Anda di halaman 1dari 8

BAB III

BENTUK DAN KEDAUALATAN NEGARA SESUAI UNDANG-UNDANG DASAR


NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Kedaulatan berasal dari kata "daulat" daulat dalam bahasa Arab artinya "kekuasaan atau dinasti
pemerintahan". 
Kedaulatan memiliki arti kekuasaan tertinggi atau kekuasaan yang tidak terletak di bawah
kekuasaan tertentu atau kekuasaan yang tertinggi yang ada dalam suatu Negara.
Jenis Kedaulatan
Menurut Jean Bodin (1500 - 1590), Ada dua jenis kedaulatan yaitu:
1. Kedaulatan kedalam (intern), yaitu kekuasaan tertinggi di dalam negara untuk mengatur
fungsinya.
2. Kedaulatan ke luar (ekstern), yaitu kekuasaan tertinggi di dalam negara untuk mengadakan
hubungan dengan negara lain serta mempertahankan wilayah dari berbagai ancaman dari luar.

Sifat sifat kedaulatan yaitu sebagai berikut :


1. Sifat Kedaulatan Absolut  atau Asli
Artinya tidak berasal atau tidak dilahirkan oleh kekuasaan lain. Kekuasaan yang berasal dari
rakyat adalah asli karena kekuasaan tersebut tertinggi. Sementara itu kekuasaan presiden
berasal dari kekuasaan rakyat yang memilihnya.
2. Permanen (tetap)
Artinya kekuasaan itu tetap ada selama negara itu berdiri, sekalipun pemegang kedaulatan
sudah berganti ganti. Sifat kedulatan itu permanent berarti bahwa walaupun suatu negara
mengadakan reorganisasi di dalam strukturnya, kedaulatan tersebut tidak berubah.
Pelaksanaannya mungkin berganti atau badan yang memegang kedaulatan itu berganti, tetapi
kedaulatan itu tetap.
3. Tidak terbatas
Artinya kedaulatan itu tidak dibatas oleh kekuasaan lain. Apabila pelaksanaanya dibatas,
kedaulatan tidak lagi mencerminkan kekuasaan tertinggi.  Sifat kedaulatan itu tidak terbatas
yang berarti meliputi setiap orang dan golongan yang berada dalam negara tanpa ada
kecualinya.
4. Tunggal bulat atau tidak terbagi-bagi.
Artinya kekuasaan itu merupakan satu satunya kekuasaan tertinggi dalam negara yang tidak
diserahkan atau dibagi bagikan kepada badan badan lainnya. Sifat kedaulatan itu tidak
terbagi-bagi maksudnya bahwa kedaulatan itu tidak boleh dibagi-bagi kepada beberapa badan
tertentu. Sebab dalam hal ini akan timbul pluralisme (keadaan masyarakat yang majemuk) di
dalam kedaulatan.

Teori Kedaulatan
Terdapat beberapa teori kedaulatan yang dikemukakan oleh para ahli kenegaraan, antara lain
sebagai berikut.
Teori Kedaulatan Tuhan.
Teori kedaulatan Tuhan mengajarkan bahwa negara dan pemerintah mendapat kekuasaan yang
tertinggi dari Tuhan. Menurut teori ini, sesungguhnya segala sesuatu yang terdapat di alam
semesta berasal dari Tuhan.
Teori kedaulatan Tuhan umumnya dianut olehraja-raja yang mengakui sebagai keturunan dewa.
Misalnya, raja-raja Mesir kuno, Kaisar Jepang, dan Kaisar Cina. Raja-raja di Jawa pada zaman
Hindu, juga menganggap dirinya sebagai penjelmaan dewa Wisnu. Peloporpelopor teori
kedaulatan Tuhan, antara lain adalah Augustinus, Thomas Aquino, dan Friedrich Julius Stahl.
Teori kedaulatan Raja
Kekuasaan negara, menurut teori ini, terletak di tangan raja sebagai penjelmaan kehendak Tuhan.
Raja merupakan bayangan dari Tuhan. Agar negara kuat, raja harus berkuasa mutlak dan tidak
terbatas. Dalam teori kedaulatan raja, posisi raja selalu berada di atas undang-undang. Rakyat
harus rela menyerahkan hak asasinya dan kekuasaannya secara mutlak kepada raja.
Peletak dasar teori kedaulatan raja, antara lain Nicollo Machiavelli, Jean Bodin Thomas Hobbes,
dan Hegel.  Nicollo Machiavelli mengajarkan, bahwa negara yang kuat haruslah dipimpin oleh
seorang raja yang memiliki kedaulatan tidak terbatas atau mutlak. Dengan demikian, raja dapat
melaksanakan cita-cita negara sepenuhnya. Raja hanya bertanggung jawab kepada .dirinya
sendiri atau kepada Tuhan.

Teori kedaulatan rakyat


Teori kedaulatan rakyat, yaitu teori yang mengatakan bahwa kekuasaan suatu negara berada di
tangan rakyat sebab yang benar-benar berdaulat dalam suatu negara adalah rakyat.
Sumber ajaran kedaulatan rakyat ialah ajaran demokrasi yan,g telah dirintis sejak jaman Yunani
oleh Solon. Istilah demokrasi berasal dari kata Yunani, demos (rakyat) dan kratein (memerintah)
atau kratos (pemerintah). Jadi, demokrasi mengandung pengertian pemerintahan rakyat, yaitu
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk, rakyat.
Montesquieu, beranggapan bahwa kehidupan bernegara dapat terptur dengan baik, sebaiknya
kekuasaan dibagi tiga, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
John Locke, berpendapat bahwa manusia mempunyai hak pokok, yaitu hak hidup, hak
kemerdekaan, dan hak milik.
Dalam negara yang menganut teori kedaulatan rakyat terdapat ciri-ciri sebagai berikut.
a. Adanya lembaga perwakilan rakyat atau dewan perwakilan rakyat sebagai badan atau majelis
yang mewakili dan mencerminkan kehendak rakyat,
b. Untuk mengangkat dan menetapkan anggota majelis tersebut, pemilihan dilaksanakan untuk
jangka waktu tertentu. Rakyat yang telah dewasa secara bebas dan rahasia memilih wakil atau
partai yang disenangi atau dipercayai.
c. Kekuasaan atau kedaulatan rakyat dilaksanakan oleh badan perwakilan rakyat, yang bertugas
mengawasi pemerintah.
d. Susunan kekuasaan badan atau majelis itu ditetapkan dalam undang-undang negara.

Teori Kedaulatan negara
Menurut teori kedaulatan negara, kekuasaan tertinggi terletak pada negara. Sumber atau asal
kekuasaan yang dinamakan kedaulatan itu ialah negara. Negara sebagai lembaga tertinggi
kehidupan suatu bangsa, dengan sendirinya memiliki kekuasaan. Jadi, kekuasaan negara ialah
kedaulatan negara yang timbul bersamaan dengan berdirinya negara.
Negaralah yang menciptakan hukum dan negara tidak wajib tunduk pada hukum. Namun karena
negara abstrak, kekuasaan diserahkan kepada raja atas nama negara. Peletak dasar teori
kedaulatan negara, antara lain Paul Laban, George Jellinek, dan Hegel.

Teori kedaulatan hukum


Teori kedaulatan hukum, yaitu paham yang tidak disetujui oleh paham kedaulatan negara.
Menurut teori kedaulatan hukum, kekuasaan tertinggi dalam negara terletak pada hukum. Hal ini
berarti, bahwa yang berdaulat adalah lembaga atau orang yang berwenang mengeluarkan
perintah atau larangan yang mengikat semua warga negara. Lembaga yang dimaksud
adalahpemerintah dalam arti luas. Di Indonesia, lembaga itu adalah presiden bersama para
menteri sebagai pembantunya dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Di Inggris, lembaga itu
adalah raja bersama parlemen.
Berdasarkan pemikiran teori ini, hukum membimbing kekuasaan pemerintahan. Yang dimaksud
dengan hukum menurut teori ini ialah hukum yang tertulis (undang-undang dasar negara dan
peraturan perundangan lainnya) dan hukum yang tidak tertulis (convensi). Pelopor teori
kedaulatan hukum, antara lain Immanuel Kant, H. Krable, dan Leon Dubuit.

Makna Kedaulatan Rakyat


Sebagaimana telah di uaraikan di atas, kedaulatan rakyat mengandung arti kekuasaan tertinggi
ada pada rakyat. Dengan demikian makna kedaulatan rakyat adalah  demokrasi, yang berarti
pemerintahan yang kekuasaan tertinggi terletak/bersumber pada rakyat.
Paham yang menekankan tentang kedaulatan rakyat berkembang mulai abad XVII - XIX hingga
sekarang. Paham ini dipengaruhi oleh teori kedaulatan hukum yang menempatkan rakyat sebagai
obyek sekaligus sebagai subyek dalam negara (demokrasi). Tokoh pengamat paham teori
kedaulatan rakyat adalah John Locke, Thomas Hobbes Montesquieu, dan Jean John Rousseau.

Montesquieu mengembangkan lebih lanjut pemikiran John Locke tentang tiga. kekuasaan di atas
yang sering kita dengar istilah Trias Politica. Dalam uraiannya  ia membagi kekuasaan
pemerintahan dalam tiga cabang, yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, kekuasaan
yudikatif. Menurut dia kekuasaan itu haruslah terpisah-pisah satu sama lain, baik mengenai tugas
atau fungsi mengenai alat perlengkapanatau organ yang menyelenggarakannya, terutama adanya
kebebasan badan yudikatif yang ditekankan oleh Montesquieu. Mengapa? Karena di sinilah
letaknya kemerdekaan individu dan hak asasi manusia itu dijamin dan dipertaruhkan. Kekuasaan
legislatif menurut Motesquieu adalah kekuasaan untuk membuat undang-undang,
kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan menyelenggarakan undang-undang dan kekuasaan
yudikatif adalah kekuasaan mengadili atas penyelenggarakan undang-undang.

Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga-lembaga Pelaksana Kedaulatan Rakyat


Di negara kita terdapat istilah lembaga tinggi Negara, yakni Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR), Presiden,  Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),
Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
Komisi Yudisial  (KY). Semua lembaga memiliki tugas melaksakan kedaulatan rakyat.  Namun,
ada lembaga-Iembaga yang memiliki tugas pokok menyalurkan kehendak (aspirasi) rakyat yakni
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pada level non
lembaga tinggi Negara terdapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Lembaga Lembaga Tinggi Negara


1 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
MPR merupakan lembaga permusyawaratan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara.
Pasal 2 (1) UUD 1945 menyatakan, bahwa keanggotaan MPR terdiri atas anggota DPR dan
anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-
undang. Pemilihan umum anggota DPR dan anggota DPD diatur melalui UU No. 12 Tahun
2003.
Tugas dan wewenang MPR diatur dalam Pasal 3 UUD 1945, bahwa MPR (1) berwenang
mengubah dan menetapkan UUD, (2) melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden, dan (3) hanya
dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD.
Tugas dan wewenang MPR tersebut diatur lebih lanjut dalam UU No. 22 Tahun 2003, bahwa
MPR mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. mengubah dan menetapkan UUD;
b. melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam Sidang
Paripurna MPR;
c. memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan
Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya setelah Presiden dan/atau Wakil
Presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan di Sidang Paripurna MPR;
d. melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya;
e. memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh
hari.
f. memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam
masa jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik yang paket calon Presiden dan Wakil Presidennya
meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa
jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari;
g. menetapkan Peraturan Tata Tertib dan kode etik MPR.

Untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya, anggota MPR dilengkapi dengan hak-hak sebagai
berikut (Pasal 12 UU No. 22 Tahun 2003):
a. mengajukan usul perubahan pasal-pasal UUD;
b. menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan;
c. memilih dan dipilih;
d. membela diri;
e. imunitas;
f. protokoler; dan
g. keuangan dan administratif.

2. Presiden
Presiden merupakan salah satu lembaga Negara. Persyaratan calon Presiden dan calon Wakil
Presiden diatur dalam UUD 1945, yakni sebagai berikut:
a. warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain
karena kehendaknya sendiri (Pasal 6 (1) UUD 1945);
b. tidak pernah mengkhianati negara (Pasal 6 (1) UUD 1945);
c. mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden
dan Wakil Presiden (Pasal 6 (1) UUD 1945);
d. dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat (Pasal 6 A (1) UUD 1945);
e. diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum
pelaksanaan pemilihan umum (Pasal 6 A (2) UUD 1945).

Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-
undang (Pasal 6 (2) UUD 1945). Dalam Pasal 6 UU No. 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan
Umum Presiden dan Wakil Presiden dinyatakan, bahwa calon Presiden dan calon Wakil Presiden
harus memenuhi syarat:
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain
karena kehendaknya sendiri;
c. tidak pernah mengkhianati negara;
d. mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden
dan Wakil Presiden;
e. bertempat tinggal dalam wilayah negara kesatuan RI;
f. dll
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan (Pasal 7 UUD 1945).
Presiden RI memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD, yang dalam melakukan
kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden (Pasal 4 UUD 1945).
Kekuasaan Presiden yang diatur dalam UUD 1945 adalah:
a. mengajukan rancangan undang-undang dan membahsnya bersama DPR (Pasal 5 (1) dan Pasal
20 (2) UUD 1945);
b. menetapkan Peraturan Pemerintah (Pasal 5 (2) UUD 1945);
c. memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara (Pasal 10 UUD 1945);
d. menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR (Pasal 11 (1) UUD 1945);
e. menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12 UUD 1945);
f. dll

3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Fungsi DPR ditegaskan dalam Pasal 20A (1) UUD 1945, bahwa DPR memiliki fungsi legislasi,
fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Fungsi legislasi DPR antara lain diwujudkan dalam
pembentukan undang-undang bersama Presiden. Fungsi anggaran DPR berupa penetapan
anggaran pendapatan dan belanja negara yang diajukan Presiden. Sedangkan fungsi pengawasan
DPR dapat meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, pengawasan terhadap
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, dan pengawasan terhadap kebijakan
pemerintah sesuai dengan jiwa UUD 1945.
Tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ialah sebagai berikut.
a. Bersama-sama dengan Presiden membentuk undang-undang.
b. Bersama-sama dengan Presiden menetapkan APBN
c. Melaksanakan pengawasan terhadap:
1) Pelaksanaan undang-undang,
2) Pelaksanaan APBN serta pengolahan keuangan negara,
3) Kebijakan pemerintah sesuai dengan jiwa UUD 1945 dan TAP MPR RI.
d. Membahas hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara yang diberitahukan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang disampaikan Rapat Paripurna untuk dipergunakan
sebagai bahan pengawasan.     .
e. Membahas uhtuk meratifikasi dan/atau memberikan persetujuan atas keadaan pernyataan .
perang, serta pembuatan perdamaian dan perjanjian dengan negara lain yang dilakukan oleh
presiden.
f. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat.
g. Melaksanakan hal-hal yang ditugaskan oleh TAP MPR RI dan/atau Undang-Undang kepada
DPR RI.

Dalam menjalankan fungsi-fungsinya seperti di atas, anggota DPR dilengkapi dengan beberapa
hak, seperti hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat (Pasal 20A (2) UUD
1945). Di samping itu, anggota DPR juga memiliki hak mengajukan pertanyaan, hak
menyampaikan usul dan pendapat, hak imunitas (Pasal 20A (3) UUD 1945).
a. Hak interpelasi, yaitu hak untuk meminta keterangan kepada Presiden.
b. Hak angket, yaitu hak untuk mengubah rancangan undang-undang yang diajukan presiden.
c. Hak amandemen, yaitu hak untuk mengubah rancangan undang-undang yang diajukan
Presiden.           .
d. Hak petisi, yaitu hak untuk mengajukan usul, saran, dan anjuran kepada Presiden.
e. Hak inisiatif, yaitu hak untuk mengajukan rancangan undang-undang.
f. Hak budget, yaitu hak untuk mengesahkan rancangan Anggaran Pendapatsan Negara dan
Belanja Negara (RAPBN) menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
g. Hak bertanya, yaitu hak untuk bertanya kepada pemerintah tentang sesuatu hal secara tertulis.

4. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


BPK merupakan lembaga negara yang bebas dan mandiri dengan tugas khusus untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara (Pasal 23 E (1) UUD 1945). Kedudukan BPK
yang bebas dan mandiri, berarti terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah, karena jika
tunduk kepada pemerintah tidaklah mungkin dapat melakukan kewajibannya dengan baik.
Namun demikian, BPK bukanlah badan yang berdiri di atas pemerintah.

Dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang meminta keterangan yang wajib diberikan oleh
setiap orang, badan/instansi pemerintah, atau badan swasta sepanjang tidak bertentangan dengan
undang-undang.
5. Mahkamah Agung (MA)
MA merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan kehakiman di samping sebuah
Mahkamah Konstitusi  di Indonesia (Pasal 24 (2) UUD 1945). Dalam melaksanakan kekuasaan
kehakiman, MA membawahi beberapa macam lingkungan peradilan, yaitu Peradilan Umum,
Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara (Pasal 24 (2) UUD 1945).

6. Mahkamah Konstitusi
UUD 1945 menyebutkan adanya Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi memiliki
kewenangan untuk (1) mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk menguji undang-
undang terhadap UUD, (2) memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD, (3) memutus pembubaran partai politik, dan (4) memutus
perselisihan tentang hasil pemilihan umum (Pasal 24 C (1)), serta (5) wajib memberikan putusan
atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden
menurut UUD (Pasal 24 C (2) UUD 1945).
Mahkamah Konstitusi beranggotakan sembilan hakim konstitusi, di mana tiga anggota diajukan
oleh MA, tiga anggota diajukan oleh DPR, dan tiga anggota diajukan oleh Presiden (Pasal 24 C
(3) UUD 1945). Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela,
adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai
pejabat negara (Pasal 24 C (5) UUD 1945).

7. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


Keberadaan DPD sebagai lembaga negara diatur dalam UUD 1945 hasil Amandemen yakni pada
pasal 22, yakni:
a. Sesuai dengan Anggota DPD dipilih dari setiap provinsi melalui pemilu [Pasal 22C (1)***
b. Anggota DPD dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota DPD itu tidak
lebih 1/3 jumlah anggota DPR [Pasal 22C (2)***]
c. Anggota DPD dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur
dalamundang-undang[Pasal 22D (4)***]

Tugas dan wewenang DPD adalah:


a. DPD dapat mengajukan usul kepada DPR tentang Rancangan Undang-Undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
serta yang berkaitan dengan pertimbangan keuangan pusat dan daerah, serta berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah.
b. DPD mengusulkan Rancangan Undang-Undang sebagaimana di maksud dalam point (a) di
atas, kepada DPR dan DPR mengundang DPD untuk membahas sesuai dengan tata tertib
DPR.
c. Pembahasan Rancangan Undang-Undang sebagaimana dimaksud dalam point (b) di atas
dilakukan sebelum DPR membahas Rancangan Undang-Undangan dengan Pemerintah
d. dll

8. Komisi Yudisial (KY)


Komisi Yudisial  (KY) adalah lembaga yang mandiri yang dibentuk oleh Presiden dengan
persetujuan DPR (Pasal 24 B (3) UUD 1945). Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai
pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang
tidak tercela (Pasal 24 B (2) UUD 1945).
Komisi Yudisial berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung serta menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku hakim (Pasal   24 B (1) UUD 1945).

9. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan badan legislatif di daerah. Badan ini
mewakili seluruh rakyat di daerahnya. Sebagian besar anggota DPRD dipilih melalui pemilihan
Umum.
DPRD dalam UU No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan
DPRD dinyatakan, bahwa DPRD terdiri atas DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. DPRD
merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan
pemerintahan daerah (Pasal 40 UU No. 32 Tahun 2004).

DPRD Propinsi merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai
lembaga daerah propinsi (Pasal 60 UU No. 22 Tahun 2003). Sedangkan DPRD Kabupaten/Kota
merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai lembaga
pemerintahan daerah kabupaten/kota (Pasal 76 UU No. 22 Tahun 2003). Fungsi DPRD secara
umum sama dengan fungsi DPR, yaitu legislasi, anggaran, dan pengawasan.

Sistem Pemerintahan Negara Indonesia


Ada dua jenis sistem pemerintahan yang terkenal dalam ilmu negara, yakni sistem parlementer
dan sistem presidensil.
1.  Sistem Parlementer
Perdana menteri merupakan kepala pemerintahan, presiden hanya sebagai kepala negara. Kepala
negara dapat juga berupa raja, kaisar yang memperoleh hak waris secara turun-temurun.
Pemegang kekuasaan eksekutif dalam negara adalah perdana menteri. Perdana menteri
bertanggung jawab kepada parlemen yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan dapat
dijatuhkan oleh parlemen melalui mosi tidak percaya. Negara yang menganut sistem ini di
antaranya Inggris, India, Pakistan, Ukraina, dan Jepang.
2.  Sistem Presidensil
Pada sistem presidensil, kepala negara dan kepala pemerintah pegang oleh presiden. Ini berarti
presiden memegang kekuasaan eksekutif dalam negara. Menterimenteri negara diangkat dan
ditunjuk oleh presiden, sehingga mereka bertanggung jawab kepada presiden. Presiden
menjalankan fungsi eksekutif dan bertanggung jawab kepada lembaga perwakilan rakyat yang
merupakan lembaga legislatif. Presiden tidak bisa dijatuhkan oleh lembaga legislatif tetapi
jugatidak bisa membubarkan lembaga legislatif. Negara yang menganut sistem ini di antaranya
Amerika Serikat, Filipina, dan Indonesia.
Sistem Pemerintahan Indonesia
Dilihat dari teori kenegaraan pemerintahan Indonesia menganut sistem presidensial. Hal ini
didasarkan pasa 17 UUD 1945 yang berbunyi:
a)    Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara
b)    Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
c)    Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan
Adapun beberapa kunci pokok sistem pemerintahan negara Indonesia menurut UUD 1945 adalah
sebagai berikut.:
a. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
b. Hal ini menunjukan bahwa negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), bukan
berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat).  
c. b)    Sistem konstitusional .    .
d. Pemerintahan negara berdasarkan atas konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan yang tidak terbatas).
e. Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD
f. Presiden ialah penyelenggara pemerintahan Negara
g. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
h. Presiden harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk membentuk undang-
undang (UU) dan menetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Oleh karena
itu, presiden harus bekerja bersama-sama dengan dewan, tetapi presiden tidak bertanggung
jawab kepada dewan, artinya kedudukan presiden tergantung pada dewan.
i. Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.
j. Presiden mengangkat dan memberhentikan menteri. Menteri ini tidak bertanggung jawab
kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan kedudukannya tidak tergantung kepada dewan.
k. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas
l. Meskipun kepala negara tidak bertanggung jawab kepada Dewan perwakilan Rakyat, ia bukan
"diktator", artinya kekuasaan tidak terbatas. Ini berarti kekuasaan kepala Negara di batasi oleh
undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai