Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN SEMINAR KELOMPOK C

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN DHF DI RUANG
TERATAI RSUD
CIBINONG

Disusun oleh:

1) Akmal Ibrahim Wirapraja 202115003


2) Elsa Hadawiyah 202115007
3) Karina Puspaningrum 202115011
4) Milysa Anggriani 202115015
5) Reza Erlina Cristy 202115019
6) Susanti Veronica Katoronang 202115023
7) Vina Setianingrum 202115027

Institut Kesehatan dan Teknologi Jakarta


Jalan Raya PKP, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur 13730
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas Laporan Seminar Kasus
Keperawatan Anak.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, 16 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................................................. 6
A. Pengertian ............................................................................................................... 6
B. Etiologi.................................................................................................................... 6
C. Patofisiologi ............................................................................................................ 7
D. Komplikasi ............................................................................................................ 10
E. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................ 10
F. Penatalaksanaan Medis ......................................................................................... 11
G. Askep .................................................................................................................... 13
BAB III ............................................................................................................................. 18
TINJAUAN KASUS ......................................................................................................... 18
BAB IV ............................................................................................................................. 39
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 39
BAB V .............................................................................................................................. 43
PENUTUP ........................................................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 45
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan suatu penyakit yang biasanya
diakibatkan oleh virus yang bernama dengue yang dapat ditularkan dari
orang melalui gigitan nyamuk aedes aegepty yaitu vektor yang paling utama,
namun spesies lain seperti Ae.Albopictus dapat juga menjadi vektor penular.
Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir diseluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat-tempat yang biasanya memiliki ketinggian dari 100 meter
di atas permukaan laut. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ini juga banyak
dijumpai terutama di daerah tropis dan sering menimbulkan Kejadian Luar
Biasa (KLB).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbul adanya Dengue


Hemorrhagic Fever (DHF) seperti rendahnya status kekebalan kelompok
masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena banyak tempat
perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan. Hipertermi
salah satu manifestasi penderita Dengue Hemorrhagic Fever (DHF).

Data WHO (2015) memperkirakan jumlah penyakit DHF 2,5 miliar atau 40%
populasi di dunia beresiko terhadap penyakit Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) terutama yang tinggal di daerah kota di negara tropis dan subtropis. di
seluruh dunia diperkirakan jumlah kasus ada 390 juta infeksi dengue yang
terjadi setiap tahun. WHO mencatat negara Indonesia adalah negara dengan
kasus Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) tertinggi di Asia Tenggara dan
tertinggi nomor dua di dunia setelah Thailand (Dharmayanti, 2019).

Data Depkes RI (2019) jumlah kasus penderita Dengue Hemorrhagic Fever


(DHF) di Indonesia pada tanggal 29 Januari 2019 13.683 orang diseluruh
Indonesia. Penderita Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) di Indonesia terdapat
dengan jumlah 133 orang. Penderita Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) terus
bertambah hingga 3 Februari 2019, banyaknya penderita Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) mencapai 16.692 kasus, dengan 169 jiwa
dinyatakan meninggal dunia. Upaya penanggulangan penyakit Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) kementrian kesehatan melakukan langkah
pencegahan dini, yaitu fogging sebelum musim penularan, untuk
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan 3M+ yaitu menguras, menutup
dan mengubur plus menabur bubuk larvasida. Selain itu dapat melakukan
beberapa hal pencegahan seperti mendaur ulang sampah, menggunakan obat
nyamuk dan lotion anti nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi ruangan,
memasang kelambu anti nyamuk, dan memelihara kebersihan sekitar
(Kemenkes, 2019).

B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan perawatan klien Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) pada anak di Ruang Teratai RSUD Cibinong
b. Tujuan Khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian klien Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) di RSUD Cibinong pada ruang teratai
2. Mampu menentukan sebuah diagnosa perawatan klien Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) di RSUD Cibinong pada ruang teratai
3. Mampu merencanakan tindakan klien Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) di RSUD Cibinong pada ruang teratai
4. Mampu melaksanakan tindakan keprawatan klien Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) di RSUD Cibinong pada ruang teratai
5. Mampu melakukan evaluasi pada klien Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) di ruang teratai RSUD Cibinong
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue (arbo virus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aides aegypti. Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri
demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi
menimbulkan renjatan/syok dan kematian (Aplikasi NANDA NIC NOC jilid
1, 2013).

Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD (dengue
hemorrhagic fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri
sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
ditesis hemoragik. Pada DHF terjadi perembesan plasma yang ditandai
dengan hemokosentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan
dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue yang ditandai oleh renjatan atau
syok (Nurarif & Kusuma 2015).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak


dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa
demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi
Arbovirus (ArtropodBorn Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus (Wijayaningsih 2017).
B. Etiologi
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah.
Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi
virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar penyakit
ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam berdarah setiap tahun di
seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi demam berdarah.
Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor
risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap virus
demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et al, 2014).

Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe


virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan
antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak
dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain.
Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat terinfeksi oleh 3
atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi, 2015).

Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah, penyakit seperti flu berat
yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang
menyebabkan kematian. Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40 ° C /
104 ° F) disertai dengan 2 dari gejala berikut: sakit kepala parah, nyeri di
belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, pembengkakan kelenjar
atau ruam. Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari, setelah masa
inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi.

C. Patofisiologi
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit
seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan
adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme
hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan
jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa virus dengue
inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah
viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala,
mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah
pada kulit, hiperemiatenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati atau hepatomegali
(Murwani 2018).

Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus


antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya
untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler.
Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta
efusi dan renjatan atau syok. Hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit
>20% menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena (Murwani 2018).

