Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS AKUNTABILITAS APBDES DESA BANGUN

HARJO KECAMATAN PELEPAT ILIR


KABUPATEN BUNGO
Leni Widi Astutik1,Ratih Kusumastuti2, dan Misni Erwati
1
Universitas Jambi, Leniwidya797@gmail.com
1
Universitas Jambi, Ratihkusumastuti@unja.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Akuntabilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) di Desa Bangun Harjo Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo, penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Lokasi penelitian berada
di Desa Bangun Harjo Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo, jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu data primer dengan menggunakan teknik survei melalui penyebaran
kuesioner, dengan banyaknya responden yang berjumlah 35 orang. Meneliti mengenai
akuntabilitas terdiri dari 4 (empat) dimensi yaitu Akuntabilitas Kejujuran dan Hukum,
Akuntabilitas Proses, Akuntabilitas Program, dan Akuntabilitas Kebijakan. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa keempat dimensi tersebut mampu memahami dan melaksanakan peraturan
yang berlaku dengan jumlah persentase setuju dan sangat setuju sebesar 91,43%-93,33%
sehingga dapat dikatakan bahwa aparat pemerintah desa telah melakukan perbuatan yang
sehubungan dengan Akuntabilitas dan mengikuti peraturan yang berlaku dengan baik.
Kata Kunci: Akuntabilitas Kejujuran dan Hukum, Akuntabilitas Proses, Akuntabilitas Program,
dan Akuntabilitas Kebijakan

ABSTRACT
This study aims to determine the Accountability of the Village Revenue and Expenditure Budget
(APBDes) in Bangun Harjo Village, Pelepat Ilir District, Bungo Regency, this study uses a
quantitative research type with a descriptive approach. The research location is in Bangun
Harjo Village, Pelepat Ilir District, Bungo Regency, the type of data used in this study is primary
data using survey techniques through questionnaires, with a number of respondents totaling 35
people. Researching on accountability consists of 4 dimensions, namely Honesty and Legal
Accountability, Process Accountability, Program Accountability, and Policy Accountability. The
results of the study concluded that the four dimensions were able to understand and implement
the applicable regulations with a total percentage of agree and strongly agree of 91.43%-
93.33% so that it can be said that village government officials have carried out actions related to
accountability and followed applicable regulations well.
Keywords: Accountability Honesty and Law,Process Accountability, Program Accountability,
and Policy Accountability

PENDAHULUAN
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
yang memberikan landasan bagi otonomi desa secara praktik bukan hanya sekedar normatif, oleh karena
itu pengelolaan keuangan desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban, sampai dengan pengawasan pengelolaan tersebut.
http://ejournal.stiemj.ac.id/index.php/akuntansi 1
Seharusnya dengan adanya peaturan menteri tersebut maka desa semakin terbuka dan responsibilitas,
sehingga besar harapan desa dapat mengelola keuangannya dan melaporkannya secara transparan serta
dilakukannya dengan tertib dan disiplin anggaran baik dalam pendapatan dan sumber-sumber pendapatan
juga mengelola pembelanjaan anggaran Hanafi, (dalam Leonardo Yosua Liando dkk ; 2017).
Pemerintah yang baik memperhatikan Akuntabilitas yang dilakukan pada tingkatan
pemerintahan desa sebagai konsekuensi otonomi desa. Akuntabilitas diartikan sebagai suatu kewajiban
pihak yang diberikan amanah kepada pihak yang memberikan amanah secara bertanggungjawab dengan
memenuhi ketentuan yang telah di berikan oleh pemberi amanah (M.Anas dkk;2020). Akuntabilitas
sebagai salah satu prinsip good corporate governance berkaitan dengan pertanggungjawaban pemimpin
atas keputusan dan hasil yang telah ditercapai sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan dalam
pelaksanaan tanggung jawab mengelola organisasi Mardiasmo, (dalam Wahyu Ningsih dkk ; 2020).
Berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) tentunya tidak lepas dari
kemampuan desa untuk mengelola APBDes sesuai kebutuhan. APBDes adalah daftar yang memuat
rincian penerimaan daerah dan pengeluaran/belanja daerah selama satu tahun yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah untuk masa satu tahun, APBDes terdiri atas Anggaran Pendapatan, Anggaran Belanja,
dan Pembiayaan. Pendapatan daerah merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih sedangkan rincian belanja daerah menurut fungsi antara lain terdiri dari pelayanan
umum, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan,
pariwisata, budaya, agama, pendidikan, serta perlindungan social Mahsun, (dalam Ratna Lusiani ; 2020).
APBDes merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah desa kepada masyarakat melalui
kebijakan yang dibiayai selama satu tahun anggaran.APBDes harus menjadi sebuah cerminan harapan
dan tuntutan masyarakat yang nantinya akan diwujudkan oleh pemerintah desa, selain itu penyusunan dan
perencanaan APBDes diharapkan mampu meningkatkan kualitas taraf hidup masyarakat desa sehingga
tidak lagi masuk dalam kategori desa tertingga. Anggaran adalah suatu refleksi keuangan terhadap apa
yang dilakukan pemerintah atau apa yang hendak dilakukannya (dalam I Ketut & I Putu ; 2018).
Penyusunan anggaran pendapatan desa harus memenuhi beberapa prinsip yaitu kepatuhan hukum, tertib
penyelenggaraan pemerintah, tertib kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas,
akuntabilitas, efektifitas, kearifan lokal, keragaman dan partisipatif (Pipit Juliana &Purweni ; 2017).
Pemerintah daerah seharusnya memainkan peran dalam penyusunan anggaran berdasarkan suatu
struktur dan klarifikasi tertentu yang merupakan suatu langkah penting untuk mendapatkan sistem
penganggaran yang baik dan berfungsi sebagai pedoman bagi pemerintah dalam mengelola Negara
sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kebijaksanaan dan kemampuan pemerintah, penyusunan
anggaran tidak bisa terlepas dari karakteristik suatu daerah untuk dijadikan sebagai dasar pertimbangan
dalam pengalokasian anggaran (Baswir dalam I ketut & I putu ; 2018). Penelitian ini mengkaji bagaimana
tuntutan adanya transparansi, akuntabiltas dan partisipasi dalam hal keuangan, kinerja, maupun kepatuhan
terhadap peraturan undang-undang. Berdasarkan observasi yang dilakukan. peneliti menemukan masalah
dalam Akuntabilitas pengelolaan keuangan menjadi masalah sampai saat ini di desa Bangun Harjo.
Penelitian ini meneliti bagaimana akuntabilitas pemerintahan desa dalam Anggaran Pendaptan
dan Belanja Desa (APBDes) pada Desa Bangun Harjo Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo yang
tujuan untuk mengetahui Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
di Desa Bangun Harjo Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo. Sehingga diharapkan dapat bermanfaat
bagi peneliti sebagai wadah dalam penerapan dan pengaplikasian teori dan ilmu yang diperoleh selama
masa perkuliahan serta sebagai sarana untuk memperkaya wawasan dalam mengkaji teori tentang riset,
sedangkan bagi pemerintah desa penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan
pertimbangan dalam meningkatkan kinerja pemerintah desa dalam pengelolaan APBDes dan sebagai
bahan informasi mengenai sejauh mana pemerintah desa dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya,
dan bagi akademik hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan acuan untuk melakukan
penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya penelitian mengenai Analisis Akuntabilitas Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di desa Bangun Harjo Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo.

http://ejournal.stiemj.ac.id/index.php/akuntansi 2
KAJIAN LITERATUR
Dana Desa
Dana Desa (DD) adalah Dana APBN yang diperuntukkan bagi desa yang di transfer
melalui APBD kabupaten/kota dan dan diperioritaskan untuk pelaksanaan dan pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat desa. Maksud dari pemberian dana desa adalah sebagai stimulant
atau dana peransang untuk mendorong dalam membiayai program pemerintah desa yang
ditunjang dengan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat, demi meningkatkan
kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa, Azhar Fadhil (2017) (dalam Lusiana Priany
& Yohana Febiani, 2020; 29). Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang bersumber dari APBN, dengan luasnya lingkup kewenangan desa dan dalam
rangka mengoptimalkan penggunaan dana desa, maka penggunaan dana tersebut tetap sejalan
dengan kewenangan yang menjadi tanggungjawab desa.
Akuntabilitas
Menurut Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan
pembangunan RI (2000;12) (dalam Sri Karlinayani dkk, 310;2018) Akuntabilitas adalah
kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban, menjawab, dan menerangkan kinerja atau
tindakan seseorang pemimpin suatu unit organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau
berwenang meminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas merupakan hal yang penting dalam
menjamin nilai- nilai seperti efisiensi, efektifitas, prediktibilitas, maupun reabilitas.
Akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan
atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara priodik.
(Supriyono dalam Sri Karlinayani dkk, 310 ; 2018).
Pengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan Desa merupakan suatu kesatuan yang melekat dalam
implementasi otonomi desa menuju kemandirian desa, pengelolaan keuangan desa bertujuan
menciptakan dan memperkuat sistem tata pemerintahan desa itu sendiri yang jelas dan efektif
sehingga terwujud pertanggungjawaban yang baik pula dalam pelakssanaan pemerintah desa.
Dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan desa kepala desa menguasakan sebagian
kekuasaannya kepada perangkat desa selaku Pelaksana Pengelolaan Keuangan Desa (PPKD)
yang terdiri atas sekretaris desa, kaur dan kasi, dan kaur keuangan (Ilham Zitri 2020;76).
Peraturan menteri dalam negeri nomor 20 tahun 2018 (M.Anas Dkk 2020;320) tentang
pengelolaan keuangan desa yang menyebutkan bahwa keseluruhan kegiatan meliputi
perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan
keuangan desa. Dalam peraturan tersebut juga dijelaskan definisi keuangan desa adalah semua
hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan
barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
APBDes merupakan rencana keuangan tahunan desa yang ditetapkan berdasarkan
peraturan desa yang megandung perkiraan sumber pendapatan dan belanja desa untuk
mendukung kebutuhan program pembangunan desa yang bersangkutan, dengan adanya APBDes
penyelenggaraan pemerintah desa memiliki rencana strategis yang terukur berdasarkan
anggaran yang tersedia dan yang akan dipergunakan Sumpeno (2011;213)(dalam Sri
Karlinayani & Endang Surasetyo, 2018;312). Hasan (2015;3) menyatakan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) adalah peraturan desa yang memuat sumber-sumber
penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun waktu satu tahun, APBDes terdiri atas
bagian pendapatan desa, belanja desa, dan pembiayaan. Rancangan APBDes dibahas dalam
musyawarah perencanaan pembangunan desa (leonardo dkk, 2017).

