I. Gambaran Umum
Di India, seperti beberapa negara berkembang, penyakit merebak; dokter jarang dan
catatan riwayat medis tidak ada. Di sini, telemedicine akhirnya membuka prospek
dokumentasi medis untuk sejumlah besar populasi yang tidak berpendidikan. Pelacakan
riwayat pasien di daerah yang dicakup oleh telemedicine tidak hanya membaik, tetapi juga
berkembang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tertentu. Dari pelacakan grafik yang
menggambarkan malnutrisi, hingga penelusuran pola malaria, inovasi telah berjalan jauh.
ZMQ Software Systems, sebuah organisasi yang juga memproduksi game konsol telah
membantu 13 kabupaten berisiko tinggi untuk melacak vaksinasi polio. Sementara Medic
Mobile, sebuah nirlaba yang berbasis di Afrika telah memanfaatkan prevalensi bahasa daerah
pada ponsel untuk membuat sistem pengingat vaksinasi SMS. Rintangan jalan yang rusak dan
transportasi yang buruk sedang diatasi dengan telemedicine. Untuk pedesaan India di mana 80
persen populasi tinggal dengan hanya 30 persen dokter di negara itu dan di mana akses
layanan kesehatan ditentukan oleh lokasi geografis dan tingkat pendapatan, keberhasilan
layanan kesehatan, pada saat ini, bergantung pada inovasi.
Revolusi sering dikaitkan dengan pergolakan yang cepat, perubahan mendasar dalam
dimensi politik, sosial, teknologi, ekonomi dan budaya. Apa yang disebut revolusi dalam
kesehatan digital, telah bergerak lambat selama bertahun-tahun, lebih seperti arus bawah.
Namun, akhir-akhir ini telah menjadi gelombang, dengan semua pemangku kepentingan
berinvestasi penuh dan siap untuk menangkap gelombang. Aplikasi seluler dan perangkat
yang dapat dipakai memberdayakan individu untuk mengelola kesehatan dan kesejahteraan
mereka. Analitik data besar memanfaatkan informasi individu untuk kesehatan, keselamatan,
dan penelitian publik, sementara perangkat pemantauan jarak jauh, telemedicine, catatan
kesehatan elektronik, dan interoperabilitas memungkinkan perawatan yang tepat, di mana
saja. Semua teknologi dan data ini pada akhirnya menghasilkan kesehatan berbiaya rendah
dan layanan kesehatan bernilai tinggi. Pada intinya, revolusi kesehatan digital berpusat pada
kesehatan dan kesejahteraan seseorang, tetapi implikasinya meluas ke kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat dan ekonomi dunia. Saat revolusi berjalan, kita tidak
memanfaatkannya sepenuhnya. Kita perlu memobilisasi sumber daya yang kita miliki dan
mengukur kemajuan yang dibuat untuk mewujudkan janji penuh dari revolusi kesehatan
digital ini.
Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan jumlah penduduk 265 juta jiwa.
Sebagai Negara berkembang, banyak masalah dalam pembangunan yang dihadapi, mulai dari
maslah ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Disisi kesehatan sendiri mengalami masalah
kesenjangan pelayanan kesehatan dimana distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata,
secara khusus tenaga dokter dan dokter spesialis. Kelebihan utama layanan telemedis adalah
penggunaan teknologi untuk mengeliminasi batasan jarak dan geografis serta biaya yang
terkait, khususnya untuk pelayanan medis di daerah terpencil yang kekurangan tenaga medis.
Hal ini sangat relevan dan menjadi keniscayaan di Indonesia, yang memiliki area
sangat luas, terdiri dari ribuan pulau, dengan infrastruktur transportasi penghubung masih
belum baik, serta memiliki jumlah dokter yang sangat terbatas. Sementara itu, jaringan
internet dapat ditunjang melalui satelit ke seluruh pelosok nusantara, melintasi kendala
geografis seperti laut, bukit, gunung, hutan, dan sebagainya. Tentu saja dengan demikian
pemerintah Indonesia perlu memprioritaskan investasi dalam pengadaan satelit milik negara
yang dapat menunjang pelayanan telemedis. Layanan telemedis dapat dikembangkan mulai
dari edukasi, komunikasi/konsultasi, layanan farmasi jarak jauh, supervisi, ekspertisi, hingga
pembedahan jarak jauh (telesurgery). Telesurgery menggunakan teknologi robotik dan
komunikasi audiovisual sehingga seorang dokter dapat melakukan pembedahan dari jarak
jauh, mengeliminasi batasan jarak dan geografis serta memudahkan operasi di tempat-tempat
terpencil yang tidak memiliki tenaga ahli.
kurang terjangkau internet dan tidak memiliki ponsel pintar yang mampu mengoperasikan
aplikasi-aplikasi tersebut. Akibatnya, layanan telemedis yang awalnya dimaksudkan untuk
mengatasi batasan jarak dan geografis justru dibatasi lagi oleh jarak. Deloitte Indonesia
melaporkan, hanya sekitar 10% dari jumlah penduduk di Indonesia yang sudah menggu nakan
aplikasi digital berbasis kesehatan.
Revolusi digital di bidang kesehatan ini didorong oleh pesatnya teknologi dan inovasi
di bidang kesehatan yang makin mengarah pada teknologi kesehatan yang bersifat inklusif
dan memungkinkan penggunanya untuk melakukan banyak hal, mulai dari berbagi dan
mencari informasi kesehatan, berkonsultasi dengan dokter dan mendapatkan resep, bahkan
mengunduh berkas kesehatannya. Perkembangan teknologi memaksa perubahan yang
dramatis di berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan. Kemudahan berbagi informasi
merupakan inovasi yang menjadi kata kunci revolusi teknologi kesehatan.
III. Peserta
Seluruh Kader dan Anggota GMNI se-Indonesia, civitas akademik dan masyarakat
Indonesia
V. Pemateri
1. dr. Mariya Mubarika, MM, Staf Khusus Menteri Kesehatan RI
2. Dr. Eng. Ayu Purwarianti, ST.,MT, Kepala Pusat Artificial Intelligence, Institut
Teknologi Bandung
3. dr. Irwan Heriyanto, Chief of Medical Halodoc
4. Dr. Connie Rahakundini Bakrie, Litbang Inovator 4.0 Indonesia
VI. Tujuan
Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam agenda diskusi ini antara lain:
1. Memahami prospek telemedicine di Indonesia untuk mengatasi kesenjangan layanan
kesehatan.
2. Mendorong upaya pengembangan layanan telemedicine di Indonesia serta
menganalisa dan menagatasi hambatan dan tantangannya.
3. Mengeksplorasi peran telemedicine untuk menekan angka penyebaran Covid-19.
VIII. Penutup
Term of Reference ini disusun sebagai kerangka acuan dalam Diskusi Daring/Online
DPP GMNI Periode 2019-2022 dengan tema “Telemedicine; Covid-19 dan Revolusi
Industri 4.0” yang diselenggarakan dalam rangka mendorong pemanfaatan telemedicine di
Indonesia baik dalam rangka mengatasi kesenjangan layanan kesehatan maupun dalam
rangka menekan laju penyebaran Covid-19.