Oleh :
Ilham Wahyu 1 , Ns. Galvani Volta Simanjuntak, M.Kep 2
1
Mahasiswa Program Studi Ners , 2 Staf Pengajar Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indoneisa
1
Email : ilhamwahyugayo@gmail.com
ABSTRAK
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan gerbang utama penanganan kasus gawat darurat di rumah sakit yang
memegang peranan sangat penting dalam kelangsungan hidup pasien. Triase merupakan salah satu keterampilan
keperawatan yang harus dimiliki oleh perawat unit gawat darurat dan hal ini membedakan antara perawat unit gawat
darurat dengan perawat unit khusus lainnya. Prinsip dalam triase adalah penanganan pasien secara cepat dan tepat,
prinsip triase adalah respon time, pasien yang benar, tempat yang benar, waktu yang benar. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan desain fenomologi deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling
dengan jumlah partisipan sebanyak 4 orang. Instrumen pengumpulan data menggunakan Voice Recorder, panduan
wawancara dan catatan lapangan. Data dianalisis dengan Nvivo versi 12.0 trial. Hasil penelitian ini didapatkan 3 tema
yaitu ketidakefektifan dalam melaksanakan triage sebelum dan sesudah covid-19, perasaan dalam melaksanakan triage,
dan penerapan dalam melaksanakan triage sebelum dan sesudah covid-19. Tema pertama kesulitan dalam melakukan
tindakan dengan kategori kesulitan tindakan sebelum covid-19 dan kesulitan tindakan sesudah covid-19. Subtema
menentukan pasien covid-19 dengan kategori pasien covid-19 dan pasien tidak covid-19. Subtema mengatasi kendala
dalam melaksanakan triage dengan kategori merujuk pasien ke rumah sakit khusus penanganan covid-19 dan
memberikan edukasi kepada pasien. Tema kedua kecemasan perawat dengan kategori kecemasan sebelum covid-19 dan
kecemasan sesudah covid-19. Subtema kesulitan yang rasakan dengan kategori kesulitan dalam berinteraksi dengan dan
kesulitan dalam melakukan tindakan. Tema ketiga metode triage dengan kategori metode sebelum covid-19 dan metode
sesudah covid-19. Subtema penggunaan apd dengan kategori sebelum covid-19 dan sesudah covid-19. Saran dapat
menjadi sumberi nformasi bagi perawat rumah sakit, manajemen pelayanan rumah sakit, serta dapat menjadi bahan
masukan untuk peneliti selanjutnya.
1
PENDAHULUAN Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan gerbang Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan
utama penanganan kasus gawat darurat di rumah sakit dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS
yang memegang peranan sangat penting dalam ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
kelangsungan hidup pasien. Untuk itu, IGD harus dapat manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun,
memberikan pelayanan kegawatdaruratan baik bersifat hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini
akut, kronis, korban kecelakaan dan berbagai sampai saat ini masih belum diketahui. (Kementerian
pelayanan kegawatan lainnya yang memerlukan Kesehatan RI, 2020).
penanganan dengan segera (Sari, D. R. 2018).
Salah satu Rumah Sakit Tipe C menunjukkan bahwa
Triase adalah langkah yang paling penting dalam dalam proses pelaksanaan triage di Rumah Sakit
ruangan gawat darurat. Tujuan utama dari triase adalah tersebut tidak terlaksana pada proses sebanyak 22%,
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bagi pendokumentasian hasil pengkajian 70%, waktu
seluruh pasien yang masuk ke IGD. Sistem triase pelaksanaan triage lebih dari 5 menit 51,8% dari 35
dikenalkan oleh Hanysides sebagai tujuan untuk untuk responden pada setiap proses. Sedangkan untuk bagian
memprioritaskan tingkat urgensi diantara pasien yang dari proses triage yang dilaksanakan adalah pada
datang ke IGD (Khairina, I., Malini, H., & Huriani, E. pengkajian objektif dan subjektif, pendokumentasian
2018). tanggal dan jam kedatangan pasien, serta
pendokumentasian identitas pasien adalah terlaksana
Triage: Deteksi Dini Pasien dalam Pengawasan 100%. Penentuan tingkat prioritas 78%,
COVID-19 Penapisan dan pemisahan pasien yang pendokumentasian hasil pengkajian 30%, waktu
dicurigai COVID-19 harus dilakukan pada kontak pelaksanaan triage 2-5 menit sebanyak 48,2%. Dari
pertama pasien dengan fasyankes, di FKTP maupun di 22,9% yang dalam proses pelaksanaan triage
FKRTL baik di IGD dan rawat jalan. Langkah awal terlaksana, dan dilanjutkan pada proses ketepatan
dalam identifikasi individu yang diduga atau pengklasifikasian pasien didapatkan 100% dalam
dikonfirmasi COVID-19 adalah dengan skrining semua melakukan pengklasifikasian adalah sesuai dengan
pengunjung fasyankes pada titik kontak pertama. prioritas kegawatdaruratan (Evie, S., Wihastuti, T. A.,
Pelaksanaan skrining dilakukan di semua fasyankes & Suharsono, T. 2016).
seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, dan praktik
perorangan, serta dapat juga melalui call center METODE PENELITIAN
pelayanan gawatdaruratan 119/Public Safety Center Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif
(PSC 119). Panduan petugas pelayanan callcenter dengan desain untuk mengetahui pengalaman perawat
pelayanan gawat darurat 119/Public Safety Center dalam pelaksanaan triage dimasa COVID-19 di IGD
(PSC 119) dapat merujuk pada panduan terlampir RS Bhayangkara TK.II Medan.
(Riadi, 2019).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelayanan COVID-19 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Hasil Penelitian
Pertama (FKTP) maupun di Fasilitas Kesehatan Gambaran Umum Tempat Penelitian
Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) meliputi triase awal, Rumah Sakit Bhayangkara Medan diresmikan pada
anamnesis secara komprehensif, mulai dari keluhan tanggal 14 Nopember 1966 oleh Brimob Resimen V
yang disesuaikan dengan gejala klinis, riwayat penyakit yang berlokasi di Jl.Putri Hijau Medan dan pada tahun
terdahulu dan riwayat penyakit penyerta, termasuk latar 1972 dipindahkan ke Jl. KH. Wahid Hasyim No. 1
belakang contact tracing, surveillance di daerahnya, Medan, kecamatan Medan Merdeka dengan luas tanah
pemeriksaan fisik didukung dengan pemeriksaan 5.821 m² dan bangunan seluas 4.676,5 m². Berdasarkan
penunjang yang distandarkan sebagai penunjang Keputusan Kapolri No.Pol .: Skep/ 1549/ X/ 2001
diagnosis, sampai pasien mendapatkan terapi, serta tanggal 30 Oktober 2001 tentang Pengesahan
pemulangan dengan kriteria sembuh, atau belum Peningkatan/Penetapan dan Pembentukan Rumah Sakit
sembuh, sehingga pasien dapat melanjutkan isolasi Bhayangkara Tingkat II, III dan IV.Tahun 2009 angka
mandiri. Menjelaskan kriteria pasien masuk rawat inap pemanfaatan Tempat tidur (BOR) : 67 %, lama hari
dan kriteria pasien pulang rawat, pada pasien dengan rawatan (LOS) : 5 hari, Jumlah pasien rawat inap
kriteria dan pasien kondisi tertentu (dengan penyakit 12.392 orang, jumlah kunjungan pasien rawat jalan
penyerta, dengan co-insidens dan dengan komplikasi). rata-rata perhari : 17.457, jumlah kunjungan pasien di
(Riadi, 2019). IGD rata-rata 12/bulan. Rumah Sakit Bhayangkara
Medan lebih dikenal masyarakat luas dengan sebutan
Corona virus adalah keluarga besar virus yang Rumah Sakit Brimob karena berlokasi pada markas
menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai Brimob, namun demikian Rumah Sakit Bhayangkara
berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang Medan disamping melayani masyarakat umum diluar
diketahui menyebabkan penyakit yang dapat anggota Polri/PNS/Keluarga juga melayani masyarakat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East umum. Kapasitas tempat tidur :2 bed ruang resusitasi, 5
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute bed ruang observasi, 1 bed ruang PONEK, 1 box bayi,
Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 1 bed ruang anak, 1 bed ruang Tindakan, 1 bed ruang
2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang isolasi, 8 bed cadangan, Peralatan dan obat life saving
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. sesuai standar dan terakreditasi, Infant warmer,
2
Oksigen sentral, Pengamanan dengan CCTV, Ruangan
ber AC, Ruang tunggu pasien ada TV.
3
Subtema dan kategori berdasarkan tema “Perasaan
Dalam Melaksanakan Triage” dapat dilihat pada
Gambar 4. Skema model subtema dan kategori
diperoleh melalui NVivo versi 12.0 yaitu model to
display nodes. Subtema yang didapat sebanyak 2
subtema dan kategori sebanyak 4. Adapun subtema dan
kategori yang dipereloh antara lain. Subtema
kecemasan perawat dengan kategori kecemasan
sebelum covid-19 dan kecemasan sesdah covid-19.
Subtema kesulitan yang dirasakan dengan kategori
keseulitan dalam berinteraksi dengan tim dan kesulitan
dalam melakukan tindakan.
Gambar 3. Ketidakeefektifan Dalam Melaksanakan
Triage Sebelum dan Sesudah Covid-19. Sub Tema : Penerapan Dalam Melaksanakan
Sumber : Data Primer Hasil Olah Nvivo Versi 12.0 Triage Sebelum Dan Sesudah Covid-19
4
Hasil Analisis Data
Tabel 2
Hasil Analisis Data
No Tema Subtema Kategori Deskripi Kategori
1 Ketidakeefektifan Kesulitan Dalam Kesulitan Tindakan Sebelum Covid-19 : Partisipan mengatakan sebelum
Dalam Melaksanakan Melakukan Partisipan 1 1,85 % coverage covid-19 tindakan yang dilakukan
Triage Sebelum dan Tindakan Partisipan 2 0,98 % coverage kepada pasien lumayan tidak ribet
Sesudah Covid-19 Partisipan 3 1,62 % coverage dikarena tidak harus memakai APD
Partisipan 4 3,65 % coverage yang berlapis-lapis yang membuat
perawat merasa panas dan gerah,
dan memakai masker, kecuali
pasien-pasien yang menular seperti
TB-Paru, dan ada sedikit kesulitan
tetapi di bandingkan dimasa
pandemi ini kesulitan sangat
membutuhkan tenaga ekstra dalam
melakukan tindakan.
