Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PREVENTIVE MAINTENANCE, DOWNTIME

DAN DEFECT PRODUCT TERHADAP OVERALL


EQUIPMENT EFFICIENCY

Deni Alek Sofian¹, Ir. Kurbandi SBR.,M.M²


Prodi Manajemen, Universitas Pelita Bangsa
Denialee21@gmail.com¹; antyo999@gmail.com²

ABSTRAK

Sebuah mesin pabrik merupakan bagian yang penting untuk memperlancar proses
produksi. Itulah sebabnya mengapa perawatan mesin adalah hal yang tidak boleh
dilewatkan, mengingat mesin merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu
eksistensi perusahaan.
Ebeling menyatakan bahwa preventive maintenance merupakan pemeliharaan yang
dilakukan secara terjadwal, umumnya secara periodic, dimana seperangkat tugas
pemeliharaan seperti inspeksi dan perbaikan, penggantian, pembersihan, pelumasan,
penyesuaian, dan penyamaan dilakukan.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan tahap pengolahan data
Perhitungan AR (Availability Rate), Perhitungan PR (Performance Rate), Perhitungan
QR (Quality Rate), dan juga persamaan multiple regresi nilai OEE. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan bahwa variabel planned
maintenance dan defect product tidak berpengaruh terhadap pencapaian nilai OEE
berbeda halnya dengan variabel downtime yang memiliki pengaruh secara signifikan ke
arah negatif. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi downtime maka semakin
menurun atau berkurangnya nilai OEE.

