Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN ANALISIS JOURNAL READING SISTEM

MOSKULOSKELETAL DI RUANG LONTARA II BAWAH BELAKANG

Oleh:
ANIS ASTARI ARMAN
MUH. SYAHRUL RAMLI
KRISDAYANTI
MUTMAINNAH SARI

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(…………………………..) (……………………………..)

PROFESI NERS ANGKATAN XV


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR 2019

1
1. Judul Artikel
“ The Effects of Combination of Range Motion and Deep Breathing Exercise on
Pain in Post-Orthopedic Surgery Patients ”
“ Efek Kombinasi Rentang Gerak dan Latihan Pernafasan Dalam pada Nyeri
Pasien Pasca Bedah Ortopedi ”
2. Penulis
Hery Sasongko1), Tintin Sukartini 2), Erna Dwi Wahyuni2), Made Mahaguna Putra3)
3. Instansi Terkait
1). Masters Program in Nursing, Universitas Airlangga 2) Faculty of Nursing,
Universitas Airlangga 3), School of Health SciencesBuleleng, Bali, Indonesia
4. DOI
https://doi.org/10.26911/theijmed.2019.04.01.08
5. Nama Jurnal dan Tahun Terbit
Indonesian Journal of Medicine (2019),4(1) : 46 - 53
6. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif efek kombinasi Latihan
rentang gerak dan latihan nafas dalam dalam mengurangi tingkat nyeri pasien pasca
bedah ortopedi.
7. Format Isi Artikel
P Pasien yang merasakan nyeri pasca bedah ortopedi

I Range Motion and Deep Breathing Exercise

C Terapi Analgesik ( Ketorolac )

O Kombinasi Latihan rentang gerak dan latihan napas dalam


mengurangi nyeri pasien pasca bedah ortopedi

T -

2
8. Telaah Step 1 (Fokus Penelitian)
Problems Fraktur adalah suatu kondisi yang menyebabkan gangguan.
kontinuitas tulang dan tulang rawan jaringan yang disebabkan
oleh kekuatan (Smeltzer 2013). Patah tulang dapat
menyebabkan edema jaringan lunak, pendarahan pada otot
dan persendian, tendon pecah, kerusakan jaringan saraf dan
kerusakan pembuluh darah.
Pembedahan adalah cara yang dilakukan untuk
mengembalikan fungsi gerak ekstremitas. Efek yang terjadi
akibat tindakan ini adalah rasa sakit, nyeri akut masih
ditemukan pada pasien setelah operasi ortopedi yang telah
menerima analgesik ketorolak.
Permintaan analgesik untuk mengurangi rasa sakit pada
pasien sejalan dengan risiko tinggi efek samping obat seperti
pruritus, mual dan muntah, pusing, mulut kering, perasaan
lemah, gangguan penglihatan, palpitasi, sedasi, bingung,
agitasi, retensi urin untuk sembelit (Schumacher, 2007).
Proses pemulihan akan menyebabkan reaksi kimia di dalam
tubuh yang menyebabkan pasien merasa sakit (Ani, 2010).
Nyeri pasca operasi dapat menyebabkan stres yang
menyebabkan pelepasan katekolamin dan hormon steroid
yang berlebihan. Hormon penyebab stres ini dapat
menyebabkan ketegangan otot polos dan penyempitan
pembuluh darah sehingga aliran darah dan oksigen akan
berkurang.Berkurangnya sirkulasi aliran darah menyebabkan
gangguan pemenuhan oksigen dan nutrisi ke jaringan di
sekitar lokasi bedah yang menghasilkan proses
penyembuhan luka dan proses perbaikan jaringan di

3
sekitarnya juga terganggu.
Latihan pernapasan dalam (DBE) atau terapi napas
dalam sering dikombinasikan dengan terapi nonfarmakologis
lainnya seperti sebagai kombinasi dari DBE dan panduan
citra, penelitian ini belum menunjukkan signifikansi tidak
bisa menghasilkan proses mengurangi rasa sakit pada pasien
dengan pembedahan (Lim et al., 2014)
Efek kombinasi DBE dan rentang gerak (ROM) akan
meningkatkan kenyamanan dan mengurangi intensitas nyeri
pasca operasi pada fraktur. Mekanisme dalam mengurangi
nyeri dengan intervensi Range of Motion pada pasien post
ortopedi, yaitu gangguan nyeri sensorik yang memiliki peran
penting dalam mengurangi rasa sakit dengan menghilangkan
konsentrasi pasien di lokasi nyeri atau area operasi,
mengurangi aktivasi mediator kimia dalam proses inflamasi
yang meningkatkan respons nyeri dan meminimalkan
transmisi nyeri saraf ke saraf pusat.

