Laporan Seminar KMB Kel 11
Laporan Seminar KMB Kel 11
PENDAHULUAN
(69%).
1
1.4 Tujuan Khusus
2. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien yang mengidap
HIV/AIDS
3. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien yang mengidap penyakit
HIV/AIDS
4. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien yang mengidap
HIV/AIDS
5. Melaksanakan impelementasi keperawatan pada pasien yang mengidap
HIV/AIDS
6. Melakukan evaluasi pada pasien yang mengidap HIV/AIDS
1.5 Waktu
Pengambilan data dan pengkajian asuhan perawatan pada Tn. M
dilakukan pada tanggal 14 Desember 2021.
1.6 Tempat
Asuhan keperawatan dilakukan diruangan Seroja Rumah Sakit Umum
Daerah Undata
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan patogen
yang menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel yang
memiliki penanda CD4+ di permukaannya seperti makrofag dan
limfosit T. sementara acquired-immunodeficiency syndrome
(AIDS) merupakan suatu kondisi (sindrom) imunosupresif yang
berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik, neoplasma
sekunder. Serta manifestasi neurologik tertentu akibat infeksi HIV.
(Risca, Iris, 2014).
Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah singkatan dari
AIDS. AIDS adalah kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem
kekebalan tubuh yang timbul akibat infeksi HIV (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Virus HIV memasuki tubuh
seseorang maka tubuh akan terinfeksi dan virus mulai mereplikasi
diri dalam sel orang tersebut (Sel limfosit T CD4 dan Makrofag).
Virus HIV akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan
menghasilkan antibodi untuk HIV. Masa antara masuknya infeksi
dan terbentuknya antibodi yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan
laboratorium adalah antara 2-12 minggu dan disebut masa jendela
(window period). Selama masa jendela, pasien sangat infeksius
sehingga mudah menularkan kepada orang lain meskipun hasil
pemeriksaan laboratorium masih negatif (Kementrian Kesehatan,
2015).
2.2 Etiologi
Menurut Risca,Iris (2014) HIV merupakan virus ribonucleic acid
Struktur HIV dapat dibedakan menjadi dua tipe HIV-1 yang menyebar luar ke
3
4
seluruh dunia dan HIV-2 yang hanya ada di afrika Barat dan beberapa Negara
genetal.
1.2 Patofsiologi
yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus
pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia
orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya
kemudian, tes serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi.
tanpa gejala. Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di
kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah
masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS. Sel T dan makrofag
serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi
5
virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan
kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu,
menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar
1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah,
2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala
mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah,
Peningkatan
Ggn citra
Infeksi jamur Terdapat Menyerang Infeksi paru suhu thermostat
tubuh
ruam, SSP, perifer, (TBC,
vesikula, kulit autonom pneumonia)
Demam
kering dan
Kerusakan Candida Menghasil
pecah-pecah Neuropati
membrane pada organ kan mukus
perifer Hipertermia
mukosa oral pencernaa
n Kerusakan Kerusakan
Integritas barier tubuh
Kulit
7
Defisit Nutrisi
Nyeri Akut Peningkatan
ventilasi
8
Peningkatan RR
Mudah lelah
dispnea
Keletihan
Penurunan suplai O2 Ketidakefektifan
ke tubuh Pola Napas
Kelemahan umum
Gangguan mobilisasi
fisik
Sumber
Nanda, 2010
9
Stadiu
Gambaran Klinis Skala Aktivitas
m
I 1. Asimptomatik Asimptomatik ,
2. Limfadenopati generalisata aktifitas normal
II 1. Berat badan menurun < 10 % Simptomatik , aktifitas
2. Kelainan kulit dan mukosa Normal
yang ringan seperti , dermatitis
seboroik, prurigo,
onikomikosis ,ulkus oral yang
rekuren ,kheilitis angularis
3. Herpes zoster dalam 5 tahun
4. terakhir
5. Infeksi saluran napas bagian
atas seperti ,sinusitis
bakterialis
III 1. Berat badan menurun < 10% Pada umumnya lemah ,
2. Diare kronis yang berlangsung aktivitas ditempat tidur
3. lebih dari 1 bulan kurang dari 50%
4. Demam berkepanjangan lebih
dari 1 bulan
5. Kandidiasis orofaringeal
6. Oral hairy leukoplakia
7. TB paru dalam tahun terakhir
8. Infeksi bacterial yang berat
seperti pneumonia, piomiositis
IV 1. HIV wasting syndrome Pada umumnya sangat
seperti yang didefinisikan lemah , aktivitas
oleh CDC ditempat tidur lebih
10
1. Hematokrit.
2. LED
3. CD4 limfosit
4. Rasio CD4/CD limfosit
5. Serum mikroglobulin B2
6. Hemoglobulin
b. Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2013)
adalah :
1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait
dengan AIDS.
2) Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker
terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan
funduskopi.
4) Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi
HIV, dan pemeriksaan Rontgen.
2.7 Penatalaksanaan
a. Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
terapinya yaitu (Endah Istiqomah : 2013) :
1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik
12
1. Pengkajian
Data Demografi Nama, umur tempat tanggal lahir, jenis kelamin, ras,
2. Riwayat sosial
a. Orientasi sexual pria,wanita, dan gay
b. Aktivitas seksual yang tidak aman seperti berganti pasangan tanpa
pengaman
c. Riwayat pekerjaan
d. Riwayat travelling
e. Gangguan mental
3. Riwayat kesehatan
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan
imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens.
Respon imun sangat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum
berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang
berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia
aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan
penyakit seperti ini harus dianggap sebagai faktor penunjang saat mengkaji
status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan
penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes.
4. Pola Kesehatan
a. Persepsi tentang kesehatan dan penanganan kesehatan Persepsi terhadap
penyakit, penggunaan alkohol dan obat-obatan
b. Nutrisi dan metabolisme Kehilangan BB, anorexia, mual, muntah, lesi
pada mulut, ulser pada rongga mulut, sulit menelan, kram abdomen.
c. Eliminasi Diare persisten, nyeri saat BAK d. Aktifitas dan olah raga
15
- Ginggivitis
- Muntah
- Diare
- Inkontinen alvi
- Hepatosplenomegali
d. B4 Brain Ataxia, tremor, sakit kepala (toxoplasmosis), kurang
kordinasi (ADC), kehilangansensori, apasia, kehilangan konsentrasi
(ADC), kehilangan memori (ADC=AIDS Dementia Complex),
apatis, depresi, penurunan kesadaran, kejang (Toxoplasmosis),
paralysis, dan koma
e. B5 Bone Muscle Wasting
f. B6 Bladder Inspeksi Perubahan warna dan karakteristik urin Palpasi
Nyeri tekan daerah suprapubik
g. Pengelompokan Masalah Keperawatan Pasien HIV/AIDS
(Menurut Teori Adaptasi)
1. Sistem Pernapasan : Dyspnea, TBC, Pneumonia
2. Sistem Pencernaan:Nau sea-Vomiting, Diare, Dysphagia, BB turun
10% selama 3 bulan
3. Sistem Persarafan: letargi,nyeri sendi, encelopathy.
4. Sistem Integumen: Edema yang disebabkan
- Integritas Ego: Perasaan tak berdaya atau putus asa
- Faktor stress: baru/lama
- Respon psikologis: denial, marah, cemas, iritable Perasaan
minder dan tak berguna di masyarakat Interaksi sosial: perasaan
terisolasi atau ditolak Perasaan membutuhkan pertolongan orang
lain Kapsosis Sacroma, Lesi di kulit atau mukosa, dan alergi
- Lain-lain : Demam, resiko menularkan
17
adalah
meringis.
obat-obatan.
energy.
INTERIVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
makan.
panas dan yang susah untuk untuk makan. Tindakan ini akan
pemasukan makanan.
Gatorade.
21
dibutuhkan
peristaltis.
INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
mengi, ronki.
intervensi medis
kemampuannya.
INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
efeksamping obat-obatan
control diri.
