LAPORAN PENDAHULUAN
SEPSIS NEOUNATORUM
DISUSUN OLEH
A. PENGERTIAN
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah neonatus selama
bulan pertama kehidupan (Stoll, 2007). Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom
klinis dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan
pertama kehidupan (usia 0 sampai 28 hari). Terdapat beberapa perkembangan baru
mengenai definisi sepsis dalam sepuluh tahun terakhir. Menurut The International
Sepsis Definition Conferences (ISDC, 2001), sepsis adalah sindrom klinis dengan
adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan infeksi. Sepsis
merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis berat,
renjatan/ syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian (Depkes,2007).
Sepsis dapat dibagi menjadi dua, antara lain:
1. Sepsis dini: terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme
pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka
mortalitas tinggi.
2. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat
dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak
langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,
sering mengalami komplikasi. (Vietha, 2008).
B. ETIOLOGI
Perbedaan pola kuman penyebab sepsis antar negara berkembang telah diteliti oleh
World Health Organization Young Infants Study Group pada tahun 1999 di empat
negara berkembang, yaitu Ethiopia, Philipina, Papua New Guinea, dan Gambia.
Penelitian tersebut mengemukakan bahwa kuman isolat tersering yang ditemukan pada
kultur darah adalah Staphylococcus aureus (23%), Streptococcus pyogenes (20%) dan
E. coli (18%). Selain mikroorganisme di atas, patogen yang sering ditemukan adalah
Pseudomonas sp, dan Enterobacter sp (WHO,1999).
Sepsis yang terjadi pada neonatus biasanya menimbulkan manifestasi klinis seperti
septikemia, pneumonia dan miningitis berhubungan dengan imaturitas dari sistem imun
dan ketidakmampuan neonatus untuk melokalisasi infeksi. Penyebab neonatus
sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit,
atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
12
- Enterococus
- Klepsiella
- Entererobacter sp
- Proteus sp
1. Early Onset : gejala mulai tampak pada hari-hari pertama kehibupan (rata-rata 48
jam), biasanya infeksi berkaitan dengan faktor ibu (infeksi transplasenta, dari cairan
amnion terinfeksi, waktu bayi melewati jalan lahir, dll). Berkembangnya gejala
pada early onset pada umumnya sangat cepat dan meningkat menuju septik shock.
2. Late Onset : Timbul setelah satu minggu pada awal kehidupan neonatus tanpa
kelainan perinatal, infeksi didapat dari lingkungan atau dari rumah sakit
(nosokomial) sering terjadi komplikasi pada susunan syaraf pusat.
13
Menurut Arief, 2008 tanda dan gejala dari sepsis neonatorum, antara lain:
3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih,
sianosis
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat
menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala
lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut
kembung. Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
a.Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah darI pusar
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,
opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan
sendi yang terkena teraba hangat
e.Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare
(Asrining, 2007).
14
D. PATOFISIOLOGI
1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan
terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus
sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak
higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang
dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini (KPD)
e. prosedur selama persalinan
2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko
utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada
bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh
terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun,
menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan
kulit.
15
bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian
menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin
dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang
terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes
genetalis, Candida albican,dan N.gonorrea.
3. Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya
terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat :
penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot).
Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus (AsriningS.,2003)
Infeksi bukan merupakan keadaan yang statis. Adanya patogen di dalam darah
(bakteremia, viremia) dapat menimbulkan keadaan yang berkelanjutan dari infeksi ke
Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), sepsis, sepsis berat, syok septik,
kegagalan multi organ, dan akhirnya kematian (Gambar2.1) (Depkes,2007).
Bila ditemukan dua atau lebih keadaan:
Laju napas > 60 kali/ menit dengan/
tanpa retraksi dan desaturasi oksigen
Suhu tubuh tidak stabil (< 36ºC atau > FIRS/SIRS
Malas Menghisap
Hipertermi Hiperbilirunemia Bayi akan sesak
Defisit Volume
Cairan & Elektrolit
Jaundice (ikterik) Gangguan Pola
1. Monitoring tanda-tanda
vital setiap dua jam dan Nafas
pantau warna kulit
2. Observasi adanya kejang 1.Monitoring tanda-tanda vital
Ke otak setiap dua jam dan pantau
dan dehidrasi
warna kulit
3. Berikan kompres dengan 2. Observasi adanya hipertermi,
air hangat pada aksila, kejang dan dehidrasi
leher dan lipatan paha, 1. Posisikan pasien semi
3. Berikan kompres hangat jika
hindari penggunaan fowler
Ensepalopati terjadi hipertermi, dan
alkohol untuk kompres 2. Auskultasi suara napas pertimbangkan untuk langkah
4. Kolaborasi pemberian 3. Monitor respirasi dan kolaborasi dengan memberikan
antipiretik sesuai status O2,TTV antipiretik
kebutuhan jika panas 4. Bila perlu lakukan 4. Berikan ASI/PASI sesuai
tidak turun
Kemit Ikterik (Kejang) suction,pustural jadwal dengan jumlah
drainage pemberian yang telah
ditentukan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Eliminasi kuman penyebab merupakan pilihan utama dalam tata laksana sepsis
neonatorum, sedangkan penentuan kuman penyebab membutuhkan waktu dan
mempunyai kendala tersendiri. Penggunaan antibiotik empiris dapat segera dilakukan
dengan memperhatikan pola kuman penyebab yang tersering ditemukan. Antibiotik
empiris dapat segera diganti apabila sensitivitas kuman diketahui. Beberapa terapi
suportif (adjuvant) juga mulai dilakukan, walaupun beberapa dari terapi tersebut
belum terbukti menguntungkan (Depkes,2007).
I. PENGKAJIAN
3. TUJUAN PEMULANGAN
1) Infeksi teratasi
2) Homeostasis dapat dipertahankan
3) Komplikasi dicegah minimal
4) Proses penyakit, prognosis dan aturan terapeutik dipahami
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
è pH arteri abnormal
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/34387/chapter%20ll.pdf