http://ejournal.stiemj.ac.id/index.php/akuntansi 3
Pelaksanaan APBDes
Agusta dan Fujianto (2014) (dalam Leonardo dkk 2017;147) setelah ranperdes tentang
APBDes disusun oleh sekretaris desa dan selanjutnya disampaikan oleh kepala desa kepada
BPD untuk dibahas dan disepakati bersama setelah melalui evaluasi oleh bupati/walikota atau
oleh camat maka ranperdesa tentang APBDes ditetapkan menjadi peraturan desa tentang
APBDes. Selanjutnya APBDes dilaksanakan pada tanggal 1 januari sampai dengan 31
desember, peraturan mengenai pelaksanaan APBDes, diatur dalam pasal 24 hingga 34
permendagri nomor 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa.
Pelaksanaan APBD, setelah APBD ditetapkan oleh peraturan daerah, maka APBD
segera dilaksanakan. Pelaksanaan anggaran adalah tahap dimana sumber daya digunakan untuk
melaksanakan kebijakan anggaran.Hal yang mungkin terjadi adalah dimana anggaran yang
disusun tidak dapat dilaksanakan dengan tepat, pelaksanaan APBD dituangkan dalam keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota.Pelaksanaan anggaran tersebut dapat dilaporkan dalam bentuk
laporan realisasi APBD, laporan tersebut disampaikan pada DPRD selambat-lambatnya akhir
juli tahun anggaran yang bersangkutan Wiratna Sujarweni, (2020;67).
Kerangka Pemikiran
Business research 1992 (Sugiyono 2017:60) Kerangka berpikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
didentifikasikan sebagai masalah yang penting. Sapto Haryoko 1999 (dalam Sugiyono 2017:60)
Kerangka berfikir suatu penelitian perlu dikemukakan apabila berkenaan dua variable atau
lebih, apabila penelitian hanya membahas sebuah variable atau lebih secara mandiri, maka yang
dilakukan penelitian disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variable,
juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti.
Anggaran pendapatan dan belanja desa (APBdes) merupakan sesuatu yang harus
dipertanggungjawabkan, baik dalam bentuk kejujuran dalam hukum, proses, program maupun
kebijakannya.Akuntabilitas anggaran pendapatan dan belanja desa merupakan aspek yang
sangat penting, anggaran dibuat untuk membantu tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi
oleh keputusan yang diambil oleh pemerintah melalui anggaran yang mereka buat.Akuntabilitas
diyakini mampu mampu merubah kondisi suatu pemerintah, dari kondisi pemerintah yang tidak
dapat memberikan pelayanan pubik secara baik.
(Mardiasmo, 2009;21) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus
dipenuhi yaitu:
1. Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum (Accountability for Probity and
Legality)
Akuntabilitas kejujuran (Accounntability for Probity) terkait dengan penghindaran
penyalah gunaan jabatan (Abuse of Power), sedangkan Akuntabilitas Hukum (Legal
Accountability) terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
lain yang diisyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.
2. Akuntabilitas Proses (Process Accountability)
Akuntabilitas Proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan
tugas sudah cukup baik dalam hal mencakup sistem informasi akuntansi, sistem informasi
manajemen, dan prosedur administrasi.
3. Akuntabilitas Program (Program Accountability)
Akuntabilitas Program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat
dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkaan alternatif program yang
memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.
4. Akuntabilitas Kebijakan (Policy Accountability)
Akuntabilitas Kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat
maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap DPR/DPRD
dan masyarakat luas.

http://ejournal.stiemj.ac.id/index.php/akuntansi 4
Kerangka Pemikiran

Akuntabilitas Kejujuran dan


Akuntabilitas Hukum

Akuntabilitas Proses

Akuntabilitas

Akuntabilitas Program

Akuntabilitas Kebijakan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan untuk
mendeskripsikan objek penelitian ataupun hasil penelitian. Sugiyono (2017;7)
Jenis Data dan Sampel
Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer adalah data yang pertama kali dicatat
dan dikumpulkan oleh peneliti (Sanusi, 2014:104). Dimana peneliti dapat mengontrol kualitas data
tersebut lalu mengatasi kesenjangan waktu antara saat dibutuhkan data itu dengan yang tersedia dan
peneliti lebih leluasa dalam menghubungkan masalah penelitiannya dengan kemungkinan ketersediaan
data dilapangan. Dalam penelitian ini, data diperoleh dari sumbernya yaitu responden melalui pengisian
kuesioner, responden Dalam penelitian ini sebanyak 35 responden.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survei melalui
penyebaran kuesioner. Peneliti akan terjun langsung guna mendapatkan data yang diperlukan karena
metode ini memerlukan kontak antara peneliti dengan responden. Penyebaran kuesioner yang difokuskan
kepada perangkat pemerintah Desa Bangun Harjo.

