PENDAHULUAN
A. Lalatar Belakang
Corona Virus Disease atau lebih dikenal dengan Covid pertama kali muncul pada
tahun 2019 di Wuhan, China. Penyakit ini diyakini berasal dari binatang kelelawar dan
menyebar ke tubuh manusia melalui kontak langsung dengan orang yang terkena
penyakit tersebut. Bahkkan lewat udara pun penyakit ini bias menular. Gejalanya adalah
demam tinggi serta flu dan batuk. Hilangnya penciumaan,hilangnya rasa dan lain
sebagainya. Penularan penyakit ini sangat cepat sehingga organisasi kesehatan dunia
World Health Organization (WHO) telah menetapkan Covid-19 untuk menyebutkan
virus Corona yang sedang mewabah di seluruh dunia ini. Dampak dari wabah tersebut
tidak hanya di bidang ekonomi dan pariwisata, transportasi, dan lain-lain tetapi juga
bahasa. Dampak pandemi terhadap bahasa Indonesia terkait dengan eksistensi atau peran
bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa Indonesia. Eksistensi bahasa
Indonesia sepertinya diragukan pada saat menyampaikan informasi yang terkait wabah
pandemi Covid-19. Ada banyak sekali istilah-istilah dalam bahasa asing yang digunakan
dalam penyampain berita tentang Covid-19 ini, sehingga tanpa disadari eksistensi bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional pun kadang terbengkalai oleh masyarakat Indonesia
sendiri.
Peran pemerintah dan media massa, baik itu media cetak dan media elektronik
sangat erat. Hal tersebut terjadi karena dari Pemerintah Pusat samapai Pemerintah Daerah
berlomba-lomba dalam menyampaikan himbuan terkait pentingnya untuk berhati-hati
atau waspada terhadap wabah pandemik Covid-19. Tak tanggung-tanggung terkadang
bahkan serig kita dengar dan saksikan di televise, maupun di sosial media, pemerintah
dan juga pers menyebutkan penyakit ini sebagai Covid-19 (Covid-Nineteen), bukan
(Covid-Sembilan belas). Dalam menyampaikan kalimat imbaun kepada masyarakat,
sering kali kita mendengar pers dan pemerintah mengatakan istilah-istilah asing untuk
berdiam diri di rumah, menjaga jarak, dan lain sebagainya. Contoh saja, ketika pandemic
ini muncul istilah-istilah yang asing di telinga, seperti social distancing, work from home
(WFH), hand sanitizer, lockdown, rapid test, dan lain sebagainya yang maknanya belum
tentu dimengerti oleh masyarakat luas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional di masa
pademi?
2. Bagaimana kosa kata asing memengaruhi tata cara berbahasa Indonesia yang baik dan
benar?
3. Bagaimana eksistensi bahasa Indonesia di masa pandemi?
C. Tujuan
1. Mengetahui fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional di masa
pademi.
2. Mengetahui kosa kata asing yang memengaruhi tata cara berbahasa Indonesia yang
baik dan benar.
3. Mengetahui eksistensi bahasa Indonesia di masa pandemi.
BAB II
PEMBASAHAN
2. Akronim (kependekan)
Akronim juga sering kali digunakan oleh media dan pemerintah dalam menyampaikan
informasi seputar Covid-19, diantaranya adalah sebagai berikut:
3. Istilah
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan
makna konsep, proses, keadaan, sifat yang khas dalam bidang tertentu. Penggunaan
istilah pada masa pandemi sekarang ini banyak dijumpai menggunakan bahasa
Inggris. Hal ini karena pemakaian kosakata dalam bentuk bahasa Inggris tersebut
dirasa lebih memiliki nilai tinggi dan praktis dibandingkan dengan menggunakan
bahasa Indonesia sendiri. Bahkan sebelum wabah pandemi ini terjadi pun, masyakat
pengguna bahasa lebih suka menggunakan istilah asing saat berkomunikasi. Beberapa
istilah bahasa Inggris yang sering digunakan pada masa pandem Covid-19 adalah
sebagai berikut:
Antiseptic Antiseptik
Dropled Percikan
Isolation Isolasi
Lockdown Karantina wilayah
5
Mulyadi, Salah Kaprah dalam Bahasa Indonesia, (Medan: Fakultas Sastra USU, 1994), hlm. 7.
digunakan para pejabat pemerintah dalam penanganan Covid-19 padahal beberapa istilah
asing tersebut sebenarnya sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Istilah
lockdown, sanitizer, dropled, dan sebagainya lebih sering digunakan daripada kata
karantina wilayah, penyanitasi tangan, percikan. Bahkan kosakata yang berupa singkatan
juga menggunakan bahasa Inggris, seperti WFH (work from home) dan WFO (work from
office). Singkatan-singkatan tersebut sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia saja,
yakni KDR (kerja dari rumah) dan KDK (kerja dari kantor).
Penggunaan kosakata bahasa asing seperti bahasa Inggris dalam penyampaian
informasi terkait penanganan pandemi yang terjadi pada saat ini belum tentu bisa
dipahami oleh semua lapisan masyarakat. Apalagi masyarakat yang tingkat
pendidikannya rendah dan selama ini susah untuk mengakses informasi, tentu
penggunaan bahasa asing ini akan sulit dipahami mereka. Bahkan ada juga sebagian
masyarakat yang masih sulit memahami informasi yang disampaikan dalam bahasa
Indonesia. Jadi, bagaimana pemerintah mau mengatasi pandemi yang terjadi pada saat ini
jika imbauan pemerintah saja masih sulit untuk dipahami masyarakatnya. Kalaupun ada
kosakata asing yang dipakai karena mungkin belum ada padanannya dalam bahasa
Indonesia, sebaiknya berikan juga penjelasan dengan menggunakan bahasa Indonesia
yang memiliki kemiripan makna dengan kosakata asing tersebut. Tujuannya agar
masyarakat bisa memahami dan melaksanakan imbauan seperti yang diharapkan oleh
pemerintah, dalam hal ini tim gugus tugas penanganan Covid-19.
BAB III
PENUTUP
Adanya pandangan bahwa penggunaan kata-kata Indonesia tidak sesuai dengan
tuntutan kebutuhan manusia modern bukan merupakan sikap positif terhadap bahasa
Indonesia. Sikap yang meremehkan eksistensi bahasa Indonesia ini manakala dibiarkan
terus-menerus tentu akan dapat menodai jati diri kita sebagai suatu bangsa. Hal itulah
yang kemudian mengakibatkan Sikap pemakai bahasa yang enggan untuk
mendayagunakan potensi bahasa Indonesia merupakan cermin dari kurangnya
penghargaan sebagian masyarakat terhadap bahasa Indonesia.
Cara penyampaian informasi seputar Covid-19 dari pemerintah yang banyak
menggunakan kosakata bahasa asing, seperti singkatan, akronim, ataupun istilah pada
masa pandemi Covid-19 akan lebih efektif dipahami semua lapisan masyarakat jika
menggunakan bahasa Indonesia. Untuk kosakata asing yang yang belum ada
padananannya dalam bahasa Indonesia tentu bisa tetap menggunakan kosakata asing
tersebut tetapi dengan tetap memberikan penjelasan dalam bahasa Indonesia agar
informasi yang ingin disampaikan bisa dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.
Diharapkan dengan penyampaian informasi dengan bahasa yang efektif dan bisa
dipahami oleh seluruh mayarakat, pandemi Covid-19 ini bisa membantu mengurangi
korban yang terkena virus Covid-19 ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kamisa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Kridalaksana Harimurti, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1985.
Mulyadi, Salah Kaprah dalam Bahasa Indonesia, Medan: Fakultas Sastra USU, 1994.