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan


ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga
peritonium, pleura, dan perikardium yang pada otopsi ternyata melebihi
cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung, sebaliknya
jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan
timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera
diatasi dengan baik (Murwani 2018).
PATHWAY DHF
D. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue
yaitu perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom
syok dengue (SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10
tahun. Syok ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba,
tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol, tekanan darah
menurun dibawah 80 mmHg atau sampai nol, terjadi penurunan kesadaran,
sianosis di sekitar mulut dan kulitujung jari, hidung, telinga, dan kaki teraba
dingin dan lembab, pucat dan oliguria atau anuria (Pangaribuan 2017).

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara
lain adalah (Wijayaningsih 2017) :
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu
dijumpai pada DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
1) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari
ketiga.
2) Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan
hemokonsentrasi.
3) Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia,
SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat.
b. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi
didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah
infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada
manifestasi reaksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer,
sekunder, dan tersier. Reaksi primer merupakan reaksi tahap awal yang
dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder atau tersier. Yang mana tidak
dapat dilihat dan berlangsung sangat cepat, visualisasi biasanya
dilakukan dengan memberi label antibody atau antigen dengan
flouresens, radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan
lanjutan dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara
in vitro seperti prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier
merupakan lanjutan reaksi sekunder dengan bentuk lain yang
bermanifestasi dengan gejala klinik.
c. Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG
berdasarkan pada kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat
reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi
hemaglutinasi inhibitor (HI).
d. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus
dengue. Menggunakan metode plague reduction neutralization test
(PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas
yang jelas akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.
e. Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination
Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari
metode ini adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam
serum penderita.
f. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian
besar grade II) di dapatkan efusi pleura.

F. Penatalaksanaan Medis
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang
sebagai akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian
permeabilitas sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu
juga diberikan obat penurun panas (Rampengan 2017). Penatalaksanaan DHF
yaitu :
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok
Penatalaksanaan disesuaikan dengan gambaran klinis maupun fase, dan
untuk diagnosis DHF pada derajat I dan II menunjukkan bahwa anak
mengalami DHF tanpa syok sedangkan pada derajat III dan derajat IV
maka anak mengalami DHF disertai dengan syok. Tatalaksana untuk
anak yang dirawat di rumah sakit meliputi:
1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup,
susu untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma,
demam, muntah, dan diare.
2) Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau
ibuprofen karena dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
a) Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.
b) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa
laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin)
tiap 6 jam.
c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,
turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil.
Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24-48 jam
sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian
cairan.
4) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai
dengan tatalaksana syok terkompensasi.
b. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan Syok
Penatalaksanaan DHF menurut WHO (2016), meliputi:
1) Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit
secara nasal.
2) Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan
secepatnya
3) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid
20 ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan
pemberian koloid 10-20 ml/kg BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24
jam.
4) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin
menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi: berikan
transfusi darah atau komponen.
5) Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer
mulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi
hingga 10 ml/kgBB dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan
tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis laboratorium.

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat keperawatan
a) Nyeri kepala.
b) Nyeri retro – orbital.
c) Myalgia /arthralgia.
d) Ruam merah.
e) Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bending positif).
f) Leukopenia.
g) Pemeriksaan serologi dengue positif ; atau ditemukan DD/DBD
yang sudah dikonfirmsi pada lokasi dan waktu yang sama.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan
(grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut:
a) Grade I: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital dan andi lemah.
b) Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta
nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
c) Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.
d) Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit tampak biru.
c. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:
a) Hb dan PCV meningkat (lebih dari sama dengan 20%).
b) Trobositopenia kurang dari sama dengan 100.000/ml).
c) Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis).
d) Ig. D. dengue positif.
e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan: hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
f) Urium dan pH darah mungkin meningkat.
g) Asidosis metabolic: pCO2 < 35-40 mmHg dan HCO3 rendah.
h) SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon
individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual, potensial yang merupakan dasar untuk memilih
Intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung
jawab perawat (Dermawan, 2013).
Berikut ini diagnosa keperawatan yang mungkin timbut, antara lain :
1) Hipertermi b.d Penyakit
2) Hipovolemia b.d Peningkatan permeabilitas kapiler
3) Pendarahan b.d Gangguan koagulasi
4) Risiko Syok
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah suatu proses didalam pemecahan masalah yang
merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,
bagaimana dilakukan, kapan dilakukan,siapa yang melakukan dan semua
tindakan keperawatan (Dermawan, 2013).
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Hipertermi Setelah dilakukan Pengobatan demam
b.d Penyakit tindakan keperawatan 3 1. Monitor suhu
x 24 jam diharapkan sesering mungkin
suhu tubuh pasien 2. Berikan anti piretik
dalam rentang normal 3. Kompres pada
dengan kriteria hasil : lipatan paha dan
1. Suhu tubuh dalam aksila
rentang normal 4. Kolaborasikan dalam
2. Nadi dan RR dalam pemberian cairan
rentang normal intravena
3. Tidak ada
perubahan warna
kulit dan tidak ada
pusing.
2 Hipovolemia Setelah dilakukan 1. Monitor keadaan
b.d tindakan keperawatan umum anak
Peningkatan selama 2x24 jam 2. Observasi dan
permeabilitas diharapkan Kebutuhan mencatat intake dan
kapiler cairan terpenuhi dengan output cairan
Kriteria hasil : 3. Berikan minum yang
1. Anak mendapatkan adekuat sesuai
cairan yang cukup dengan kebutuhan
2. Menunjukkan tubuh
tanda-tanda hidrasi 4. Kolaborasi
yang adekuat pemberian terapi
3. Tanda – tanda vital cairan intravena
dan turgor kulit
yang normal
4. Membrane mukosa
lembab
3 Pendarahan Kehilangan darah Tindakan pencegahan
b.d Gangguan Setelah dilakukan pendarahan
koagulasi tindakan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda
3x24 jam diharapkan pendarahan
pasien terhindar dari 2. Catat nilai Hb dan Ht
resiko pendarahan 3. Monitor nilai lab
dengan kriteria hasil : trombosit
1. Tidak ada 4. Anjurkan untuk
hematuria dan meningkatkan intake
hematemesis cairan
2. Kehilangan darah 5. Kolaborasikan
yang terlihat pemberian Fresh
3. Tekanan darah Frozen Plasma (FFP)
dalam batas normal
sistol dan diastole
4. Hemoglobin dan
hematocrit dalam
batas normal
4 Risiko Syok Setelah dilakukan Pencegahan syok
tindakan keperawatan 1. Monitor fungsi
selama 3x24 jam neurologis
diharapkan pasien dapat 2. Monitor suhu dan
terhindar dari resiko pernafasan
hipovolemia dengan 3. Pantau nilai lab dan
kriteria hasil : HB, HT
1. Nadi dalam batas 4. Monitor tanda dan
normal gejala asites
2. Irama jantung 5. Monitor status cairan
dalam batas yang input dan output
diharapkan
3. Frekuensi nafas
dalam batas yang
diharapkan
4. Mata cekung tidak
ditemukan
5. Demam tidak
ditemukan

