Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan patogen

yang menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel yang

memiliki penanda CD4+ di permukaannya seperti makrofag dan

limfosit T. sementara acquired-immunodeficiency

syndrome (AIDS) merupakan suatu kondisi (sindrom) imunosupresif

yang berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik, neoplasma

sekunder. Serta manifestasi neurologik tertentu akibat infeksi HIV

(Risca, Iris, 2014).

Berdasarkan hasil riset yang ditemukan badan pencegahan dan

pengendalian penyakit (P2P) jumlah ODHA yang ditemukan berdasarkan

provinsi periode Januari – Maret 2021 sebanyak 7.650 orang. Jumlah ODHA

yang ditemukan pada periode Januari – Maret 2021, sebagian besar terdapat

pada kelompok umur 25 - 49 tahun (71,3%) dan berjenis kelamin laki-laki

(69%).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien yang mengalami
HIV/AIDS di RSUD Undata
1.3 Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan keperawatan pasien yangb mengalami
HIV/AIDS di RSUD Undata

1
1.4 Tujuan Khusus
2. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien yang mengidap
HIV/AIDS
3. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien yang mengidap penyakit
HIV/AIDS
4. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien yang mengidap
HIV/AIDS
5. Melaksanakan impelementasi keperawatan pada pasien yang mengidap
HIV/AIDS
6. Melakukan evaluasi pada pasien yang mengidap HIV/AIDS

1.5 Waktu
Pengambilan data dan pengkajian asuhan perawatan pada Tn. M
dilakukan pada tanggal 14 Desember 2021.

1.6 Tempat
Asuhan keperawatan dilakukan diruangan Seroja Rumah Sakit Umum
Daerah Undata

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan patogen
yang menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel yang
memiliki penanda CD4+ di permukaannya seperti makrofag dan
limfosit T. sementara acquired-immunodeficiency syndrome 
(AIDS) merupakan suatu kondisi (sindrom) imunosupresif yang
berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik, neoplasma
sekunder. Serta manifestasi neurologik tertentu akibat infeksi HIV.
(Risca, Iris, 2014).
Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah singkatan dari
AIDS. AIDS adalah kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem
kekebalan tubuh yang timbul akibat infeksi HIV (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Virus HIV memasuki tubuh
seseorang maka tubuh akan terinfeksi dan virus mulai mereplikasi
diri dalam sel orang tersebut (Sel limfosit T CD4 dan Makrofag).
Virus HIV akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan
menghasilkan antibodi untuk HIV. Masa antara masuknya infeksi
dan terbentuknya antibodi yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan
laboratorium adalah antara 2-12 minggu dan disebut masa jendela
(window period). Selama masa jendela, pasien sangat infeksius
sehingga mudah menularkan kepada orang lain meskipun hasil
pemeriksaan laboratorium masih negatif (Kementrian Kesehatan,
2015).

2.2 Etiologi
Menurut Risca,Iris (2014) HIV merupakan virus ribonucleic acid

(RNA) yang termasuk dalam subfamili lentivirus dan famili Retrovirus.

Struktur HIV dapat dibedakan menjadi dua tipe HIV-1 yang menyebar luar ke

3
4

seluruh dunia dan HIV-2 yang hanya ada di afrika Barat dan beberapa Negara

Eropa. Sumber penularan infeksi HIV:

A. Kontak seksual (heteroseksual, homoseksual) lewat mukosa

genetal.

B. Darah, produk darah ( langsung menyebar hematogen) jaringan

transplansi, jarum suntik, spuit

C. Vertikal dari ibu ke janin / bayi lewat infeksi intrapartum perinatal

atau air susu ibu

1.2 Patofsiologi

Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala

yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus

pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia

(pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian

orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya

akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan

kemudian, tes serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi.

Masa 3 – 6 bulan ini disebut window periode, di mana penderita dapat

menularkan namun secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.

Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa

tanpa gejala. Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di

kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah

masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS. Sel T dan makrofag

serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi
5

Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe,

limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )

menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian

virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan

ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )

menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya

kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu,

dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi. Dengan

menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara

progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya

fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency

Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama

bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar

1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah,

2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala

infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian

menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus

berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis

mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah,

atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.


6

2.4 PATHWAY HIV/AIDS


Terbentuk virus - virus HIV yang baru
dalam tubuh
Defisiensi Kurangnya
pengetahuan pajanan
Replikasi perkembangan HIV dalam Reaksi antigen
informasi
cairan tubuh antibodi
Ggn proses
keluarga Perubahan status
kesehatan imunosupresi Gangguan konsep diri Pelepasan
mediator
Distres kimiawi
Ansietas Organ target
spiritual Hambatan interaksi sosial (pirogen)

Gastrointestinal Dermatologi Neurologi Respiratori


hipotalamus

Peningkatan
Ggn citra
Infeksi jamur Terdapat Menyerang Infeksi paru suhu thermostat
tubuh
ruam, SSP, perifer, (TBC,
vesikula, kulit autonom pneumonia)
Demam
kering dan
Kerusakan Candida Menghasil
pecah-pecah Neuropati
membrane pada organ kan mukus
perifer Hipertermia
mukosa oral pencernaa
n Kerusakan Kerusakan
Integritas barier tubuh
Kulit
7

Lesi pada Penurunan Diare terus Invasif Bakteri Kelemahan, Penumpukan


mulut, intake cairan menerus mati rasa sekret di jalan
esophagus pada napas
dan lambung ekstremitas,
Risiko Infeksi hipotensi
ortostatik Tidak dapat
mengeluarkan
Kekurangan
sekret
Volume Cairan
Penurunan Mengenai Kehilangan
nafsu makan ujung saraf keseimbangan Obstruksi jalan
nyeri saat bangun napas

Penurunan Saraf aferen Kornu otak Risiko Cedera


intake nutrisi dorsalis
Penurunan O2 Ke
Paru-paru
Saraf
eferen Ketidakefektifan
Penurunan BB Penurunan massa Bersihan Jalan Napas Kompensasi
otot dan energi Persepsi tubuh
nyeri

Defisit Nutrisi
Nyeri Akut Peningkatan
ventilasi
8

Peningkatan RR
Mudah lelah

dispnea
Keletihan
Penurunan suplai O2 Ketidakefektifan
ke tubuh Pola Napas

Kelemahan umum

Gangguan mobilisasi
fisik

Sumber
Nanda, 2010
9

2.5 Manifestasi Klinis


Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO

Stadiu
Gambaran Klinis Skala Aktivitas
m
I 1. Asimptomatik Asimptomatik ,
2. Limfadenopati generalisata aktifitas normal
II 1. Berat badan menurun < 10 % Simptomatik , aktifitas
2. Kelainan kulit dan mukosa Normal
yang ringan seperti , dermatitis
seboroik, prurigo,
onikomikosis ,ulkus oral yang
rekuren ,kheilitis angularis
3. Herpes zoster dalam 5 tahun
4. terakhir
5. Infeksi saluran napas bagian
atas seperti ,sinusitis
bakterialis
III 1. Berat badan menurun < 10% Pada umumnya lemah ,
2. Diare kronis yang berlangsung aktivitas ditempat tidur
3. lebih dari 1 bulan kurang dari 50%
4. Demam berkepanjangan lebih
dari 1 bulan
5. Kandidiasis orofaringeal
6. Oral hairy leukoplakia
7. TB paru dalam tahun terakhir
8. Infeksi bacterial yang berat
seperti pneumonia, piomiositis
IV 1. HIV wasting syndrome Pada umumnya sangat
seperti yang didefinisikan lemah , aktivitas
oleh CDC ditempat tidur lebih
10

