Anda di halaman 1dari 39

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................

KATA PENGANTAR..................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................

C. Tujuan Penelitian...........................................................................

D. Manfaat Penelitian.........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang ASI Ekslusif.........................................

1. Pengertian ASI Ekslusif..........................................................

2. Manfaat ASI Ekslusif.............................................................

3. Faktor-Faktor Pemberian ASI Ekslusif.................................

4. Jenis-Jenis ASI Ekslusif.........................................................

5. Komposisi ASI Ekslusif.........................................................

B. Tinjauan Umum Tentang Gizi Pada Balita....................................

1. Pengertian Balita.....................................................................

2. Pengertian Status Gizi.............................................................

3. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Status Gizi Balita..........

4. Cara Penanganan Masalah Gizi Pada Balita...........................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberian ASI eksklusif adalah salah satu teknik penting untuk

mengurangi angka kematian anak yang telah disarankan oleh Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO). Menyusui tertentu dicirikan sebagai pemberian

asupan makanan kepada bayi sejak kelahiran utama hingga sekitar setengah

tahun tanpa makanan atau minuman tambahan (Thet et al., 2016). Penelitian

telah menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak disusui selama kurang dari

setengah tahun, 3,5 kali berisiko menderita penyakit pernapasan dan beberapa

kali berisiko terkena infeksi saluran pencernaan seperti lari, dan 1,5 kali

mengalami kelebihan berat badan selama masa remaja (Charlick et al. (2019).

ASI eksklusif adalah memberi air susu ibu selama 6 bulan tanpa ada

makanan atau minuman tambahan lainnya yang mulai dilakukan saat bayi baru

lahir sampai bayi berumur 6 bulan. ASI adalah sumber makanan paling

sempurna untuk bayi karena memiliki kandungan berbagai zat dan antibodi

yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Bayi yang

mendapatkan ASI eksklusif terbukti lebih sulit terserang penyakit (Pitaloka,

Abrory and Pramita, 2018).

Tercatat data tahun 2017, angka pemberian ASI eksklusif untuk bayi di

bawah usia enam bulan secara keseluruhan adalah 40%. Hanya 23 negara yang

mencapai setidaknya 60% bayi kurang dari enam bulan mendapatkan ASI

eksklusif . Masalah ini terutama terlihat di Amerika, hanya 6 persen negaranya


yang memiliki angka pemberian 3 ASI eksklusif di atas 60%. Global

Breastfeeding Collective menetapkan target untuk meningkatkan angka

pemberian ASI eksklusif minimal 60% pada tahun 2030 (WHO, 2017).

Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2019 sebesar

67,74%. Pada tahun 2018, tercatat ada 119.563 bayi yang memiliki usia di

bawah 6 bulan di Provinsi Sulawesi Selatan dan sebanyak 72,97% (87.241)

bayi yang mendapatkan ASI eksklusif . Di Kota Makassar didapatkan 24.197

bayi yang berusia di bawah 6 bulan dan sebanyak 79% (19.116) bayi yang

mendapatkan ASI eksklusif (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan,

2018).

Berdasarkan WHO (World Health Organization) dan IDAI (Ikatan Dokter

Anak Indonesia) telah memberikan kode etik yang memberikan aturan agar

setiap bayi wajib diberikan ASI eksklusif (ASI tanpa makanan tambahan

apapun, meski itu air putih) sampai usia minimal mencapai 6 bulan. Jika telah

mencapai usia 6 bulan, bayi secara bertahap diberikan MP-ASI (makanan

pendamping ASI) yaitu berupa buah, nasi tim, bubur susu dan lain-lain. Perlu

diingat bahwa MP-ASI bukanlah makan pengganti ASI (Pitaloka, Abrory and

Pramita, 2018).

Daerah di Indonesia yang mencapai target yang telah ditentukan dengan

persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif berdasarkan target

Renstra tahun 2015-2019 terdapat pada Nusa Tenggara Barat (87,35%),

sedangkan persentase terendah berada di Papua (15,32%). Target cakupan ASI

eksklusif di Indonesia masih sulit untuk dicapai, karena masih banyak ibu yang
tidak mau memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dengan berbagai alasan.

Kondisi tersebut mengakibatkan cakupan keberhasilan 4 pemberian ASI

eksklusif pada bayi tergolong masih rendah (Kementerian Kesehatan RI,

2018).

ASI dihasilkan oleh kelenjar payudara melalui proses laktasi. ASI harus

diberikan karena memiliki manfaat bagi bayi antara lain, dapat memberikan

pengaruh baik dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi, memiliki

kandungan antibodi yang dapat melindungi bayi dari penyakit infeksi bakteri,

virus, jamur, dan parasit, mengandung komposisi yang tepat karena kandungan

ASI diciptakan sesuai dengan kebutuhan bayi, 2 meningkatkan kecerdasan

bayi, bayi terhindar dari alergi yang biasanya timbul setelah mengonsumsi susu

formula, bayi merasakan kasih sayang ibu secara langsung saat proses

pemberian ASI dan saat beranjak dewasa dapat menurunkan risiko untuk

terkena hipertensi, obesitas dan diabetes melitus tipe 2.

Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif lebih rentan untuk terkena

penyakit kronis, seperti penyakit jantung, hipertensi dan diabetes setelah ia

dewasa serta dapat menderita kekurangan gizi dan mengalami obesitas. Selain

bermanfaat bagi bayi, pemberian ASI eksklusif juga bermanfaat bagi ibu di

antaranya berfungsi sebagai kontrasepsi alami saat ibu menyusui dan sebelum

menstruasi, menjaga kesehatan ibu dengan mengurangi risiko terkena kanker

payudara, dan membantu ibu untuk menjalin ikatan batin kepada anak.

Pemberian ASI dapat membantu mengurangi pengeluaran keluarga karena

tidak membeli susu formula yang harganya mahal (Yusrina and Devy, 2017).
ASI merupakan nilai nutrisi yang unggul.Komposisi nutrient yang terdapat

di dalam ASI sangat tepat dan ideal untuk tumbuh kembang anak. ASI

eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa disertai makanan dan minuman tambahan

lain sampai usia 6 bulan. ASI non eksklusif yaitu pemberian ASI disertai

makanan atau minuman tambahan lain sebelum usia 6 bulan. Menurut WHO,

bayi dianjurkan 2 untuk di berikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Setelah 6

bulan pertama, ASI tetap dilanjutkan disertai dengan pemberian makanan

pendamping utuk melengkapi nutrisi ASI sampai bayi berusia 2 tahun (Cika

Irlia Azzahra, 2013).