Kata kunci: preventive maintenance, downtime, defect ptoduct, overall equipment


effectiveness
1. PENDAHULUAN Indosari Corpindo, Tbk sebagai produsen
makanan hanya berfokus pada hasil output
Perusahaan yang bergerak dibidang yang tinggi, pada awalnya memang berjalan
industri membutuhkan pemeliharaan dan dengan baik karena mesin-mesin produksi
perawatan yang berkesinambungan terhadap masih dalam kondisi baik. Tetapi dengan
mesin-mesin produksinya. Tanpa kondisi berjalannya waktu timbul permasalahan
mesin yang optimal, proses produksi tidak seperti tingkat defect produk (pcs/pack) dan
bisa mencapai tingkat produktivitas yang breakdown (menit) yang tinggi.
diharapakan. Pemeliharaan dan perawatan
merupakan kegiatan untuk menjamin mesin 2. TINJAUAN PUSTAKA
atau alat agar dapat bekerja sebagai mana
yang diinginkan. Tujuan pemeliharaan dan Maintenance (perawatan)
perawatan mesin antara lain adalah agar merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mesin atau alat yang tersedia dalam kondisi menjaga atau memperbaiki setiap fasilitas
menguntungkan, kesiapan peralatan agar tetap dalam keadaan yang dapat
cadangan dalam kondisi darurat, diterima menurut standar yang berlaku pada
keselamatan tenaga kerja, dan usia pakai tingkat biaya yang wajar (Aufar, 2014).
mesin lebih panjang. Kegiatan pemeliharan Tujuan dilakukannya tindakan perawatan
dan perawatan ini sudah seharusnya menjadi diantaranya adalah:
tanggung jawab bersama. Bukan hanya 1. Menjamin ketersediaan, keandalan
divisi engineering atau teknisi saja, melaikan fasilitas (mesin dan peralatan) secara
operator produksi yang bertugas ekonomis maupun teknis.
mengoperasikan mesin tersebut guna 2. Memperpanjang umur pakai fasilitas.
keperluan produksi juga harus turut serta 3. Menjamin kesiapan operasional seluruh
dalam menjalankan program tersebut fasilitas yang diperlukan dalam keadaan
melalui kegiatan autonomous maintenance, darurat.
mengoprasikan mesin dengan sebagai mana 4. Menjamin keselamatan kerja, keamanan
mestinya dan tentunya dengan penuh kehati- dalam penggunaannya.
hatian, serta membangun rasa memiliki Terdapat 5 kategori kebijakan
terhadap perawatan mesin atau alat yang perawatan yang termasuk kedalam jenis
mereka pakai agar kerusakan yang perawatan ini yaitu time directed, condition
disebabkan oleh faktor human error dapat directed, finding failure, run to failure,
dihindarkan atau diminimalisir. Penggunaan corecctive maintenance.
mesin-mesin produksi menjadi meningkat Peran aktivitas pemeliharaan
seiring dengan kebutuhan perusahaan untuk (maintenance) berubah seiring dengan
meningatkan produktivitasnya. Mesin-mesin tuntutan perkembangan kompetisi global.
produksi tersebut tidak bisa dibiarkan begitu Peran tersebut tidak lagi hanya sebatas
saja tanpa adanya pemeliharaan dan tindakan darurat untuk mengatasi kerusakan
perawatan. Mesin-mesin produksi semakin yang terjadi. Dengan diterapkannya sistem,
lama akan mengalami penurunan kinerja dan infrastruktur, proses dan prosedur yang
apabila dibiarkan terus-menerus akan benar dan konsisten, maka pemeliharaan
mengalami kerusakan (breakdown). dapat meminimalkan kerugian yang terjadi,
Permasalahan yang muncul akibat downtime operasional perusahaan menjadi lebih stabil,
ini misalnya keterlambatan produksi, pekerja hasil/output produksi dapat dimaksimalkan
yang menganggur, hilangnya waktu efektif dan produk dengan kualitas yang tinggi
untuk berproduksi sehingga mempengaruhi dapat dihasilkan secara konsisten (Mobley,
produktivitas perusahaan. Selain itu, dalam Daulay et.al, 2013).
kerusakan juga menyebabkan biaya yang Menurut Assauri dalam Sudrajat
dikeluarkan oleh perusahaan menjadi (2016) semua tugas dan kegiatan
meningkat akibat adanya biaya perbaikan pemeliharaan dapat digolongkan kedalam
mesin ataupun juga biaya untuk pembelian salah satu dari lima tugas pokok, yaitu 1)
mesin baru. Oleh karena itu, perusahaan isnpeksi, 2) kegiatan teknik (engineering), 3)
akan mengalami kerugian yang dapat kegiatan produksi (production), 4) kegiatan
menghilangkan keuntungan yang seharusnya administrasi (clerical work), dan 5)
dapat diperoleh perusahaan. PT.Nippon pemeliharaan bangunan (house keeping).
Downtime merupakan waktu yang - Quality 99%
dibutuhkan oleh mesin yang mengalami - Overall Equipment Efectiveness 85%
kerusakan dan berhenti, sampai dengan
waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan dan Peneilitian Terdahulu
mesin siap digunakan kembali (Ginting dan
Survana, 2012). Downtime terdiri dari Penelitian terdahulu,merupakan
beberapa unsur, yaitu: hasil – hasil penelitian terdahulu yang
a. Supply delay memberikan informasi terkait dengan
b. Maintenance delay metode penelitian, hasil,pembahasan yang
c. Access time digunakan sebagai dasar perbandingan
d. Diagnosis time dengan penelitian yang dilakukan, penelitian
e. Repair or replacement time terdahulu dari penelitian ini adalah sebagai
f. Verification and alignment time berikut:
Cacat (defect) memiliki pengertian
kekurangan yang menyebabkan nilai atau 1. Delia Fitri Rahmadhani, Harsono
mutunya kurang baik atau kurang sempurna. Taroepratjeka, Lisye Fitria dalam artikel
Produk cacat berarti barang atau jasa yang yang berjudul Usulan Peningkatan
dibuat dalam proses produksi namun Efektivitas Mesin Cetak Manual
memiliki kekurangan yang menyebabkan Menggunakan Metode Overall Equipment
nilai atau mutunya kurang baik atau kurang Effectiveness (OEE) terbit dijurnal Institut
sempurna. produk cacat merupakan yang Teknologi Nasional Jurusan Teknik Industri
dihasilkan tidak memenuhi standar yang Itenas No.04 Vol .02 Oktober 2014
telah ditetapkan tetapi masih bisa diperbaiki menghasilkan kesimpulan bahwa faktor
(Kholmi dan Yuningsih dalam Janah, 2017). yang sangat berpengaruh terhadap
Terjadinya produk cacat dan rusak rendahnya nilai OEE adalah nilai availability
ada 2 yaitu (Mursyidi dalam Janah, 2017): dan penyebab permasalahan tidak