4. Implementasi Keperawatan
Tahap proses keperawatan dengan melakukan berbagai strategi
tindakan keperawatan yang telah ditetapkan. Dalam masalah
keperawatan DHF akan dilakukan implementasi:
1) Memonitor suhu sesering mungkin
2) Mencatat intake dan output
3) Memonitor tanda-tanda pendarahan
4) Memonitor hasil lab trombosit
5) Melakukan konpres pada lipatan paha dan aksila
6) Memberikan obat antipiretik
5. Evaluasi Kepeawatan
Suatu tindakan yang mengacu kepada penilaian, tahapan dan
perbaikan, bagaimana reaksi pasien dan keluarga terhadap perencanaan
yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari
perencanaan keperawatan.
a. Evaluasi Formatif Hasil observasi dan analisa perawat terhadap
respon pasien dan keluarga segera pada saat setelah dilakukan
tindakan keperawatan. Ditulis pada catatan perawat, dilakukan setiap
selesai melakukan tindakan keperawatan.
b. Evaluasi Sumatif SOAP Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi
dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada
catatan perkembangan yang merupakan rekapan akhir secara
paripurna, catatan naratif, penderita pulang atau pindah. Hasil yang
diharapkan pada anak setelah dilakukan tindakan keperawatan
adalah kebutuhan nutrisinya sesuai dengan usianya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORM PENGKAJIAN ANAK

Pasien dengan inisial An. A, beralamat di Karadenan. Anak dari Tn. R ini lahir
di Libuklingan, 24-07-2015. Beragama Islam. Ayahnya bekerja sebagai
Wiraswasta dengan pendidikan terakhir SLTA. Pekerjaan Ibu pasien sebagai
IRT. Pendidikan terakhir Ibu pasien yaitu SLTA. Keluhan utama pasien yaitu
pasien mengatakan pusing. Ibu pasien mengatakan anaknya masih demam,
lemas, pegal-pegal dibagian kaki. Saat hamil, Ibu pasien tidak ada keluhan,
hanya kontraksi saja, tidak ada pendarahan dan pecah ketuban dini. Ibu pasien
memiliki riwayat SC pada anak pertama dan kedua, anak ketiga normal. Setelah
melahirkan, Ibu pasien tidak memiliki keluhan.

Ibu pasien mengatakan anaknya dulu hanya batuk dan pilek. Ibu pasien
mengatakan anaknya tidak pernah dirawat di RS, baru kali ini dirawat dirumah
sakit. Ibu pasien mengatakan bila di rumah, anaknya hanya minum vitamin. Ibu
pasien mengatakan anaknya belum pernah melakukan operasi. Ibu pasien
mengatakan anaknya tidak ada alergi. Ibu pasien mengatakan anaknya pernah
jatuh dari sepeda dan luka dibagian kaki dan tangan. Ibu klien mengatkan
anaknya mendapatkan imunisasi lengkap.
I. RIWAYAT KELUARGA DISERTAI GENOGRAM

: Kakek dari : Adek laki-laki

: Nenek dari : Adek Perempuan

: Kakek dari : Kakak Perempuan dari

: Nenek dari : Adek laki-laki

: Kakak laki-laki : Pasien

: Ayah Pasien : Ibu Pasien


Riwayat sosial pasien yaitu ibu pasien yang mengasuh. Ibu pasien
mengatakan bahwa anaknya sangat dekat dengan ibunya. Ibu pasien
mengatakan bahwa anaknya sering bermain dengan teman-temannya
disekitaran tumah, dan memiliki hubungan yang baik dengan teman-
temannya. Rumah berlantai keramik, dibangun diatas tanah 40 meter
persegi. Tipe rumah keluarga Tn. R yaitu semi permanen, terdapat 9
ruangan yaitu 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 garasi
motor, 1 dapur, dan 2 kamar mandi. Terdapat jendela disetiap kamar,
diruang tamu, dan garasi motor. Sinar matahari pagi dapat masuk di
rumah keluarga bapak Amsari. Suasana rumah tidak sumpek karena
sirkulasi udara yang baik. Jamban yang digunakan berada didalam
rumah, pembuangan kotoran dari jamban dibuang ke sepiteng,
penerangan untuk jamban sangat cukup. Jarak untuk pembunan dengan
sumber air jauh sehingga sumber air bersih. Sumber air minum yang
digunaan adalah sumur gali.

Frekuensi makan pasien yaitu sedikit tapi sering. Porsi makan sekali
makan hanya 3-5 sendok. Pola makan pasien disuapi oleh ibunya baru
mau makan. Alat makan yang digunakan yaitu sendok dan piring. Ibu
pasien mengatakan tidak ada kebiasaan sebelum tidur. Ibu pasien
mengatakan bahwa anaknya suka tidur siang. Ibu pasien mengatakan
anaknya mandi 2x sehari pagi dan sore hari. Ibu pasien mengatakan
bahwa anaknya suka bermain masak-masakan bersama teman-
temannya, dan suka sekali menonton videodan gemes dihp dengan
teman-temannya. Ibu pasien mengatakan anaknya selalu BAB setiap
hari dan BAK lancar berwarna kuning jernih.