Pemberian zat gizi yang seimbang dapat mempengaruhi status gizi pada

anak terutama selama dua tahun pertama kehidupan. Kurang terpenuhinya zat

gizi selama periode ini, akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan

perkembangan yang secara permanen. Pemberian ASI eksklusif, makanan

pendamping ASI tidak tepat dan kejadian penyakit infeksi mempengaruhi

status gizi (Nuril Aiffa D, 2017).

Berdasarkan laporan dari Riskesdas tahun 2018, prevalensi status gizi

menurut (BB/U) pada anak umur 0-23 bulan (Baduta), daftar status gizi di

Indonesia yaitu 3,8% mengalami gizi buruk, 11,4% mengalami gizi kurang,

82% mengalami gizi baik dan 2,7 % mengalami gizi lebih (Laporan Nasional

Rikerdas 2018).
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat di rumuskan permasalahan “Bagaimana

hubungan antara pemberian ASI eksklusif dan status gizi pada balita di

Makassar Tahun 2020”?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui

hubungan antara pemberian ASI eksklusif dan status gizi pada balita di

Makassar Tahun 2020

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberi sumbangan teoritik bagi ilmu kesehatan, Sebagai sumber

referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang

berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif dan status gizi pada balita.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sebagai salah satu sumber

pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Pemberian

ASI Ekslusif dan Status Gizi pada Balita di makassar Tahun 2021.

b. Manfaat Bagi Masyarakat

Bagi ibu-ibu yang memiliki Balita, diharapkan dapat memperluas

pengetahuan terhadap pentingnya meningkatkan pengetahuan tentang

Pemberian ASI Ekslusif dan Status gizi terkhusus bagi si balita agar

dapat terjaga kesehatannya.


c. Manfaat Institusi

Diharapkan dapat memberikan masukan dalam sistem pendidikan,

terutama untuk materi perkuliahan dan memberikan gambaran serta

informasi bagi penelitian selanjutnya.

.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pemberian ASI Ekslusif

1. Pengertian ASI Ekslusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan cairan lain

seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan

makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, dan nasi tim.

ASI Eksklusif dianjurkan dalam jangka waktu 6 bulan (Haryono and

Setianingsih, 2014).

ASI eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun

2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam

bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau

minuman lain, kecuali; obat, vitamin, dan mineral (Kementerian

Kesehatan RI, 2016). Menyusui eksklusif adalah tidak memberikan bayi

makanan atau minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali

obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan)

(Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Pemberian ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan

dapat membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi secara

khusus sejak lahir hingga bayi usia 2 tahun. Sejak adanya program

pembrian ASI eksklusif masih jauh dari apa yang di harapkan di

karenakan kurangannya dukungan dari keluarga pada ibu dalam pemberian


ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif merupakan jalan terbaik untuk

memenuhi gizi anak selama 2 tahun (Yosevian, 2018). Melalui ASI

eksklusif bayi memperoleh asupan nutrisi yang terbaik yang dalam

membentu perkembangan bayi sejak lahir hingga 6 bulan, apabila hal ini

berhasil dilakukan oleh ibu, maka perkembangan bayi akan terlihat sangat

sehat serta jauh dari pengakit ( Yosevian, 2018).

ASI eksklusif merupakan Makanan terbaik dan paling ideal untuk

anak-anak hingga usia setengah tahun. Pemberian ASI secara eksklusif

hingga anak berusia 2 tahun juga telah diperjelas oleh Allah SWT. dalam

Surah Al-Baqarah/2:233.

       


        
          
         
          
        
        
      

Terjemahanya:
“Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2 tahun
penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban
ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut.
Seseorang tidak dibebani oleh dari kesanggupannya. Janganlah seorang
ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah menderita
karena anaknya. Ahli warispun berkewajiban seperti itu pula. Apabila
keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan
antara keduanya dan jika kamu ingin menyusuhkan anakmu kepada
orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran
dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (Kementrian
Agama RI, 2014: 37).
Berdasarkan penjelasan di atas, ayat ini memerintahkan dengan sangat

kukuh kepada para ibu agar menyusukan anak-anaknya. Kata al-walidat dalam

penggunaan Al-Qur’an berbeda dengan kata ummahat yang merupakan bentuk

jamak dari kata umm. Kata ummahat digunakan untuk menunjuk kepada para

ibu kandung sedangkan kata al-wa’lidat maknanya adalah para ibu, baik ibu

kandung maupun bukan. Ini berarti Al-Qur'an ‘sejak dini telah menggariskan

bahwa air susu ibu, baik ibu kandung maupun bukan, adalah makanan terbaik

buat bayi hingga usia dua tahun.

Namun demikian, tentunya air susu ibu kandung lebih baik dari pada

lainnya. Penyusuan yang selama 2 tahun itu, walaupun diperintahkan, bukanlah

kewajiban. Ini dipahami dari penggalan ayat yang menyatakan bagi yang ingin

menyempurnakan penyusuan. Ibu yang menyusui bayinya memerlukan biaya

agar kesehatannya tidak terganggu dan air susunya selalu tersedia.

Atas dasar itu, lanjutan ayat menyatakan merupakan kewajiban atas yang

dilahirkan untuknya, yakni ayah, memberi makan dan pakaian kepada para ibu

kalo ibu dan anak-anak yang disusukan itu telah diceraikannya atau berstatus

istri walaupun telah ditalak, maka kewajiban memberi makan dan pakaian

adalah kewajiban atas dasar hubungan suami istri sehingga, bila mereka

menuntut imbalan penyususan anaknya, suami wajib memenuhinya selama

tuntutan imbalan itu dinilai wajar (Shihab, 2002).