a. Bersifat Normal yaitu dimana setiap tercapainya nilai OEE adalah umur mesin
proses produksi tidak bisa dihindari yang sudah tua sehingga sering terjadi
terjadinya produk rusak, maka gangguan-gangguan yang dapat
perusahaan telah memperhitungkan menghentikan proses produksi serta tidak
sebelumnya bahwa adanya produk rusak. ada jadwal perawatan mesin, mesin baru
b. Bersifat Kesalahan yaitu dimana akan diperbaiki jika telah mengalami
terjadinya produk rusak diakibatkan kerusakan.
kesalahan dalam proses produksi seperti
kurangnya perencanaan kurangnya 2. Betrianis, Robby Suhendra dalam artikel
pengawasan dan pengendalian, kelalaian yang berjudul Pengukuran Nilai Overall
pekerja dan sebagainya. Equipment Effectiveness Sebagai Dasar
OEE adalah suatu nilai yang Usaha Perbaikan Proses Manufaktur Pada
disajikan dalam bentuk rasio antara output Lini Produksi Terbit Dijurnal Teknik
actual dibagi dengan ouput maksimum dari Industri Vol. 7, No. 2, Desember 2005: 91-
peralatan yang digunakan dalam kondisi 100 menghasilkan kesimpulan bahwa
kinerja terbaik. OEE bertujuan untuk Rendahnya nilai pencapaian availability
menghitung efektivitas dan performansi dari ratio dari equipment losses yang ada
suatu mesin atau proses produksi. Dengan setengahnya (50%) diakibatkan oleh planned
menghitung OEE, maka dapat diketahui 3 downtime dan trouble quality.
komponen penting yang mempengaruhi
efektivitas mesin yaitu availability atau 3. Yugowati Praharsi, Iphov Kumala
ketersediaan mesin, performance rate atau Sriwana, Dewi Maya Sari dalam artikel yang
efisiensi produksi, dan Quality rate atau berjudul perancangan penjadwalan
kualitas output mesin.Standar dunia untuk Preventive Maintenance pada PT. Artha
masing – masing faktor berbeda – beda. Prima Sukses Makmur terbit dijurnal Ilmiah
Berikut adalah standar dunia dari masing – Teknik Industri Vol. 14, No. 1, Juni 2015
masing variabel (Vorne Industri Inc, 2016): ISSN 1412-6869 menghasilkan kesimpulan
- Availability 90% Hasil perhitungan preventive maintenance
- Performance 95% dapat menurunkan lama downtime dari 7.29
jam/bulan menjadi 7.08 jam/bulan, atau Menggunakan Metode Overall Equipment
sebesar 0,21 jam/bulan (2,85%). Sedangkan Effectiveness (OEE) terbit dijurnal Seminar
penurunan biaya perawatan mesin dengan Nasional Riset Terapan 2017 menghasilkan
preventive maintenance adalah dari Rp kesimpulan bahwa usulan perbaikan yang
14.469.590,00 menjadi Rp 8.908.230,00, dapat digunakan untuk meminimasi
atau terjadi penghematan sebesar 38%. kegagalan adalah melakukan jadwal
Tingkat kehandalan mesin juga mengalami perawatan sesuai dengan jadwal yang telah
peningkatan yang cukup signifikan, jika ditetapkan, melakukan pengecekan dan
kegiatan preventive maintenance mencari sparepart yang lebih baik. Penelitian
dilaksanakan. Sebaiknya PT. Artha Prima ini dapat diteruskan ke Reliability Centered
Sukses Makmur melakukan penggantian maintenance untuk memperbaiki prosedure
pencegahan komponen dan pemeriksaan preventive maintenance mesin Centrifugal.
secara berkala, sesuai dengan perhitungan
interval waktu yang telah dihitung. 7. Cindy Revitasari, Oyong Novareza, Zefry
Darmawan dalam artikel yang berjudul
4. Patardo Simanungkalit, Refdilzon Yasra, Penentuan Jadwal Preventive Maintenance
Bambang Wahyu Widiodo dalam artikel Mesin-Mesin Di Stasiun Gilingan (Studi
yang berjudul Perencanaan Sistem Kasus PG. Lestari Kertosono) terbit dijurnal
Perawatan Alat Angkat Kapasitas 5 Ton rekayasa dan manajemen sistem industri vol.
Dengan Metode Preventive Maintenance 3 no. 3 teknik industri universitas brawijaya
terbit dijurnal profisiensi, Vol.4 No.1 : 47-57 menghasilkan kesimpulan bahwa nilai OEE
Juni, 2016 ISSN Cetak: 2301-7244 dibawah 80% menunjukan bahwa mesin-
menghasilkan kesimpulan bahwa setelah mesin di stasiun gilingan memiliki tingkat
dilakukan penerapan sistem preventive efektivas yang rendah yang dapat
maintenance pada bulan Mei s/d bulan Juni menimbulkan kerugian yang lebih besar bila
2014 maka nilai OEE mengalami perbaikan tidak dilakukan perbaikan. Nilai OEE
sebesar 55% dimana nilai performance tersebut dapat ditingkatkan dengan
mesin forklift juga naik 58%. Nilai ini melakukan kontrol dan perbaikan secara
tentunya dapat dinaikkan lagi dengan rutin dan terjadwal.
menerapkan secara keseluruhan perawatan
berkala, yang tentunya dapat mengurangi 8. Lina Dwi Cahyani, Ishardita Pambudi
waktu kerusakan dan perbaikan mesin Tama, Dewi Hardiningtyas dalam artikel
forklift. Dengan demikian juga dapat yang berjudul Peningkatan Efektivitas Pada
meningkatkan produksi sehingga pengerjaan Mesin Welding Dengan Penerapan Konsep
pembuatan kapal dapat tercapai sesuai Total Productive Maintenance menghasilkan
dengan target. kesimpulan bahwa Berdasarkan hasil
perhitungan nilai Overall Equipment
5. Ichmandira Bintang Pamungkas, et al Effectiveness diketahui mesin welding
dalam artikel yang berjudul Pengembangan memiliki rata-rata sebesar 80,46%. Nilai
Program Preventive Maintenance Dengan tersebut masih belum memenuhi standar
Menggunakan Metode Reliability Centered World Class OEE sebesar 85,00%. Dari nilai
Maintenance (RCM II) Dan Perhitungan tersebut diketahui bahwa efektivitas dari
Overall Equipment Effectiveness (OEE) Di mesin welding secara keseluruhan masih
Plant Ammonia PT Pupuk Kujang 1A terbit memerlukan evaluasi untuk dilakukan
dijurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume perbaikan dalam upaya meningkatan
1, Nomor 1, Juli 2014 menghasilkan efektivitas mesin. Losses terbesar yang
kesimpulan Biaya perawatan yang terjadi pada mesin welding disebabkan oleh
dikeluarkan oleh perusahaan akan berkurang reduced speed (50,58%) dan breakdown
49% jika perusahaan menggunakan losses (48,56%). Kedua losses ini terjadi
kebijakan preventive maintenance jika disebabkan karena adanya
dibandingkan dengan kebijakan corrective kerusakan/kegagalan mesin sehingga
maintenance. menurunkan waktu produktif dari mesin.

