adalah 4.
dilakukan dengan 1 formulasi yaitu formulasi obat
Parameter pH standar formulasi sediaan obat
kumur yang megunakan ekstrak etil asetat C.
kumur ekstrak C. odollam G. harus berada di
odollam G. dengan konstentrasi 40% dan dengan
range nilai pH optimum pertumbuhan bakteri
dua kontrol sebagai pembanding yaitu kontrol
karena sifat formulasi sediaan obat kumur yang
positif yang menggunakan obat kumur minosep
diinginkan bersifat antibakteri. Selain itu, pH obat
(klorheksidin 0,2%). Kontrol negatif yang
kumur berkisar antara 5-7 (Hidayanto dkk, 2017).
digunakan dalam penelitian ini adalah formulasi
Pada formulasi sediaan obat kumur yang
obat kumur yang tidak mengandung ekstrak
mengandung ekstrak kulit batang C. odollam G.
(basis). Dari pengujian formulasi obat kumur
cenderung asam hal ini dipengaruhi oleh pH
menunjukan zona hambat pada ekstrak 40%
ekstrak yaitu 4.
memberikan zona hambat dengan rata-rata 17,7
mm yang termasuk dalam kategori kuat dalam
menghambat bakteri, kontrol positif (klorhesidin)
Farmaka 55
Volume 17 Nomor 2

dengan rata-rata diameter zona hambat adalah minggu tidak mengalami perubahan warna,
29,1 mm dengan kategori sangat kuat. Sedangkan aroma, rasa dan perubahan nilai pH.
pada kontrol negatif yang merupakan basis tidak 2. Ekstrak etil asetat kulit batang C. odollam G.
menghambat pertumbuhan bakteri S. Mutans. 40% dapat diformulasikan sebagai obat
Metabolit sekunder yang terkandung dalam kulit kumur dan efektif sebagai antibakteri
batang C. odollam G. adalah alkaloid, tanin, terhadap bakteri S. mutans dengan diameter
flavonoid, steroid dan saponin. Mekanisme kerja zona hambat rata-rata 17,7 mm.
metabolit sekunder sebagai antibakteri salah
UCAPAN TERIMA KASIH
satunya adalah dengan mengganggu sintesa
Direktorat Riset dan Pengabdian
peptidoglikan sehingga pembentukan dinding sel
Masyarakat. Direktorat Jenderal Penguatan Riset
menjadi kurang sempurna. Keadaan tersebut akan
dan Pengembangan. Kementerian Riset,
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
tekanan osmotik maupun fisik sehingga sel
bakteri menjadi mati. Keberadaan senyawa
DAFTAR PUSTAKA
Cerberin yang merupakan senyawa golongan
Banu J.N. & Gayathri, V. 2016. Preparation of
steroid juga dilaporkan terkandung dalam
Antibacterial Herbal Mouthwash
tanaman C.odollam G, diduga berperan sebagai Againts Oral Phatogens. International
zat antibakteri, karena senyawa terpenoid dan Journal of Current Microbiology and
Applied Science. 5(11): 205-221.
steroid bereaksi dengan porin (protein Handayani, F., Sundu, R & Ria, M.S. 2017.
transmembran) pada membran luar dinding sel Formulasi dan Uji Aktivitas
Antibakteri Streptococcus mutans dari
bakteri membentuk ikatan polimer yang kuat
Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun
sehingga mengakibatkan rusaknya porin. Jambu Biji (Psidium guajava L.). Jurnal
Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar Sains dan Kesehatan. 1(8): 422-433.
Hidayanto, A., Manikam. A.S., Pertiwi, W.S. &
masuknya senyawa akan mengurangi Harismah, K. 2017. Formulasi Obat
permeabilitas dinding sel bakteri sehingga akan Kumur Ekstrak Daun Kemangi
(Ocimum basilicum L.) dengan
mengalami kekurangan nutrisi dan lisis (Yaqin,
Pemanis Alami Stevia (Stevia
2014) rebaundiana Bortoni). The 6th University
Research Colloqium. Universitas
Muhammadiyah Magelang.
KESIMPULAN Hudzicki Jan, 2013. Kirby-Bauer Disk Diffusion
Susceptibility Test Protocol. American
1. Formulasi obat kumur ekstrak etil asetat kulit
Society For Microbiology. ASM
batang C.odollam Gaertn dapat diterima MicrobeLibrary.
dengan baik oleh panelis 40 – 45% Justicia, A.K., Ferdinan, A. & Maya, M. 2017.
Formulasi Mouthwash Minyak Atsiri
menyatakan suka terhadap warna, aroma, Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.)
rasa dan penampilan secara umum,serta dan Kayu Manis (Cinnamomum
zeylanicum) dengan Menggunakan
mempunyai stabilitas yang baik pada
Surfaktan Tween 80 sebagai
penyimpanan dalam suhu ruang selama 3
Farmaka 56
Volume 17 Nomor 2

Surfaktan. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina. Care. Biomedical Research. 29 (8):


2(1): 134-146. 1724-1729.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014.
Situasi Kesehatan Gigi dan Mulut. Yaqin, A. 2014. Potensi Antibakteri Ekstrak
InfoDATIN. Pusat Data dan Informasi Etanol, Fraksi Etanol, Air dan Fraksi
Kementerian Kesehatan RI. n-heksana Daun Anggur (Vitis vinera
L.) terhadap Staphylococcus aureus
Lukas, Amos. 2012. Formulasi Obat Kumur dan Pseudomonas aeruginosa
Gambir dengan Tambahan Multiresisten. Skripsi. Universitas
Pepperminta dan Minyak Cengkeh. Muhammadiyah Surakarta.
Jurnal Dinamika Penelitian Industri.
23(2): 67-76.

Nishimura J., Saito, T., Yoneyama H., Bai,


L.L.,Okumura, K.& Isogai, E. 2012.
Biofilm Formation by Streptococcus
mutans and Related Bacteria. Scientifity
Research Japan. 2: 208-215.

Pedrazzi, V., Leite M.F., Tavares, R.C.,Sato,


S.,Nascimento, G.C.,& Issa J.P.M. 2015.
Herbal Mouthwash containing Extract
of Baccharis dracunculifolia as Agents
for The Control of Biofilm: Clinical
Evaluation in Humans. The Scientific
World Joournal. 1-6

Rachma, Muthia.2010. Formulasi Sediaan Obat


Kumur yang Mengandung Minyak
Atsiri Temulawak (Curcuma
xanthorriza) sebagai Antibakteri
Porphymonas gingivalis Penyebab Bau
Mulut. Skripsi. Universitas Indonesia.

Shetty, C.K. 2016. Forensic Relevance of The


Suicide Tree Cerberra odollam.
International Journal Clinic
Pharmacology Toxicology. 5(8): 240-241

Shin A.R. & Nam, S.H. 2018. The Effects Of


Various Mouthwashes On The Oral
Environment Change for Oral Health

Anda mungkin juga menyukai