Selain itu, ASI memberikan dampak positif dari segi ekonomi

sehingga tidak memberatkan ibu dan keluarga dalam hal pemberian susu

bagi bayi. Dengan adanya penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan


bahwa ASI merupakan nutrisi yang sangat penting, dibutuhkan dan

sempurna bagi bayi serta Al-Qur’an merupakan kebenaran yang bersumber

dari Allah swt Sejak lahir hingga 2 tahun penuh, para ibu disuruh

menyusui anakanaknya. 2 tahun adalah jangkauan terjauh dari

kesempurnaan menyusui. Menyusui untuk waktu yang sangat lama,

meskipun diminta, bukanlah komitmen. Hal ini terlihat dari penggalan

kalimat “bagi individu yang perlu menyusui secara sempurna”.

Bagaimanapun, itu adalah saran yang digarisbawahi dengan tegas, seolah-

olah itu adalah perintah wajib (Shihab, 2002).

2. Manfaat ASI Ekslusif

Adapun manfaat ASI yaitu sebagai berikut :

a. Bayi mendapatkan nutrisi dan enzim terbaik yang dibutuhkan.

b. Bayi mendapatkan zat kekebalan tubuh serta perlindungan dan

kehangatan melalui kontak kulit dengan ibunya.

c. Meningkatkan sensitifitas ibu akan kebutuhan bayinya.

d. Mengurangi pendarahan serta konservasi zat besi, protein, dan zat

lainya, mengingat ibu tidak haid selama menyusi sehingga menghemat

zat yang terbuang.

e. Penghematan anggaran karena tidak perlu membeli susu dan segala

perlengkapannya.

f. ASI eksklusif dapat menurunkan angka kejadian alergi, terganggunya

pernapasan, diare, dan obesitas pada anak. (Riksani, 2013)


WHO menyatakan ASI memiliki potensi terbesar dalam

menurunkan angka kematian anak. ASI mengandung nutrisi yang tidak

dapat digantikan oleh bahan makanan lain. ASI membangun sistem imun

anak dalam mencegah berbagai penyakit, seperti: infeksi pernapasan,

penyakit saluran pencernaan, obesitas, dan penyakit berbahaya lainnya

(WHO, 2014)

Bayi mendapatkan banyak manfaat dari ASI. Selain mendapatkan

nutrisi yang dibutuhkan bayi, ASI juga berperan penting dalam melindungi

dan meningkatkan kesehatan bayi. UNICEF mengatakan bahwa ASI

menyelamatkan jiwa bayi terutama di negara-negara berkembang.

Keadaan ekonomi yang sulit, kondisi sanitasi yang buruk, serta air bersih

yang sulit didapat menyebabkan pemberian susu formula sebagai

penyumbang resiko terbesar terhadap kondisi malnutrisi dan munculnya

berbagai macam penyakit sepeti diare akibat penyiapan dan pemberian

susu formula yang tidak higienis. Laporan WHO juga menyebutkan bahwa

hampir 90% kematian balita terjadi di negara berkembang dan lebih dari

40% kematian tersebut disebabkan diare dan infeksi saluran pernafasan

akut yang dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif (Monika and

F.B., 2014; WHO, 2014).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Ekslusif

a. Faktor internal
1) Pendidikan

Makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk

menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang

dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

sikap terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan, termasuk mengenai

pemberian ASI eksklusif.

2) Pengetahuan

Pengetahuan yang rendah tentang mafaat dan tujuan pemberian

ASI eksklusif bisa menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI

eksklusif pada bayi. Kemungkinan pada saat pemerikasaan

kehamilan, mereka tidak memperoleh penyuluhan intensif tentang

ASI Eksklusif, kandungan, dan manfaat ASI, teknik menyusui, dan

kerugian jika tidak memberikan ASI eksklusif.

3) Sikap atau Perilaku

Menciptakan sikap yang mengenai ASI dan menyusi dapat

meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

4) Psikologis

Takut kehilangan daya tarik sebagai seseorang wanita (estetika)

karena adanya anggapan para ibu bahwa menyusi akan merusak

penampilan, dan khawatir dengan menyusui akan tampak tua. Serta

adanya tekanan batin ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui

bayi sehingga dapat mendesak ibu untuk mengurangi frekuensi dan

lama menyusui bayinya, bahkan mengurangi menyusui.


5) Fisik ibu

Alasan ibu yang sering muncul untuk tidak menyusui adalah karena

ibu sakit, baik sebentar maupun lama. Sebenarnya jarang sekali ada

penyakit yang mengharuskan ibu untuk berhenti menyusui. Lebih

jauh berbahaya untuk memulai memberi bayi berupa makanan

buatan daripada membiarkan menyusui bayinya, bahkan

mengurangi menyusui.

6) Emosional

Faktor emosi mampu mempengaruhi produksi ASI. Aktifitas sekresi

kelenjarkelenjar susu itu senantiasa berubah-ubah oleh pengaruh

kejiwaan yang dialami oleh ibu. Perasaan ibu dapat mengahambat

atau meningkatkan pengeluaran oksitosin, perasaan takut, gelisah,

marah, sedih, cemas, kesal, malu atau nyeri hebat akan

mempengaruhi reflex oksitosin yang akhirnya menekan pengeluaran

ASI. Sebaiknya, perasaan ibu yang berbahagia, senang, perasaan

menyangi bayi, memeluk, mencium, dan mendengar bayinya yang

menangis, perasaan bangga menyusui bayinya akan meningkatkan

pengeluaran ASI.

b. Faktor Eksternal

1) Peranan ayah
Dari semua dukungan bagi ibu menyusui dukungan sang ayah adalah

dukungan yang paling berarti bagi ibu. Ayah dapat berperan aktif

selama keberhasilan pemberian ASI khususnya ASI eksklusif dengan

cara memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan

yang praktis. Untuk membesarkan seorang bayi, masih banyak yang

dibutuhkan selain menyusui seperti menyendawakan bayi,

menggendong bayi, memandikan bayi, menenangkan bayi yang

gelisah, mengantikan popok, membawa bayi jalan-jalan di taman,

memberikan ASI perah, dan memijat bayi. Kecuali menyusui semua

tugas tadi dapat dikerjakan oleh ayah.

Dukungan ayah sangat penting dalam suksesnya menyusui,

terutama untuk ASI eksklusif. Dukungan emosional suami sangat

berarti dalam menghadapi tekanan luar yang meragukan perlunya

ASI. Ayahlah yang menjadi benteng pertama saat ibu mendapat

godaan yang datang dari keluarga terdekat, orang tua atau mertua.