Diagnosa medis pasien yaitu Febris dan DHF. Tidak ada tindakan
operasi. Pasien makan sedikit tapi sering. Pasien terpasag infus KAEN-
1B. Obat-obatan : KAEN-3B, Omeprazole, Ondansentron,
Pct Drip, Pct Sirup. Pasien hanya berbaring ditempat tidur. Tindakan
keperawatan yang dilakukan yaitu Tepid water sponge. Data
tambahan: Hemoglobin 11.8 gr/dl, Hematokrit 35.8%, Leokosit
3810/L, Trombosit 135.000/L

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum pasien composmentis. TB/BB: 19 Kg. Lingkar kepala
(anak usia <2 tahun). Posisi mata simetris, kelopak mata normal,
pergerakan bola mata normal, konjungtiva anemis, kornea normal, sclera
ikterik, pupul sokor, otot-otot maka tidak ada kelainan, fungsi penglihatan
baik, tidak memakai kacamata, reaksi terhadap cahaya baik. Hidung
bersih, tidak ada sumbatan dan sesak nafas, RR 24x/menit, irama
pernfasan teratur, jenis pernafasan spontan, tidak ada batuk, palpasi dada
tidak ada benjolan, tidak ada nyeri saat bernafas. Tidak ada sariawan,
mulut tampak bersih, tidak ada caries pada gigi

Daun telinga normal, tidak ada cairan atau kotoran ditelinga.Tidak ada
nyeri pada tengkuk saat digerakan. Pada kondisi dada: tidak ada benjolan,
tidak ada nyeri tekan pada dada. Nadi 109x/menit dengan irama teratur dan
denyut kuat, tidak ada nyeri dada. RR 24x/menit, tidak ada kesulitan saat
bernafas, tidak ada suara tambahan. Bising usus 16x/menit. Tidak ada lesi
di punggung. Tidak ada lesi dan tidak ada kelainan pada genetalia. Tidak
ada edema pada bagian ekstremitas. Turgor kulit tidak elastis, temperature
kulit hangat, tidak ada lesi pada kulit. TTV: RR 24x/menit, S 38C, N
109x/menit, TD 110/70 mmHg

PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


Pasien mampu berkomunikasi dengan baik. Pasien dapat menghitung dan
memahami konsep angka, serta dapat menggambar. Pasien dapat
merangkai kalimat sederhana kurang lebih mengandung 5-7 kata. Pada
motorik kasar pasien, pasien dapat berdiri dengan satu kaki, menaiki
tangga dan dapat berlari.
Pemeriksaan Laboratorium atau Hasil Pemeriksaan Diagnostik Lainnya
Tanggal dan Jenis
Hasil Pemeriksaan Interprestasi
Pemeriksaan
Senin, 01 November 2021
Hemoglobin 11.9 gr/dL Rendah (12.0 – 17.3 gr/dl)
Leokosit 6320/L Rendah (5000 - 10.000/L)
Trombosit 199.000/L Normal (150.000 - 450.000/L)
Hematokrit 36.3% Normal (36 – 42%)

Selasa, 02 November 2021


Hemoglobin 11.8 gr/dL Rendah (12.0 – 17.3 gr/dl)
Leokosit 3810/L Rendah (5000 - 10.000/L)
Trombosit 135.000/L Rendah (150.000 - 450.000/L)
Hematokrit 35.8% Rendah (36 – 42%)

Rabu, 03 November 2021


Hemoglobin 12.0 gr/dL Normal (12.0 – 17.3 gr/dl)
Leokosit
2230/L Rendah (5000 - 10.000/L)
Trombosit
133.000/L Rendah (150.000 - 450.000/L)
Hematokrit
35.1% Rendah (36 – 42%)

Kamis, 04 November 2021


Hemoglobin
12.5 gr/dL Normal (12.0 – 17.3 gr/dl)
Leokosit
3200/L Rendah (5000 - 10.000/L)
Trombosit
102.000/L Rendah (150.000 - 450.000/L)
Hematokrit
37.5% Normal (36 – 42%)

Jumat, 05 November 2021


12.6 gr/dL Normal (12.0 – 17.3 gr/dl)
Hemoglobin
5440/L Normal (5000 - 10.000/L)
Leokosit
85.000/L Rendah (150.000 - 450.000/L)
Trombosit
Hematokrit 36.6% Normal (36 – 42%)

Terapi Medis yang Diberikan


Tanggal Jenis Terapi Rute Terapi Dosis Indikasi Terapi
02/11/2021 KAEN-1B Intravena 1500 cc/hari Untuk menganti cairan
dan elektrolit