Rujuk pada terapi fisik atau Latihan setiap hari terprogram dan
mempertahankan atau
otot
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 07/12/2021
Jam masuk : 12.08 WITA
Ruang : Seroja
No Register : 01 04 20 95
Dx.medis : HIV/AIDS
Tanggal Pengkajian : 14/11/2021
25
26
4. Riwayat keluhan utama saat pengkajian : Pasien masuk diruang rawat inap
Seroja pada tanggal 07 Desember 2021
pukul 12.08 WITA. Dilakukan pengkajian
pada tanggal 14 desember 2021 pukul 14.20
WITA, Pasien mengatakan tidak nafsu
makan sejak 2 bulan kemarin, pasien
mengatakan nyeri tenggorokan saat
menelan, pasien mengatakan nyeri tekan
pada perut, pasien mengatakan badan terasa
sangat capek dan lemas, pasien juga merasa
demam selama 2 hari berturut-turut, demam
yang dirasakan naik turun, pasien nampak
menggigil
8. Riwayat alergi (obat dan makanan) : Pasien mengatakan tidak ada alergi obat
dan makanan.
28
C. Genogram
3.4 Genogram
A B
C D
Ket :
Masalah Kuning
keperawatan : -
tidak ada
masalah
keperawatan
6 Pola aktivitas Pasien mengatakan dapat Pasien mengatakan
menjalankan aktivitas selama sakit susah
sehari-hari seperti berkebun, beraktivitas karena
berjalan, dan melakukan persendian terasa sangat
Masalah keperawatan
aktivitas tersebut secara sakit dan ngilu sehingga
: mobilitas fisik
mandiri. semmua aktivitas dibantu
oleh orang lain
31
7 Pola persepsi diri Klien merasa jika dirinya Pasien tampak tidak
(konsep diri) tidak akan sakit seperti bersemangat
sekarang karena klien
Masalah keperawatan menjaga kesehatannya.
: Tidak ada masalah
keperawatan
8 Pola hubungan pasien Pasien mampu bersosialisasi Pasien mampu
dengan baik kepada bersosialisasi dengan
Masalah keperawatan keluarga dan warga baik kepada keluarga .
: Tidak ada masalah setempat
keperawatan
9 Pola koping-toleransi Pasien sebelumnya Pasien tidak mampu
stress menjalani aktivitas rutin melakukan aktivitas
seperti biasanya (normal) seperti biasanya karena
sakit. Pasien mengatakan
khawatir dengan
Masalah kondisinya yang
Keperawatan : sekarang bangun saja
mobilitas fisik sudah terasa sangat
lemah dan letih
2. Telinga
Inspeksi : Bentuk normal simetris antara kiri dan kanan, terdapat
serumen, pendengaran menurun
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada tulang mastoid
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Mata
Inspeksi : Bentuk normal simetris antara kiri dan kanan,
Konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik, pupil isokor,
reflex terhadap cahaya normal, gerakan bola mata
normal, penglihatan kabur
Palpasi : Tidak ada edema pada kantong mata, tidak ada nyeri
tekan pada palpebra
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Hidung
Inspeksi : Lubang hidung simetris, secret tidak ada, polip tidak
ada, penciuman normal
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
33
5. Mulut
Inspeksi : Warna bibir kehitaman, bibir tampak kering dan
pecah-pecah tidak ada sianosis, tidak ada stomatitis,
gigi tampak berwarna kekuningan.
6. Leher
Inspeksi : Bentuk leher normal, tidak ada edema, tidak ada
pembesaran vena jugularis
Palpasi : Tidak ada pembesaran tyroid, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Abdomen
Inspeksi : Tidak terdapat luka, memar dan benjolan
Auskultasi : Bising usus normal 15x/menit
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada abdomen sebalah kanan
Perkusi : Bunyi pekak
Masalah Keperawatan : Nyeri akut
9. Genetalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
10. Ekstremitas
a) Ekstremitas atas
Inspeksi : Bentuk tangan normal dan sama antara kiri dan
kanan, jari-jari tangan lengkap 10, Terpasang
infus Rl 20 TPM pada tangan kanan
34
b) Ekstremitas bawah
Inspeksi : Bentuk kaki normal dan sama antara kiri dan
kanan, jari-jari kaki lengkap 10
Palpasi : Kekuatan otot kaki kanan 5/5, kiri 5/5, pitting
edema tidak ada, perabaan akral hangat
5 5
11. Kulit
Inspeksi : Kulit berwarna sawo matang, keringat tidak ada, , tidak
ada tanda-tanda alergi, tidak ada lesi
Palpasi : Turgor kulit normal, akral teraba hangat, CRT < 2 detik
35
b. Hasil rontgen :
Foto Thorax PA :
- Bercak infiltrate kedua lapangan paru
- Sinus dan diafragma baik
- Cor : ukuran dalam batas normal
36
- Paracetamol 10 mg/drips
37
No Data
1. Pasien mengatakan tidak nafsu makan sejak 2 bulan kemarin
Pernapasan :22x/menit
11. pasien juga tampak hanya makan 2 sendok
- pasien mengatakan
berat badannya Lesi pada mulut,
semakin turun esophagus, lambung
DO :
- pasien juga tampak
hanya makan 2 Penurunan nafsu
makan
sendok
- Pasien tampak
lemah dan letih
Penurunan intake
- pasien tampak nutrisi
sangat kurus
42
- demam dirasakan
naik turun
Reaksi antigen antibodi
DO :
- Pasien tampak
lemah dan letih
pelepasan mediator
- pasien tampak tidak kimiawi
bersemangat
Demam
43
Hipertermia
DO :
- Pasien tampak
lemah dan letih
- pasien tampak tidak
bersemangat
- pasien tampak
gelisah
- Pasien tampak
murung
- Saat berkomunikasi
pasien kurang
konsentrasi dan
hanya menjawab
seadanya
- Pasien juga
meminta untuk
pulang paksa
- Tampak tidak ada
keluarga yang
44
mendampingi pasien
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Rasional
Tujuan Intervensi
1 Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (1.03119) Manajemen Nutrisi
dengan faktor psikologis tindakan keperawatan Observasi
Observasi
yang ditandai dengan : 2x24 jam diharapkan
- Untuk mengetahui asupan
DS : defisit nutrisi membaik - monitor asupan makanan
- Pasien mengatakan tidak dengan makanan yang pasien
- monitor berat badan
nafsu makan sejak 2 Kriteria Hasil :
konsumsi
bulan kemarin - Porsi makanan yang Terapeutik
dihabiskan - Untuk mengetahui berat
- berikanan makanan tinggi serat
- pasien mengatakan nyeri - Berat badan membaik
badan pasien
tenggorokan saat menelan - membran mukosa untuk mecegah konstipasi
membaik Terapeutik
- pasien mengatakan nyeri - Agar dapat mencegah
tekan pada perut Edukasi
terjadinya konstipasi pada
- Anjurkan posisi duduk, jika
- Pasien mengatakan nyeri pasien
berkurang saat istirahat mampu
Edukasi
- pasien mengatakan badan - Agar makanan dapat
terasa sangat capek dan Kolaboratif
dicerna dengan baik maka
lemas - Kolaborasi pemberian medikasi
dari itu anjurkan pasien
- pasien mengatakan sebelum makan
makan dengan posisi duduk
penglihatan kabur
46
Suhu : 38oC
48
Edukasi
- Saat berkomunikasi sehingga dianjurkan
pasien kurang
- Jelaskan tujuan, manfaat, menggunakan pakaian
konsentrasi dan hanya
menjawab seadanya batasan, dan jenis relaksasi yang longgar
- Pasien juga meminta yang tersedia
untuk pulang paksa
Edukasi
- Anjurkan mengambil posisi
- Tampak tidak ada
keluarga yang nyaman - Agar paseien
mendampingi pasien
mengetahui tujuan,
- Anjurkan sering mengulang
maupun manfaat dari
atau melatih teknik yang dipilih
teknik relaksasi
Edukasi Terapeutik :
09.00 - Berikan makanan tinggi
- Menganjurkan posisi duduk
WITA
serat untuk mencegah
Hasil : Pasien nampak makan
konstipasi
dengan posisi duduk
Kolaboratif
Kolaboratif
12.00
WITA - Berkolaborasi pemberian - Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
medikasi sebelum makan
makan
Hasil : pasien diberikan obat vip
albumin diminum 3x2 yaitu
suplemen makan guna untuk
menambah nafsu makan pasien
2 Selasa/ 14 Hipertermia Manjemen Hipertermia Selasa/ 14 Desember 2021
Desember 2021 berhubungan dengan Pukul : 15.00 WITA
Observasi
proses penyakit 09.10 S:
WITA - memonitor suhu
- Pasien mengatakan
Hasil : - suhu : 38oC
masih merasakan
demamnya naik turun
09.20
Terapeutik
WITA O:
- Menyediakan lingkungan yang - Tampak bibir pasien
53
Observasi
11.00
Terapeutik - identifikasi teknik
WITA
relaksasi yang pernah
- Memberikan informasi
efektif digunakan
tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik - Periksa ketegangan
relaksasi otot, frekuensi nadi,
Hasil : pasien dapat tekanan darah dan
memahami informasi dan suhu sebelum dan
prosedur teknik relaksasi sesudah latihan
( misal ; teknik relaksasiTerapeutik
napas dalam)
- Berikan informasi
- Menggunakan pakaian tertulis tentang
longgar persiapan dan
Hasil :pasien menggunakan prosedur teknik
pakaian yang longgar agar relaksasi
lebih leluasa dan tetap
nyaman
Edukasi Edukasi
56
- Menganjurkan mengambil
posisi nyaman
Hasil : passien diberikan
posisi semifowler agar dapat
melakukan teknik relaksasi
dengan nyaman
- Menganjurkan sering
mengulang atau melatih
57
Kolaboratif
Kolaboratif
12.00
- Berkolaborasi pemberian
WITA
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
medikasi sebelum
Hasil : pasien diberikan obat vip makan
albumin diminum 3x2 yaitu
suplemen makan guna untuk
menambah nafsu makan pasien
2 Rabu/ 15 Hipertermia Manjemen Hipertermia Rabu / 15 Desember 2021
Desember 2021 berhubungan dengan Pukul : 15.00 WITA
Observasi
proses penyakit 09.10 S:
WITA - memonitor suhu
- Pasien mengatakan
Hasil : - suhu : 37oC
59
09.20
Terapeutik
WITA
- Menyediakan lingkungan yang O :
- Suhu pasien : 36,5oC
dingin
Hasil : dibuka ventilasi/jendela, - Pasien sudah tidak
tampak menggigil
pasien mengatakan merasa lebih
nyaman A : hipertermia sudah
teratasi
Hasil : paracetamol 10
mg/drips
PEMBAHASAN
dikarenakan proses asupan gizi atau makanan yang tidak adekuat penyebab dari
Tn. M mengalami penurunan berat badan karena pasien mengatakan tidak ada
nafsu makan . Pasien Tn. M mengalami penurunan berat badan kurang lebih 6
juga sempat dirawat di RS Torabelo sigi tetapi Tn. M tetap tidak memperhatikan
kondisinya sehingga harus dirawat agi di RS undata. Asupan nutrisi pada pasien
HIV/AIDS adalah hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan pasien karena
berkaitan dengan kualitas hidup, proses penyakit serta kelangsungan hidup dan
asupan gizi yang tidak adekuat, adanya perubahan laju metabolisme tubuh,
resiko untuk terkena infeksi oportunistik. Tahap akhir dari keadaan malnutrisi ini
adalah HIV wasting syndrome. Oleh karena itu, status gizi yang buruk pada
yang meningkat dan penurunan waktu harapan hidup (Kevin Anderson, 2017)
63
64
didapatkan Tn. M mengalami demam kurang lebih 2 hari dan demam yang
dirasakan naik turun serta badan terasa meggigil. Pada kasus Tn. M akral teraba
hangat dan didapatkan hasil pengecekkan suhu 38oC dimana Tn.M sudah terlihat
menggigil dan bibir pecah-pecah. Pada kasus Tn. M dimana terjadinya hipertermi
atau peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal penyebabnya dari terbentuknya
virus HIV yang masuk kedalam tubuh dan terjadilah replikasi atau perkembangan
virus tersebut sehingga menyebabkan anti bodi menjadi bereaksi atau mencoba
Dalam buku SDKI edisi 1 diagnosa hipertermi adalah diagnosa yang salah
satu penyebabnya adalah proses penyakit misal infeksi. Hipertermi adalah kondisi
Masalah keperawatan yang ketiga yaitu ansietas dimana pada kasus Tn. M
cemas dengan penyakitnya dan Tn. M juga mengatakan merasa stres karena
seseorang ketika berada dalam kondisi labil. hal ini seperti yang ditunjukan oleh
5.2 Saran
Tindakan keperawatan defisit nutrisi, hipertermia dan ansietas pada
kasus HIV/AIDS pada kasus ini sangatlah penting dan harus diberikan
perawatan yang cepat dan tepat agar pasien dapat memenuhi kebutuhannya
dan dapat makan seperti bisa lagi dan suhu badan pasien dalam rentang
normal dan pasien tidak merasa cemas lagi.