Ayah juga berperan dalam pemerikasaan kehamilan, menyediakan

makanan bergizi untuk ibu dan membantu meringankan pekerjaan

istri. Kondisi ibu yang sehat dan suasana yang menyenangkan akan

meningkatkan kestabilan fisik ibu sehingga produksi ASI lebih baik.

Lebih lanjut ayah juga ingin berdekatan dengan bayinya dan

berpartisipasi dalam perawatan bayinya, walau waktu yang dimiliki

terbatas

2) Perubahan sosial budaya


a. Ibu–ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.

Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan

adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan kebutuhan

masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan

lamanya menyusui. Pekerjaan terkadang mempengaruhi

keterlambatan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Secara

teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak cukup untuk

memperhatikan kebutuhan ASI.

Pada hakekatnya pekerjaan tidak boleh menjadi alasan ibu

untuk berhenti meberikan ASI secara eksklusif. Untuk menyiasati

pekerjaan, maka selama ibu tidak dirumah, bayi mendapatkan ASI

perah yang telah diperoleh satu hari sebelumnya. Secara ideal

tempat kerja yang mempekerjakan perempuan hendaknya memiliki

“tempat penitipan bayi atau anak”. Dengan demikian ibu dapat

membawa bayinya ke tempat kerja dan menyusui setiap beberapa

jam. Namun bila kondisi tidak memungkinkan maka ASI perah atau

pompa adalah pilihan yang tepat. Tempat kerja yang

memungkinkan karyawatinya berhasil menyusui bayinya secara

eksklusif dinamakan Tempat Kerja Sayang Ibu.

b. Meniru teman

Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang

meberikan susu botol. Presepsi masyarakat akan gaya hidup


mewah, membawa dampak terhadap kesediaan ibu untuk

menyusui. Bahkan adanya pandangan bagi kalangan tertentu,

bahwa susu botol sangat cocok buat bayi dan merupakan makanan

yang terbaik. Hal ini di pengaruhi oleh gaya hidup yang selalu

berkeinginann untuk meniru orang lain atau pretise.

c. Merasa ketinggalan zaman jika menyusui

Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja

dan adanya emansipasi menyebabkan di dalam segala bidang kerja

dan di kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan

menyusui dan lamanya menyusui. Pekerjaan terkadang

mempengaruhi keterlambatan ibu untuk memberikan ASI secara

eksklusif. Secara teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga

tidak cukup untuk memperhatikan kebutuhan ASI. Pada

hakekatnya pekerjaan tidak boleh menjadi alasan ibu untuk

berhenti memberikan ASI secara eksklusif. Untuk menyiasati

pekerjaan maka selama ibu tidak dirumah, bayi mendapat ASI

perah yang telah diperoleh satu hari sebelumnya.

3) Faktor kurangnya petugas kesehatan

Kurangnya petugas kesehatan didalam memberikan informasi

kesehatan, menyebabkan masyarakat kurang mendapatkan informasi

atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI. Penyuluhan kepada

masyarakat mengenai manfaat dan cara pemanfaatannya.

4) Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI


Peningkatan sarana komunikasi dan trasportasi yang memudahkan

periklanan distribusi susu buatan menimbulkan pergeseran perilaku dari

pemberian ASI ke pemberian Susu formula baik di desa maupun

perkotaan. Distribusi, iklan dan promosi susu buatan berlangsung terus,

dan bahkan meningkat tidak hanya di televisi, radio, dan surat kabar

melainkan juga ditempat-tempat praktek swasta dan klinik-klinik

kesehatan masyarakat di Indonesia.

Iklan menyesatkan yang mempromosikan bahwa susu suatu prabik

sama baiknya dengan ASI, sering dapat menggoyahkan keyakinkan ibu,

sehingga tertarik untuk coba menggunakan susu instan itu sebagai

makanan bayi. Semakin cepat memberi tambahan susu pada bayi,

menyebabkan daya hisap berkurang, karena bayi mudah merasa

kenyang, maka akan malas menghisap puting susu, dan akibatnya

produksi prolaktin dan oksitosin akan berkurang.

5) Pemberian informasi yang salah

Pemberian infromasi yang salah, justru datangnya dari petugas

kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu

kaleng. Penyediaan susu bubuk di Puskesmas disertai pandangan

untuk meningkatkan gizi bayi, seringkali menyebabkan salah arah dan

meningkatkan pemberian susu botol. Promosi ASI yang efektif

haruslah dimulai pada profesi kedokteran, meliputi pendidikan di

sekolah-sekolah kedokteran yang menekankan pentingnya ASI.

6) Faktor pengelolaan laktasi di ruang bersalin (praktik IMD)


Untuk menunjang keberhasilan laktasi, bayi hendaknya di susui

segera atau sendiri mungkin setelah lahir. Namun tidak semua

persalinan berjalan normal dan tidak semua dapat dilaksanakan

menyusui dini. IMD disebut early initation atau pemulaan menyusui

dini yaitu bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir.

Keberhasilan praktik IMD, dapat membantu agar proses pemberian ASI

eksklusif berhasil, sebaliknya jika IMD gagal dilakukan, akan menjadi

penyebab terhadap gagalnya pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2007).

4. Jenis-Jenis ASI Eksklusif

Jenis ASI terbagi menjadi 3 yaitu kolostrum, ASI masa peralihan

dan ASI mature.

a. Kolostrum

Kolostrum adalah susu yang keluar pertama, kental,

berwarnakuning dengan mengandung protein tinggi dan sedikit lemak

(Walyani, 2015). Air susu ini sangta kaya protein dan zat kekebalan tubuh

atau imonogobulin (IgG,IgA, dan IgM), mengandung lebih sedikit lemak

dan karbohidrat.

b. Susu transisi

Susu transisi yaitu ASI yang keluar pada hari ke-3 sampai hari ke-

10 setelah kelahiran. Setelah masa adaptasi dengan perlingdungan

kolostrum, payudara akan nenghasilkan susu permulaan atau transisi yang

lebih bening dan jumlahnya lebih banyak. Kadar immunoglobulin dan

proteinnya menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.


c. Susu mature

Susu mature atau matang yaitu ASI yang keluar setelah hari ke-10

pasca persalinan. Komposisinya stabil dan tidak berubah. Jika bayi lahir

prematur atau kurang bulan, ASI yang dihasilkan memiliki kandungan

berbeda, yaitu lebih banyak mengandung protein. Hal ini sesuai dengan

kebutuhan pertumbuhan bayi prematur yang biasanya memiliki berat

badan kurang dan banyak hal pada tubuhnya yang belum sempurna

(Riksani, 2013).

5. Komposisi ASI Eksklusif

a. Air

Air merupakan kandungan ASI yang terbesar, jumlahnya kira-kira 88%

dari ASI. Air berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat

didalamnya dan berkontribusi dalam mekanisme regulasi suhu tubuh,

dimana pada bayi terjadi 25% kehilangan suhu tubuh akibat

pengeluaran air melalui ginjal dan kulit. ASI merupakan sumber air

yang mana. Kandungan air yang relatif tinggi dalam ASI ini akan

meredakan rangsangan haus dari bayi.

b. Karbohidrat

Sebesar 90% energi terdapat pada ASI berasal dari karbohidrat dan

lemak, sedangkan 10% berasal dari protein. Karbohidrat yang utama

terdapat dalam ASI adalah laktosa. ASI mengandung 7 gram laktosa

untuk setiap 100 ml. kadar laktosa yang tinggi ini sangat

menguntungkan karena laktosa menstimulus mikroorganisme untuk


memproduksi asam laktat. Adanya asam laktat akan memberikan

suasana asam didalam usus bayi yang memberikan beberapa

keuntungan yaitu :

1) Menghambat pertumbuhan bakteri patogen

2) .Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memperoduksi asam

organik dan mensintesis vitamin.

3) Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat.

4) Memudahkan absorpsi dan mineral misalnya kalsium, fosfor dan

magnesium.

Laktosa relatif tidak larut sehingga waktu proses digesti di

dalam usus bayi lebih lama, tetapi dapat diabsorpsi dengan baik

oleh usus bayi. Selain laktosa yang merupakan 7% dari total ASI

juga terdapat glukosa (1,4 gram/ 100 ml), galaktosa (1,2 gram/ 100

ml), dan glukosamin (0,7 gram/ 100 ml). Galaktosa berperan

penting untuk pertumbuhan otak dan medulla spinalis,

pembentukan meilin di medulla spinalis dan sintetis galaktosida.

ASI juga mengandung glukosamin yang merupakan bifidus faktor,

yang akan mengacu pertumbuhan Lactobasilus bifidus yang

merupakan bakteri baik

c. Protein
Kadar protein pada ASI semakin berkurang dari kolostrum hingga

susu matur. Kadar protein pada kolstrum (2%) : transisi (1,5%) : matur

(1%). Protein dalam ASI terdiri dari kasein, serum albumin, α-

laktalbumin, β-laktoglobulin, immunoglobulin, dan glikoprotein. ASI

mengandung protein yang lebih rendah dari susu sapi, tetapi protein

ASI mengandung zat gizi yang lebih mudah dicerna bayi. ASI

mengandung protein yang lebih rendah dari susu sapi, tetapi protein

ASI mengandung zat gizi yang lebih mudah dicerna bayi. Rasio protein

whey : kasein dalam ASI yaitu 60:40, dibandungkan dengan susu sapi

yang rasionya 20:80. Hal tersebut menguntungkan bagi bayi karena

pengendapan dari protein “whey” lebih halus daripada “kasein”

sehingga protein “whey” lebih mudah dicerna.

ASI mengandung α-laktal;bumin , sedangkan susu sapi

mengandung βlaktoglobulin dan bovin serum albumin yang sering

menyebabkan alergi. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang

tinggi, yang penting untuk pertumbuhan otak, retina, dan konjugasi

bilirubin. Kadar methionin dalam ASI yang rendah dari susu sapi,

sedangkan sistin lebih tinggi. Hal ini sangat menguntungkan karena

enzim sistationase yaitu enzim yang akan mengubah methionin menjadi

sistin pada bayi sangat rendah atau tiak ada. Sistin merupakan asam

amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak bayi. Kadar tirosin

dan 11 fenilalanin pada ASI juga rendah, suatu hal yang sangat

menguntungkan untuk bayi terutama bayi yang lahir prematur karena


pada bayi prematur kadar tirosin tinggi dapat menyebabkan gangguan

pertumbuhan otak. Kadar poliamin dan nukleotid yang sangat penting

untuk sintesis protein pada ASI lebih tinggi jika dibandingkan dengan

susu sapi. Protein ASI juga mengandung laktoferin, yaitu

ironbindingprotein yang bersifat bakteriostatik kuat terhadap

Escherichia coli (E. coli) dan juga menghambat pertumbuhan Candida

albicans.

d. Lemak

Kandungan lemak dalam ASI bervariasi pada pagi, sore, dan

malam. Ratarata setiasp 100 ml ASI mengandung 3,5-4,5 gram lemak.

Lemak berfungsi sebagai sumber kalori utama bagi bayi, yang dapat

membantu mencerna vitamin larut lemak (A, D, E, K), dan membantu

mencerna sumber asam lemak esensial. Sebanyak 90% lemak ASI

dalam bentuk trigliserida, namun juga mengandung EPA, dan DHA

yang baik untuk menunjang perkembangan otak. ASI mengandung

enzim lipase , yang membantu pencernaan lemak.

e. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap. Kadar mineral per ml ASI

umumnya relatif lebih rendah dibandingkan susu sapi sesuai dengan

kemampuan bayi dalam mencerna zat gizi. Mineral yang terdapat dalam

ASI adalah kalsium, kalium, dan natrium, asam klorida, dan fosfat,

namun kandungan zat besi, tembaga dan mangan lebih rendah.

Kandungan natrium pada ASI 3,3 kali lebih rendah dari susu sapi, hal
ini dapat menurunkan risiko hipernatremia yang meningkatkan risiko

hipertensi. Kalsium dan fosfor yang merupakan bahan pembentuk

tulang kadarnya dalam ASI cukup. ASI mengandung rata-rata 280 mg

kalsium dalam 1 liter ASI dan fosfor yang terkandung dalam 140 mg

dalam 1 liter ASI. Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.