Intervention Range Motion and Deep Breathing Exercise


Comparison Obat Analgesik Ketorolac
Intervention
Outcome Kombinasi rentang gerak dan terapi latihan
pernapasan dalam untuk pasien setelah operasi ortopedi pada
Tabel menunjukkan tingkat nyeri yang berbeda. Kedua
kelompok menunjukkan tingkat nyeri rata-rata yang berbeda,
yaitu 3,48 (kelompok kontrol) dan 2,43 (kelompok
perlakuan). Setelah perawatan, tingkat nyeri pada kelompok
intervensi (rata-rata = 2,43; SD = 1,41) lebih rendah daripada

4
kelompok kontrol (rata-rata = 3,48; SD = 1,38) dengan p =
0,014. Skor nyeri sampel pada kedua kelompok memiliki
skor nyeri maksimum 6. Ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa setelah operasi ortopedi, pasien telah
mengalami nyeri akut pada tingkat yang parah. Pembedahan
di unit ortopedi mampu memberikan intensitas dan durasi
nyeri akut yang berbeda dibandingkan dengan unit
perawatan lainnya.
Hal ini sejalan dengan penelitian Nurdin et al. (2013)
yang juga menunjukkan bahwa latihan pernapasan efektif
dalam mengurangi rasa sakit pada pasien ortopedi pasca
operasi dengan skala nyeri yang parah. Ini membuktikan
bahwa pengurangan tingkat nyeri pada kelompok intervensi
yang menerima terapi relaksasi lebih besar daripada
kelompok kontrol yang hanya menerima terapi ketorolak
standar 30 mg persiapan ampul intravena.
Pengurangan rasa sakit yang lebih besar pada
kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol
disebabkan oleh peningkatan endorfin pada kelompok
intervensi. Rangkaian latihan kombinasi gerak dan
pernapasan dalam menggabungkan terapi gerak dengan
teknik relaksasi napas dalam.
Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan
merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri.Teknik
relaksasi terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi
lambat, berirama.Pasien dapat memejamkan matanya dan
bernafas dengan perlahan dan nyaman (Smeltzer et al.,2010).

5
Time -
9. Telaah Step 2 (Validitas)
Recruitment 1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan quasi experiment study
Jumlah sampel yang digunakan adalah 46 responden
Penentuan Sampel
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 46 pasien pasca operasi ortopedi dan dipilih
secara purposive sampling
2. Kriteria Inklusi-Eksklusi:
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1)
Pasien setelah operasi elektif dan darurat dalam 60
menit, 2) Fraktur non-patologis, 3) Pasien dengan
fraktur ekstremitas atas atau ekstensi yang lebih
rendah dengan intensitas nyeri ringan hingga berat,
4) Pasien pasca operasi ORIF (Fixasi Internal Open
Reduction) pada fraktur ekstensitas atas atau bawah
tanpa operasi bersamaan lainnya, 5).Usia 21-50
tahun, 6) Pasien dengan GCS 15 selama penilaian
dan intervensi, 7) Pasien baru atau pertama waktu
operasi pasien dan bukan pasien membuka kembali
operasi, 8) Jenis analgesik yang diberikan adalah
ketorolak.
Variabel
Variabel dependen adalah nyeri dan variabel
independen adalah rentang gerak dan latihan

6
pernapasan dalam
Instrument
Tingkat nyeri diukur menggunakan visual skala analog
(VAS) (Smeltzer dan Bare,2001).
Analisa Data
Data dianalisis menggunakan uji t berpasangan

Maintenance Intervensi yang digunakan dalam penelitian ini


adalah intervensi kombinasi Rentang Gerak dan
relaksasi napas dalam. Rentang gerak dapat
menimbulkan persepsi positif. Persepsi positif yang
mempengaruhi amigdala akan diteruskan ke
hipotalamus untuk menghasilkan Cortico-tropin
Releasing Factor (CRF). Lebih jauh lagi, CRF
menstimulasi kelenjar hipofisis (hipofise) untuk
mengeluarkan endorfin sebagai neu-rotransmitter
yang memengaruhi suasana hati untuk rileks. Efek
relaksasi yang diperoleh dari melakukan rentang
gerak diperkuat dengan latihan pernapasan dalam.
Jika orang melakukan DBE dengan benar, itu akan
mengurangi konsumsi oksigen, frekuensi pernapasan,
frekuensi jantung, dan ketegangan otot. Ini akan
membantu tubuh berada pada konsentrasi tinggi
sehingga akan mengaktifkan gelombang alfa di otak.
Efek kombinasi DBE dan rentang gerak
(ROM) akan meningkatkan kenyamanan dan
mengurangi intensitas nyeri pasca operasi pada
fraktur. Mekanisme dalam mengurangi nyeri dengan

7
intervensi Range of Motion pada pasien post
ortopedi, yaitu gangguan nyeri sensorik yang
memiliki peran penting dalam mengurangi rasa sakit
dengan menghilangkan konsentrasi pasien di lokasi
nyeri atau area operasi, mengurangi aktivasi
mediator kimia dalam proses inflamasi yang
meningkatkan respons nyeri dan meminimalkan
transmisi nyeri saraf ke saraf pusat. Nyeri pasca
operasi dapat menyebabkan stres yang menyebabkan
pelepasan katekolamin dan hormon steroid yang
berlebihan. Hormon penyebab stres ini dapat
menyebabkan ketegangan otot polos dan
penyempitan pembuluh darah sehingga aliran darah
dan oksigen akan berkurang. Berkurangnya sirkulasi
aliran darah menyebabkan gangguan pemenuhan
oksigen dan nutrisi ke jaringan di sekitar lokasi
bedah yang menghasilkan proses penyembuhan luka
dan proses perbaikan jaringan di sekitarnya juga
terganggu.