6. Resa Miftahul Jannah, Supriyadi, Ahmad 9. Andita Rahayu dalam artikel yang
Nalhadi dalam artikel yang berjudul Analisis berjudul Evaluasi Efektivitas Mesin Kiln
Efektivitas Pada Mesin Centrifugal Dengan Dengan Penerapan Total Productive
Maintenance Pada Pabrik Ii/Iii Pt Semen peningkatan yang cukup signifikan, jika
Padang terbit di jurnal Optimasi Sistem kegiatan preventive maintenance
Industri, Vol. 13 No. 1, April 2014:454-485 dilaksanakan. Sebaiknya PT. Artha Prima
menghasilkan kesimpulan bahwa nilai rata- Sukses Makmur melakukan penggantian
rata performance efficiency kedua mesin ini pencegahan komponen dan pemeriksaan
hampir sama, yaitu berkisar antara 91% dan secara berkala, sesuai dengan perhitungan
92%. Bila dilakukan analisa OEE dan Six interval waktu yang telah dihitung.
Big Losses, maka yang menjadi penyebab
rendahnya OEE pada mesin kiln ini adalah 2. Patardo Simanungkalit, Refdilzon Yasra,
waktu kerusakan mesin yang tergolong Bambang Wahyu Widiodo dalam artikel
dalam frekuensi sering. Hal ini juga yang berjudul Perencanaan Sistem
berimbas pada penurunan kecepatan kerja Perawatan Alat Angkat Kapasitas 5 Ton
mesin kiln. Dengan Metode Preventive Maintenance
terbit dijurnal profisiensi, Vol.4 No.1 : 47-57
10. Abhishek Jain, Rajbir S. Bhatti, Juni, 2016 ISSN Cetak: 2301-7244
Harwinder Singh in the article entitled menghasilkan kesimpulan bahwa setelah
Reliability Paper OEE enhancement in dilakukan penerapan sistem preventive
SMEs through mobile maintenance:a TPM maintenance pada bulan Mei s/d bulan Juni
concept publish at international journal of 2014 maka nilai OEE mengalami perbaikan
quality & reability management Vol.32 sebesar 55% dimana nilai performance
No.5, 2015 pp.503-516 produce conclusions mesin forklift juga naik 58%. Nilai ini
that all the machines was less than 50 tentunya dapat dinaikkan lagi dengan
percent before implementation and it menerapkan secara keseluruhan perawatan
increases up to the range of 60 to 70 per cent berkala, yang tentunya dapat mengurangi
after implementation of the mobile waktu kerusakan dan perbaikan mesin
maintenance concept. According to forklift. Dengan demikian juga dapat
researchers, that was a drastic change in meningkatkan produksi sehingga pengerjaan
OEE of equipments in small and medium pembuatan kapal dapat tercapai sesuai
scale industry. Figure 2 shows that the dengan target.
reduction of breakdown time of machines
and Figure 3 show that how OEE of
machines will improve after mobile
maintenance implementation.