Omeprazole Intravena 1 x 20 mg Untuk mengatasi


gangguan lambung,
seperti penyakit asam
lambung dan tukak
lambung

Ondansentron Intravena 2 x 2 mg Untuk mual dan muntah

PCT drip Intravena 180 mg Untuk meredakan deman


dan nyeri

PCT sirup Oral 4 x / hari Untuk meredakan demam


dan nyeri
Laporan Kasus Asuhan Keperawatan pada Anak
A. Analisa Data
No Hari/Tgl/Jam Symtoms Etiologi Problem
1 Selasa, Data Subjektif : Hipertermi Penyakit
02/11/2021 1. Ibu klien (DHF)
11.00 mengatakan
anaknya badannya
panas
2. Ibu klien
mengatakan badan
anaknya menggigil
ada saat malam hari
3. Ibu klien
mengatakan
badannya terasa
pegal-pegal.
Data Objektif :
1. Suhu : 38C
2. Leukosit : 3810/L
3. Klien tampak
gelisah
4. Klien tampak
keringatan
2 Selasa, Data Subjektif : Kekurangan Kegagalan
02/11/2021 1. Ibu klien volume cairan mekanisme
11.30 mengatakan badan regulasi
anaknya panas.
2. Ibu klien
mengatakan
anaknya malas
untuk minum.
3. Ibu klien
mengatakan kalau
anaknya hanya
minum 1 botol aqua
600ml.
4. Ibu klien
mengatakan
anaknya sering
keluar keringat.
5. Ibu klien
mengatakan
anaknya pagi tadi
muntah,
Data Objektif :
1. Turgor kulit tidak
elastis.
2. Suhu 38C
3. Hematocrit 35.8%
4. Kulit klien tampak
kering
5. Klien terlihat lemas
6. BB klien turun 1 kg
3 Rabu, Data Subjektif : Risiko Syok
03/11/2021 -
11.00 Data Objektif :
1. Suhu 38C
2. Terdapat peteki
ditangan
3. Trombosit
133000/L
4. Hematokrit 35.1%
B. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b.d Penyakit (DHF)
2. Kekurang volume cairan b.d Kegagalan mekanisme regulasi
3. Risiko syok
C. Intervensi Keperawatan
No. Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Ttd/
Hari/Tgl/Jam
DX (NOC) (NIC) Nama
1 Selasa, Tujuan : setelah dilakukan 1. Perawatan
02/11/2021 tindakan selama 3x24 jam demam
11.00 masalah hipertermi dapat a. Pantau suhu
teratasi dengan kriteria tubuh dan
hasil : TTV lainnya
1. Termoregulasi b. Monitor
a. Hipertermi warna kulit
Saat dah suhu
Tujuan
dikaji tubuh
2 4 c. Beri obat atau
b. Peningkatan suhu cairan IV
kulit (penurun
Saat panas)
Tujuan
dikaji
2 4 d. Anjurkan
c. Dehidrasi pasien,

Saat menggunakan
Tujuan
dikaji pakaian yang

2 4 tipis dan

d. Berkeringat saat menyerap

panas keringat.

Saat e. Berikan
Tujuan kompres
dikaji
2 4 hangat

2. Hidrasi f. Dorong
a. Intake cairan konsumsi
Saat cairan
Tujuan
dikaji g. Kolaborasi
2 4 dengan dokter
b. Output cairan dalam
Saat pemberian
Tujuan
dikaji obat penurun
2 4 panas

2 Selasa, Tujuan : setelah di lakukan 1. Manajemen


02/11/2021 tindakan selama 3x24 jam cairan
11.00 masalah kekurangan a. Jaga intake /
volume cairan dapat asupan yang
teratasi dengan kriteria akurat
hasil : b. Monitor status
1. Keseimbangan cairan hidrasi
a. Turgor Kulit c. Monitor TTV
Saat d. Berikan
Tujuan
dikaji cairan yang
2 4 tepat
b. Berat jenis urine e. Tawari
Saat makanan
Tujuan
dikaji ringan/buah
2 4 yang banyak
c. Kelembapan air
membrane mukosa f. Tingkatan

Saat asupan oral


Tujuan
dikaji g. Dukung

2 4 pasien dan

2. Hidrasi keluarga

a. Intake cairan untuk


membantu
dalam
Saat pemberian
Tujuan
dikaji makanan yang
2 4 baik
b. Output urin h. anjurkan
Saat pasien untuk
Tujuan
dikaji memakai
2 4 pakaian yang
tipis dan
menyerap
keringat
i. kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian
cairan
3 Rabu, Tujuan : setelah dilakukan 1. Pencegahan syok
03/11/2021 tindakan selama 3x24 jam a. Monitor
11.00 masalah resiko syok dapat terhadap
teratasi dengan kriteria adanya respon
hasil : kompensasi
1. keparahan syok awal
hipovolemik b. Monitor
a. pucat terhadap
Saat Tujuan adanya tanda-
dikaji tanda respon
3 4 syndrome
b. kehausan c. Monitor suhu
Saat Tujuan dan status
dikaji respirasi
3 4 d. Catat adanya
c. menurunnya urin memar,
output petekie,dan
Saat Tujuan kondisi
dikaji membran
2 4 mukosa
d. nadi lemah dan e. Berikan
halus cairan melalui
Saat Tujuan IV dan oral.
dikaji
3 5

D. Implementasi Keperawatan
No. Ttd/
Hari/Tgl/Jam Implementasi Respon Hasil
DX Nama
1 Selasa,
02/11/2021
09.50 1. Memonitor TTV 1. Suhu 38.1C,
Nadi
106x/menit,
Respirasi
23x/menit,
Tekanan darah
100/70 mmHg
2. Memberikan 2. Ibu klien
kompres hangat mengatakan
(tepid water sponge) ananya masih
10.05 demam
3. Memantau suhu
tubuh 3. Ibu klien
10.30 mengatakan
13.00 anaknya sudah
minum obat
PCT sirup
sekitar jam 9.30
13.30 4. Suhu tubuh
klien menurun
4. Menganjurkan klien 5. Suhu 37.7C
menggunakan 6. Ibu klien
pakaian yang tipis mengatakn
dan menyerap anaknya lebih
keringat nyaman
menggnakan
5. Mendorong klien pakaian tipis
mengonsumsi cairan 7. Klien terlihan
menghabiskan
minum
sebanyak 600ml
2 Selasa,
02/11/2021
08.00 1. Monitor TTV 1. Suhu 38.1C,
Nadi
106x/menit,
Respirasi
10.00 23x/menit,
Tekanan darah
100/70 mmHg
11.30 2. Menjaga 2. Ibu klien
intake/asupan yang mengatakan hari
adekuat in minum sudah
hampir 600ml
3. Meningkatkan 3. Ibu klien
asupan oral mengatakan
anaknya masih
tidak nafsu
makan
1 Rabu,
03/11/2021
08.00 1. Memantau suhu 1. Suhu 37.5C,
tubuh dan TTV Nadi 97x/menit,
Respirasi
21x/menit,
08.20 Tekanan darah
110/70 mmHg
09.00 2. Memonitor warna 2. Warna kulit
kulit sudah tidak
kemerahan lagi.
3. Memberikan 3. Ibu klien
14.30 kompres hangat mengatakan
badan anaknya
sudah tidak
demam lagi
4. Suhu 37C
4. Mendorong pasien 5. Ibu klien
untuk banyak mengatakan hari
minum ini anaknya
inum kurang
lebih sudah
1500ml
2 Rabu,
03/11/2021
08.00 1. Menjaga intake 1. Ibu klien
atau asupan yang mengatakan hari
adekuat ini anak nya
sudah minum
09.30 kurang lebih
1500ml
2. Memonitor status 2. Ibu klien
hidrasi mengatakan
anaknya sudah
14.00 tidak ada mual
muntah lagi
3. Klien tampak
lebih segar
3. Memonitor TTV 4. Suhu 37.5C,
Nadi 97x/menit,
Respirasi
21x/menit,
Tekanan darah
110/70 mmHg
3 Rabu,
03/11/2021
09.00 1. Memonitor suhu 1. Suhu 37.5C
10.00 2. Mencatat adanya 2. Peteki tampak
petekie ditangan
11.00 3. Nadi
3. Memonitor 97x/menit,
terhadap adanya Respirasi
respon awal syok : 21x/menit,
Tekanan darah
110/70 mmHg
1 Kamis,
04/11/2021
14.20 1. Memantau suhu 1. Suhu 37.4C,
tubuh dan TTV Nadi
97x/menit,
Respirasi
14.40 2. Memonitor warna 21x/menit,
kulit Tekanan darah
15.00 110/70 mmHg
3. Mendorong pasien 2. Tubuh klien
untuk banyak sudah tidak
minum kemerahan
16.00 3. Ibu klien
mengatakan
anaknya sudah
tidak demam
lagi
4. Memberikan 4. Suhu 36,7C
kompres hangat
2 Kamis,
04/11/2021
14.20 1. Monitot TTV 1. Suhu 37.4C,
Nadi
97x/menit,
Respirasi
16.20 21x/menit,
Tekanan darah
110/70 mmHg
2. Meningkatkan 2. Ibu klien
asupan oral mengatakan
ananya sudah
minum kurang
lebih 1500ml
17.00

3. Ibu klien
3. Memonitor status mengatakan
hidrasi makannya tadi
pagi habis
4. Ibu klien
mengatakan
tidak ada
muntah lagi
3 Kamis,
04/11/2021
19.00 1. Memonior terhadap 1. Suhu 36.7C,
adanya respon Nadi
kompensasi awal 97x/menit,
syok Respirasi
21x/menit,
Tekanan darah
110/70 mmHg
3 Jumat,
05/11/2021
21.00 1. Memonitor terhadap 1. Suhu 36.6C,
adanya respon Nadi
kompensasi awal 97x/menit,
syok Respirasi
21x/menit,
Tekanan darah
110/70 mmHg

E. Evaluasi Keperawatan
No.
Hari/Tgl/Jam Evaluasi TTD
DX
1 Selasa, Subjektif :
02/11/2021 1. Ibu klien mengatakan anaknya masih
21.00 demam.
2. Ibu klien mengatakan ananya sudah
minum PCT sirup sekitar jam 09.30
3. Ibu klien mengatakan ananya lebih
nyaman menggunakan pakaian tipis
Objektif :
1. Suhu 38.1C, Nadi 106x/menit, Respirasi
23x/menit, Tekanan darah 100/70 mmHg
2. Suhu tubuh klien menurun
3. Suhu 37.7C
4. Klien terlihan menghabiskan minum
sebanyak 600ml
Assesment :
Masalah Hipertermi belum teratasi
Planning :
Lanjutkan intervensi
1. Mantau suhu tubuh dan TTV
2. Monitor warna kulit
3. Dorong pasien untuk banyak minum
4. Berikan kompres hangat
2 Selasa, Subjektif :
02/11/2021 1. Ibu klien mengatakan hari ini munum
21.00 sudah hampir 600ml
2. Ibu klien mengatakan anaknya masih tiak
nafsu untuk makan
Objektif :
4. Suhu 38.1C, Nadi 106x/menit, Respirasi
23x/menit, Tekanan darah 100/70 mmHg
Assesment :
Masalah kekurangan volume cairan belum
teratasi
Planning :
Lanjutkan intervensi
1. Menjaga intake atau asupan yang adekuat
2. Memonitor status hidrasi
3. Monitor TTV
1 Rabu, Subjektif :
03/11/2021 1. Ibu klien mengatakan hari ini anaknya
14.00 inum kurang lebih sudah 1500ml
2. Ibu klien menagatakan badan ananya
sudah tidak demam lagi
Objektif :
1. Suhu 37.5C, Nadi 97x/menit, Respirasi
21x/menit, Tekanan darah 110/70 mmHg
2. Warna kulit sudah tidak kemerahan lagi.
3. Suhu 37C
Assesment :
Masalah Hipertermi teratasi sebagian
Planning :
Lanjutkan intervensi
1. Pantau suhu tubuh dan TTV
2. Monitor warna kulit
3. Mendorong pasien untuk banyak minum
4. Memberikan kompres hangat
2 Rabu, Subjektif :
03/11/2021 1. Ibu klien mengatakan hari ini anak nya
14.00 sudah minum kurang lebih 1500ml
2. Ibu klien mengatakan anaknya sudah
tidak ada mual muntah lagi
Objektif :
1. Klien tampak lebih segar
2. Suhu 37.5C, Nadi 97x/menit, Respirasi
21x/menit, Tekanan darah 110/70 mmHg
Assesment :
Masalah kekurangan volume cairan teratasi
sebagain
Planning :
Lanjutkan intervensi
1. Monitor TTV
2. Tingkatkan asupan oral
3. Monitor status hidrasi
3 Rabu, Subjektif : -
03/11/2021 Objektif :
14.00 1. Suhu 37.5C
2. Peteki tampak ditangan
3. Nadi 97x/menit, Respirasi 21x/menit,
Tekanan darah 110/70 mmHg
Assesment :
Masalah resiko syok belum teratasi
Planning :
Lanjutkan intervensi
1. Monior terhadap adanya respon
kompensasi awal syok
1 Kamis, Subjektif :
04/11/2021 1. Ibu klien mengatakan anaknya sudah
14.00 tidak demam lagi
Objektif :
1. Suhu 37.4C, Nadi 97x/menit, Respirasi
21x/menit, Tekanan darah 110/70 mmHg
2. Tubuh klien sudah tidak kemerahan
3. Suhu 36,7C
Assesment :
Masalah hipertermi sudah teratasi
Planning :
Hentikan Intervensi
2 Kamis, Subjektif :
04/11/2021 1. Ibu klien mengatakan makannya tadi
14.00 pagi habis
2. Ibu klien mengatakan tidak ada muntah
lagi
3. Ibu klien mengatakan ananya sudah
minum kurang lebih 1500ml
Objektif :
1. Suhu 37.4C, Nadi 97x/menit, Respirasi
21x/menit, Tekanan darah 110/70 mmHg
Assesment :
Masalah kekurangan volume cairan teratasi
Planning :
Hentikan Intervensi
3 Kamis, Subjektif : -
04/11/2021 Objektif :
14.00 1. Suhu 36.7C, Nadi 97x/menit, Respirasi
21x/menit, Tekanan darah 110/70 mmHg
Assesment :
Masalah risiko syok teratasi sebagian
Planning :
Lanjutkan intervensi
1. Monitor terhadap adanya respon
kompensasi awal syok
3 Jumat, Subjektif : -
05/11/2021 Objektif :
08.00 1. Suhu 36.6C, Nadi 97x/menit, Respirasi
21x/menit, Tekanan darah 110/70 mmHg
Assesment :
Masalah risiko syok teratasi
Planning :
Hentikan Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini, kelompok akan menguraikan kesenjangan antara kasus An.A usia 6
tahun dengan DHF (Dengue Hemoragic Fever) dan teori yang dihubungkan
berdasarkan konsep mulai dari pengkajian, diagnosa, perencaan, implementasi
sampai evaluasi

A. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dianalisa dan ditetapkan permasalahan-permasalahan
Kesehatan dan keperawatan yang dihadapi baik fisik, mental, sosial, dan
spiritual. Dalam fase ini terdoro dari 2 tahap, pengumpulan data dan
penentuan masa;ah keperawatan, sumber data biasa didapat dari sumber
utama (pasien), keluarga dan orang terdekat, catatan keperawatan, rekam
medik, dan tim Kesehatan lainya.
Pada pengkajian kasus An.A dengan DHF didapatkan pasien demam, hal
ini menurut teori (Murwani 2018) virus dengue yang telah masuk ketubuh
penderita akan menimbulkan viremia. Hal tersebut akan menimbulkan
reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan
(pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya :
peningkatan suhu.
Pasien An.A ditemukan juga dengan keluhan nyeri/pegal pada bagian kaki,
hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa manifestasi klinis
dari DHF salah satunya terdapat nyeri, yang didukung oleh (WHO, 2015)
yaitu penyakit seperti flu berat yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan
orang dewasa, tapi jarang menyebabkan kematian. Dengue harus dicurigai
bila demam tinggi (40 ° C / 104 ° F) disertai dengan 2 dari gejala berikut:
sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual,
muntah, pembengkakan kelenjar atau ruam.
B. Diagnosa Keperawatan
Dalam merumuskan diagnose keperawatan disesuaikan dengan respon
pasien saat pengkajian, pada tinjauan teori yang diambil dari (Dermawan,
2013) terdapat 4 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu Hipertermi
berhubungan dengan penyakit, hypovolemia berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler, pendarahan berhubungan dengan
gangguan koagulasi dan resiko syok.
Terdapat kesamaan antara kasus yang didapat dan teori. Pada kasus An.A
ditemukan 3 diagnosa yang sama dengan teori yaitu : Hipertermi
berhubungan dengan penyakit (DBD), kegagalan mekanisme regulasi
berhubungan dengan kekurangan volume cairan, dan resiko syok.

C. Intervensi keperawatan
Menurut teori NANDA (2011) Langkah-langkah perencanaan meliputi
prioritas masalah, penetapan tujuan, dan kriteria hasil serta penyusunan
rencana Tindakan. Pada kasus An.A rencana Tindakan disesuaikan dengan
prioritas dari diagnosa keperawatan yang didapatkan.
Perencanaan Tindakan pada An.A prioritas pertama adalah perawatan
demam dengan cara selalu memantau suhu tubuh pasien, menganjurkan
menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat dan memberikan
kompres hangat. Hal ini terdapat kesamaan antara teori dan kasus, pada
teori menurut (Dermawan, 2013) dijelaskan intrevensi untuk diagnose
hipertermi adalah monitor suhu, dan pemberian kompres untuk
menurunkan suhu tuubuh pasien.
Pada diagnose ke 2, yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kegagalan mekanisme regulasi pada An.A direncanakan manajemen cairan
seperti menjaga intake output, memberikan cairan yang tepat, membantu
pemberian makan, pada diagnose ini juga terdapat kesamaan antara teori
dan kasus, pada teori menurut (Dermawan, 2013) mengobservasi intake
ouput dan memberikan minum yang adekuat sesuai kebutuhan pasien.
Terdapat kesamaan antara teori dan kasus pada diagnosa ke 3, pada kasus
An.A direncanakan untuk memnatau tanda tanda perdarahan, pada teori
menurut (Dermawan, 2013) intervensi yang didapat seperti monitor tanda-
tanda perdarahan dan mencatat hasil lab.