Measurement 1. Instrumen
Tingkat nyeri diukur menggunakan visual skala
analog (VAS) (Smeltzer dan Bare,2001).
2. Uji Statistik yang Digunakan
Analisis univariat dilakukan untuk
mendiskripsikan semua variabel yang diteliti.
Adapun variabel yang dianalisis dengan univariat
adalah menunjukkan distribusi frekuensi sampel

8
berdasarkan usia, jenis kelamin, dan jenis fraktur.
Analisis bivariat dilakukan untuk
membuktikan hipotesis penelitian yaitu dengan
melihat perbedaan tingkat nyeri setelah dilakukan
perawatan pada kelompok intervensi dengan
rentang gerak dan relaksasi nafas dalam. Uji
statistik bivariat yang digunakan pada penelitian
ini menggunakan uji beda dua mean dependen
(paired sample T-test), dengan nilai α = 0,05.

9
10. Telaah Step 3 (Aplikabilitas)
a. Adanya Sumber Daya Manusia
Pengaplikasian intervensi ini sangat memungkinkan untuk dilakukan dalam
pelayanan pasien di ruang perawatan orthopedi. Tenaga perawat profesional yang ada di
perawatan orthopedi dapat menjadikan intervensi ini sebagai tindakan keperawatan
mandiri pada penderita fraktur sebagai tindakan untuk mengurangi rasa nyeri dan dapat
dijadikan standar operasional prosedur dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan klien
pasca bedah ortophedi .
b. Biaya
Pemberian intervensi jika ditinjau dari segi biaya juga sangat memungkinkan.
Karena hanya membutuhkan perawat itu sendiri dalam memberikan dan mengajarkan
latihan ini kepada pasien sebab intervensi ini tidak membutuhkan alat.
c. Kebijakan
Intervensi ini sesuai dan memenuhi syarat sesuai kebijakan RS, dan tidak ada
peraturan khusus yang membatasi hal ini. Perawat bertanggung jawab untuk memberikan
bimbingan, mengajari pasien cara yang sederhana dan mudah salah satunya dengan
belajar manajemen latihan rentang gerak dan teknik nafas dalam untuk mengurangi rasa
nyeri harus dimasukkan dalam out-of-pocket rumah sakit. Tentunya sebelum dilakukan
penerapan intervensi ini, dibutuhkan SOP yang jelas agar dapat di aplikasikan dalam
pelayanan.
d. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terapi kombinasi
Range of Motion dan Deep Breathing Exercise dapat mengurangi rasa sakit pada pasien
setelah operasi ortopedi. Pengurangan rasa sakit pada pasien yang menerima terapi
analgesik (ketoleorolak) bersama dengan kombinasi rentang terapi gerak dan latihan
pernapasan lebih besar dan lebih signifikan dibandingkan dengan pasien yang hanya
mendapatkan terapi analgesik (ketorolak).

10
11. Kelebihan dan Kekurangan Artikel
Kelebihan :
1. Penelitian ini memberikan implikasi bagi pelayanan keperawatan

2. Rentang gerak dan relaksasi napas dalam merupakan tindakan non impasif dan
mempunyai nilai ekonomis sehingga dapat dengan mudah dilakukan oleh perawat
dalam pelaksanaan intervensi keperawatan

Kekurangan :
1. Teknik pemilihan sampel/responden tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
2. Waktu Pelaksanaan dalam jurnal ini tidak dijabarkan
3. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian tidak terinci dengan baik

11
DAFTAR PUSTAKA

Ani F (2010). Efektifitas terapi musik ter-hadap penurunan nyeri post operasi pada anak usia
sekolah di RSUP Haji Adam Malik Medan. Skripsi. Faculty of Nurses: Universitas
Sumatera Utara.
Lim YC, Yobas P, Chen HC(2014). Efficacy of relaxation intervention on pain, self-efficacy,
and stress-related varia-bles in patients following total knee replacement surgery.Pain
ManagNurs.15(4):888-96. doi: 10.1016/j.p-mn.2014.02.001
Smeltzer SC, Bare BG (2012).Buku ajar keperawatanmedikalbedah.Brunner &Suddarth,
Volume 1 Edisi 12.Jakarta: EGC
SmeltzerSC, Bare G, Hinkle JL, Cheever KH(2013).Brunner and Suddarth Textbook of
Medical Surgical Nursing edisi 11.Philadelphia: Lippincot Wil-liams & Wilkins
Smeltzer SC, Bare BG (2001). Buku Ajar KeperawatanMedikal-Bedah. Brun-ner
&Suddarth.Jakarta: EGC
NurdinS, Kiling M, RottieJ (2013). Pengaruh teknik relaksasi terhadap intensitas nyeri pada
pasien post operasi fraktur di ruang Irina A BLU RSUP Prof Dr. R.D Kandou
Manado. Jurnal Keperawatan. 1(1): 1-6.

12

Anda mungkin juga menyukai