Kesulitan Tindakan Sesudah Covid-19 : Partisipan mengatakan kesulitan
Partisipan 1 1,29 % coverage tindakan sesudah covid-19 atau pada
Partisipan 2 0,59 % coverage masa pandemi saat ini pasti ada kan
Partisipan 3 1,50 % coverage dek, seperti yang adke bilang karna
Partisipan 4 3,10 % coverage berlapis-lapis dalam melakukan
tindakan tersebut ada kendalah
pastinya tingkat kesulitan seperti
memasang infus ada kendala apalagi
udah memakai APD, handscon 2
lapis, masker dua lapis, semua nya
lengkap pasti kita pun sebegai
perawat merasa panas memakai
APD tersebut, itu sih kendalanya
sulit dalam tindakan kepada pasien
Menentukan Pasien Covid-19 : Partisipan mengatakan dalam
Pasien Covid-19 Partisipan 1 2,69 % coverage menentukan pasien covid-19 pasien
Partisipan 2 2,22 % coverage datang ke RS dilakukan pengecekan
Partisipan 3 1,91 % coverage suhu tubuh, jika pasien suspect
Partisipan 4 4,03 % coverage covid-19 akan di isolasi, jadi ada
perawat khusus atau dokter khusus
atau dibentuk tim yang memang
dalam satu ruangan itu sudah siap
untuk melakukan pemeriksaan
lanjut pada pasien yang suspect.
Pasien Tidak Covid-19 : Partisipan mengatakan dalam
Partisipan 1 3,42 % coverage menentukan pasien tidak covid-19
Partisipan 2 2,77 % coverage pasien datang ke RS tetap dilakukan
Partisipan 3 2,63 % coverage pengecekan suhu tubuh, jika pasien
Partisipan 4 4,81 % coverage tidak ada tanda dan gejala yang
dirasakan seperti pasien suspect
covid-19 akan di lakukan
pemeriksaan di ruang biasa atau
bukan di ruangan isolasi tetapi
dengan protokol kesehatan.
Mengatasi Merujuk Pasien Ke Rumah Sakit Khusus Partisipan mengatakan dalam
Kendala Dalam Penanganan Covid-19 : mengatasi kendala dalam
Melaksanakan Partisipan 1 3,25 % coverage melaksanakan triage di IGD pasti itu
Triage Partisipan 2 3,01 % coverage pasti ada seperti perlengkapan medis
Partisipan 3 2,85 % coverage yang terbatas sehingga pasien yang
Partisipan 4 4,57 % coverage mengalami tanda gejala yang parah
akan di rujuk kerumah sakit khusus
penangan covid-19 untuk di lakukan
tindakan intensif.
Memberikan Edukasi Kepada Pasien : Partisipan mengatakan dalam
5
Partisipan 1 2,64 % coverage mengatasi kendala pada masa saat
Partisipan 2 1,77 % coverage ini kadang pasien dan keluarga
Partisipan 3 1,42 % coverage pasien tidak menerika hasil
Partisipan 4 2,90 % coverage pemeriksaan yang dilakukan oleh
tenaga medis sehingga dokternya
langsung turun tangan dan
memberikan edukasi pasien bahwa
memang dia harus berbeda dari
ruangan pasien lainnya biasanya
pasiennya mau mengerti dan
biasanya pasiennya akhirnya mau
untuk masuk ke ruang isolasi. Jadi
kami mungkin sebagai tenaga medis
atau tenaga keperawatan di IGD,
mungkin kurang bisa memberikan
edukasi maka biasanya dokternya
langsung turun tangan di triase.
2 Perasaan Dalam Kecemasan Kecemasan Sebelum Covid-19 : Partisipan mengatakan kecemasan
Melaksanakan Triage Perawat Partisipan 1 1,47 % coverage dalam melakukan triage pasti ada
Partisipan 2 1,20 % coverage dek, tetapi pada sebelum covid
Partisipan 3 2,46 % coverage kecemasan yang kami rasakan
Partisipan 4 2,42 % coverage dalam melakukan triage sedang
paling menentukan pasien yang
menular seperti TB-Paru tetapi
tidak seperti pada masa yang
pandemi covid-19 ini semua harus
menggunakan APD yang berlapis-
lapis mau pasien apapun yang
datang, karena covid-19 ini sangat
berbahaya sehingga kecemasan
yang kami rasakan tinggi.
Kecemasan Sesudah Covid-19 : Partisipan mengatakan kecemasan
Partisipan 1 0,89 % coverage pada masa pandemi covid-19 saat
Partisipan 2 0,90 % coverage ini kecemasan yang kami rasakan
Partisipan 3 2,15 % coverage dalam melakukan triage sangat
Partisipan 4 1,85 % coverage tinggi harus menggunakan APD
yang berlapis-lapis mau pasien
apapun yang datang, karena covid-
19 ini sangat berbahaya sehingga
kecemasan yang kami rasakan tinggi
takut tertular.
Kesulitan Yang Kesulitan Dalam Berinteraksi Dengan Tim Partisipan mengatakan kesulitan
Rasakan : yang dirasakan Sudah pasti ya,
Partisipan 1 1,03 % coverage seperti dalam berinteraksi dengan
Partisipan 2 0,65 % coverage tim, kesulitan itu pasti ada seperti
Partisipan 3 2,65 % coverage kita memakai masker pasti apa yang
Partisipan 4 2,14 % coverage kita ucapkan suara terbendung dan
teman kitapun kadang tidak bisa
mendengarkan apa yang kita bilang
mulut kita tertutup masker ini,
kadang kita kesulitan.
Kesulitan Dalam Melakukan Tindakan : Partisipan mengatakan otomatis
Partisipan 1 1,55 % coverage kendala disitu pasti ada kan dek,
Partisipan 2 0,74 % coverage apalagi kita memakai jubah atau
Partisipan 3 1,68 % coverage APD yang begitu lengkap,
Partisipan 4 3,61 % coverage kemudian itu otomatis juga terasa
panas ya kan... dan kita juga sulit
berinteraksi dengan pasien atau
perawat yang lain, kendalanya ya
susah berkomunikasi dan
pergerakan pada saat melakukan
tindakan kepada pasien tersebut.
6
3 Penerapan Dalam Metode Triage Metode Sebelum Covid-19 : Partisipan mengatakan metode
Melaksanakan Triage Partisipan 1 1,89 % coverage sebelum covid-19 dalam
Sebelum dan Sesudah Partisipan 2 1,72 % coverage melaksanakan triage kepada pasien
COVID-19. Partisipan 3 2,59 % coverage sangat berubah dulu pasien yang
Partisipan 4 2,46 % coverage datang tidak harus mengecek suhu
tubuh sedangkan pada masa
pandemi Covid-19 ini harus
dilakukan pengecekan suhu agar
kita tau akakah dia pasien tersebut
mengalami demam atau tidak.
Metode Sesudah Covid-19 : Partisipan mengatakan pada
Partisipan 1 1,31 % coverage penerapan metode triage pada masa
Partisipan 2 1,42 % coverage Covid-19 ini kita harus
Partisipan 3 2,28 % coverage membedakan alur masuk pasien
Partisipan 4 1,88 % coverage yang biasanya itu kita bedakan
sebelum masuk ke ruangan IGD
biasanya kita bedakanakakah dia
penyakit yang menular atau tidak
menular jika pasien tersebut ada
penyakit menular otomatis kita akan
memasukan di tempat yang khusus
penyakit yang tempat menular
sedangkan kalau misalnya pasien
tersebut tidak mengalami penyakit
menular kira letakkan dibed yang
biasa dan setiap pasien yang datang
tetap dilakukan pengecekan suhu
tubuh.
Penggunaan Sebelum Covid-19 : Partisipan mengatakan penggunaan
APD APD sebelum covid-19
dibandingkan pada masa pandemi
saat ini sangat berbeda, dulu hanyak
menggunakan handscoon dan
masker aja jika ada pasien yang
datang.
Partisipan 1 1,81 % coverage
Partisipan 2 1,00 % coverage
Partisipan 3 1,57 % coverage
Partisipan 4 2,71 % coverage
Sesudah Covid-19 : Partisipan mengatakan
Partisipan 1 1,25 % coverage penggunaan APD pada masa
Partisipan 2 0,62 % coverage pandemi covid-19 saat ini kita
Partisipan 3 1,44 % coverage tau harus menggunakan APD
Partisipan 4 2,16 % coverage yang lengkap seperti masker,
kacamata google, jubah dan
menggunakan perlengkapan-
perlengkapan yang double,
sehingga perawat merasa
panas memakai APD tersebut,
itu sih kendalanya sulit dalam
tindakan kepada pasien.
Sumber: Data Primer Hasil Olah Nvivo Versi 12.0
7
Diagram Query yang Ditemukan Dalam Penelitian kesulitan dalam melakukan tindakan keterkaitan
dengan partisipan (files) dapat dilihat pada gambar 7.
Tema yang disampaikan oleh semua partisipan sesuai
dengan gambar diagram diatas dimana semua
partisipan menyampaikan pernyataannya tentang
mengatasi kendala dalam melaksanakan triage,
menentukan pasien covid-19, dan kesulitan dalam
melakukan tindakan.
2. Perasaan Dalam Melaksanakan Triage
8
Tema yang disampaikan oleh semua partisipan sesuai membuat kesulitan dalam berintegrasi terhadap tim
dengan gambar diagram diatas dimana semua dan pasien, maksudnya disini kan perlengkapan ini
partisipan menyampaikan pernyataannya tentang agak padat ini banyak kan perlengkapan yang
metode triage dan penggunaan APD. digunakan.Hal yang sama juga dinyatakan oleh
Partisipan 2 (dengan nilai coverage 0,98) yang
Keterkaitan Sub Tema Dengan Kategori menyampaikan bahwa “sebelum covid-19 tindakan
1. Kesulitan Dalam Melakukan Tindakan yang dilakukan kepada pasien lumayan tidak ribet
dikarena tidak harus memakai APD yang berlapis-
lapis yang membuat perawat merasa panas dan gerah
dan tidak nyaman.
9
Partisipan 1 (dengan nilai coverage 1,29) yang Sub Tema (nodes) Menentukan Pasien Covid-19
menyampaikan bahwa “kesulitan tindakan sesudah dengan kategori (kategori nodes) pada pasien covid-19
covid-19 atau pada masa pandemi saat inikesulitan itu dan pasien tidak covid-19 dengan partisipan (files)
pasti ada seperti kita memakai masker pasti apa yang dapat dilihat pada gambar 13. Sub Tema yang
kita ucapkan suara terbendung dan teman kitapun disampaikan oleh semua partisipan sesuai dengan
kadang tidak bisa mendengarkan apa yang kita bilang gambar diagram diatas dimana semua partisipan
mulut kita tertutup masker ini, kadang kita kesulitan. menyampaikan pernyataannya tentang pasien covid-19
Hal yang sama juga dinyatakan oleh Partisipan 2 dan pasien tidak covid-19.
(dengan nilai coverage 0,59) yang menyampaikan
bahwa “kesulitan tindakan sesudah covid-19 atau pada
masa pandemi saat ini pasti ada kan dek, seperti yang
adke bilang karna berlapis-lapis dalam melakukan
tindakan tersebut ada kendalah pastinya tingkat
kesulitan seperti memasang infus ada kendala apalagi
udah memakai APD.
10
4 (dengan nilai coverage 4,03) yang menyampaikan covid-19 akan di lakukan pemeriksaan di ruang biasa
bahwa “menentukan pasien covid-19 pasien datang ke atau bukan di ruangan isolasi tetapi dengan protokol
RS dilakukan pengecekan suhu tubuh, jika pasien kesehatan”. Hal yang sama juga dinyatakan oleh
suspect covid-19 akan di isolasi, jadi ada perawat Partisipan 2 (dengan nilai coverage 2,77) yang
khusus atau dokter khusus atau dibentuk tim yang menyampaikan bahwa “menentukan pasien tidak
memang dalam satu ruangan itu sudah siap untuk covid-19 pasien datang ke RS tetap di lakukan
melakukan pemeriksaan lanjut pada pasien yang pemeriksaan vital sign memang harusnya alat-alat
suspect, maka pasien-pasien yang dicurigai itu yang di untuk pasien-pasien yang dicurigai itu
harusnya berbeda dengan alat-alat yang untuk pasien- harusnya berbeda dengan alat-alat yang untuk pasien-
pasien yang biasa atau penyakit yang tidak menular pasien yang biasa atau penyakit yang tidak menular
ataupun yang tidak kita curigai Covid. ataupun yang tidak kita curigai Covid.
Screening Covid-19 dilakukan oleh petugas medis Pernyataan menentukan pasien tidak covid-19 tersebut
yang berkompeten sesuai dengan pedoman protokol didukung pula dengan pernyataan Partisipan 3 (dengan
penanganan Covid-19 yang diterbitkan Kementerian nilai coverage 2,63) yang menyampaikan bahwa
Kesehatan. Screening bisa dilakukan di fasilitas “seorang perawat tentunya dapat mengetahui ciri-ciri
kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas hingga Covid-19 itu bagaimana terus kita menghadapi pasien-
rumah sakit. Prosedur ini penting demi keamanan pasien itu yang pasti ada perubahan, memang kita di
pasien itu sendiri serta orang lain yang berada di IGD sesudah Covid ini ya menggunakan APD mulai
sekitarnya, termasuk petugas medis yang menangani. dari penutup kepala, hamzat hingga sepatu bot. Ya,
Berdasarkan protokol penanganan Covid-19, Direktur itulah perbedaannya. dalam menentukan pasien covid-
Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan 19 pasien datang ke RS dilakukan pengecekan suhu
mengatakan ada dua cara screening Covid-19 yang bisa tubuh, jika pasien suspect covid-19 akan di isolasi. Hal
dilakukan di puskesmas. Cara pertama adalah rapid test ini sama juga dinyatakan oleh Partisipan 4 (dengan
untuk memeriksa keberadaan antibodi. Pemeriksaan ini nilai coverage 4,81) yang menyampaikan bahwa
dilakukan dengan mengambil sampel darah terduga “dalam menentukan pasien tidak covid-19 pasien
pasien corona. Cara kedua adalah lewat swab test datang ke RS tetap di lakukan pemeriksaan vital
dengan metode polymerase chain reaction (PCR). signitu bakalan ditentuin akakah pasien tersebut
Pemeriksaan ini dijalankan dengan mengambil sampel terjangkit Covid-19, jika pasien tersebut terjangkit
cairan dari pangkal hidung atau tenggorokan pasien. Covid-19 otomatis pasien tersebut di isolasi diruangan
yang sudah di arahkan dan diberikan untuk tempat
isolasi, namun jika tidak otomatis ditempatkan
diruangan yang biasa.dalam menentukan pasien tidak
covid-19 pasien datang ke RS tetap dilakukan
pengecekan suhu tubuh, jika pasien tidak ada tanda
dan gejala yang dirasakan seperti pasien suspect
covid-19 akan di lakukan pemeriksaan di ruang biasa
atau bukan di ruangan isolasi tetapi dengan protokol
kesehatan.
11
Rumah Sakit Khusus Penanganan Covid-19 dan 4 (dengan nilai coverage 4,57) yang menyampaikan
Memberikan Edukasi Kepada Pasien. bahwa “untuk mengatasi kendala pada saat dilakuakan
Sumber : Data Primer Hasil Olah Nvivo Versi 12.0 triage itu pasti ada seperti perlengkapan medis yang
kurangdan tenaga medis yang terbatas maka
Sub Tema (nodes) Menentukan Pasien Covid-19 diperlukan tindakan segera, kadang juga raungan
dengan kategori (kategori nodes) pada merujuk pasien isolasi yang terbatas atau penuh sehingga pasien
ke rumah sakit khusus penanganan covid-19 dan tersebut di rujuk kerumah sakit yang besar dan
memberikan edukasi kepada pasien dengan partisipan memiliki fasilitas yang memadai untuk penangan
(files) dapat dilihat pada gambar 16. Sub Tema yang pasien covid-19”.
disampaikan oleh semua partisipan sesuai dengan Pasien dengan gejala ringan, sedang atau berat/kritis
gambar diagram diatas dimana semua partisipan dapat dirawat di rumah sakit rujukan COVID-19 atau
menyampaikan pernyataannya tentang merujuk pasien rumah sakit lain yang memiliki fasilitas sesuai standar
ke rumah sakit khusus penanganan covid-19 dan pelayanan yang telah ditentukan, sementara itu pasien
memberikan edukasi kepada pasien. dengan gejalaringan hingga sedang dapat juga dirawat
di Rumah Sakit Lapangan/Rumah Sakit Darurat
terutama bagi pasien yang dapat mandiri/self handling
selama dirawat.
12
Pernyataan memberikan edukasi kepada pasien tersebut
didukung pula dengan pernyataan Partisipan 3 (dengan
nilai coverage 1,42) yang menyampaikan bahwa
“Dalam mengatasi kendala pada masa saat ini kadang
pasien dan keluarga pasien tidak menerika hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga medis
sehingga dokternya langsung turun tangan dan
memberikan edukasi pasien bahwa memang dia harus
berbeda dari ruangan pasien lainnya biasanya
pasiennya mau mengerti dan biasanya pasiennya
akhirnya mau untuk masuk ke ruang isolasi.Hal ini
sama juga dinyatakan oleh Partisipan 4 (dengan nilai
coverage 2,90) yang menyampaikan bahwa “Dalam
mengatasi kendala pada masa saat ini kadang pasien
dan keluarga pasien tidak menerika hasil pemeriksaan
yang dilakukan oleh tenaga medis sehingga dokternya Gambar 20 Text Search Query Kecemasan Sebelum
langsung turun tangan dan memberikan edukasi pasien Covid-19 untuk Kata Kunci „Sebelum‟
bahwa memang dia harus berbeda dari ruangan pasien Sumber : Data Primer Hasil Olah Nvivo Versi 12.0
lainnya biasanya pasiennya mau mengerti dan
biasanya pasiennya akhirnya mau untuk masuk ke Gambar 4.20 memaparkan pernyataan partisipan yang
ruang isolasi. Jadi kami mungkin sebagai tenaga medis mengandung kata kunci „Sebelum‟ dengan bantuan
atau tenaga keperawatan di IGD, mungkin kurang bisa Query Search Text Criteria dalam software Nvivo
memberikan edukasi maka biasanya dokternya Versi 12.0. Kata kunci tersebut dipilih peneliti
langsung turun tangan di triase”. mempunyai makna atau pengertian yang sama.
Edukasi dan promosi kesehatan memegang peran Berdasarkan hasil wawancara, semua partisipan
utama dalam penanganan COVID-19. Selama masa menyampaikan tentang Kecemasan Sebelum Covid-19.
pandemi, pemerintah telah merekomendasikan seluruh Sebelum tersebut dilihat dari cara partisipan
warga untuk menerapkan 3M, yaitu menggunakan berkomunikasi dengan peneliti dan jawaban partisipan.
masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Dengan Partisipan 1 (dengan nilai coverage 1,47) yang
edukasi dan promosi kesehatan yang baik maka tingkat menyampaikan bahwa “kecemasan dalam melakukan
penyebaran COVID-19 dapat ditekan. triage pasti ada dek, tetapi pada sebelum covid
kecemasan yang kami rasakan dalam melakukan triage
Kecemasan Perawat sedang paling menentukan pasien yang menular
seperti TB-Paru tetapi tidak seperti pada masa yang
pandemi covid-19 ini. Hal yang sama juga dinyatakan
oleh Partisipan 2 (dengan nilai coverage 1,20) yang
menyampaikan bahwa “
13
melakukan upaya untuk mengurangi kecemasan. kecemasan yang kami rasakan dalam melakukan triage
Melihat masalah diatas maka saya tertarik untuk sangat tinggi harus menggunakan APD yang berlapis-
melakukan studi literatur review tentang “Tingkat lapis mau pasien apapun yang datang, karena covid-19
Kecemasan Perawat Saat Pandemi COVID 19 di ini sangat berbahaya sehingga kecemasan yang kami
Negara Berkembang dan Negara Maju: Sebuah rasakan tinggi takut tertular”.Hal ini sama juga
Literatur Review.Sebelum masa pandemi covid-19 dinyatakan oleh Partisipan 4 (dengan nilai coverage
kecemasan perawat tetap ada seperti menangani pasien 1,85) yang menyampaikan bahwa “masa pandemi
yang menular seperti TB-Paru. covid-19 saat ini kecemasan yang kami rasakan dalam
melakukan triage sangat tinggi seperti perlengkapan
yang kita gunakan tentunya banyak ya yang kita tadi
tidak memakai masker harus memakai masker berarti
sesak yang kita tadinya tidak merawat pasien dengan
bebas kita harus menggunakan hasmat panas-panasan
ya yang kita tadinya tidak menggunakan sepatu bot
kita harus menggunakan sepatu bot itu memang
rasanya beban, tapi kita untuk menghadapi yang
namanya virus Covid-19 ini kita tidak bisa main-
main”.
14
Sub Tema (nodes) Kesulitan Yang Dirasakan dengan yang kedua jugak biasanya mengganggu dari segi suhu
kategori (kategori nodes) pada kesulitan dalam tubuh, biasanya kita yang menggunakan itu jadi
berinteraksi dengan tim dan kesulitan dalam kepanasan sehingga biasanya ingin cepat-cepat
melakukan tindakan dengan partisipan (files) dapat melakukan tindakan”.Hal ini sama juga dinyatakan
dilihat pada gambar 22. Sub Tema yang disampaikan oleh Partisipan 4 (dengan nilai coverage 2,14) yang
oleh semua partisipan sesuai dengan gambar diagram menyampaikan bahwa “otomatis kendala disitu pasti
diatas dimana semua partisipan menyampaikan ada kan dek, apalagi kita memakai jubah atau APD
pernyataannya tentang kesulitan dalam berinteraksi yang begitu lengkap, kemudian itu otomatis juga terasa
dengan tim dan kesulitan dalam melakukan tindakan. panas ya kan... dan kita juga sulit berinteraksi dengan
pasien atau perawat yang lain, kendalanya ya susah
berkomunikasi dan pergerakan pada saat melakukan
tindakan kepada pasien tersebut., kadang kesulitan
berkomunikasi kepada perawat atau rekan kerja kita
terus minta tolong ataupun minta tolong bantu untuk
melakukan tindakan kepada pasien”.
15
dua lapis, semua nya lengkap pasti kita pun sebegai
perawat merasa panas memakai APD tersebut, itu sih 5. Metode Triage
kendalanya sulit dalam tindakan kepada pasien”.
16
tidak dan sebelumnya punkan sudah tersedia APD masa Covid-19 ini kita harus membedakan alur masuk
lengkap. Jadi kita harus menggunakan APD dan lain- pasien yang biasanya itu kita bedakan sebelum masuk
lainnya”. ke ruangan IGD biasanya kita bedakanakakah dia
penyakit yang menular atau tidak menular jika pasien
Pernyataan metode triase sebelum covid-19 tersebut tersebut ada penyakit menular otomatis kita akan
didukung pula dengan pernyataan Partisipan 3 (dengan memasukan di tempat yang khusus penyakit yang
nilai coverage 2,59) yang menyampaikan bahwa tempat menular sedangkan kalau misalnya pasien
“sebelum masa pandemi Covid-19 alur masuk pasien tersebut tidak mengalami penyakit menular kira
di triase itu biasanya pasien kita bedakan dulu di letakkan dibed yang biasa dan setiap pasien yang
sebelum masuk ke ruang IGD, biasanya kita bedakan datang tetap dilakukan pengecekan suhu tubuh”.
apakah dia memang cenderung penyakit yang menular
atau dia penyakit yang tidak menular. Kalau dia Hal yang sama juga dinyatakan oleh Partisipan 2
penyakit yang menular biasanya langsung kita (dengan nilai coverage 1,42) yang menyampaikan
bedakan dia ada ruang isolasi, tapi kalau menurut bahwa “selama masa pandemi metode triage di IGD
dokter jaga yang pada saat bertugas dia penyakitnya sesudah Covid ini ya menggunakan APD mulai dari
tidak menular maka biasanya akan kami letakkan di penutup kepala, hamzat hingga sepatu bot. Ya, itulah
bed di pasien yang biasa”.Hal ini sama juga perbedaannya. dalam menentukan pasien covid-19
dinyatakan oleh Partisipan 4 (dengan nilai coverage pasien datang ke RS dilakukan pengecekan suhu tubuh,
2,46) yang menyampaikan bahwa “iya sebelum ada jika pasien suspect covid-19 akan di isolasi, jadi ada
masa pandemi saat ini, kita juga sudah pernah perawat khusus atau dokter khusus atau dibentuk tim
melakukan triase terhadap pasien baru, yaitu kita yang memang dalam satu ruangan itu sudah siap untuk
melakukan cek darah contohnya pasien dengan melakukan pemeriksaan lanjut pada pasien yang
keluhan demam 5 hari atau lebih dari 5 hari kita sudah suspect”.
harus cek darah atau jika perlu kita foto dada biar kita
bisa menentukan diagnosa yang tepat”. Pernyataan metode triage sesudah covid-19 tersebut
didukung pula dengan pernyataan Partisipan 3 (dengan
Penerapan triage yang kurang dan belum memadai nilai coverage 2,28) yang menyampaikan bahwa
akan membahayakan kehidupan klien yang tiba di “Sudah cukup baik metode yang sekarang itu sudah
IGD. Tindakan pengobatan kepada klien dalam urutan cukup baik dengan memakai APD yang lengkap
kedatangan tanpa penilaian sebelum menentukan dengan adanya blok isolasi deposit di bhayangkara
tingkat kegawatan dari penyakitnya atau tanpa saya rasa sudah cukup baik dengan adaya dokter
melakukan triage terlebih dahulu dapat mengakibatkan spesialis paru. Dokter spesialis kita untuk menangani
penundaan intervensi klien dengan kondisi kritis mereka dan bila ada yang memang sudah memperberat
sehingga berpotensi mematikan ( Baker 2009, Nolane itu kita rujuk kerumah sakit yang betul-betul
et al 2011, Aloyce et al 2014). menangani Covid, memang kita ada alat dan memang
kalau diasudah memperberat kita rujuk dan jika
pasiennya penuh ruang isolasinya kita antar kerumah
sakit rujukannya saya rasa sudah cukup baik. Pada
masa pandemi Covid-19 ini sebenarnya paling
berunah itu adalah pengecekan suhu dimana biasanya
kan tidak ada pengecekan suhu sebelum covid nah
pada saat covid ini kita harus melakukan pengecekan
suhu agar kita tau akakah dia pasien tersebut
mengalami demam atau tidak”.
17
Proses triage pada masa COVID-19 yang tertuang berkomunikasi dengan peneliti dan jawaban partisipan.
dalam Panduan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Partisipan 1 (dengan nilai coverage 1,81) yang
pada masa COVID-19 HIPGABI. Rekomendasi menyampaikan bahwa “sebelum Covid kita hanya pake
disusun berdasarkan evidence-based practice terbaru, sarung tangan dan itupun hanya ada pasien-pasien
rekomendasi WHO, kebijakan KEMKES, PPNI, dan tertentu contonya ya dia HIV atau Hepatitis. Itukan
lembaga terkait lain serta masukan dari para praktisi, harus kita gunakan handscoon yakan, dan dulunya kita
akademisi, dan peneliti di bidang keperawatan gawat tidak pake masker kecuali dia pasiennya TB tapi saat
darurat Indonesia ini kita harus pake APD lengkap, sepatu boot dengan
faceshield, harus masker dabel 2 lagi. Memang itu
6. Penggunaan APD kurang nyaman apa boleh buat, kita harus untuk
melindungi diri kita kan kita harus menggunakan itu
meskipun gak nyaman kita harus melaksanakan gitu”.
18
dulu dengan memakai APD. Begitu biasanya
penganannya. Kecemasan pada masa pandemi covid-
19 saat ini kecemasan yang kami rasakan dalam
melakukan triage sangat tinggi harus menggunakan
APD yang berlapis-lapis mau pasien apapun yang
datang, karena covid-19 ini sangat berbahaya
sehingga kecemasan yang kami rasakan tinggi takut
tertular”.
19
pandemi COVID-19 di IGD RS Bhayangkara 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
TK.II Medan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
2. Bagi Rumah Sakit penelitian selanjutnya sebagai informasi
Diharapkan dapat memberi masukan terhadap tambahan untuk mengetahui pengalaman perawat
kebijakan terkait pelaksanaan triage pada masa dalam melaksanakan triase pada masa pandemi
pandemi COVID-19 di IGD RS Bhayangkara COVID-19 di IGD RS Bhayangkara TK.II
TK.II Medan Medan.
DAFTAR PUSTAKA KEPERAWATAN-GAWAT-
DARURAT_BAB-1-5_FINAL.pdf
Aryono, D. (2016). Kegawatdaruratan dan
Bencana.Jakarta: Rayyana Kementerian kesehatan RI,(2020);Pedoman
Komunikasi Indo Kesiapsiagaan Menghadapi
Coronavirus Disesase(COVID-19)
Chang,D., Xu, H., Rebaza, A., Sharma,
L., & Dela Cruz, C. S. (2020). Kementrian Kesehatan RI. (2020)Panduan
Protecting health-care workers from Teknis Pelayanan Rumah Sakit Pada
subclinical coronavirus infection. In Masa Adaptasi Kebiasaan Baru.
The Lancet Respiratory Medicine. https://covid19.go.id/storage/app/medi
https://doi.org/10.1016/S2213- a/Protokol/2020/November/panduan-
2600(20)30066-7 teknis-pelayanan-rumah-sakit-pada-
masa-adaptasi-kebiasaan-baru-02-11-
Evie, S., Wihastuti, T. A., & Suharsono, T. 2020.pdf
(2016). Analisis Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pelaksanaan Khairina, I., Malini, H., & Huriani, E. (2018).
Triage Perawat Pelaksanadi Ruang Igd Faktor-Faktor yang Berhubungan
Rumah Sakit Tipe C Malang. Jurnal dengan Pengambilan Keputusan
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Perawat Dalam Ketepatan Triase Di
12(3), 144–153. Kota Padang. Indonesian Journal for
https://doi.org/10.26753/jikk.v12i3.16 Health Sciences, 2(1), 1.
3 https://doi.org/10.24269/ijhs.v2i1.707
Fadhilah, N., Harahap, W. A., & Lestari, Y.
(2015). Faktor-faktor yang Musliha . (2010). Keperawatan Gawat
Berhubungan dengan Waktu Tanggap Darurat. Yogyakarta : Nuha Medika
pada Pelayanan Kasus Kecelakaan
Lalu Lintas di Instalasi Gawat Darurat Pusponegoro, A dkk. (2016). Basic Trauma &
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Basic Cardiac Life Suport (ed. 5).
Djamil Padang Tahun 2013. Jurnal Jakarta : Yayasan Ambulans Gawat
Kesehatan Andalas, 4(1). Darurat.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/j
ka/article/view/221/215 Riadi, A. (2019). Pedoman dan Pencegahan
Coronavirus (COVID- 19). Math
Kementrian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Didactic: Jurnal Pendidikan
Pencegahan dan Pengendalian Matematika, 4, 1–214.
Coronavirus Disease (COVID-19). https://doi.org/10.33654/math.v4i0.29
Germas, 0–115. 9
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Praktek Rutenberg, Carol. (2009). Telephone triage :
Klinik Keperawatan Gawat Darurat. Timelly tips. American Academy of
Keperawatan Gawat Darurat, 1–158. Ambulatory Clinical Nursing
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksd (AAACN).diakses tanggal 26 Maret
mk/wp- 2015 melalui
content/uploads/2017/11/RWAT3311 http://web.ebscohost.com/ehost/pdfvie
_PRAKTEK-KLINIK- we.
20
Sari, D. R., & . S. (2018). Sikap Dan WHO, (2020); Pertimbangan-Pertimbangan
Pengetahuan Perawat Berhubungan Untuk Karantina Individu Dalam
Dengan Pelaksanaan Triage. Jurnal Konteks Penanggulangan Penyakit
Kebidanan, 9(02), 154. Coronavirus (COVID-19)
https://doi.org/10.35872/jurkeb.v9i02.
317 WHO, (2020);Tatalaksana Klinis Infeksi
Saluran Pernapasan Akut Berat (Sari)
Suspek Penyakit COVID-19
Setyohadi,B. dkk. (2012). EIMED PAPDI
Kegawatdaruratan Penyakit Dalam WHO, (2020);Anjuran Mengenai Penggunaan
(Emergency in Internal Medicine). Masker Dalam Konteks COVID-19
Volume I . Jakarta : Internal Ancaman Krisis Ekonomi Global Dari
publishing. Dampak Penyebaran Virus Corona
(COVID-19)
Singhal,T. (2020). A Review of Coronavirus
Disease-2019 (COVID-19). In Indian WHO (2020). Coronavirus disease
Journal of Pediatrics. (COVID-19): Similarities and
https://doi.org/10.1007/s12098-020- differences with influenza. World
03263-6 Health Organization.
https://www.who.int/emergencies/dise
Wetan, N. G. A. A. M. Y., & Novianti, P. A. ases/novel-coronavirus-2019/question-
(2020). Strategi Pembedahan di Era and-answers-hub/q-a-
Pandemi COVID-19. JBN (Jurnal Bedah detail/coronavirus-disease-covid-19-
Nasional), 4(1), 11. similarities-and-differences-with-
https://doi.org/10.24843/jbn.2020.v04.is influenza
01.p03
21