Zat besi yang terkandung dalam ASI jumlahnya tidak banyak, yaitu

0.35 mg dalam 1 liter ASI.

f. Vitamin

Kandungan vitamin pada ASI merupakan refleksi dari asupan

vitamin dan kadar vitamin dalam tubuh ibu, terutama untuk vitamin

yang larut dalam air seperti vitamin B. kandungan vitamin B di dalam

ASI tergantung dari asupan ibu saat menyusui, namun demikian

jumlahnya sdikit lebih rendah dari vitamin B pada susu sapi. Dalam 100

ml ASI terkandung 75 mg vitamin A. Kadar vitamin E di dalam ASI

0,25 mg per 100 ml. vitamin A dan E merupakan vitamin yang penting

dalam sistem kekebalan tubuh. Kandungan vitamin D dalam Asi relatif

terbatas dan tergantung dari asupan serta cadangan vitamin D ibu. Oleh

karena itu, untuk memenuhi kebutuhan vitamin D, bayi perlu dijemur di

bawah sinar matahari pagi sekitar 1 jam (sebelum pukul 9 pagi).

Kandungan vitamin K pada ASI lebih rendah dibandingkan susu sapi

sehingga sejak lahir bayi membutuhkan tambahan vitamin K yang

dapat diperoleh memalui injeksi vitamin pada saat baru lahir (Sandra

Fikawati, Ahmad Syafiq, 2015)


Kandungan ASI antara lain yaitu sel darah putih, zat kekebalan,

enzim pencernaan, hormon dan protein yang sangat cocok untuk

memenuhi kebutuhan hingga bayi berumur 6 bulan. ASI mengandung

karbohidrat, protein, lemak, multivitamin, air, kartinin dan mineral

secara lengkap yang sangat cocok dan mudah diserap secara sempurna

dan sama sekali tidak mengganggu fungsi ginjal bayi yang sedang

dalam tahap pertumbuhan. Komposisi ASI dipengaruhi oleh stadium

laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan ibu (Soetjiningsih, 2012).

B. Tinjauan Umum Tentang Gizi Pada Balita

1. Pengertian Balita

Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini

ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat

dan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang

jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita

termasuk kelompok yang rawan gizi serta mudah menderita kelainan gizi

karena kekurangan makanan yang dibutuhkan. Konsumsi makanan

memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak

sehingga konsumsi makanan berpengaruh besar terhadap status gizi anak

untuk mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak (Ariani, 2017).

2. Pengertian Status Gizi


Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat interaksi antara

asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esesnsial lainnya dengan

keadaan kesehatan tubuh. Status gizi adalah kondisi tubuh sebagai akibat

penyerangan zat-zat gizi esensial. Status gizi merpakan ekspresi dari

keseimbangan zat gizi dengan kesehatan tubuh yang diwujudkan dalam

bentuk variabel tertentu. Ketidakseimbangan (kelebihan atau kekurangan)

antara zat gizi dengan kebutuhan tubuh akan menyebabkan kelainan

patologi bagi tubuh manusia (Hidayati, dkk. 2019).

Keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

menggunakan zat-zat gizi.Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan

lebih. Status gizi juga merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan

dalam tubuh variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalambentuk

variabel tertentu (Almatrsier,2010).

Pola menu 4 sehat 5 sempurna adalah menu seimbang yang bila

disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh

tubuh. Pola menu ini diperkenalkan kepada masyarakat pada tahun 1950

oleh bapak ilmu gizi Prof. DR. Dr. Poorwo Soerdarmo melalui Lembanga

Makanan Rakyat Depkes rangka melancarkan gerakan “sadar gizi

(Sulistyoningsi 2012).Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat al-

A’raf ayat 31:

        


        

Tejemahan :
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid[534], makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-
lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang
berlebih-lebihan.

[534] Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf

keliling ka'bah atau ibadat-ibadat yang lain.

[535] Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh

tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.

Makanan pokok berperan sebagai sumber utama energi berasal

dari koarbohidrat, lauk sebagai sumber protein, sayur dan buah sebagai

sumber mineral dan vitamin.Buah merupakan sumber utama vitamin C

karena pada umumnya dimakan dalam keadaan mentah.Sebagai akibat

pemasakan, vitamin C pada sayur sebagian rusak.Karena menu ini terdiri

atas empat macam makanan dan ternyata sehat, dalam slogan yang

mudah dimengerti disebut “4 sehat”. Karena susu mengandung protein

bernilai biologi tinggi dan zat-zat gizi esiensial lain dalam bentuk yang

mudah dicerna dan diserap, maka susu terutama dianjurkan sebagai unsur

kelima bagi golongan manusia yang dibutuhkan relatif lebih banyak

protein, yaitu balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.

Didalam surah Al-Ma’idah ayat 88 :

         

   

Terjemahan:
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah

Telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu

beriman kepada-Nya.

Setelah ayat yang lalu melarang mengharamkan apa yang halal,

disini ditegaskannya perintah memakan yang halal dan, denhan demikian,

melalui ayat ini dan ayat sebelumnya, yang menghasilkan makna larangan

dan perintah bolehnya memakan segala yang halal. Dengan perintah ini

tercegah pulalah praktikpraktik keberagamaan yang melampaui batas. Dan

makanlah makanan yang halal, yakni yang bukan haram lagi baik, lezat,

bergizi dan berdampak positif bagi kesehatan dari apa yang Allah dalam

segala aktivitas kamu yang kamu terhadapnya adalah mu’munun, yakni

orang-orang yang mantap keimanannya.

Yang dimaksud dengan kata makan dalam ayat ini adalah segala

aktivitas manusia.Pemilihan kata makan, di samping karena merupakan

kebutuhan pokok manusia, juga karena makan mendukung aktivitas

manusia.Tanpa makan, manusia lemah dan tidak dapat melakukan

aktivitas.

Ayat ini memerintahkan untuk memakan yang halal lagi

baik.Ketika menafsirkan QS. Al-baqarah [2]:68, penulis antara lain

mengemukakan bahwa tidak semua makanan yang halal otomatis baik.

Karena yang dinamai halal terdiri dari empat macam, yaitu wajib, sunnah,

mubah, dan makruh.aktivitas pun demikian. Ada aktivitas yang, walaupun


halal.Ia makruh atau sangat tidak disukai Allah, yaitu memutuskan

hubungan. Selanjutnya, tidaksemua yang halalsesuai dengan kondisi

kesehatan tertentu,dan ada juga yang kurang baik untuknya, walaupun

baik buat yang lain. Ada makanan yang halal, tetapi tidak bergizi, dan

ketika itu ia menjadi kurang baik, yang diperintahkan adalah yang halal

lagi baik

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Faktor yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi

status gizi adalah asupan makanan dan penyakit infeksi. Beberapa faktor

yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut, misalnya faktor ekonomi dan

keluarga (Soekirman, 2012).

a. Ketersediaan dan Konsumsi Pangan

Tidak tersedianya pangan dalam keluarga yang terjadi terus menerus

akan menyebabkan terjadinya penyakit kurang gizi. Gizi kurang

merupakan keadaan yang tidak sehat karena tidak cukup makan dalam

jangka waktu tertentu. Kurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi

baik secara kualitas maupun kuantitas dapat menurunkan status gizi.

Apabila status gizi tidak cukup maka daya tahan tubuh seseorang akan

melemah dan mudah terserang infeksi.

b. Infeksi

Dengan infeksi akan mempengaruhi nafsu makan anak, sehingga nafsu

makannya mulai menurun dan mengurangi konsumsi makanannya,

mengakibatkan berkurangnya zat gizi ke dalam tubuh anak. Dampak


infeksi yang lain adalah muntah dan mengakibatkan kehilangan zat gizi.

Infeksi yang menyebabkan diare pada anak dapat mengakibatkan cairan

dan zat gizi di dalam tubuh berkurang.

c. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang

merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan

makanan. Status gizi yang baik penting bagi kesehatan setiap orang,

termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Pengetahuan gizi

memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan dan

pemilihan bahan makanan dengan baik sehingga dapat mencapai

keadaan gizi yang seimbang.

d. Higiene Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan yang buruk akan menyebabkan anak lebih mudah

terserang penyakit infeksi yang akhirnya dapat mempengaruhi status gizi.

Sanitasi lingkungan sangat terkait dengan ketersediaan air bersih,

ketersediaan jamban, jenis lantai rumah serta kebersihan peralatan makan

pada setiap keluarga. Semakin tersedia air bersih untuk kebutuhan sehari-

hari, maka semakin kecil risiko anak terkena penyakit kurang gizi

(Soekirman, 2012).

4. Pengukuran Status Gizi Pada Balita

Beberapa cara mengukur status gizi balita yaitu dengan

pengukuran antropometri, klinik dan laboratorik. Diantara ketiga cara

pengukuran satatus gizi balita, pengukuran antropometri adalah yang


relatif sering dan banyak digunakan. Pengukuran antropometri dapat

digunakan untuk mengenali status gizi seseorang. Antropometri dapat

dilakukan beberapa macam pengukuran yaitu pengukuran berat badan,

tinggi badan, lingkar lengan atas dan sebagaimya.

Dari beberapa pengukuran tersebut, berat badan (BB), tinggi badan

(TB),dan panjang badan (PB) adalah yang paling dikenal. Ilmu status gizi

tidak hanya diketahui dengan mengukur BB / TB sesuai dengan umur

secara sendiri-sendiri, tetapi dalam bentuk indikator yang dapat merupakan

kombinasi diantara ketiganya. Masing-masing indikator mempunyai

makna sendiri, misalnya kombinasi antara BB (berat badan) dan U (umur)

membentuk indikator BB menurut U yang disimbolkan dengan BB / U.

Indikator BB / U Dapat normal lebih rendah atau lebih tinggi setelah

dibandingkan dengan standar WHO. Apabila BB / U normal maka

digolongkan pada status gizi baik, dan BB / U rendah dapat

berartiberstatus gizi kurang / buruk, serta bila BB / U tinggi dapat

digolongkan berstatus gizi lebih. Baik satus gizi kurang ataupun status gizi

lebih, kedua-duanya mengandung resiko yang tidak baik bagi kesehatan

balita.

Sedangkan pegukuran klinik biasanya dilakukan oleh dokter di

klinik untuk melihat adanya kelainan-kelainan organ tubuh akibat KEP,

misalnya adanya pembegkakan (oedem), perubahan warna, dan sifat

rambut, kelainan kulit dan sebagainya. Penilaian Status Gizi balita dapat

dibagi 2 (dua) yaitu :


1) Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian Status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat

penilaian yaitu :

a) Antropometri

Pengertian :

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau

dari sudut pandangan gizi, maka antropometri gizi berhubungan

dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi

tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Penggunaan :

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Keterseimbangan ini

terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh

seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

b) Klinis

Pengertian :

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk

menilai status gizi masyarakat.

Penggunaan:

Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat

(rapid clinical surveys). Survey ini dirancang untuk mendeteksi

secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu

atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui


tingkat status untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang

dengan melakukan pemeriksaan. Fisi yaitu tanda (sign) dan gejala

(symptom) atau riwayat hidup.

c) Biokimia

Pengertian:

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secra laboratories yang dilakukan pada

berbagai macam jaringan tubuh.

Penggunaan :

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan

dapat terjadi keadaan malnutrisi iyang lebih parah lagi. Banyak

gejala yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat

lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang

spesifik.

d) Biofisik

Pengertian :

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan

status gizi dengan cara melihat kemampuan fungsi (khususnya

jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

Penggunaan :

Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian

buta senja (epidemic of nigh blindnees). Cara yang digunakan

adalah tes adaptasi gelap


2) Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian Status gizi secara tidak langsung dapat dibedakan menjadi 3

(tiga) yaitu :

a) Survey Konsumsi Makan

Pengertian :

Survey konsumsi makana nadalah metode penentuan khusus gizi

secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi

yang dikonsumsi.

Penggunaan :

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan

gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat

keluarga dan individu. Survey ini dapat mengidentifikasi kelebihan

dan kekurangan zat gizi.

b) Statistik Vital

Pengertian :

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan

menganalisis data beberata statistik kesehatan seperti angka

kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat

penyebab tertentu dan data lainnnya yang berhubungan dengan

gizi.

Penggunaan :

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari

indikatortidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.


c) Faktor Ekologi

Pengertian :

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi masalah ekologi

sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan

lingkungan budaya.

Penggunaan :

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk

mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar

untuk melakukan program intervensi gizi (Adriani, 2014).

5. Cara Penanganan Masalah Gizi Pada Balita

Cara penanganan masalah gizi pada balita

a. Penanganan farmakologis

Perawat merupakan posisi yang bagus untuk mengenal tanda-tanda

nutrisi buruk dan mengambil langkah-langkah untuk mengawali

perubahan. Kontak sehari-hari yang dekat dengan keluarganya

memungkinkan perawatan untuk mengobservasi status fisik, asupan

makanan, penambahan dan kehilangan berat badan, dan respon terapi

klien. Perawat dapat mengidentifikasi masalah aktual atau potensial

dalam status nutrisi dan mengimplementasikan terapi perawatan, medis

dan nutrisi yang tepat untuk mengurangi atau membalikkan perubahan

nutrisi.

Perawat berkolaborasi dengan ahli diet dalam memimpin

pengkajian nutrisi yang komprehensif, karena makanan dan cairan


adalah kebutuhan dasar biologis semua makhluk hidup, maka

pengkajian nutrisi penting khususnya bagi klien yang beresiko masalah

mutrisi yang berhubungan dengan stress, penyakit, hospitalisasi,

kebiasaan hidup dan faktor-faktor lain. Pengkajian nutrisi meliputi 4

area pokok yaitu :

1) Pengukuran fisik (tinggi dan berat) dan antropometri

2) Tes laboratorium

3) Riwayat diet dan kesehatan

4) Observasi klinik

b. Penanganan non farmakologis

Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat

kesehatan dan kesejahteraan manusia. Permasalahan gizi terjadi karena

faktor budaya, sosial ekonomi dam faktor ketidaktahuan. Berbagai

kebijaksanaan dan startegi telah dilibatkan untuk mengurangi terjadinya

kekurangan gizi anak-anak terutama yang tinggal di pedesaan dan

daerah-daerah pingiran kota. Berbagai startegi yang paling tepat adalah

menganjurkan pada masyarakat untuk mengkonsumsi semaksimal

mungkin makanan yang ada disekitarnya. Berkaitan dengan hal itu

masyarakat perlu diberi petunjuk dan ilmu pengetahuan tentang

membuat makanan dengan bahan yang ada disekitar untuk bayi, balita,

ibu hamil dan menyusui. Petunjuk tersebut harus dissosialisasikan

dengan baik kepada masyarakat (Fikawati, 2015).


DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Merryana & Bambang Wirjatmadi. 2014. “Gizi Dan Kesehatan Balita:
Peranan Micro Zinc”. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.

Aiffa, Nuril. HubunganAntaraRiwayatPemberian ASI Eksklusif, MP-ASI, dan


Kejadian Penyakit Infeksi Dengan Status Gizi Bayi.Jurnal,
Perpustakaan Universitas Airlangga. 2017.

Almatsier, Sunita. Prinsip Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia PustakaUtama. 2009.


Azzahra, CikaIrlia. Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian Rinitas Pada Bayi
Usia 0-12 Bulan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Ciputat. Jurnal,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2013.

Charlick, S. J., McKellar, L., Gordon, A. L., dan Pincombe, J. (2019). Tamasya
pribadi: Pemeriksaan fenomenologis interpretatif dari menyusui
restriktif. Wanita dan Kelahiran, 32(1):e34–e42.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan (2018) Bayi Baru Lahir Mendapat
IMD Dan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi <6 Bulan Menurut
Kecamatan Dan Puskesmas. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan.

Fikawati & Sandra, dkk. 2015. “Gizi Ibu dan Bayi”. Jakarta: Rajawali Press.

Haryono & Setia ningsih (2014) Manfaat Asi Eksklusif untuk Buah Hati Anda.
Sumedang: Gosyen Publishing.

Hidayanti, Tutik & Iis Hanifah, dkk. 2019. “Pendamping Gizi Pada Balita”.
Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.

Kementerian Kesehatan RI (2014) Situasi dan Analisis Asi Eksklusif.


Jakarta:Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI (2016) Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI (2018) Profil Kesehatan Indonesia 2017. Kementerian


Kesehatan RI.

Pitaloka, D. A., Abrory, R. and Pramita, A. D. (2018) ‘Hubungan antara


Pengetahuan dan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Desa Kedungrejo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo’, Amerta
Nutrition, 2(3), p. 265. doi: 10.20473/amnt.v2i3.2018.265-270.

Putri Ariani, A. 2017. Ilmu Gizi Dilengkapi dengan Standar Penilaian Status Gizi
Dan Daftar Komposisi Bahan Makanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Riksani, R. (2013). Variasi olahan makanan pendamping ASI. Jakarta:Dunia


Kreasi.

Roesli, Utami. Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta:Trubus Agwidya. 2007.

Sandra, Fikawati & Ahmad Syafiq. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Shihab, M. Quraish.Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an,
vol.6. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Soekirman. 2012. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.
Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jendral Pendidikan:
Jakarta.

Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalan Buku Ajar


I Ilmu Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: Sagungseto.

Thet, M. M., Khaing, E. E., Diamond-Smith, N., Sudhinaraset, M., Oo, S.,
danAung, T. (2016). Hambatan untuk menyusui selektif di Wilayah
Ayeyarwaddy di 44 Myanmar: Penemuan kualitatif dari ibu, nenek,
dan pasangan. Kelaparan, 96:62– 69.

WHO (2017) Tracking Progress for Breastfeeding Policies and Programmes,


Global Breastfeeding Scorecard. New York. doi: 10.1088/1751-
8113/42/35/355001.

Yusrina, A. and Devy, S. R. (2017) ‘Faktor Yang Mempengaruhi Niat Ibu


Memberikan Asi Eksklusif Di Kelurahan Magersari, Sidoarjo’, Jurnal
PROMKES, 4(1), p. 11. doi: 10.20473/jpk.v4.i1.2016.11-21.

Anda mungkin juga menyukai