Hipotesis
Hipotesis pertama: ditetapkan
bahwa semakin berjalan preventive
maintenance akan berpengaruh terhadap
efektivitas mesin produksi.

1. Yugowati Praharsi, Iphov Kumala


Sriwana, Dewi Maya Sari dalam artikel yang
berjudul perancangan penjadwalan
Preventive Maintenance pada PT. Artha
Prima Sukses Makmur terbit dijurnal Ilmiah Gambar 2.1 Desain penelitian
Teknik Industri Vol. 14, No. 1, Juni 2015
ISSN 1412-6869 menghasilkan kesimpulan
Hasil perhitungan preventive maintenance
dapat menurunkan lama downtime dari 7.29 3. METODE PENELITIAN
jam/bulan menjadi 7.08 jam/bulan, atau
sebesar 0,21 jam/bulan (2,85%). Sedangkan Data yang dikumpulkan, kemudian
penurunan biaya perawatan mesin dengan diolah agar dapat digunakan dalam
preventive maintenance adalah dari Rp penelitian. Tahap pengolahan data dalam
14.469.590,00 menjadi Rp 8.908.230,00, penelitian ini adalah:
atau terjadi penghematan sebesar 38%. 1. Perhitungan AR (Availability Rate), yaitu
Tingkat kehandalan mesin juga mengalami Rasio yang menunjukan pemanfaatan
waktu yang tersedia untuk kegiatan
operasi mesin atau peralatan. Data yang Loading
Bulan Lini Downtime Availability
time
dibutuhkan adalah downtime dan loading (Jam)
(Jam)
time dengan rumus sebagai berikut: SB 28.560 4.665 0,84
Januari
WB 19.860 6.205 0,69

SB 27.560 4.630 0,83


Februari
WB 18.780 7.570 0,60
2. Perhitungan Performance, yaitu rasio
SB 29.235 4.008 0,86
yang menunjukan kemampuan dari Maret
peralatan dalam menghasilkan barang. WB 21.170 7.775 0,63
Data yang dibutuhkan adalah total SB 27.100 3.010 0,89
produksi, cycle time, dan operation time, April
dengan menggunakan rumus perhitungan WB 16.500 3.860 0,77
adalah sebagai berikut: SB 23.155 2.590 0,89
Mei
WB 14.925 3.635 0,76

SB 25.045 2.845 0,89


Juni
3. Perhitungan Quality, yaitu rasio yang WB 15.840 3.890 0,75
menunjukan kemampuan dari peralatan SB 31.720 2.289 0,93
untuk menghasilkan barang sesuai Juli
dengan standar yang ditentukan. Data WB 23.690 2.978 0,87
yang dibutuhkan adalah total produksi
dan banyaknya defect, dengan
menggunakan rumus perhitungan adalah Tabel 2. Perhitungan Performance rate
sebagai berikut:
Output Ideal
Operati performa
Bulan Lini (pcs/pac Cycle
on Time nce rate
k) time

SB 4.684.374 0,004 23.895 78%


Jan
4. Perhitungan Overall Equipment WB 1.356.646 0,008 13.655 79%

Effectiveness (OEE), yang diperoleh dari SB 4.667.174 0,004 22.930 81%


hasil perkalian ketiga kategoi tersebut. Feb
WB 1.356.460 0,008 11.210 97%
Sehingga rumus yang digunakan untuk
perhitungan adalah sebagai berikut: SB 4.923.389 0,004 25.227 78%
Mar
WB 1.393.958 0,008 13.395 83%

SB 4.840.350 0,004 24.090 80%


Apr
5. Dalam ilmu statistik, metode ini WB 1.349.960 0,008 12.640 85%
digunakan untuk melihat dan mengetahui
SB 4.215.052 0,004 20.565 82%
bagaimana hubungan antara dua atau Mei
lebih variabel independen terhadap satu WB 1.192.719 0,008 11.290 85%
variabel dependen (Levin dan Rubin, SB 4.559.110 0,004 22.200 82%
1998). Hubungan antara kedua variabel Jun
independen dan dependen diwakilkan WB 1.264.616 0,008 11.950 85%
melalui suatu persamaan multiple SB 5.698.993 0,004 29.431 77%
regresi. Jul
WB 2.264.616 0,008 20.712 87%

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan dan pengolahan data


dilakukan dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Perhitungan availability


Tabel 3. Perhitungan quality ratio Tabel 5. Model Summary

Output Good Quality Model Summaryb


Bulan Lini Reject
(pcs/pack) Product rate
R Std. Error
SB 4.684.374 201.910 4.482.464 0,96
Jan Squar Adjusted of the
WB 1.356.646 37.939 1.318.707 0,97
Model R e R Square Estimate
SB 4.667.174 416.461 4.250.713 0,91
Feb 1 ,893a ,798 ,738 ,03324
WB 1.356.460 24.208 1.332.252 0,98
a. Predictors: (Constant), defect, downtime, PM
SB 4.923.389 374.045 4.549.344 0,92
Mar b. Dependent Variable: OEE
WB 1.393.958 32.373 1.361.585 0,98

SB 4.840.350 389.109 4.451.241 0,92


Apr Dari tabel tersebut diperoleh nilai
WB 1.349.960 32.802 1.317.158 0,98
koefisiensi korelasi R = 0,893 dan koefisiensi
SB 4.215.052 202.792 4.012.260 0,95
Mei determinasi ganda R² = 0,798. Koefisiensi korelasi
WB 1.192.719 40.840 1.151.879 0,97
menyatakan hubungan simultan variabel independen
SB 4.559.110 272.028 4.287.082 0,94
Jun (X1, X2 dan X3) dengan variabel dependen (Y).
WB 1.264.616 38.763 1.225.853 0,97
Koefisiensi determinasi menyatkan kontribusi
SB 5.698.993 180.217 5.518.776 0,97
Jul variabel independen (X1, X2, dan X3) dalam
WB 2.264.616 30.976 2.233.640 0,99
menerangkan variabillitas variabel dependen (Y).

Tabel 6. Anova

ANOVAa
Tabel 3. Perhitungan OEE
Mean
Qual
Bula Availabi performanc ity OEE Sum of Squar
Lini
n lity (%) e rate (%) rate (%)
(%) Model Squares df e F Sig.
SB 84% 78% 96% 63%
Jan 1 Regression ,044 3 ,015 13,190 ,001b
WB 69% 79% 97% 53%
Residual ,011 10 ,001
SB 83% 81% 91% 62%
Feb
Total ,055 13
WB 60% 97% 98% 57%

SB 86% 78% 92% 62% a. Dependent Variable: OEE


Mar
WB 63% 83% 98% 51% b. Predictors: (Constant), defect, downtime, PM
Koefisiensi determinasi ganda R² =
SB 89% 80% 92% 66% 0,798 memiliki nilai probabilitas F hitung
Apl
WB 77% 85% 98% 64% sebesar Sig F = 0,001. Karena ρ # 0 dan
probabiltas F hitung lebih kecil daripada
SB 89% 82% 95% 69%
Mei taraf uji penelitian (sig F < α yaitu 0,001 <
WB 76% 85% 97% 62% 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima
SB 89% 82% 94% 68%
yang berarti pengaruh simultan X1,X2 dan
Jun X3 terhadap Y adalah signifikan.
WB 75% 85% 97% 62% Signifikansi hasil pengujian membuktikan
SB 93% 77% 97% 70% adanya pengaruh X1, X2 dan X3 secara
Jul bersama-sama terhadap Y. Dari nilai
WB 87% 87% 99% 75%
koefisien determinasi ganda tersebut dapat
dijelaskan bahwa 79,8% variasi Y
dipengaruhi secara bersama-sama oleh X1, Sig t = 0,679. Karena b1 # -1 dan
X2 dan X3. probabilitas t hitung lebih besar daripada
taraf uji penelitian (sig t > α atau 0,679 >
Tabel 7. Coefficients 0,05), maka H0 diterima dan Ha ditolak
yang berarti pengaruh parsial X1 terhadap Y
Coefficientsa tidak signifikan.

Standardi -Pengaruh parsial X2 terhadap Y ditunjukan


Unstandardized zed
oleh koefisien regresi X2 sebesar b2 = -3,29.
Hipotesis statistik yang diajukan adalah
Coefficients Coefficien
sebagai berikut:
Model t Sig.
ts
H0 : b1 = 0 : tidak ada pengaruh
Std.
B
Error
Beta
Ha : b1 ≠ 0 : ada pengaruh

1 (Constant) ,837 ,050 16,815 ,000 Koefisien regresi X2 sebesar b2 = -


3,29 memiliki nilai probabilitas t hitung
PM -1,143E-5 ,000 -,080 -,426 ,679
sebesar Sig t = 0,001. Karena b2 # -3 dan
downtime -3,292E-5 ,000 -,890 -4,934 ,001 probabilitas t hitung lebih kecil daripada
taraf uji penelitian (sig t < α atau 0,001 <
defect -4,944E-7 ,000 -,134 -,825 ,429
0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima
a. Dependent Variable: OEE
yang berarti pengaruh parsial X2 terhadap Y
signifikan. Signifikasi hasil pengujian
membuktikan adanya pengaruh parsial X2
hasil perhitungan analisis regresi terhadap Y yang bernilai negatif. Pengaruh
linear ganda diatas dapat dibentuk model negatif tersebut menunjukan bahwa semakin
persamaan regresi dan signifikansinya, tinggi X2 maka semakin menurun atau
sebagai berikut: berkurangnya nilai Y.

Y = 0,837 – 1,143X1 – 3,29X2 – 4,944X3 - Pengaruh parsial X3 terhadap Y ditunjukan


oleh koefisien regresi X3 sebesar b3 = -4,94.
(0,000) (0,679) (0,001) (0,429) Hipotesis statistik yang diajukan adalah
sebagai berikut:
Model persamaan regresi linear
ganda tersebut dapat dibaca atau diartikan H0 : b1 = 0 : tidak ada pengaruh
sebagai berikut:
Ha : b1 ≠ 0 : ada pengaruh
- Nilai konstan a = 0,837 signifikan karena
nilai probabilitas hitung lebih rendah Koefisien regresi X3 sebesar b3 = -
daripada taraf uji penelitian (Sig t < α atau 4,94 memiliki nilai probabilitas t hitung
0,000 < 0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa sebesar Sig t = 0,429. Karena b3 # -4 dan
jika X1, X2, dan X3 tidak ada atau bernilai probabilitas t hitung lebih besar daripada
nol maka Y akan bernilai positif sebesar taraf uji penelitian (sig t > α atau 0,429 >
0,837. 0,05), maka H0 diterima dan Ha ditolak
yang berarti pengaruh parsial X3 terhadap Y
- Pengaruh parsial X1 terhadap Y ditunjukan tidak signifikan.
oleh koefisien regresi X1 sebesar b1 = -
1,143. Hipotesis statistik yang diajukan
adalah sebagai berikut:
5. KESIMPULAN DAN SARAN
H0 : b1 = 0 : tidak ada pengaruh
Kesimpulan
Ha : b1 ≠ 0 : ada pengaruh Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan maka diperoleh kesimpulan
Koefisien regresi X1 sebesar b1 = -1,143 sebagai berikut:
memiliki nilai probabilitas t hitung sebesar
1. Variabel planned maintenance tidak 2. Unit maintenance sebagai pelaksana
berpengaruh terhadap pencapaian nilai preventive maintenance saat ini
OEE karena berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat menjalankan dan
yang diperoleh koefisien regresi X1 memastikan kegiatan preventive
sebesar b1 = -1,143 memiliki nilai maintenance sebagai salah satu pilar
probabilitas t hitung sebesar Sig t = TPM sudah dilakukan secara efektif .
0,679. Karena b1 # -1 dan probabilitas t 3. Bagian produksi diharapkan dapat ikut
hitung lebih besar daripada taraf uji serta dalam mengoptimalkan TPM
penelitian (sig t > α atau 0,679 > 0,05), dengan cara manjalankan autonomous
maka H0 diterima dan Ha ditolak yang maintenance sebagai langkah awal
berarti pengaruh parsial X1 terhadap Y mengurangi downtime yang dapat
tidak signifikan. menghambat proses produksi itu sendiri.
2. Variabel downtime memiliki pengaruh 4. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
secara negatif terhadap pencapaian nilai manganalisis lebih dalam mengenai
OEE karena berdasarkan hasil penelitian Overall Equiment Efficieny sesuai
yang diperoleh Koefisien regresi X2 dengan standar yang telah ditetapkan
sebesar b2 = -3,29 memiliki nilai oleh Japanese Institute Productive
probabilitas t hitung sebesar Sig t = Maintenance (JIPM).
0,001. Karena b2 # -3 dan probabilitas t
hitung lebih kecil daripada taraf uji Daftar Pustaka
penelitian (sig t < α atau 0,001 < 0,05),
maka H0 ditolak dan Ha diterima yang Aufar, A.N.; Kusmaningrum.;
berarti pengaruh parsial X2 terhadap Y Prassetiyo, H. (2014). Usulan
signifikan. Signifikasi hasil pengujian Kebijakan Perawatan Area
membuktikan adanya pengaruh parsial Produksi Trim Chassis Dengan
X2 terhadap Y yang bernilai negatif. Menggunakan Metode
Pengaruh negatif tersebut menunjukan Reliability Centered
bahwa semakin tinggi X2 maka semakin Maintenance (Studi Kasus : Pt.
menurun atau berkurangnya nilai OEE. Nissan Motor Indonesia). Jurnal
3. Variabel defect product tidak Online Institut Teknologi
berpengaruh terhadap pencapaian nilai Nasional Jurusan Teknik
OEE karena berdasarkan hasil penelitian Industri Itenas No.04, Vol.02.
yang diperoleh koefisien regresi X3 Betrianis.; Suhendra, R. (2005).
sebesar b3 = -4,94 memiliki nilai Pengukuran Nilai Overall
probabilitas t hitung sebesar Sig t = Equipment Effectiveness
0,429. Karena b3 # -4 dan probabilitas t Sebagai Dasar Usaha Perbaikan
hitung lebih besar daripada taraf uji Proses Manufaktur Pada Lini
penelitian (sig t > α atau 0,429 > 0,05), Produksi. Jurnal Teknik Industri
maka H0 diterima dan Ha ditolak yang Vol. 7, No. 2, Desember 2005:
berarti pengaruh parsial X3 terhadap Y 91- 100
tidak signifikan. Daulay, I.N.; Nurutami, S.S.; Daniel,
D.D. (2013). Analisis
Saran Maintenance Reliability
Dari hasil penelitian yang sudah Terhadap Mtbf (Mean Time
dilakukan, maka penulis ingin Between Failures) Facilities
memberikan sedikit masukan atau saran Pada Industri Pulp & Paper.
sebagai berikut: Jurnal Ekonomi Volume 21,
1. Perusahaan perlu meninjau kembali Nomor 4.
tentang penerapan preventive Ginting, M.; Survana, I.M.P. (2012).
maintenance mengingat hal tersebut Usulan Peningkatan Performa
adalah salah satu upaya untuk Mesin K413 Berdasarkan
mengurangi downtime yang dapat Analisis Nilai Overall
mempengaruhi menurunnya pencapaian Equipment Effectiveness Pada
nilai OEE. Divisi Knitting Di Pt Mulia
Knitting Factory. Jurnal Teknik
dan Ilmu Komputer Vol. 01 No. jurusan teknik mesin fakultas
04, Okt – Des 2012. teknik universitas negeri
Jain, A.; Bhatti, R.S.; Singh, H. (2015). semarang.
Reliability Paper OEE
enhancement in SMEs through
mobile maintenance: a TPM
concept. International Journal of
Quality & Reliability
Management Vol. 32 No. 5.
Janah, M. (2012). Analisis Produk Cacat
Dan Produk Rusak (Studi Pada
CV. Aneka Karya Glass
Pabelan). Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Islam Institut
Agama Islam Negeri Surakarta.
Jannah, R.M.; Supriyadi.; Nalhadi, A.
(2017). Analisis Efektivitas
Pada Mesin Centrifugal Dengan
Menggunakan Metode Overall
Equipment Effectiveness
(OEE). Seminar Nasional Riset
Terapan 2017 ISBN: 978-602-
73672-1-0.
Pamungkas, I.B.; Rachmat, H.;
Kurniawati, A.; (2014).
Pengembangan program
preventive maintenance dengan
menggunakan metode reliability
centered maintenance (RCM II)
dan perhitungan overall
equipment effectiveness (OEE)
di plant ammonia pt pupuk
kujang 1A. Jurnal Rekayasa
Sistem & Industri Volume 1,
Nomor 1.
Praharsi, Y.; Sriwana, I.K.; Maya, S.D.
(2015). Perancangan
penjadwalan preventive
maintenance pada pt. Artha
prima sukses makmur. Jurnal
Ilmiah Teknik Industri, Vol. 14,
No. 1.
Simanungkalit, P.; Yasra, R.; Widiodo,
B.W. (2016). Perencanaan
sistem perawatan alat angkat
kapasitas 5 ton dengan metode
preventive maintenance (Studi
Kasus PT.Trikarya alam ).
Profisiensi, Vol.4 No.1 : 47-57
ISSN Cetak: 2301-7244.
Sudrajat, D. (2016). Pengaruh preventive
maintenance terhadap hasil
produksi pada proses produksi
mesin area line d di PT.
Triangle motorindo. Skripsi

Anda mungkin juga menyukai