2. Pnemonia Pneumocystis dari 5


carinii
3. Toksoplasmosis otak
4. Diare kriptosporidiosis lebih
dari 1 bulan
5. Kriptokokosis
ekstrapulmonal
6. Retinitis virus situmegalo
7. Herpes simpleks mukokutan
>1 bulan
8. Leukoensefalopati
multifocal  progresif
9. Mikosis diseminata seperti
histoplasmosis
10. Kandidiasis di
esophagus ,trakea , bronkus ,
dan paru
11. Mikobakterisosis atipikal
diseminata
12. Septisemia salmonelosis non
tifoid
13. Tuberkulosis diluar paru
14. Limfoma
15. Sarkoma Kaposi
16.  Ensefalopati HIV

2.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium
Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat dibagi
dalam dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut dalam
tubuh penderita :
11

a) Tes untuk diagnosa infeksi HIV :


1. ELISA
2. Western blot
3. P24 antigen test
4. Kultur HIV
b) Tes untuk deteksi gangguan system imun.

1. Hematokrit.
2. LED
3. CD4 limfosit
4. Rasio CD4/CD limfosit
5. Serum mikroglobulin B2
6. Hemoglobulin
b. Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2013)
adalah :
1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait
dengan AIDS.
2) Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker
terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan
funduskopi.
4) Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi
HIV, dan pemeriksaan Rontgen.

2.7 Penatalaksanaan
a. Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
terapinya yaitu (Endah Istiqomah : 2013) :
1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik
12

Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi


opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.
2) Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim
pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah
sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel
T4 > 500 mm3
3) Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi
virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
b. Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :

1) Memberikan dukungan mental-psikologis


13

2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko


tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko.
3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang
berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana mengutarakan
masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada keluarga dan orang
terdekat.
14

2.8 Pengkajian Focus

1. Pengkajian

Data Demografi Nama, umur tempat tanggal lahir, jenis kelamin, ras,

status perkawinan, alamat, pekerjaan, status imigrasi, perilaku berisiko.

Nama anggota keluarga yang dapat dihubungi.

2. Riwayat sosial
a. Orientasi sexual pria,wanita, dan gay
b. Aktivitas seksual yang tidak aman seperti berganti pasangan tanpa
pengaman
c. Riwayat pekerjaan
d. Riwayat travelling
e. Gangguan mental
3. Riwayat kesehatan
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan
imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens.
Respon imun sangat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum
berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang
berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia
aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan
penyakit seperti ini harus dianggap sebagai faktor penunjang saat mengkaji
status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan
penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes.
4. Pola Kesehatan
a. Persepsi tentang kesehatan dan penanganan kesehatan Persepsi terhadap
penyakit, penggunaan alkohol dan obat-obatan
b. Nutrisi dan metabolisme Kehilangan BB, anorexia, mual, muntah, lesi
pada mulut, ulser pada rongga mulut, sulit menelan, kram abdomen.
c. Eliminasi Diare persisten, nyeri saat BAK d. Aktifitas dan olah raga
15

Kelelahan kronik, kelemahan otot, kesulitan berjalan, batuk, sesak


nafas, kemampuan melakukan ADL.
d. Tidur dan istirahat
e. Insomnia
f. Gangguan kognitif dan persepsi
g. Sakit kepala, nyeri dada, kehilangan memori, demensia, parestesis.\
h. Seksualitas
Riwayat berperilaku seks berisiko tinggi menurunnya libido,
penggunaan pil pencegah kehamilan, dan hepers genetalia.
5. Pemeriksaan Fisik
a. B1 Breathing Inspeksi.
a) Sekret di lubang hidung yang mengganggu pernafasan
b) Sesak nafas (dispneu, takipneu), pernafasan cuping hidung
c) Batuk produktif dan batuk non produktif dengan SaO2 < 80% (PCP)
d) Retraksi interkostalis Palpasi Terdapat pembesaran kelenjar limfe
e) Perkusi Terdengar hipersonor
f) Auskultasi Terdapat suara nafas tambahan atau ronchi
b. B2 Blood Inspeksi
a) Anemis
b) Perdarahan yang lama
c) Terdapat luka yang sulit kering dan ruang pada kulit
- Palpasi Takikardi/bradikardi, CRT mungkin akan > 2 detik
atau bisa dalam kondisi normal
- Auskultasi Suara jantung biasanya terdengar normal namun
biasa terdengar suara jantung S3 dan S4 bila sudah terjadi
kardiomiopati.
c. B3 Bowel
- Lesi pada mulut: kapossi sarcoma
- Candida mulut: plag putih yang melapisi
- Rongga mulut dan lidah: kandidiasis
- Lesi putih pada lidah (hairy leukoplakia)
16

- Ginggivitis
- Muntah
- Diare
- Inkontinen alvi
- Hepatosplenomegali
d. B4 Brain Ataxia, tremor, sakit kepala (toxoplasmosis), kurang
kordinasi (ADC), kehilangansensori, apasia, kehilangan konsentrasi
(ADC), kehilangan memori (ADC=AIDS Dementia Complex),
apatis, depresi, penurunan kesadaran, kejang (Toxoplasmosis),
paralysis, dan koma
e. B5 Bone Muscle Wasting
f. B6 Bladder Inspeksi Perubahan warna dan karakteristik urin Palpasi
Nyeri tekan daerah suprapubik
g. Pengelompokan Masalah Keperawatan Pasien HIV/AIDS
(Menurut Teori Adaptasi)
1. Sistem Pernapasan : Dyspnea, TBC, Pneumonia
2. Sistem Pencernaan:Nau sea-Vomiting, Diare, Dysphagia, BB turun
10% selama 3 bulan
3. Sistem Persarafan: letargi,nyeri sendi, encelopathy.
4. Sistem Integumen: Edema yang disebabkan
- Integritas Ego: Perasaan tak berdaya atau putus asa
- Faktor stress: baru/lama
- Respon psikologis: denial, marah, cemas, iritable Perasaan
minder dan tak berguna di masyarakat Interaksi sosial: perasaan
terisolasi atau ditolak Perasaan membutuhkan pertolongan orang
lain Kapsosis Sacroma, Lesi di kulit atau mukosa, dan alergi
- Lain-lain : Demam, resiko menularkan
17

2.9 Diagnosa, Intervensi dan Rasional Tindakan Keperawatan.

Diagnosa, intervensi dan rasional tindakan keperawatan (Doenges, 2015)

adalah

1. Diagnosis Keperawatan : nyeri berhubungan dengan inflamasi/

kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan

denyutnadi,kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah.

Hasil yang diharapkan : keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah

rileks,dapat tidur atau beristirahat secara adekuat.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Kaji keluhan nyeri, perhatikan Mengindikasikan kebutuhan untuk

lokasi, intensitas, frekuensi dan intervensi dan juga tanda-tanda

waktu. Tandai gejala nonverbal perkembangan komplikasi.

misalnya gelisah, takikardia,

meringis.

Instruksikan pasien untuk Meningkatkan relaksasi dan perasaan

menggunakan visualisasi atau sehat.

imajinasi, relaksasi progresif,

teknik nafas dalam.

Dorong pengungkapan perasaan Dapat mengurangi ansietas dan rasa

sakit, sehingga persepsi akan

intensitas rasa sakit.

Berikan analgesik atau antipiretik M,emberikan penurunan nyeri/tidak

narkotik. Gunakan ADP (analgesic nyaman, mengurangi demam. Obat


18

yang dikontrol pasien) untuk yang dikontrol pasien berdasar waktu

memberikan analgesia 24 jam. 24 jam dapat mempertahankan kadar

analgesia darah tetap stabil,

mencegah kekurangan atau kelebihan

obat-obatan.

Lakukan tindakan paliatif misal Meningkatkan relaksasi atau


pengubahan posisi, masase, rentang menurunkan tegangan otot.
gerak pada sendi yang sakit.

2. Diagnosis keperawatan : perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan

tubuh dihubungkan dengan gangguan intestinal ditandai dengan

penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, kejang perut, bising

usus hiperaktif, keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal.

Hasil yang harapkan : mempertahankan berat badan atau

memperlihatkan peningkatan berat badan yang mengacu pada tujuan

yang diinginkan, mendemostrasikan keseimbangan nitrogen po;sitif,

bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat

energy.

INTERIVENSI RASIONAL

KEPERAWATAN

Kaji kemampuan untuk Lesi mulut, tenggorok dan

mengunyah, perasakan dan esophagus dapat menyebabkan

menelan. disfagia, penurunan kemampuan

pasien untuk mengolah makanan

dan mengurangi keinginan untuk


19

makan.

Auskultasi bising usus Hopermotilitas saluran intestinal

umum terjadi dan dihubungkan

dengan muntah dan diare, yang

dapat mempengaruhi pilihan diet

atau cara makan.

Rencanakan diet dengan orang Melibatkan orang terdekat dalam

terdekat, jika memungkinakan rencana member perasaan control

sarankan makanan dari rumah. lingkungan dan mungkin

Sediakan makanan yang sedikit meningkatkan pemasukan.

tapi sering berupa makanan Memenuhi kebutuhan akan

padat nutrisi, tidak bersifat makanannonistitusional mungkin

asam dan juga minuman juga meningkatkan pemasukan.

dengan pilihan yang disukai

pasien. Dorong konsumsi

makanan berkalori tinggi yang

dapat merangsang nafsu makan

Batasi makanan yang Rasa sakit pada mulut atau

menyebabkan mual atau ketakutan akan mengiritasi lesi

muntah. Hindari pada mulut mungkin akan

menghidangkan makanan yang menyebabakan pasien enggan

panas dan yang susah untuk untuk makan. Tindakan ini akan

ditelan berguna untuk meningkatakan


20

pemasukan makanan.

Tinjau ulang pemerikasaan Mengindikasikan status nutrisi dan

laboratorium, misal BUN, fungsi organ, dan mengidentifikasi

Glukosa, fungsi hepar, kebutuhan pengganti.

elektrolit, protein, dan albumin.

Berikan obat anti emetic Mengurangi insiden muntah dan

misalnya metoklopramid. meningkatkan fungsi gaster

3. Diagnosa keperawatan : resiko tinggi kekurangan volume cairan

berhubungan dengan diare berat

Hasil yang diharapkan : mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh

membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik,

keluaran urine adekuat secara pribadi.

INTERVESI KEPERAWATAN RASIONAL

Pantau pemasukan oral dan Mempertahankan keseimbangan

pemasukan cairan sedikitnya cairan, mengurangi rasa haus dan

2.500 ml/hari. melembabkan membrane mukosa.

Buat cairan mudah diberikan Meningkatkan pemasukan cairan

pada pasien; gunakan cairan yang tertentu mungkin terlalu

mudah ditoleransi oleh pasien dan menimbulkan nyeri untuk

yang menggantikan elektrolit dikomsumsi karena lesi pada

yang dibutuhkan, misalnya mulut.

Gatorade.
21

Kaji turgor kulit, membrane Indicator tidak langsung dari

mukosa dan rasa haus. status cairan.

Hilangakan makanan yang Mungkin dapat mengurangi diare

potensial menyebabkan diare,

yakni yang pedas, berkadar lemak

tinggi, kacang, kubis, susu.

Mengatur kecepatan atau

konsentrasi makanan yang

diberikan berselang jika

dibutuhkan

Nerikan obat-obatan anti diare Menurunkan jumlah dan

misalnya ddifenoksilat (lomotil), keenceran feses, mungkin

loperamid Imodium, paregoric. mengurangi kejang usus dan

peristaltis.

4. Diagnosa keperawatan: resiko tinggi pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan proses infeksi dan ketidak seimbangan muskuler

(melemahnya otot-otot pernafasan)

Hasil yang diharapkan : mempertahankan pola nafas efektif dan

tidak mengalami sesak nafas.

INTERVENSI RASIONAL

KEPERAWATAN

Auskultasi bunyi nafas, tandai Memperkirakan adanya


22

daerah paru yang mengalami perkembangan komplikasi atau

penurunan, atau kehilangan infeksi pernafasan, misalnya

ventilasi, dan munculnya bunyi pneumoni,

adventisius. Misalnya krekels,

mengi, ronki.

Catat kecepatan pernafasan, Takipnea, sianosis, tidak dapat

sianosis, peningkatan kerja beristirahat, dan peningkatan nafas,

pernafasan dan munculnya menuncukkan kesulitan pernafasan

dispnea, ansietas dan adanya kebutuhan untuk

meningkatkan pengawasan atau

intervensi medis

Tinggikan kepala tempat tidur. Meningkatkan fungsi pernafasan

Usahakan pasien untuk berbalik, yang optimal dan mengurangi

batuk, menarik nafas sesuai aspirasi atau infeksi yang

kebutuhan. ditimbulkan karena atelektasis.

Berikan tambahan O2 Yng Mempertahankan oksigenasi

dilembabkan melalui cara yang efektif untuk mencegah atau

sesuai misalnya kanula, masker, memperbaiki krisis pernafasan

inkubasi atau ventilasi mekanis

5. Diagnose keperawatan :Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

penurunan produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy

yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk


23

mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan

kemampuan untuk berkonsentrasi.

Hasil yang diharapkan : melaporkan peningkatan energy,

berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan dalam tingkat

kemampuannya.

INTERVENSI RASIONAL

KEPERAWATAN

Kaji pola tidur dan catat Berbagai factor dapat

perunahan dalam proses berpikir meningkatkan kelelahan, termasuk

atau berperilaku kurang tidur, tekanan emosi, dan

efeksamping obat-obatan

Rencanakan perawatan untuk Periode istirahat yang sering

menyediakan fase istirahat. Atur sangat yang dibutuhkan dalam

aktifitas pada waktu pasien memperbaiki atau menghemat

sangat berenergi energi. Perencanaan akan

membuat pasien menjadi aktif saat

energy lebih tinggi, sehingga dapat

memperbaiki perasaan sehat dan

control diri.

Dorong pasien untuk melakukan Memungkinkan penghematan

apapun yang mungkin, misalnya energy, peningkatan stamina, dan

perawatan diri, duduk dikursi, mengijinkan pasien untuk lebih

berjalan, pergi makan aktif tanpa menyebabkan


24

kepenatan dan rasa frustasi.

Pantau respon psikologis Toleransi bervariasi tergantung

terhadap aktifitas, misal pada status proses penyakit, status

perubahan TD, frekuensi nutrisi, keseimbangan cairan, dan

pernafasan atau jantung tipe penyakit.

Rujuk pada terapi fisik atau Latihan setiap hari terprogram dan

okupasi aktifitas yang membantu pasien

mempertahankan atau

meningkatkan kekuatan dan tonus

otot
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 07/12/2021
Jam masuk : 12.08 WITA
Ruang : Seroja
No Register : 01 04 20 95
Dx.medis : HIV/AIDS
Tanggal Pengkajian : 14/11/2021

3.2 Identitas Pasien


1. Identitas klien
Nama : Tn. M
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Kaili
Alamat : Desa Oti
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. N
Umur : 25 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Agama : Islam
Suku : Kaili
Alamat : Biromaru
Hubungan dengan klien : Mantan Istri

25
26

3.3 Riwayat Penyakit

1. Keluhan utama saat masuk RS : Sesak napas


2. Riwayat keluhan utama : Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 07
Desember 2021 melalui UGD pukul 11.57
WITA dengan keluhan sesak napas
dirasakan sejak 3 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit, sesak semakin terasa
saat beraktivitas dan berjalan dan berkurang
pada saat istirahat. Sesak dirasakan ±
30menit..
3. Keluhan utama saat pengkajian : Tidak ada nafsu makan

4. Riwayat keluhan utama saat pengkajian : Pasien masuk diruang rawat inap
Seroja pada tanggal 07 Desember 2021
pukul 12.08 WITA. Dilakukan pengkajian
pada tanggal 14 desember 2021 pukul 14.20
WITA, Pasien mengatakan tidak nafsu
makan sejak 2 bulan kemarin, pasien
mengatakan nyeri tenggorokan saat
menelan, pasien mengatakan nyeri tekan
pada perut, pasien mengatakan badan terasa
sangat capek dan lemas, pasien juga merasa
demam selama 2 hari berturut-turut, demam
yang dirasakan naik turun, pasien nampak
menggigil

5. Keluhan lain yang menyertai : pasien mengatakan penglihatan kabur ,


pasien mengatakan berat badannya semakin
turun, pasien juga tampak hanya makan 2
sendok. pasien mengatakan merasa cemas
dengan penyakitnya, pasien juga
mengatakan merasa stres karena keluarga
dan kerabatnya tidak ada yang menjenguk
selama di rawat di RS, pasien mengatakan
dirinya merasa malu selama sakit semua
orang menjauhinya. Pasien tampak lemah
dan letih, pasien tampak tidak bersemangat,
pasien tampak sangat kurus, pasien tampak
27

tidak menghabiskan porsi makannya.


Tampak bibir pasien kering dan pecah-
pecah. BB pasien sebelum sakit 45 Kg
ketika sakit BB 39 Kg. Pasien tampak
murung, saat berkomunikasi pasien kurang
konsentrasi dan hanya menjawab seadanya,
pasien tampak gelisah. Pasien juga meminta
untuk pulang paksa, tampak tidak ada
keluarga yang mendampingi pasien di RS.
1 porsi makan tidak dihabiskan,
6. Riwayat kesehatan masa lalu : Pasien mengatakan sebelumnya sudah
pernah dirawat di salah satu rumah sakit
dengan diagnose yang sama HIV

7. Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan didalam keluarga tidak


ada yang mengalami penyakit seperti yang
dialami klien (HIV).

8. Riwayat alergi (obat dan makanan) : Pasien mengatakan tidak ada alergi obat
dan makanan.
28

C. Genogram
3.4 Genogram

A B

C D

Ket :

A : Ayah dan ibu dari pasien : Laki-laki : Pasien


B : Ayah dan ibu dari mantan istri pasien : Perempuan
C : Pasien bersaudara : Meninggal
D : Mantan istri pasien bersaudara : Garis pernikahan
29

3.5 Pengkajian Pola Fungsional Kesehatan

No Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit


1 Persepsi Kesehatan Pasien mengatakan jika Pasien mengatakan
berobat, pasien datang ke merasa khawatir dengan
puskesmas atau Rumah kondisi sekarang yang
Masalah
Keperawatan : - sakit sakit berat
2 Pola metabolic nutrisi
 Frekuensi  3x sehari (nasi, lauk,  3x sehari
makan sayur) (makanan dari rs)
 Sangat baik  Menurun
 Nafsu makan  1 porsi makan  1 porsi makan
 Porsi makan dihabiskan tidak dihabiskan
 Pantangan  Tidak ada  Tidak ada
makan
 Pola minum  8 gelas/hari air putih  4-5 gelas/hari air
jumlah putih
cairan/hari
3 Pola istirahat tidur
 Siang  ±2 jam  ±1 jam
 Malam  ±7 - 8 jam  ±5-6 jam.
 Gangguan  Tidak ada  Pasien
tidur mengatakan sulit
tidur biasa
terbangun
Masalah dimalam hari
Keperawatan : - karena batuk
4 Pola kebersihan diri
 Mandi  3x/hari  1x/hari
 Sikat gigi  2x/hari  1x/hari
30

 Cuci rambut  3x/minggu  1x/minggu


 Kebersihan  Memotong kuku jika  Belum pernah
kuku kuku panjang memotong kuku
selama dirawat di
RS
Masalah
Keperawatan : Tidak
ada masalah
keperawatan
5 Pola eliminasi BAB BAB
BAB  1x sehari  Selama di rawat
 Frekuensi  Kuning kecoklatan di RS baru 1x
 Warna  Lunak BAB
 Konsistensi  Kuning
BAK BAK kecoklatan
 Frekuensi  6-7x/hari  Lunak

 Warna  Kuning BAK

 Jumlah urine  -  5x/hari

Masalah  Kuning
keperawatan :  -
tidak ada
masalah
keperawatan
6 Pola aktivitas Pasien mengatakan dapat Pasien mengatakan
menjalankan aktivitas selama sakit susah
sehari-hari seperti berkebun, beraktivitas karena
berjalan, dan melakukan persendian terasa sangat
Masalah keperawatan
aktivitas tersebut secara sakit dan ngilu sehingga
: mobilitas fisik
mandiri. semmua aktivitas dibantu
oleh orang lain
31

7 Pola persepsi diri Klien merasa jika dirinya Pasien tampak tidak
(konsep diri) tidak akan sakit seperti bersemangat
sekarang karena klien
Masalah keperawatan menjaga kesehatannya.
: Tidak ada masalah
keperawatan
8 Pola hubungan pasien Pasien mampu bersosialisasi Pasien mampu
dengan baik kepada bersosialisasi dengan
Masalah keperawatan keluarga dan warga baik kepada keluarga .
: Tidak ada masalah setempat
keperawatan
9 Pola koping-toleransi Pasien sebelumnya Pasien tidak mampu
stress menjalani aktivitas rutin melakukan aktivitas
seperti biasanya (normal) seperti biasanya karena
sakit. Pasien mengatakan
khawatir dengan
Masalah kondisinya yang
Keperawatan : sekarang bangun saja
mobilitas fisik sudah terasa sangat
lemah dan letih

10 Pola nilai Pasien mengatakan jarang Pasien tidak mampu


kepercayaan sholat mengerjakan sholat dan
hanya bisa baring
ditempat tidur
Masalah
Keperawatan : Tidak
ada masalah
keperawatan
32

3.6 Pemeriksaan Fisik


BB sebelum sakit : 45 kg
BB saat ini : 39 kg
TB : 145 cm
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 V5 M6
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 38 0C
1. Kepala dan Rambut
Inspeksi : Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada
ketombe, kulit kepala tampak kotor
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada kepala, tidak ada
edema
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Telinga
Inspeksi : Bentuk normal simetris antara kiri dan kanan, terdapat
serumen, pendengaran menurun
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada tulang mastoid
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Mata
Inspeksi : Bentuk normal simetris antara kiri dan kanan,
Konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik, pupil isokor,
reflex terhadap cahaya normal, gerakan bola mata
normal, penglihatan kabur
Palpasi : Tidak ada edema pada kantong mata, tidak ada nyeri
tekan pada palpebra
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Hidung
Inspeksi : Lubang hidung simetris, secret tidak ada, polip tidak
ada, penciuman normal
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
33

5. Mulut
Inspeksi : Warna bibir kehitaman, bibir tampak kering dan
pecah-pecah tidak ada sianosis, tidak ada stomatitis,
gigi tampak berwarna kekuningan.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Leher
Inspeksi : Bentuk leher normal, tidak ada edema, tidak ada
pembesaran vena jugularis
Palpasi : Tidak ada pembesaran tyroid, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

7. Dada (Jantung dan Paru-paru)


a) Paru-paru
Inspeksi : Tidak ada jejas, pengembamgan dada simetris,
tidak ada penggunaan otot bantu napas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat massa
Perkusi : Bunyi napas sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler
b) Jantung
Inspeksi : Dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Ictus cordis teraba dan terletak di ICS 5 mid
klavikula kiri
Perkusi : Bunyi sonor
Auskultasi : Lup dup, tidak ada bunyi jantung tambahan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8. Abdomen
Inspeksi : Tidak terdapat luka, memar dan benjolan
Auskultasi : Bising usus normal 15x/menit
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada abdomen sebalah kanan
Perkusi : Bunyi pekak
Masalah Keperawatan : Nyeri akut

9. Genetalia
Tidak dilakukan pemeriksaan

10. Ekstremitas
a) Ekstremitas atas
Inspeksi : Bentuk tangan normal dan sama antara kiri dan
kanan, jari-jari tangan lengkap 10, Terpasang
infus Rl 20 TPM pada tangan kanan
34

Palpasi : Kekuatan otot tangan kanan 5/5, kiri 5/5, tidak


ada benjolan dan pembekakan, akral teraba
hangat, CRT < 2 detik, pitting edema tidak ada
5 5

b) Ekstremitas bawah
Inspeksi : Bentuk kaki normal dan sama antara kiri dan
kanan, jari-jari kaki lengkap 10
Palpasi : Kekuatan otot kaki kanan 5/5, kiri 5/5, pitting
edema tidak ada, perabaan akral hangat

5 5
11. Kulit
Inspeksi : Kulit berwarna sawo matang, keringat tidak ada, , tidak
ada tanda-tanda alergi, tidak ada lesi
Palpasi : Turgor kulit normal, akral teraba hangat, CRT < 2 detik
35

3.7 Data Penunjang


Tanggal pemeriksaan : 15 Desember 2021 Nama pasien : Tn. M
Umur/JK : 26 Tahun
a. Hasil laboratorium
No Jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan
pemeriksaan
Imunologi

1 HIV 1 Reaktif - Non Reaktif


2 HIV 2 Reaktif - Non Reaktif
3 HIV 3 Reaktif - Non Reaktif
Patology
1 HGB 11,3 g/dl 14-18
2 WBC 4.0 ribu/uL 4.0-11.0
3 RBC 4.65 juta/uL 4.1-5.1
4 HCT 34.8 % 36-47

5 PLT 264 ribu/uL 150-450

6 MCV 74.8 Fl 81-99


7 MCH 24.3 pg 27-31
8 32.5 g/dl 31-37
9 17.8 % 11.5-14.5
Pemeriksaan Leukosit
1 Basophil 0.5 % 0-1
2 Eusinophil 0.3 % 1-3
3 Neutrofil 74.2 % 50-70
4 Limfosit 15.7 % 20-40
5 Monosit 9.3 % 2-8

b. Hasil rontgen :

Tanggal pemeriksaan : 08 Desember 2021


Jenis pemeriksaan : Thorax
Nama pasien : Tn. M
Umur/JK : 26 Tahun

Foto Thorax PA :
- Bercak infiltrate kedua lapangan paru
- Sinus dan diafragma baik
- Cor : ukuran dalam batas normal
36

- Tulang-tulang yang tercisualisasi intak

Kesan : Bronchopneumonia bilateral

3.8 Penatalaksanaan Terapi Medis


- IVFD NaCL 24 tpm - Sucralfat syr 100 ml 3x1 / cth

- Ranitidin 1 amp/12 jam / iv - Vip Albumin 3x2

- Codein 10 gr 2x1 / oral - Cefixime 200 mg 2x1

- Paracetamol 10 mg/drips
37

3.9 Pengumpulan data

No Data
1. Pasien mengatakan tidak nafsu makan sejak 2 bulan kemarin

2. Pasien pasien mengatakan nyeri tenggorokan saat menelan

3. pasien mengatakan nyeri tekan pada perut

5. pasien mengatakan badan terasa sangat capek dan lemas

8. pasien mengatakan merasa cemas dengan penyakitnya

9. pasien juga mengatakan merasa stres karena keluarga dan kerabatnya


tidak ada yang menjenguk selama di rawat di RS
10. pasien mengatakan dirinya merasa malu selama sakit semua orang
menjauhinya

11. pasien mengatakan penglihatan kabur

12. pasien mengatakan berat badannya semakin turun

13. Tanda-tanda vital :


- Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi :
80x/menit
- Suhu : 36,5ºC

Pernapasan :22x/menit
11. pasien juga tampak hanya makan 2 sendok

12. Pasien tampak lemah dan letih

14. pasien tampak tidak bersemangat

15. pasien tampak sangat kurus

16. pasien tampak tidak menghabiskan porsi makannya

17. Tampak bibir pasien kering dan pecah-pecah.

18. BB pasien sebelum sakit 45 Kg ketika sakit BB 39 Kg.

19. Pasien tampak murung


38

20. Saat berkomunikasi pasien kurang konsentrasi dan hanya menjawab


seadanya

21. Pasien juga meminta untuk pulang paksa

22. Tampak tidak ada keluarga yang mendampingi pasien di RS

23. 1 porsi makan tidak dihabiskan

24. pasien juga merasa demam selama 2 hari berturut-turut

25. demam yang dirasakan naik turun

26. pasien nampak menggigil


39

4.0 Klsifikasi Data


Data Subjektif Data Objektif

- Pasien mengatakan tidak - pasien juga tampak hanya


nafsu makan sejak 2 bulan makan 2 sendok
kemarin
- Pasien tampak lemah dan
- pasien mengatakan nyeri letih
tenggorokan saat menelan
- pasien tampak tidak
- pasien mengatakan nyeri bersemangat
tekan pada perut
- pasien tampak sangat kurus
- pasien mengatakan badan
- pasien tampak tidak
terasa sangat capek dan
menghabiskan porsi
lemas
makannya
- pasien mengatakan kadang
- Tampak bibir pasien kering
tidak mampu untuk
dan pecah-pecah.
berjalan jauh karena badan
terasa lemas - BB pasien sebelum sakit 45
Kg ketika sakit BB 39 Kg.
- pasien mengatakan merasa
cemas dengan penyakitnya - Pasien tampak murung

- pasien juga mengatakan - Saat berkomunikasi pasien

merasa stres karena kurang konsentrasi dan

keluarga dan kerabatnya hanya menjawab seadanya

tidak ada yang menjenguk - Pasien juga meminta untuk


selama di rawat di RS pulang paksa

- pasien mengatakan dirinya - Tampak tidak ada keluarga


merasa malu selama sakit ang mendampingi pasien
semua orang menjauhinya
- 1 porsi makan tidak
40

- pasien mengatakan dihabiskan


penglihatan kabur
- Pasien nampak menggigil
- pasien mengatakan berat
badannya semakin turun

- pasien juga merasakan


demam selama 2 hari
berturut-turut

- demam yang dirasakan


naik turun
41

4.1 Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS : Replikasi Defisit Nutrisi
- Pasien mengatakan perkembangan HIV
tidak nafsu makan dalam cairan tubuh
sejak 2 bulan
kemarin

- pasien mengatakan Imunosupresi


nyeri tenggorokan
saat menelan
Organ target
- pasien mengatakan
nyeri tekan pada
perut
Gastroestinal
- Pasien mengatakan
nyeri berkurang saat
istirahat
Infeksi jamur
- pasien mengatakan
badan terasa sangat
capek dan lemas
Kerusakan membrane
- pasien mengatakan mukosa oral
penglihatan kabur

- pasien mengatakan
berat badannya Lesi pada mulut,
semakin turun esophagus, lambung

DO :
- pasien juga tampak
hanya makan 2 Penurunan nafsu
makan
sendok

- Pasien tampak
lemah dan letih
Penurunan intake
- pasien tampak nutrisi
sangat kurus
42

- pasien tampak tidak


menghabiskan porsi
makannya
Penurunan BB
- Tampak bibir pasien
kering dan pecah-
pecah

- BB pasien sebelum Defisit Nutrisi


sakit 45 Kg ketika
sakit BB 39 Kg

Terbentuknya virus Hipertermia


DS : HIV ynag baru dalam
- pasien merasakan tubuh
demam selama 2
hari berturut-turut

- pasien mengatakan Replikasi


badan terasa sangat perkembangan HIV
dalam cairan tubuh
capek dan lemas

- demam dirasakan
naik turun
Reaksi antigen antibodi
DO :
- Pasien tampak
lemah dan letih
pelepasan mediator
- pasien tampak tidak kimiawi
bersemangat

- Tampak bibir pasien


Hipotalamus
kering dan pecah-
pecah

- Suhu : 38oC Peningkatan suhu


tubuh

Demam
43

Hipertermia

DS : Terbentuknya virus Ansietas


HIV ynag baru dalam
- pasien mengatakan
tubuh
merasa cemas
dengan penyakitnya
- pasien juga
mengatakan merasa Replikasi
stres karena perkembangan HIV
keluarga dan dalam cairan tubuh
kerabatnya tidak ada
yang menjenguk
selama di rawat di
RS Imunosupresi
- pasien mengatakan
dirinya merasa malu
selama sakit semua
Ansietas
orang menjauhinya

DO :
- Pasien tampak
lemah dan letih
- pasien tampak tidak
bersemangat
- pasien tampak
gelisah
- Pasien tampak
murung
- Saat berkomunikasi
pasien kurang
konsentrasi dan
hanya menjawab
seadanya
- Pasien juga
meminta untuk
pulang paksa
- Tampak tidak ada
keluarga yang
44

mendampingi pasien

4.2 Diagnosa Keperawatan

1. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis

2. Hipertermia berhubungan dengan kenaikan suhu badan prosees penyakit

3. Ansietas berhubungan dengan disfungsi keluarga


45

4.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Rencana Keperawatan
No Diagnosa Rasional
Tujuan Intervensi
1 Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (1.03119) Manajemen Nutrisi
dengan faktor psikologis tindakan keperawatan Observasi
Observasi
yang ditandai dengan : 2x24 jam diharapkan
- Untuk mengetahui asupan
DS : defisit nutrisi membaik - monitor asupan makanan
- Pasien mengatakan tidak dengan makanan yang pasien
- monitor berat badan
nafsu makan sejak 2 Kriteria Hasil :
konsumsi
bulan kemarin - Porsi makanan yang Terapeutik
dihabiskan - Untuk mengetahui berat
- berikanan makanan tinggi serat
- pasien mengatakan nyeri - Berat badan membaik
badan pasien
tenggorokan saat menelan - membran mukosa untuk mecegah konstipasi
membaik Terapeutik
- pasien mengatakan nyeri - Agar dapat mencegah
tekan pada perut Edukasi
terjadinya konstipasi pada
- Anjurkan posisi duduk, jika
- Pasien mengatakan nyeri pasien
berkurang saat istirahat mampu
Edukasi
- pasien mengatakan badan - Agar makanan dapat
terasa sangat capek dan Kolaboratif
dicerna dengan baik maka
lemas - Kolaborasi pemberian medikasi
dari itu anjurkan pasien
- pasien mengatakan sebelum makan
makan dengan posisi duduk
penglihatan kabur
46

- pasien mengatakan berat Kolaborasi


badannya semakin turun - Agar dapat mengetahui
DO : kebutuhan apa yang sesuai
- pasien juga tampak hanya
dengan indikasi pasien
makan 2 sendok

- Pasien tampak lemah dan


letih

- pasien tampak sangat


kurus

- pasien tampak tidak


menghabiskan porsi
makannya

- Tampak bibir pasien


kering dan pecah-pecah

- BB pasien sebelum sakit


45 Kg ketika sakit BB 39
Kg

2 Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia Manajemen Hipertermia


47

dengan proses penyakit tindakan keperawatan (1.15506) Observasi :


ditandai dengan : 2x24 jam diharapkan
Observasi - Untuk mengetahui suhu
termoregulasi membaik
DS : dengan - monitor suhu tubuh pasien
- pasien merasakan Kriteria Hasil :
Terapeutik Terapeutik
demam selama 2 hari - menggigil menurun
berturut-turut - suhu tubuh membaik - sediakan lingkungan yang dingin - Agar suhu pasien dapat
menurun
- pasien mengatakan
badan terasa sangat Edukasi Edukasi
capek dan lemas - Anjurkan pasien kompres air - Agar pasien merasa

- demam dirasakan hangat nyaman


naik turun - Anjurkan pasien memakai - Agar keringat yang

DO : pakaian yang menyerap keringat dikeluarkan pasien dapat


- Pasien tampak lemah terserap dengan baik
dan letih Kolaborasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
- pasien tampak tidak - Untuk membantu dalam
bersemangat
proses penyembuhan
- Tampak bibir pasien pasien
kering dan pecah-
pecah

Suhu : 38oC
48

3. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Terapi Relaksasi (I.09326) Terapi Relaksasi


dengan disfungsi sistem tindakan keperawatan
Observasi Observasi
keluarga ditandai dengan : 2x24 jam diharapkan
DS : tingkat ansietas menurun
- Identifikasi teknik relaksasi - Untuk mengetahui
dengan
- pasien mengatakan
Kriteria Hasil : efektif yang pernah digunakan teknik relaksasi apa
merasa cemas dengan
- Perilaku gelisah
penyakitnya yang biasa pasien
menurun - Periksa ketegangan otot,
- pasien juga mengatakan - Konsentrsai lakukan
frekuensi nadi, tekanan darah
merasa stres karena membaik
keluarga dan kerabatnya dan suhu sebelum dan sesudah - Untuk mengetahui
tidak ada yang
latihan tekanan darah apaka
menjenguk selama di
rawat di RS dalam batas normal
- pasien mengatakan Terapeutik ketika sebelum dan
dirinya merasa malu
sesudah melakukan
selama sakit semua orang - Berikan informasi tertulis
menjauhinya teknik relaksasi
tentang persiapan dan prosedur
Terapeutik
DO : teknik relaksasi
- Pasien tampak lemah dan - Agar paseien
- Gunakan pakaian longgar
letih
mengetahui tujuan dan
- pasien tampak tidak
prosedur teknik
bersemangat
relaksasi
- pasien tampak gelisah
- Pasien tampak murung - Agar lebih leluasa
49

Edukasi
- Saat berkomunikasi sehingga dianjurkan
pasien kurang
- Jelaskan tujuan, manfaat, menggunakan pakaian
konsentrasi dan hanya
menjawab seadanya batasan, dan jenis relaksasi yang longgar
- Pasien juga meminta yang tersedia
untuk pulang paksa
Edukasi
- Anjurkan mengambil posisi
- Tampak tidak ada
keluarga yang nyaman - Agar paseien
mendampingi pasien
mengetahui tujuan,
- Anjurkan sering mengulang
maupun manfaat dari
atau melatih teknik yang dipilih
teknik relaksasi

- Agar pasien tetap dalam


konsentrasi sehingga
dibutuhkan rileks dan
dalam keadaan tenang

- Agar pasien dapat


mengingat dan
mengulang teknik
relaksasi secara mandiri
50
51

4.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/Tanggal Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1. Selasa/ 14 Defisit nutrisi Defisit Nutrisi Selasa/ 14 Desember 2021
Desember 2021 berhubungan dengan Observasi : Pukul : 15.00 WITA
ketidakmampuan 08.00 - Memonitor asupan makanan S:
menelan makanan WITA - Pasien mengatakan
Hasil :
belum ada nafsu
½ makanan tidak dihabiskan
makan
O:
08.20 - Memonitor berat badan
WITA - Pasien tampak lemah
Hasil :
dan letih
BB pasien sebelum sakit 45 Kg - pasien tampak tidak
menghabiskan porsi
saat sakit 39 Kg
makannya

A : Defisit nutrisi belum


Terapeutik
teratasi
08.40 - Memberikan makanan tinggi P : Intervensi dilanjutkan
WITA
serat untuk mencegah konstipasi
Observasi :
Hasil : Makanan yang disajikan - Monitor asupan makanan
sudah terdapat sayur dan buah - Memonitor berat badan
pisang
52

Edukasi Terapeutik :
09.00 - Berikan makanan tinggi
- Menganjurkan posisi duduk
WITA
serat untuk mencegah
Hasil : Pasien nampak makan
konstipasi
dengan posisi duduk

Kolaboratif
Kolaboratif
12.00
WITA - Berkolaborasi pemberian - Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
medikasi sebelum makan
makan
Hasil : pasien diberikan obat vip
albumin diminum 3x2 yaitu
suplemen makan guna untuk
menambah nafsu makan pasien
2 Selasa/ 14 Hipertermia Manjemen Hipertermia Selasa/ 14 Desember 2021
Desember 2021 berhubungan dengan Pukul : 15.00 WITA
Observasi
proses penyakit 09.10 S:
WITA - memonitor suhu
- Pasien mengatakan
Hasil : - suhu : 38oC
masih merasakan
demamnya naik turun
09.20
Terapeutik
WITA O:
- Menyediakan lingkungan yang - Tampak bibir pasien
53

dingin kering dan pecah-


Hasil : dibuka ventilasi/jendela, pecah

pasien mengatakan merasa lebih A : hipertermia belum


teratasi
nyaman
P : Intervensi dilanjutkan
Edukasi
09.35 Observasi
WITA - Menganjurkan pasien kompres - monitor suhu
hangat Terapeutik
Hasl : pasien sudah mengompres
- Sedikan lingkungan
dengan air hangat
yang dingin
kolaborasi
Kolaborasi
12.00 - kolaborasi dalam
WITA - Berkolaborasi pemberian
pemberian obat
obat
Hasil : paracetamol 10
mg/drips
54

3 Selasa/14 Ansietas berhubungan Terapi Relaksasi Selasa/ 14 Desember 2021


Desember 2021 dengan disfungsi sistem Pukul : 15.00 WITA
Observasi
keluarga 10.00 S:
WITA
- Mengidentifikasi teknik - Pasien mengatakan
relaksasi efektif yang pernah sudah terasa lebih
digunakan legah setelah
10.10
WITA Hasil : pasien mengatakan melakukan teknik
tidak pernah melakukan relaksasi yang
teknik relaksasi sebelumnya diajarkan
O:
- Memeriksa ketegangan otot,
- Wajah pasien sudah
frekuensi nadi, tekanan tidak nampak murung
10.30
WITA darah dan suhu sebelum dan lagi tetapi masih terlihat
gelisah
sesudah latihan
Hasil : tekanan darah masih - Pasien masih sulit untuk
berkonsentrasi
dalam batas normal TD :
10.45
WITA 110/80 mmHg, Nadi : A : Ansietas belum
teratasi
80x/mnt.
P : Intervensi dilanjutkan
55

Observasi
11.00
Terapeutik - identifikasi teknik
WITA
relaksasi yang pernah
- Memberikan informasi
efektif digunakan
tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik - Periksa ketegangan
relaksasi otot, frekuensi nadi,
Hasil : pasien dapat tekanan darah dan
memahami informasi dan suhu sebelum dan
prosedur teknik relaksasi sesudah latihan
( misal ; teknik relaksasiTerapeutik
napas dalam)
- Berikan informasi
- Menggunakan pakaian tertulis tentang
longgar persiapan dan
Hasil :pasien menggunakan prosedur teknik
pakaian yang longgar agar relaksasi
lebih leluasa dan tetap
nyaman
Edukasi Edukasi
56

- Menjelaskan tujuan, - Anjurkan sering


manfaat, batasan, dan jenis mengulang atau
relaksasi yang tersedia melatih teknik yang
Hasil : pasien dapat dipilih
memahami pernjelasan
menegenai tujuan dan
manfaat dari relaksasi yaitu
mengurangi ketegangan
otot, meningkatkan
konsentrasi

- Menganjurkan mengambil
posisi nyaman
Hasil : passien diberikan
posisi semifowler agar dapat
melakukan teknik relaksasi
dengan nyaman

- Menganjurkan sering
mengulang atau melatih
57

teknik yang dipilih


Hasil : pasien dapat
memahami dan akan
menglang setiap saat ketika
pasien merasakan cemas

1 Rabu / 15 Defisit nutrisi Defisit Nutrisi Rabu / 15 Desember 2021


Desember 2021 berhubungan dengan Observasi : Pukul : 15.00 WITA
ketidakmampuan 08.20 - Memonitor asupan makanan S:
menelan makanan WITA - Pasien mengatakan
Hasil : pasien menghabiskan
lumayan sudah ada
makanan porsi makannya
ada nafsu makan
O:
- Memonitor berat badan
08.40 - pasien masih tampak
Hasil : berat badan pasien masih
WITA lesuh
tetap sama 39 Kg - pasien tampak
menghabiskan porsi
makannya
Terapeutik
A : Defisit nutrisi
- Memberikan makanan tinggi
09.00 ssebagian teratasi
WITA serat untuk mencegah konstipasi
P : Intervensi dilanjutkan
58

Hasil : Makanan yang disajikan Observasi :


- Monitor asupan makanan
sudah terdapat sayur dan buah
- Memonitor berat badan
pepaya
Edukasi
09.30
Terapeutik :
WITA - Menganjurkan posisi duduk
- Berikan makanan tinggi
Hasil : Pasien nampak makan
serat untuk mencegah
dengan posisi duduk
konstipasi

Kolaboratif
Kolaboratif
12.00
- Berkolaborasi pemberian
WITA
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
medikasi sebelum
Hasil : pasien diberikan obat vip makan
albumin diminum 3x2 yaitu
suplemen makan guna untuk
menambah nafsu makan pasien
2 Rabu/ 15 Hipertermia Manjemen Hipertermia Rabu / 15 Desember 2021
Desember 2021 berhubungan dengan Pukul : 15.00 WITA
Observasi
proses penyakit 09.10 S:
WITA - memonitor suhu
- Pasien mengatakan
Hasil : - suhu : 37oC
59

demamnya sudah turun

09.20
Terapeutik
WITA
- Menyediakan lingkungan yang O :
- Suhu pasien : 36,5oC
dingin
Hasil : dibuka ventilasi/jendela, - Pasien sudah tidak
tampak menggigil
pasien mengatakan merasa lebih
nyaman A : hipertermia sudah
teratasi

09.35 Edukasi P : Intervensi dilanjutkan


WITA
- Menganjurkan pasien kompres Terapeutik
hangat
- Sedikan lingkungan
Hasl : pasien sudah mengompres
yang dingin
dengan air hangat
kolaborasi
- kolaborasi dalam
12.00 Kolaborasi
WITA pemberian obat
- Berkolaborasi pemberian
obat
60

Hasil : paracetamol 10
mg/drips

3 Rabu/15 Ansietas berhubungan Terapi Relaksasi Rabu/ 15 Desember 2021


Desember 2021 dengan disfungsi sistem 10.55 Pukul : 15.00 WITA
Observasi
keluarga WITA S:
- Mengidentifikasi teknik - Pasien mengatakan
relaksasi efektif yang pernah sudah terasa lebih
digunakan legah setelah
11.00
WITA Hasil : pasien mengatakan melakukan teknik
sudah melakukan teknik relaksasi yang
relaksasi napas dalam yang diajarkan
diajarkan perawat O:
- Pasien masih sulit untuk
- Memeriksa ketegangan otot, berkonsentrasi
11.20
WITA frekuensi nadi, tekanan
A : Ansietas belum
darah dan suhu sebelum dan teratasi
sesudah latihan
P : Intervensi dilanjutkan
Hasil : tekanan darah masih Observasi
61

dalam batas normal TD :


- identifikasi teknik
11.35
120/80 mmHg, Nadi :
relaksasi yang pernah
80x/mnt. Untuk otot masih
efektif digunakan
terlalu kaku
- Periksa ketegangan
Terapeutik
otot, frekuensi nadi,
- Memberikan informasi
tekanan darah dan
tertulis tentang persiapan
suhu sebelum dan
dan prosedur teknik
sesudah latihan
relaksasi
Terapeutik
Hasil : pasien
dapat
- Berikan informasi
memahami informasi dan
tertulis tentang
prosedur teknik relaksasi
persiapan dan
( misal ; teknik relaksasi
prosedur teknik
napas dalam)
relaksasi
Edukasi
Edukasi
- Menganjurkan sering
- Anjurkan sering
mengulang atau melatih
mengulang atau
teknik yang dipilih
melatih teknik yang
62

Hasil : pasien dapat


dipilih
memahami dan akan
menglang setiap saat ketika
pasien merasakan cemas
BAB IV

PEMBAHASAN

Masalah keperawatan yang peratama adalah defisit nutrisi. Pada kasus

Tn.M diperoleh hasil Tn M mengalami penurunan berat badan yang drastis

dikarenakan proses asupan gizi atau makanan yang tidak adekuat penyebab dari

Tn. M mengalami penurunan berat badan karena pasien mengatakan tidak ada

nafsu makan . Pasien Tn. M mengalami penurunan berat badan kurang lebih 6

Kg . Tn. M mengetahui dirinya menderita HIV/AIDS setahun yang lalu Tn. M

juga sempat dirawat di RS Torabelo sigi tetapi Tn. M tetap tidak memperhatikan

kondisinya sehingga harus dirawat agi di RS undata. Asupan nutrisi pada pasien

HIV/AIDS adalah hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan pasien karena

berkaitan dengan kualitas hidup, proses penyakit serta kelangsungan hidup dan

status fungsional dari pasien HIV.

Status nutrisi yang buruk pada pasien HIV/AIDS disebabkan karena

asupan gizi yang tidak adekuat, adanya perubahan laju metabolisme tubuh,

keadaan malnutrisi ini dapat menyebabkan turunnya imunitas, meningkatkan

resiko untuk terkena infeksi oportunistik. Tahap akhir dari keadaan malnutrisi ini

adalah HIV wasting syndrome. Oleh karena itu, status gizi yang buruk pada

pasien HIV dapat mempercepat progresivitas penyakit menjadi AIDS mortalitas

yang meningkat dan penurunan waktu harapan hidup (Kevin Anderson, 2017)

63
64

Masalah keperawatan yang kedua yaitu hipertermi. Pada kasus Tn. M

didapatkan Tn. M mengalami demam kurang lebih 2 hari dan demam yang

dirasakan naik turun serta badan terasa meggigil. Pada kasus Tn. M akral teraba

hangat dan didapatkan hasil pengecekkan suhu 38oC dimana Tn.M sudah terlihat

menggigil dan bibir pecah-pecah. Pada kasus Tn. M dimana terjadinya hipertermi

atau peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal penyebabnya dari terbentuknya

virus HIV yang masuk kedalam tubuh dan terjadilah replikasi atau perkembangan

virus tersebut sehingga menyebabkan anti bodi menjadi bereaksi atau mencoba

melawan virus tersebut dan terjadilah pelepasan mediator kimiawi (prostaglandin)

selanjutnya akan meningkatkan seting point suhu di hipotalamus sehingga

menyebabkan kenaikan suhu ( Nurarif & Kusuma, 2015).

Dalam buku SDKI edisi 1 diagnosa hipertermi adalah diagnosa yang salah

satu penyebabnya adalah proses penyakit misal infeksi. Hipertermi adalah kondisi

di mana terjadinya peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan

tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas

(Perry & potter, 2010).

Masalah keperawatan yang ketiga yaitu ansietas dimana pada kasus Tn. M

mengalami ansietas terhadap kondisi penyakit yang diderita maupun kondisi

lingkungan dan keluarga sangat tidak mensuport. Tn. M mengatakan merasa

cemas dengan penyakitnya dan Tn. M juga mengatakan merasa stres karena

keluarga dan kerabatnya tidak ada yang menjenguk selama di rawat di RS .

Dukungan dan support sangatlah penting bagi penderita HIV/AIDS.


65

Menurut penelitian yang dilakukan Nancy Rahakbauw (2016) bahwa

aspek psikologis tercermin dalam ketakutan, keccemasan, kesedihan,

kebingungan, kemarahan dan kehilangan rasa percaya diri serta keputusasaan

ketika mengetahui tentang penyakitnya. Kondisi ini jelas mempengaruhi proses

perawatan dan pemulihan ODHA yang seharusnya kelurga dapat memberikan

dukungan emosional. Dukungan emosional merupakan suatu upaya yang

diberikan dalam memperlihatkan perasaan maupun kasih sayang terhadap

seseorang ketika berada dalam kondisi labil. hal ini seperti yang ditunjukan oleh

keluarga ketika ada anggota keluarga yang terinfeksi HIV/AIDS.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas tentang asuhan keperawatan
pada Tn. M dengan kasus HIV/AIDS di ruangan seroja kelas III Laki-laki di
RSUD Undata Palu dapat disimpulkan setelah dilakukan asuhan keperawatan:
a. Masalah keperawatan yang pertama adalah defisit nutrisi berhubungan
dengan faktor psikologis pada kasus Tn. M diperoleh hasil Tn.M
mengatakan tidak nafsu makan sudah sejak 2 bulan kemarin dan nyeri
pada tenggorakan saat menelan pasien juga mengatakan berat badannya
semakin turun pasien nampak makan hanya 2 sendok saja dan tampak
lemah dan letih.
b. Masalah keperawatan yang kedua adalah hipertermia berhubungan dengan
kenaikan suhu badan proses penyakit pada kasus Tn.M diperoleh hasil Tn.
M merasakan demam selama 2 hari berturut-turut Suhu badan pasien 38oC
pasien juga mengatakan badannya terasa sangat capek dan lemas dan
pasien tampak tidak bersemangat, bibir pasien kering dan pecah-pecah
c. Masalah keperawatan yang ketiga adalah ansietas berhubungan dengan
disfungsi keluarga pada kasus Tn.M di peroleh hasil Tn.M merasa cemas
dengan penyakitnya dan juga merasa stres karena keluarga dan
kerabatnyantidak ada yang menjenguk selama di rawat di RS.

5.2 Saran
Tindakan keperawatan defisit nutrisi, hipertermia dan ansietas pada
kasus HIV/AIDS pada kasus ini sangatlah penting dan harus diberikan
perawatan yang cepat dan tepat agar pasien dapat memenuhi kebutuhannya
dan dapat makan seperti bisa lagi dan suhu badan pasien dalam rentang
normal dan pasien tidak merasa cemas lagi.

Anda mungkin juga menyukai