Tabel 1. Oprasional Dimensi Variabel


No Dimensi Indikator Skala

1. Akuntabilitas 1. Aspek Keterbukaan dalam Penyusunan anggaran dana Skala


Kejujuran dan desa menjadi aspek yang penting. Likert
Akuntabilitas 2. Laporan atas anggaran dana desa dipublikasikan dan
Hukum dapat diakses oleh masyarakat yang berkepentingan.
3. Nilai anggaran yang dilaporkan mencerminkan nilai
yang sebenarnya.
2. Akuntabilitas 1. Prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas Skala
Proses sudah cukup baik dalam hal kecakupan informasi Likert
akuntansi.
2. Proses prosedur akuntansinya cukup baik.
3. Setiap prosedur yang dijalani oleh setiap aparatur desa
tersebut sudah dapat dijalani dengan baik.
3. Akuntabilitas 1. Anggaran desa ditujukan untuk meningkatkan kualitas Skala
pelayanan untuk masyarakat.

http://ejournal.stiemj.ac.id/index.php/akuntansi 5
Program 2. Anggaran desa yang sudah ditetapkan sudah merupakan Likert
nilai yang memenuhi kebutuhan pembangunan desa.
3. Disetiap pengeluaran anggaran untuk suatu kegiatan
sudah ditetapkan secara proposional.
4. Akuntansi 1. Anggaran desa yang dipertanggungjawabkan adalah Skala
Kebijakan anggaran desa tahun berjalan yang telah diselesaikan. Likert
2. Dalam mempertanggungjawabkan atas selesainya
pelaksanaan anggaran desa dilakukan dalam bentuk
laporan keuangan.
3. Penyampaian pertanggungjawaban anggaran
diagendakan dalam suatu rapat.

Teknik Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengukur variable dengan menggunkan
instrumen dalam kuesioner dan harus dilakukan pengujian kualitas data yang diperoleh dengan Uji
Validitas dan Uji Reabilitas, dimana Uji Validitas dan Uji Reabilitas dilakukan untuk mengetahui
ketetapan alat ukur dalam mengatur objek yang akan diteliti.

PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif Data
Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Total AKH 35 9 15 13.03 1.485
Total AP1 35 11 15 13.37 1.437
Total AP2 35 9 15 13.23 1.629
Total AKb 35 11 15 13.40 1.459

Berdasarkan tabel di atas nilai standar deviasi seluruh aspek Akuntabilitas Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa di Desa Bangun Harjo Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo lebih kecil di
bandingkan nilai rata-ratanya. Ini mengandung arti bahwa variasi jawaban responden atas Aspek
Akuntabilitas Kejujuran dan Hukum, Aspek Akuntabilitas Proses, Aspek Akuntabilitas Program, dan
Aspek Akuntabilitas Kebijakan, dalam Akuntabilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di Desa
Bangun Harjo Kecamatan Pelepat Ilir dalam penelitian adalah rendah dan data bersifat homogen sehingga
baik untuk mewakili populasi.
Uji Validitas
Uji validitas ini diukur dengan cara mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan item dalam
satu faktor) dengan skor total faktor (total keseluruhan faktor), uji validitas dilakukan dengan cara
membandingkan rhitung dengan rtabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah
sampel, dalam penelitian ini jumlah sampel yang peneliti gunakan yaitu 35, maka besarnya degree of
freedom dapat dihitung 35-2 =33 dan alpha 5% maka rtabel diperoleh 0,344 sementara rhitung diperoleh dari
nilai corrected item-total correlation pada output cronbach’s alpha, jika r hitung > rtabel maka butiran
kuesioner dinyatakan valid (Ghozali,2011).
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Akuntabilitas Kejujuran dan Hukum
No. Keterangan rtabel rhitung Kesimpulan

1. AKH1 0,344 0,764 VALID

2. AKH2 0,344 0,858 VALID

3. AKH3 0,344 0,749 VALID

http://ejournal.stiemj.ac.id/index.php/akuntansi 6
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Akuntabilitas Proses
No. Keterangan rtabel rhitung Kesimpulan

1. APS1 0,344 0,830 VALID

2. APS2 0,344 0,694 VALID

3. APS3 0,344 0,724 VALID

Tabel 5.Hasil Uji Validitas Akuntabilitas Program


No. Keterangan rtabel rhitung Kesimpulan

1. APG1 0,344 0,937 VALID

2. APG2 0,344 0,771 VALID

3. APG3 0,344 0,937 VALID

Tabel 6.Hasil Uji Validitas Akuntabilitas Kebijakan


No. Keterangan rtabel rhitung Kesimpulan

1. APG1 0,344 0,833 VALID

2. APG2 0,344 0,698 VALID

3. APG3 0,344 0,748 VALID

Berdasarkan Hasil Uji Validitas Akuntabilitas Kejujuran dan Hukum, Akuntabilitas Proses,
Akuntabilitas Program dan Akuntabilitas Kebijkan, diatas dapat disimpulkan bahwa keempat dimensi
tersebut Valid karena rhitung > rtabel.
Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari
variabel atau bisa di sebut juga keandalan suatu instrument penelitian. Uji reliabilitas dilakukan oleh
peneliti dengan melihat nilai cronbach alpha dengan bantuan computer dengan melalui program SPSS 21
for windows dalam penelitian ini pengujian dilakukan satu kali pengukuran saja dimana pengambilan
keputusan dari uji reliabilitas menyatakan bahwa:
1. Apabila nilai alpha Cronbach > 0,6 maka suatu konstruk atau variabel di katakan reliabel
2. Apabila nilai alpha Cronbach < 0,6 maka suatu konstruk atau variabel di katakan tidak reliabel
Tabel 7. Uji Reliabilitas
Keterangan Nilai Alpha Kesimpulan

Akuntabilitas Kejujuran dan 0,702 Reliabel


hukum
Akuntabilitas Proses 0,610 Reliabel

Akuntabilitas Program 0,850 Reliabel

Akuntabilitas Kebijakan 0,632 Reliabel

http://ejournal.stiemj.ac.id/index.php/akuntansi 7
Tabel 8. Kondisi Hasil Dimensi Akuntabilitas Kejujuran dan Hukum
keterangan Jawaban dalam jumlah responden Jawaban dalam presentase (%)
SS S N TS STS SS S N TS STS
Akh1 10 21 4 0 0 28,6% 60% 11,4% 0% 0%
Akh2 20 12 3 0 0 57,1% 34,3% 8,6% 0% 0%
Akh3 15 18 2 0 0 42,9% 51,4% 5,7% 0% 0%
Total 45 51 9 0 0 42,86% 48,57% 8,57% 0% 0%
Penguraian diatas dalam Dimensi Akuntabilitas Kejujuran dan Hukum jika digabungkan
keseluruhan jawaban dari AKH1, AKH2, dan AKH3 dapat diperoleh hasil bahwa sebagian besar
responden setuju (S) dari pertanyaan yang tertera pada dimensi ini yaitu dengan total sebanyak 51
dengan persentase 48,57%, 45 sangat setuju (SS) dengan persentase 42,86% dan 9 yang menjawab netral
(N) dengan persentase 8,57%, tidak ada yang menjawab tidak setuju (TS) maupun sangat tidak setuju
(STS) dalam Aspek Akuntabilitas Kejujuran dan Hukum terhadap Akuntabilitas Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa di Desa Bangun Harjo Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo.
Tabel 9. Kondisi Hasil Dimensi Akuntabilitas Proses
keterangan Jawaban dalam jumlah responden Jawaban dalam presentase (%)
SS S N TS STS SS S N TS STS
Aps1 20 12 3 0 0 57,1% 34,3% 8,6% 0% 0%
Aps2 21 11 3 0 0 60% 31,4% 8,6% 0% 0%
Aps3 15 18 2 0 0 42,9% 51,4% 5,7% 0% 0%
Total 56 41 8 0 0 53,33% 39,05% 7,62% 0% 0%
Penguraian Dimensi Akuntabilitas Proses jika semua item digabungkan keseluruhan jawaban
APS1,APS2 dan APS3 dapat diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden sangat setuju (SS) pada
setiap pernyataan yang tertera pada dimensi ini yaitu dengan total sebanyak 56 dengan persentase
53,33%, 41 setuju (S) dengan persentase 39,05% dan jumlah netral (N) sebanyak 8 dengan persentase
7,62%, sementara tidak ada responden yang tidak setuju maupun sangat tidak setuju dalam Aspek
Akuntabilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di Desa Bangun Harjo Kecamatan Pelepat Ilir
Kabupaten Bungo.
Tabel 10. Kondisi Hasil Dimensi Akuntabilitas Program
keterangan Jawaban dalam jumlah responden Jawaban dalam presentase (%)
SS S N TS STS SS S N TS STS
Apg1 15 18 2 0 0 42,9% 51,4% 5,7% 0% 0%
Apg2 20 12 3 0 0 57,1% 34,3% 8,6% 0% 0%
Apg3 15 18 2 0 0 42,9% 51,4% 5,7% 0% 0%
Total 50 48 7 0 0 47,62% 45,71% 6,67% 0% 0%
Penguraian Dimensi Akuntabilitas Program jika semua item digabungkan keseluruhan jawaban
APG1, APG2 dan APG3 dapat diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden sangat setuju (SS)
dengan total sebanyak 50 dengan persentase 47,62% dan setuju (S) pada setiap pernyataan yang tertera
pada dimensi ini yaitu dengan total sebanyak 48 dengan persentase 45,71%,dan jumlah netral (N)
sebanyak 7 dengan persentase 6,67%, sementara tidak ada responden yang tidak setuju maupun sangat
tidak setuju dalam Aspek Akuntabilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di Desa Bangun Harjo
Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten bungo.
Tabel 11. Kondisi Hasil Dimensi Akuntabilitas Kebijakan
keterangan Jawaban dalam jumlah responden Jawaban dalam presentase (%)
SS S N TS STS SS S N TS STS
Akb1 20 12 3 0 0 57,1% 34,3% 8,6% 0% 0%
Akb2 21 11 3 0 0 60% 31,4% 8,6% 0% 0%
Akb3 16 17 2 0 0 45,7% 48,6% 5,7% 0% 0%

http://ejournal.stiemj.ac.id/index.php/akuntansi 8
Total 57 40 8 0 0 54,29% 38,09% 7,62% 0% 0%
Penguraian Dimensi Akuntabilitas Kebijakan jika semua item digabungkan keseluruhan jawaban
AKB1, AKB2 dan AKB3 dapat diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden sangat setuju (SS) pada
setiap pernyataan yang tertera pada dimensi ini yaitu dengan total sebanyak 57 dengan persentase
54,29%, 40 total setuju (S) dengan persentase 38,09% dan jumlah netral (N) sebanyak 8 dengan
persentase 7,62%, sementara tidak ada responden yang tidak setuju maupun sangat tidak setuju dalam
aspek Akuntabilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di Desa Bangun Harjo Kecamatan Pelepat
Ilir Kabupaten bungo.
Tabel 12. Hasil Dimensi Akuntabilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
keterangan Jawaban dalam jumlah Jawaban dalam presentase (%)
responden
SS S N TS STS SS S N TS STS
Akuntabilitas 45 51 9 0 0 42,86% 48,57% 8,57% 0% 0%
kejujuran dan
hukum
Akuntabilitas 56 41 8 0 0 53,33% 39,05% 7,62% 0% 0%
proses
Akuntabilitas 50 48 7 0 0 47,62% 45,71% 6,67% 0% 0%
program
Akuntabilitas 57 40 8 0 0 54,29% 38,09% 7,62% 0% 0%
kebijakan
Berikut dapat dilihat pada tabel 4.25 diperoleh bahwa Dimensi Akuntabilitas Kejujuran dan
Hukum memperoleh persentase sangat setuju (SS) yaitu 42,86%, sedangkan untuk yang setuju (S) yaitu
48,57%, dan untuk netral (N) yaitu 8,57%. Untuk Akuntabilitas Proses memperoleh jumlah sangat setuju
(SS) yaitu 53,33%, lalu untuk yang setuju (S) yaitu 39,05% dan untuk netral memperoleh persentase
7,62%. Untuk Akuntabilitas Program memperoleh jumlah sangat setuju (SS) yaitu 47,62%, sedangkan
untuk yang setuju (S) meperoleh jumlah 45,71%, dan untuk netral (N) memperoleh jumlah persentase
6,67%. Untuk dimensi Akuntabilitas Kebijakan meperoleh jumlah sangat setuju (SS) 54,29%, sedangkan
setuju (SS) meperoleh jumlah 38,09% dan netral (N) memperoleh jumlah 7,62%.
Analisis Akuntabilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) berdasarkan dimensi
Akuntabilitas Kejujuran dan Hukum.
Hasil penelitian Akuntabilitas Kejujuran dan Hukum dimana telah dilaksanakan dengan baik
yang mengenai aspek akuntabilitas dalam penyusunan APBDes menjadi aspek yang penting dengan
memperoleh jawaban responden setuju (S) dengan persentase 60% dan untuk jawaban sangat setuju (SS)
dengan persentase 28,6% dan untuk netral (N) 11,4%. Untuk mengenai pernyataan laporan atas anggaran
APBDes dipublikasikan dan dapat diakses oleh masyarakat yang berkepentinagan dengan memperoleh
jawaban responden sebanyak 57,1% sangat setuju (SS), 34,3% setuju (S), dan 8,6% netral (N). dan untuk
mengenai pernyataan nilai anggaran yang dilaporkan mencemirkaan nilai yang sebenarnya dengan
memperoleh jawaban responden sebanyak 51,4% setuju (S) dan sangat setuju (SS) 42,9%, dan netral (N)
dengan persentase5,7%.
Dimana hal ini sudah menunjukkan bahwasanya responden telah melakukan suatu perbuatan
mengenai akuntabilitas disetiap item pada dimensi ini. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa yang memberikan landasan bagi otonomi desa yang
secara praktik bukan hanya sekedar normatif, oleh karena itu pengelolaan keuangan desa merupakan
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggung jawaban sampai dengan pengawasan pengelolaan tersebut. Akuntabilitas Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa tecantum dalam peraturan menteri dalam negeri nomor 37 tahun 2007
tentang keuangan desa peraturan tersebut dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum dibidang
keuangan desa, sumber keuangan desa, dan anggaran pendapatan belanja desa.
Analisis Akuntabilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) berdasarkan dimensi
Akuntabilitas Proses.
hasil penelitian Akuntabilitas Anggaran Pendapan dan Belanja Desa di Desa Bangun Harjo
Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo dilihat dari dimensi Akuntabilitas Proses pada item prosedur
yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecakupan informasi akuntansi

http://ejournal.stiemj.ac.id/index.php/akuntansi 9
atau bisa di sebut APS1 memperoleh persentase sangat setuju (SS) berjumlah 57,1% dan setuju (S)
berjumlah 34,3% dan, netral (N) berjumlah 8,6%. Disini menunjukkan adanya penerapan prinsip
akuntabilitas di dalam proses akuntabilitas APBDes sehingga di dalam kecakupan informasi akuntansi
dapat dipahami oleh seluruh aparat pemerintah desa, sehingga dapat disimpulkan aparata pemerintah desa
sudah mengerti akan kondisi-kondisi dan tindakan yang harus di pertanggungjawabkan.
Dimensi Akuntabilitas pada indikator Akuntabilitas Proses yang selanjutnya yaitu pada item 2
atau di sebut dengan APS2 yang menenai proses prosedur akuntansinya sudah cukup baik dimana disini
responden menjawab sangat setuju (SS) dengan persentase 60%, setuju (S) 31,4%, dan netral (N) yaitu
dengan persentase 8,6% disini dapat simputlkan bahwasanya responden sangat setuju dalam hal mengenai
proses prosedur akuntansinya sudah cukup baik. Suharso, 2016 (dalam jurnal Leonardo, 2017) desa
seharusnya berkewajiban menyelenggarakan akuntansi untuk mendukung proses akuntabilitas
pengelolaan keuangannya kepada publik, jika dihadapkan pada pilihan standar akuntansi ada saat ini,
standar akuntansi yang cocok untuk akuntansi desa adalah standar akuntansi pemerintahan (SAP).
Dimensi Akuntabilitas pada indikator Akuntabilitas Proses pada item 3 yaitu APS3 yang
mengenai setiap prosedur yang dijalani oleh setiap aparatur desa tersebut sudah dapat dijalani dengan
baik dimana disini responden setuju (S) dengan persentase 51,4%, sangat setuju (SS) 42,9% dan netral
(N) 5,7%. Dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa aparat pemerintah desa telah melakukan
perbuatan sehubungan dengan akuntabilitas dengan baik dan mengikuti peraturan yang berlaku, jika
aparat pemerintah desa sudah mengetahui perbuatan sehubungan dengan akuntabilitas berarti dia sudah
mengetahui dan memahami proses-proses maupun peraturan yang harus dilakukan, sehingga akuntabilitas
anggaran pendapatan dan belanja desa dalam aspek akuntabilitas prosesnya dapat dikatakan dengan baik
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Analisis Akuntabilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) berdasarkan dimensi
Akuntabilitas Program.
hasil penelitian Akuntabilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di Desa Bangun Harjo
Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo dilihat dari dimensi Akuntabilitas Program pada item anggaran
desa ditujukan untuk meingkatkan kualitas pelayanan masyarakat dimana disini responden memilih
setuju (S) dengan persentase 51,4%, dan responden yang memilih sangat setuju (SS) sebanyak 42,9%,
dan untuk responden yang memilih netral (N) sebanyak 5,7% dan tidak ada responden yang memilih
tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Lalu mengenai anggaran desa yang sudah ditetapkan sudah
merupakan nilai yang memenuhi kebutuhan pembangunan desa disini responden memilih sangat setuju
(SS) dengan persentase 57,1%, untuk yang memilih setuju (S) sebanyak 34,3%, dan untuk yang memilih
netral (N) sebanyak 8,6%, dan tidak ada responden yang menjawab tidak setuju maupun sangat tidak
setuju. Dan selanjutnya mengenai di setiap pengeluaran anggaran untuk suatu kegiatan sudah ditetapkan
secara proporsional dimana disini responden memilih setuju (S) sebanyak 51,4%, untuk yang memilih
sangat setuju (SS) 42,9% dan untuk yang memilih netral (N) sebanyak 5,7%, tidak ada responden yang
memilih tidak setuju maupun sangat tidak setuju.
Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kepala desa dan aparat pemerintahan desa
telah melaksankan kegiatan yang berhubungan dengan akuntabilitas dengan baik dan telah mengikuti
peraturan yang berlaku, jika kepala desa dan aparat pemerintah desa sudah mengetahui dan memahami
kondisi-kondisi maupun aturan dalam melaksanakan suatu kebijakan yang berhubungan dengan program
baik dalam pembangunan pemberdayaan masyarakat sehingga akuntabilitas Anggaran Pendapatandan
Belanja Desa dalam aspek Akuntabilitas Progam sudah telaksana dengan baik dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Analisis Akuntabilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) berdasarkan dimensi
Akuntabilitas Kebijakan.
Hasil penelitian Akuntabilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di Desa Bangun Harjo
Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo dilihat dari dimensi Akuntabilitas Kebijakan dimana pada item
pertama AKB1 yaitu mengenai anggaran desa yang di pertanggungjawabkan adalah anggaran desa tahun
berjalan yang telah di selesaikan dimana pada item ini responden banyak menjawab sangat setuju (SS)
sebanyak 57,1%, yang menjawab setuju (S) 34,3%, dan netral (N) 8,6% tidak ada responden yang
menjawab tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Agus dan Fujianto (2014) (dalam Leonardo dkk
2017;147) mengatakan setelah ranperdes tentang APBDes disusun oleh sekretaris desa dan selanjutnya
disampaikan oleh kepala desa kepada BPD untuk di bahas dan disepakati bersama setelah melalui
evaluasi oleh bupati/walikota atau camat maka ranperdes tentang APBDes dilaksanakan pada tanggal 1
januari sampai dengan 31 desember, peraturan mengenai pelaksanaan APBDes diatur dalam pasal 24
hingga 34 permendagri no 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa.

http://ejournal.stiemj.ac.id/index.php/akuntansi
10
Pernyataan pada item ke dua atau bisa disebut juga AKB2 yaitu dalam
mempertanggungjawabkan atas pelaksanaan anggaran desa dilakukan dalam bentuk aturan keuangan
dimana disini responden banyak menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 60%, setuju (S) 31,4%, dan 8,6%
netral (N) tidak ada responden yang menjawab tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Kebijakan pada
dasarnya juga merupakan ketentuan yang harus dilakukan oleh pemerintah desa dan harus diikuti semua
kebijakan tersebut , seperti kebijakan harus membuat laporan keuangan kepada bupati melalui camat
setiap akhir masa periode dan pertanggungjawaban pemerintah desa dalam forum rapat.
Pernyataan pada item ketiga atau juga bisa disebut dengan AKB3 yaitu penyampaian
pertanggungjawaban anggaran diagendakan dalam suatu rapat dimana disini responden banyak memilih
setuju (S) sebanyak 48,6%, sanggat setuju sebanyak (SS) 45,7%, dan netral sebanyak 5,7%, tidak ada
responden yang menjawab tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Pengambilan kebijakan Desa Bangun
Harjo dilakukan melalui musyawarah desa dimana pada musyawarah desa ini juga dilakukan
penyampaian pertanggungjawaban anggaran sebagaimana tertuang dalam undang-undang keterbukaan
informasi publik nomor 14 tahun 2008 pasal 9 yang menyatakan bahwa informasi mengenai kegiatan dan
kinerja badan publik serta informasi mengenai anggaran desa adalah informasi yang wajib disediakan dan
diumumkan secara berkala.

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang Analisis Akuntabilitas Anggaran Pendapatan dan
Belanja desa di Desa Bangun Harjo Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Dimana sesuai dengan tujuan penelitian bahwa diketahui akuntabilitas Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes) di Desa Bangun Harjo Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo memiliki
jawaban responden Akuntabilitas Kejujuran dan Hukum memperoleh persentase sangat setuju (SS) yaitu
42,86%, sedangkan untuk yang setuju (S) yaitu 48,57%, dan untuk netral (N) yaitu 8,57%. Untuk
Akuntabilitas Proses memperoleh jumlah sangat setuju (SS) yaitu 53,33%, lalu untuk yang setuju (S)
yaitu 39,05% dan untuk netral (N) memperoleh persentase 7,62%. Untuk Akuntabilitas Program
memperoleh jumlah sangat setuju (SS) yaitu 47,62%, sedangkan untuk yang setuju (S) meperoleh jumlah
45,71%, dan untuk netral (N) memperoleh jumlah persentase 6,67%. Untuk dimensi Akuntabilitas
Kebijakan meperoleh jumlah sangat setuju (SS) 54,29%, sedangkan setuju (S) memperoleh jumlah
38,09% dan netral (N) memperoleh jumlah 7,62%.
2. Dari keempat dimensi tersebut menunjukkan bahwa Akuntabilitas Kejujuran dan Hukum,
Akuntabilitas Proses, Akuntabilitas Program, dan Akuntabilitas Kebijakan yang terdapat di Desa Bangun
Harjo Kecamatan Pelepat Ilir Kabupateb bungo dapat dikatakan mampu memahami dan juga mampu
melaksanakan peraturan yang berlaku dengan jumlah persentase sangat setuju (SS) dan setuju (S)
91,43%-93,33%.
3. Dilihat dari segi hasil dan pembahasan pada setiap dimensi telah diperoleh dari keempat dimensi
bahwasannya Akuntabilitas Kejujuran dan Hukum, Akuntabilitas Proses, Akuntabilitas Program dan
Akuntabilitas Kebijakan di Desa Bangun Harjo Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo dapat dikatakan
terlaksana dengan baik.
Saran
1. Secara keseluruhan keempaat dimensi akuntabilitas pada Desa Bangun Harjo Kecamatan Pelepat Ilir
Kabupaten Bungo sudah dapat terlaksana dengan baik tapi belum maksimal sehingga diharapkan kepada
aparat pemerintah desa agar lebih meningkatkan pemahaman tentang dimensi akuntabilitas tersebut
karena semakin mengerti dan pahamnya aparat pemerintah desa maka dapat terlaksana dengan baik dan
dapat diimplementasikan dengan baik.
2. Bagi aparat pemerintahan desa dapat mengikuti pelatihan-pelatihan akuntabilitas dan pengelolaan
keuangan guna meningkatkan kompetensi dalam rangka menunjang kelancaran tugas yang berkaitan
dengan laporan keuangan.
3. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya dapat mengembangkan setiap item pada kuesioner baik kuantitas
maupun ide pemiliknya.

http://ejournal.stiemj.ac.id/index.php/akuntansi 11
REFERENSI

Aliman Priany Lusiana dan Angi Febriani Yohana.2020. Akuntabilitas pengelolaan dana desa
pada desa bentengriwu kecamatan borong kabupaten manggarai timur.jurnal
akuntansi.8(1).28-37.

Anas Muhamad, dkk.2020. Peran sistem pengendalian internal dalam meningkatkan


akuntabilitas pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa dikabupaten
Kediri.ekonomi dan akuntansi.318-339.

Ghozali,i.2013.Aplikasi Analisis multivariate dengan program IMB SPSS 21 update PLS


regresi.edisi 5.Semarang:Universitas Diponegoro.

Juliana Pipit dan Widhiananingrum Purweni.2017.akuntabilitas anggaran pendapatan dan


belanja desa garon kecamatan kawedanan kabupaten magetan.jurnal akuntansi dan
pendidikan.6(2) .169-183.

Karlinayani Sri dan Ningsih Surasetyo E. 2018. Akuntabilitas pemerintah desa dalam
pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa pada alokasi dana desa di
kabupaten gayo lues.3(2).309-316.

Liando Yosua Leonardo, dkk.2017.Analisis Pengelolaan dan Pertanggung jawaban Anggaran


pendapatan dan Belanja desa didesa Kolongan Kecamatan Kompi Kabupaten
Minahasa. Jurnal EMBA.5(2).1474-1483.

Lusiani Ratna.2020. analisis transparasi akuntabilitas pengelolaan anggaran pendapatan dan


belanja desa (APBDes) didesa pasir emas kecamatan singing periode 2016-
2018.1(2).472-483.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Mardiasmo.2002.Akuntansi Sektor Publik.Yokyakarta:Andi.

Ningsih Wahyu dkk.2020. Analisis akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa studi kasus
pada 4 desa dalam 4 kecamatan dikota sawahlunto provinsi sumatera barat.jurnal
eksplorasi akuntansi.2(4) 3517-3532.

Sugiyono.2017.MetedePenelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D.Bandung:2017.

Winaya ketut I dan yudarta D P I. 2018. Analisis perencanaan dan penyusunan anggaran
pendapatan dan belanja desa tahun 2017. 6(1).1-13.

Zitri Ilham.2020.akuntabilitas pemerintahan desa bente dalam pengelolaan anggaran dan


belanja desa (APBDes).journal of government and political studies.3(2).70-87.

http://ejournal.stiemj.ac.id/index.php/akuntansi
12

Anda mungkin juga menyukai