D. Implementasi keperawatan
Pelakasaan Tindakan keperawatan pada kasus DHF dlakukan berdasarkan
rencana keperawatan yang sesuai standarat operasional procedure (SOP)
yang berlaku di RS dengan menyesuaikan fasilitas yang tersedia dan
menyesuaikan kondisi pasien. Pelaksaan Tindakan keperawatan dan
kolaborasi di upayakan secara maksimal untuk setiap perencanaan yang
telah disusun. Pelaksaan Tindakan yang dilakukan terhadap An.A dengan
usia 6 tahun pada diagnosa 1, pasien diberikan kompres. Hal ini sesuai
dengan teori yang mengatakan dalam masalah keperawatan DHF
dilakukan salah satunya mengkompres lipatan paha dan aksila.
Pada diagnosa 2, yang dilakukan adalah menjaga intake output yag
adekuat serta pemberian asupan makan, hal ini sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa pada anak dengan DHF asupan makanan dan cairan
harus dipantau.
Diagnosa 3 pada kasus An.A dilakukan pencatatan apabila terdapat tanda
tamda perdarahan, hal ini juga sesuai dengan teori yang mengatakan pada
pasien dengan DHF perlu dilakkan pemantauan yang ketat terhadap
adanya peradarahan.

E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi terhadap diagnose keperawatan yang ditemukan pada An.A
seusai dengan landasan teori mengenai evaluasi keperawatan yang
difokuskan pada evaluasi sturktur dan evaluasi sumatif. Evaluasi asuhan
keperawatan bertujuan untuk melihat respon pasien terhadap Tindakan
keperawatan yang telah diberikan, sehingga perawat dapat mengambil
keputusan untuk mengakhiri rencana Tindakan keperawatan atau
merumuskan rencana tindakan.
Dalam evaluasi ini, perawat harus mendokumentasikan hasil dari tindakan
yang telah dilakukan, seperti pengompresan untuk menurunkan suhu
tubuh, sudah teratasi, pemantauan intake output serta pemebrian makan,
dan memantau tanda tanda perdarahan sudah teratasi.
Hal ini, sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pada evaluasi
terdapat evaluasi SOAP yaitu kesimpulan dari tindakan yang sudah
dilakukan perawat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam laporan kasus dan pembahasan
pada asuhan keperawatan dengan masalah hipertermi pada An.A dengan demam
berdarah dengue di RSUD Cibinong, maka penulis mengambil kesimpulan

1) Pengkajian
Pengkajian yang didapat pada An.A pada tanggal 2 November 2021 secara
subjektif ibu klien mengatakan badan anaknya panas, menggigil saat
malam, terasa pegal-pegal dan secara objektif keluhan tersebut diperiksa
ak gelisah dan
berkeringatan sehingga didapatkan diagnosa utama yaitu hipertermi
berhubungan dengan penyakit DHF.
2) Intervensi
Berdasarkan intervensi pada kasus An.A maka ditegakkan intervensi
keperawatan pada An.A yaitu memonitor suhu dan tanda vital yang
didapat pada tanggal 2 November 2021
Respirasi 23x/menit, Tekanan darah 100/70 mmHg serta menganjurkan
untuk kompress air hangat
3) Implementasi
Berdasarkan implementasi keperawatan pada An.A adalah mencatat suhu
pada tanggal 2 N
106x/menit, Respirasi 23x/menit, Tekanan darah 100/70 mmHg,
menganjurkan menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
dan memberikan kompres hangat, Memberikan kompres hangat (tepid
water sponge), memonitor hidrasi, melakukan kolaborasi untuk terapi
farmakologi pemberian PCT Sirup 3x1 @5ml.
4) Evaluasi
Berdasarkan catatan perkembangan pada hari kamis 4 november 2021,
pada An.A yaitu ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak demam lagi,
7x/menit, Respirasi 21x/menit, Tekanan darah
110/70 mmHg serta tubuh klien sudah tidak kemerahan lagi. Keadaan
Compos Mentis. Intervensi dihentikan karena masalah keperawatan
hipertermi telah teratasi

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran antara lain :

1) Bagi responden
Terutama pada pasien An.A dan keluarga dalam pemberian terapi dan
farmakologi sangat baik dan antusias dalam menerimma dan memudahkan
untuk menerapkan hasil kolaborasi perawat antar klien ataupun keluarga
klien dengan ketentuan yang ada dan diharapkan pengetahuan klien
maupun keluarga klien dapat bertambah tentang penyakit demam berdarah
dengue , demi dapat menciptakan klien yang sehat,dapat membantu proses
kesehatan masyarakat dan demi kelancaran proses asuhan keperawatan
pada klien.

2) Bagi Institusi Pendidikan


Institusi diharapkan lebih meningkatkan penyebab klien kuang
pengetahuan tentang demam mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pengetahuan klien sehingga dapat memudahkan penelitian
selajutnya untuk membantu proses kesehatan masyarakat dari factor lain
yang dapat mempengaruhi pengetahuan klien tentang penyakit demam
berdarah dengue.
DAFTAR PUSTAKA

Mendiri N. K. & Prayogi, A. S. 2016. Asuhan Keperawatan Anak & Bayi Resiko
Tinggi. Yogyakarta : PT Pustaka Baru.

Murwani. 2018. Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.

Nurarif ,A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

Amin Huda Nurarif & Kusuma, Hardhi. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (Edisi Revisi).
MediAction

Cahyaningsih, Dwi Sulistyo. 2011. Pertumbuhan Perkembangan Anak dan


Remaja. Jakarta:TIM.

Dermawan, D. 2013. Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja


(1st ed.). Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Pangaribuan, Anggy. 2017. Faktor Prognosis Kematian Sindrom Syok Dengue.


Jakarta : ECG.

Soetjiningsih. 2016. Tumbuh Kembang Anak.Edisi 2. Jakarta:EGC.

Vyas, Jatin M, et al. 2014. Dengue Hemorrhagic Fiver. Jakarta: ECG

WHO. 2016. Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic


Fever.

Wijayaningsih, Kartika Sari. 2017. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM.

Harmawan. 2018. Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai