Anda di halaman 1dari 57

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT

NOMOR 12 TAHUN 2014

TENTANG
TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR SUMATERA BARAT,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam


Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan bantuan sosial yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun
2012, telah ditetapkan Peraturan Gubernur
Sumatera Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang
Tata Cara Pemberian Hibah dan bantuan sosial;
b. bahwa dalam rangka penyempurnaan tata cara
pemberian hibah dan bantuan sosial, maka
Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 25
Tahun 2013 sebagaimana dimaksud dalam huruf
a perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Gubernur tentang Tata
Cara Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang


Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19
Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan
Riau sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1946);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
2

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia


Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012
tentang Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5272);
8. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
10.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun
2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 39 Tahun 2012;
11.Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor
10 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
3

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG TATA CARA


PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Pengertian

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Provinsi Sumatera Barat.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
3. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Barat.
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait yang selanjutnya disingkat
SKPD terkait adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi
Sumatera Barat yang mempunyai tugas melakukan evaluasi
terhadap usulan/proposal hibah dan bantuan sosial.
5. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai
dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya
disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi Sumatera Barat.
7. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat
PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak
sebagai bendahara umum daerah.
8. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya
disingkat SKPKD adalah perangkat daerah pada Pemerintah
Daerah yang melaksanakan pengelolaan APBD.
9. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD
adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah
Provinsi Sumatera Barat selaku pengguna anggaran/barang.
10. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD
adalah Tim Anggaran Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat.
11. Rencana Kerja dan Anggaran PPKD yang selanjutnya disingkat
RKA-PPKD adalah rencana kerja dan anggaran Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah.
12. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat
RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang
berisi program, kegiatan dan anggaran SKPD.
13. Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD yang selanjutnya disingkat
DPA-PPKD adalah dokumen pelaksanaan anggaran Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah.
14. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat
DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan dan belanja
4

setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh


pengguna anggaran.
15. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP
dalam mekanisme hibah dan bantuan sosial adalah dokumen yang
diterbitkan oleh pajabat yang berfungsi selaku Bendahara Umum
Daerah pada PPKD untuk mengajukan permintaan pembayaran.
16. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah
dokumen yang digunakan/ diterbitkan oleh pajabat yang berfungsi
selaku Bendahara Umum Daerah atas beban pengeluaran DPA-
PPKD.
17. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D
adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana
yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM.
18. Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari Pemerintah
Daerah kepada pemerintah atau Pemerintah Daerah lainnya,
perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan,
yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak
wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang
bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan Pemerintah
Daerah.
19. Bantuan Sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang
dari Pemerintah Daerah kepada individu, keluarga, kelompok
dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus
dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan
terjadinya resiko sosial.
20. Resiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat
menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung
oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai
dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam
dan bencana alam yang jika tidak diberikan belanja Bantuan Sosial
akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.
21. Naskah Perjanjian Hibah Daerah selanjutnya disingkat NPHD
adalah naskah perjanjian Hibah yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah antara Pemerintah Daerah dengan
penerima Hibah.
22. Organisasi kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh
anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia secara
sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan serta
dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila termasuk organisasi non pemerintahan yang
bersifat nasional dibentuk berdasarkan ketentuan perundang-
undangan.
23. Lembaga Swadaya Masyarakat adalah organisasi/lembaga yang
dibentuk oleh Warga Negara Republik Indonesia secara sukarela
atas kehendak sendiri dan berminat serta bergerak dibidang
kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi/lembaga sebagai
wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat yang menitikberatkan
pengabdian secara swadaya.
24. Masyarakat adalah warga masyarakat yang terdaftar sebagai
penduduk daerah Sumatera Barat yang dapat dibuktikan sesuai
dengan perundang-undangan.
5

25. Yayasan adalah badan hukum yang berdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu
dalam bidang sosial, pedidikan, keagamaan dan kemanusiaan yang
tidak memiliki anggota.
26. Laporan Penggunaan hibah dan bantuan sosial adalah
pertanggungjawaban dana Hibah dan bantuan sosial oleh penerima
sesuai dengan rencana peruntukan yang tercantum dalam
usulan/proposal pengajuan Hibah dan bantuan sosial.

Bagian Kedua

Asas dan Ruang Lingkup

Pasal 2

Pemberian hibah dan bantuan sosial dilakukan dengan memperhatikan


asas :
a. keadilan;
b. kepatutan;
c. rasionalitas;
d. transparan
e. akuntabilitas; dan
f. manfaat untuk masyarakat.

Pasal 3

Pengaturan pemberian hibah dan bantuan sosial meliputi


penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi pemberian hibah
dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD.

BAB II

PENERIMAAN DAN PENDISTRIBUSIAN PROPOSAL

Pasal 4

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah lainnya, Perusahaan Daerah,


masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dapat menyampaikan
usulan/proposal hibah secara tertulis kepada Gubernur sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan.
(2) Individu/keluarga/kelompok masyarakat/lembaga non pemerintah
menyampaikan usulan/proposal bantuan sosial secara tertulis
kepada Gubernur sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
(3) Jadwal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.
(4) Usulan/proposal untuk APBD perubahan disampaikan paling
lambat tanggal 31 Mei.

Pasal 5

(1) Gubernur menunjuk tim yang bertugas untuk menerima ,


meregistrasi dan mendistribusikan usulan/proposal sebagaimana
6

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) kepada SKPD terkait
pemberi rekomendasi.
(2) Tim sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) bertugas sebagai
berikut :
a. menerima seluruh usulan/proposal dari badan/ lembaga/
organisasi, kelompok anggota masyarakat, organisasi sosial
kemasyarakatan, anggota masyarakat;
b. meregistrasi usulan/proposal dari badan/lembaga/organisasi,
kelompok anggota masyarakat, organisasi sosial
kemasyarakatan, anggota masyarakat;
c. mengelompokkan setiap usulan/proposal sesuai dengan SKPD
terkait yang akan memberikan rekomendasi pemberian hibah
dan bantuan sosial;
d. mendistribusikan usulan/proposal ke SKPD terkait.
(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Keputusan Gubernur.

Pasal 6

(1) Gubernur menunjuk SKPD terkait sebagai evaluator untuk


melakukan evaluasi terhadap usulan/proposal hibah dan bantuan
sosial.
(2) Penunjukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Gubernur.

Pasal 7

Kepala SKPD terkait dapat membentuk tim untuk melakukan evaluasi


terhadap usulan/proposal hibah dan bantuan sosial sesuai dengan
tugas dan fungsi SKPD.

BAB III

HIBAH

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 8

(1) Pemerintah daerah dapat memberikan hibah kepada:


a. pemerintah;
b. pemerintah daerah lainnya;
c. perusahaan daerah;
d. masyarakat; dan/atau
e. organisasi kemasyarakatan.
(2) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib
pemerintah daerah.
(3) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan kemampuan keuangan daerah.
7

(4) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan


untuk menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan
pemerintah daerah.
(5) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat
stimulan.

Pasal 9

(1) Hibah kepada Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8


ayat (1) huruf a diberikan kepada satuan kerja dari
Kementerian/Lembaga Pemerintah non Kementerian yang wilayah
kerjanya berada di daerah.
(2) Hibah kepada pemerintah daerah lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b diberikan kepada daerah otonom
baru hasil pemekaran daerah sebagaimana diamanatkan peraturan
perundang-undangan.
(3) Hibah kepada perusahaan daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) huruf c diberikan kepada Badan Usaha Milik Daerah
dalam rangka penerusan hibah yang diterima pemerintah daerah
dari pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Hibah kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) huruf d diberikan kepada kelompok orang yang memiliki
kegiatan tertentu dalam bidang perekonomian, pendidikan,
kesehatan, keagamaan, kesenian, adat istiadat, dan keolahragaan
non-profesional.
(5) Hibah kepada organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf e diberikan kepada organisasi
kemasyarakatan yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 10

Pemberian hibah dapat berupa uang, barang dan/atau jasa.

Bagian Kedua

Kriteria dan Persyaratan Pemberian Hibah

Pasal 11

(1) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)


harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;
b. tidak wajib, tidak mengikat dan tidak terus menerus setiap tahun
anggaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan;dan
c. memenuhi persyaratan penerima hibah;
(2) Kriteria memenuhi persyaratan penerima hibah sebagaimana ayat
(1) huruf c kepada masyarakat meliputi :
a. memiliki kepengurusan yang jelas; dan
b. berkedudukan dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat;
(3) Kriteria memenuhi persyaratan penerima hibah sebagaimana ayat
(1) huruf c kepada organisasi kemasyarakatan meliputi :
8

a. telah terdaftar pada pemerintah daerah setempat sekurang-


kurangnya 3 (tiga) tahun, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan;
b. berkedudukan dalam wilayah Pemerintah Provinsi Sumatera
Barat; dan
c. memiliki sekretariat tetap.

Pasal 12

(1) Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf d


dapat diberikan hibah dengan mengajukan usulan/ proposal yang
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. surat permohonan kepada Gubernur;
b. Rencana Anggaran Biaya (RAB);
c. rekomendasi dari pemerintah daerah Kabupaten/Kota melalui
SKPD terkait ;
d. fotocopy Kartu Tanda Penduduk ( KTP ) yang masih berlaku dari
pengurus;
e. keputusan pembentukan kepanitiaan yang disahkan oleh
pejabat setempat, khusus bagi panitia penyelenggara
kegiatan;dan
f. nomor telepon yang bisa dihubungi.
(2) Organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) huruf e dapat diberikan hibah dengan mengajukan usulan/
proposal yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. surat permohonan kepada Gubernur;
b. Rencana Anggaran Biaya (RAB);
c. struktur dan kepengurusan organisasi/lembaga yang jelas;
d. memiliki izin operasional dari Dinas/Instansi terkait di
Kabupaten/Kota;
e. fotocopy Kartu Tanda Penduduk ( KTP ) yang masih berlaku dari
Ketua Organisasi/Lembaga/Yayasan;
f. surat keterangan keberadaan organisasi/lembaga dari pejabat
setempat; dan
g. nomor telepon yang bisa dihubungi.
(3) Format surat permohonan kepada Gubernur sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf a tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Gubernur ini.

Bagian Ketiga

Penganggaran Hibah

Pasal 13

Hibah dianggarkan dalam APBD dan dapat dianggarkan pada APBD


perubahan.

Pasal 14

(1) Evaluasi yang dilakukan oleh Kepala SKPD terkait sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7 meliputi :
a. evaluasi administrasi ;
b. evaluasi faktual;
9

(2) Evaluasi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


yaitu meneliti dokumen - dokumen sebagaimana tercantum dalam
Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2).
(3) Evaluasi faktual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu
melihat kelayakan usulan dan kesesuaian antara administrasi
dengan fakta di lapangan.
(4) Evaluasi faktual terhadap usulan bantuan yang nilainya tidak lebih
dari Rp 5.000.000,- ( lima juta rupiah ) dapat tidak dilakukan
apabila anggaran untuk melakukan evaluasi faktual tidak tersedia
dan evaluator memiliki cara lain untuk mendapatkan informasi yang
setara dengan informasi yang didapatkan melalui evaluasi faktual.
(5) SKPD yang melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yaitu SKPD yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
pengkoordinasian, pembinaan dan pengawasan terhadap calon
penerima hibah .
(6) SKPD yang melakukan evaluasi dapat berkoordinasi dengan SKPD
lain apabila usulan/proposal yang diajukan oleh calon penerima
hibah secara substansi terkait dengan SKPD tersebut.

Pasal 15

(1) Besaran hibah dalam bentuk uang yang diberikan kepada


masyarakat sebagaimana yang dimaksud dengan Pasal 9 ayat (4)
dan ayat (5) tercantum dalam Lampiran X s.d XXII merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.
(2) Besaran hibah terhadap kategori selain yang tercantum dalam
lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan melalui
evaluasi oleh SKPD.

Pasal 16

(1) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)


disampaikan dalam bentuk rekomendasi dan usulan besaran hibah
kepada Gubernur melalui tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
untuk mendapatkan pertimbangan TAPD.
(2) TAPD memberikan pertimbangan atas rekomendasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan prioritas dan kemampuan
keuangan daerah.

Pasal 17

(1) Rekomendasi kepala SKPD terkait dan pertimbangan TAPD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 menjadi dasar pencantuman
alokasi anggaran hibah dalam rancangan KUA dan PPAS.
(2) Setelah KUA dan PPAS ditetapkan tidak ada lagi penambahan
jumlah calon penerima dan alokasi anggaran untuk hibah.
(3) Pencantuman alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), meliputi anggaran hibah berupa uang, barang dan/atau jasa.

Pasal 18

(1) Hibah berupa uang dicantumkan dalam RKA-PPKD.


10

(2) Hibah berupa barang dan/atau jasa dicantumkan dalam RKA-


SKPD.
(3) RKA-PPKD dan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) menjadi dasar penganggaran hibah dalam Rancangan
Peraturan Daerah tentang APBD sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 19

(1) Hibah berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)
dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja
hibah, obyek belanja hibah, dan rincian obyek belanja hibah pada
RKA-PPKD.
(2) Obyek belanja hibah dan rincian obyek belanja hibah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. pemerintah;
b. pemerintah daerah lainnya;
c. perusahaan daerah;
d. masyarakat; dan
e. organisasi kemasyarakatan.
(3) Hibah berupa barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (2) dianggarkan dalam kelompok belanja langsung
yang diformulasikan ke dalam program dan kegiatan, yang
diuraikan ke dalam jenis belanja barang dan jasa, obyek belanja
hibah barang dan/atau jasa serta rincian obyek belanja hibah
barang dan/atau jasa yang diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat pada RKA-SKPD.

Pasal 20

Daftar nama penerima, alamat penerima dan besaran hibah


dicantumkan dalam lampiran III Peraturan Gubernur tentang
Penjabaran APBD.

Bagian Keempat

Pelaksanaan dan Penatausahaan Hibah

Pasal 21

(1) Pelaksanaan anggaran hibah berupa uang berdasarkan atas DPA-


PPKD.
(2) Pelaksanaan anggaran hibah berupa barang dan/atau jasa
berdasarkan atas DPA-SKPD.

Pasal 22

(1) Setiap pemberian hibah dituangkan dalam NPHD yang


ditandatangani bersama oleh Gubernur dan penerima hibah.
(2) NPHD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat ketentuan
sebagai berikut:
a. pemberi dan penerima hibah;
b. tujuan pemberian hibah;
c. besaran/rincian penggunaan hibah yang akan diterima;
11

d. hak dan kewajiban;


e. tata cara penyaluran/penyerahan hibah;
f. tata cara pelaporan hibah; dan
(3) Gubernur dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk
menandatangani NPHD.
(4) Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani NPHD
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yaitu kepala SKPD pemberi
rekomendasi.
(5) Format NPHD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Gubernur ini.

Pasal 23

(1) Daftar penerima hibah beserta besaran uang atau jenis barang
dan/atau jasa yang akan dihibahkan ditetapkan dengan Keputusan
Gubernur berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD dan
peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD.
(2) Daftar penerima hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
dasar penyaluran/penyerahan hibah.

Pasal 24

Pengadaan barang dan/atau jasa dalam rangka hibah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) berpedoman pada peraturan
perundang-undangan.

Bagian Kelima

Pencairan Dana Hibah

Pasal 25

(1) Penyaluran/penyerahan hibah dari pemerintah daerah kepada


penerima hibah dilakukan setelah penandatanganan NPHD.
(2) Pencairan hibah dalam bentuk uang dilakukan dengan mekanisme
pembayaran langsung (LS) yang penggunaannya sesuai dengan
NPHD.
(3) Pencairan hibah dalam bentuk barang atau jasa pengadaannya
dilakukan pada kegiatan SKPD.

Pasal 26

(1) Pencairan dana hibah dalam bentuk uang dilakukan dengan


mengajukan surat permohonan pencairan dana oleh penerima hibah
kepada Gubernur melalui SKPD pemberi rekomendasi.
(2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri
dengan :
a. Rencana Anggaran Belanja (RAB) yang sudah disesuaikan dengan
anggaran yang tercantum dalam Keputusan Gubernur tentang
penetapan penerima dan besaran hibah tahun berkenaan;
b. fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Ketua /Organisasi /
Lembaga/ Yayasan/ Panitia;
12

c. fotocopy nomor rekening Bank Nagari atas nama


Organisasi/Lembaga/Yayasan/ Panitia penerima hibah dan tidak
atas nama rekening pribadi;
d. NPHD penerima hibah;
e. pakta integritas dari penerima hibah;
f. surat pernyataan tanggungjawab;
g. surat pernyataan belum pernah menerima hibah pada tahun
sebelumnya; dan
h. struktur kepengurusan terbaru, apabila terjadi pergantian
kepengurusan organisasi.
(3) Khusus untuk rumah ibadah, persyaratan pencairan dana
ditambahkan surat keterangan keberadaan rumah ibadah dari
pemerintah daerah setempat atau Camat atau KUA atau Wali Nagari
atau Lurah atau Kepala Desa.
(4) SKPD pemberi rekomendasi setelah mengevaluasi kelengkapan
administrasi yang dipersyaratkan, selanjutnya meneruskan ke
DPKD melalui Bidang Kuasa BUD.
(5) Mekanisme pencairan dana hibah dalam bentuk barang diproses
oleh SKPD terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(6) Format pakta integritas, surat pernyataan tanggungjawab dan surat
pernyataan belum pernah menerima hibah pada tahun sebelumnya,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e, huruf f, dan huruf g
tercantum dalam Lampiran IV, V dan VI yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Pasal 27

(1) Mekanisme pencairan hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26


ayat (1) dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
a. Bendahara pengeluaran PPKD membuat SPP setelah melengkapi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2); dan
b. PPK-PPKD menerbitkan SPM sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan berlaku.
(2) Berdasarkan SPP, SPM dan kelengkapannya, Kuasa BUD
menerbitkan SP2D dan setelah diotorisasi diteruskan ke Bank
Nagari.
(3) Bank Nagari selaku penyimpan uang milik pemerintah daerah
melakukan transfer dana kepada rekening penerima hibah sesuai
dengan besaran dana yang tercantum dalam SP2D.

Pasal 28

(1) Pencairan hibah dilakukan berdasarkan alokasi aliran kas yang


sudah ditetapkan dalam DPA-PPKD.
(2) Pencairan hibah yang dilakukan secara triwulan, maka pencairan
triwulan berikutnya harus melampirkan laporan penggunaan dana
triwulan sebelumnya.
(3) Hibah dalam bentuk uang yang sudah ditransfer secara keseluruhan
ke rekening penerima hibah, baru bisa di cairkan 70 % dari jumlah
hibah, sedangkan sisa 30% baru dapat dicairkan setelah penerima
hibah menyerahkan laporan penggunaan dana hibah ke DPKD
melalui bidang kuasa BUD.
13

Bagian Keenam

Pertanggungjawaban dan Pelaporan Hibah

Pasal 29

Pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pemberian hibah meliputi:


a. usulan/proposal dari calon penerima hibah kepada Gubernur;
b. Keputusan Gubernur tentang Penetapan Daftar Penerima Hibah;
c. NPHD;
d. pakta integritas dari penerima hibah yang menyatakan bahwa hibah
yang diterima akan digunakan sesuai dengan NPHD; dan
e. bukti transfer uang atas pemberian hibah berupa uang atau bukti
serah terima barang/jasa atas pemberian hibah berupa barang/jasa.

Pasal 30

(1) Penerima hibah bertanggungjawab secara formal dan material atas


penggunaan hibah yang diterimanya.
(2) Pertanggungjawaban penerima hibah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. laporan penggunaan hibah;
b. pakta integritas dan surat pernyataan tanggungjawab yang
menyatakan bahwa hibah yang diterima telah digunakan sesuai
NPHD; dan
c. bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai peraturan
perundang-undangan bagi penerima hibah berupa uang atau
salinan bukti serah terima barang/jasa bagi penerima hibah
berupa barang/jasa.
(3) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dan huruf b disampaikan kepada Gubernur melalui SKPD pemberi
rekomendasi paling lambat 3 bulan setelah dana bantuan dicairkan.
(4) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
disimpan dan dipergunakan oleh penerima hibah selaku obyek
pemeriksaan.
(5) Format laporan penggunaan dana hibah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Pasal 31

Hibah dalam bentuk barang dipertanggungjawabkan oleh penerima


hibah berdasarkan berita acara serah terima barang dan penggunaan
atau pemanfaatannya harus sesuai dengan NPHD, usulan/proposal
hibah atau dokumen lain yang dipersamakan.

Pasal 32

(1) Penerima hibah berupa uang menyampaikan laporan penggunaan


hibah kepada Gubernur melalui PPKD dengan tembusan kepada
SKPD terkait.
(2) Penerima hibah berupa barang dan/atau jasa menyampaikan
laporan penggunaan hibah kepada Gubernur melalui SKPD terkait.
14

Pasal 33

(1) Apabila penerima hibah belum menyampaikan laporan penggunaan


dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1), SKPD pemberi
rekomendasi wajib memperingatkan penerima hibah dengan
menyampaikan peringatan tertulis maksimal 3 (tiga) kali.
(2) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
ditindaklanjuti oleh penerima hibah, maka menjadi tanggungjawab
penuh penerima hibah.
Pasal 34

(1) Hibah berupa uang dicatat sebagai realisasi jenis belanja hibah pada
PPKD dalam tahun anggaran berkenaan.
(2) Hibah berupa barang dan/atau jasa dicatat sebagai realisasi obyek
belanja hibah pada jenis belanja barang dan jasa dalam program
dan kegiatan pada SKPD terkait.

Pasal 35

(1) Realisasi hibah dalam bentuk uang dicantumkan pada laporan


keuangan pemerintah daerah dalam tahun anggaran berkenaan.
(2) Hibah berupa barang yang belum diserahkan kepada penerima
hibah sampai dengan akhir tahun anggaran berkenaan dilaporkan
sebagai persediaan dalam neraca.
(3) Realisasi hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan
sebesar SP2D yang telah ditransfer ke rekening penerima hibah.

Pasal 36

Realisasi hibah berupa barang dikonversikan sesuai Standar Akuntansi


Pemerintahan pada laporan realisasi anggaran dan diungkapkan pada
Catatan Atas Laporan Keuangan dalam penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah.

BAB IV

BANTUAN SOSIAL

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 37

(1) Pemerintah daerah dapat memberikan bantuan sosial kepada :


a. anggota masyarakat; dan
b. kelompok masyarakat
(2) Pemberian bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan
wajib dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas
dan manfaat untuk masyarakat.
(3) Pemberian bantuan sosial bertujuan untuk memberikan
perlindungan terhadap kemungkinan terjadinya resiko sosial.
15

(4) Pemberian bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah.
(5) Pemberian bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bersifat stimulan.

Pasal 38

Anggota/kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37


ayat (1) meliputi:
a. individu, keluarga, dan/atau masyarakat yang mengalami keadaan
yang tidak stabil sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik,
bencana, atau fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan
hidup minimum.
b. lembaga non pemerintahan bidang pendidikan, keagamaan, dan
bidang lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok,
dan/atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.

Pasal 39

(1) Resiko sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (3) dapat
diindentifikasikan sebagai berikut :
a. resiko yang terkait dengan siklus hidup, antara lain kelaparan,
penyakit, cacat,usia tua dan kematian;
b. resiko yang terkait dengan kondisi ekonomi, antara lain
hilangnya sumber penghasilan, pengangguran, pendapatan
rendah, kenaikan harga kebutuhan pokok dan krisis ekonomi;
c. resiko yang terkait dengan lingkungan, antara lain kekeringan,
banjir, gempa bumi, tanah longsor, kebakaran, letusan gunung
berapi dan tsunami ;
d. resiko yang terkait dengan kondisi sosial/pemerintahan, antara
lain kehilangan status sosial, kekerasan domestik,
ketidakstabilan politik dan korupsi.
(2) Resiko sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terjadi
secara sendiri atau bersamaan.

Pasal 40

(1) Bantuan sosial dapat berupa uang dan/atau barang yang diterima
langsung oleh penerima bantuan sosial.
(2) Bantuan sosial berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah uang yang diberikan secara langsung kepada penerima
bantuan sosial yang telah memenuhi kriteria, antara lain beasiswa
bagi anak miskin, yayasan pengelola yatim piatu, nelayan miskin,
masyarakat lanjut usia, terlantar, cacat berat dan tunjangan
kesehatan putera puteri pahlawan yang tidak mampu.
(3) Bantuan sosial berupa barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah barang yang diberikan secara langsung baik berupa barang
habis pakai maupun berbentuk aset tetap kepada penerima bantuan
sosial yang telah memenuhi kriteria antara lain bantuan kendaraan
operasional untuk sekolah luar biasa swasta dan masyarakat tidak
mampu, bantuan perahu untuk nelayan miskin, bantuan
makanan/pakaian kepada yatim piatu/tuna sosial, ternak bagi
kelompok masyarakat kurang mampu.
16

Pasal 41

(1) Bantuan sosial berupa uang kepada individu dan/atau keluarga


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a terdiri dari bantuan
sosial kepada individu dan/atau keluarga yang direncanakan dan
yang tidak dapat direncanakan sebelumnya.
(2) Bantuan sosial yang direncanakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dialokasikan kepada individu dan/atau keluarga yang sudah
jelas nama alamat penerima dan besarannya pada saat penyusunan
APBD.
(3) Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan untuk kebutuhan
akibat resiko sosial yang tidak dapat diperkirakan pada saat
penyusunan APBD yang apabila ditunda penanganannya akan
menimbulkan resiko sosial yang lebih besar bagi individu dan/atau
keluarga yang bersangkutan.
(4) Pagu alokasi anggaran yang tidak dapat direncanakan sebelumnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak melebihi pagu alokasi
anggaran yang direncanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Bagian Kedua

Kriteria dan Persyaratan Pemberian Bantuan Sosial

Pasal 42

(1) Pemberian bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41


ayat (1) memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. selektif;
b. memenuhi persyaratan penerima bantuan;
c. bersifat sementara dan tidak terus menerus, kecuali dalam
keadaan tertentu dapat berkelanjutan; dan
d. sesuai tujuan penggunaan.
(2) Kriteria selektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dimaksudkan bahwa bantuan sosial hanya diberikan kepada calon
penerima yang ditujukan untuk melindungi dari kemungkinan
resiko sosial.
(3) Kriteria memenuhi persyaratan penerima bantuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. memiliki identitas yang jelas; dan
b. berdomisili dalam wilayah daerah.
(4) Kriteria bersifat sementara dan tidak terus menerus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c diartikan bahwa pemberian bantuan
sosial tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran.
(5) Keadaan tertentu dapat berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c diartikan bahwa bantuan sosial dapat diberikan
setiap tahun anggaran sampai penerima bantuan telah lepas dari
resiko sosial.
(6) Kriteria sesuai tujuan penggunaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d diartikan bantuan sosial dapat diberikan sesuai
dengan tujuan yang meliputi:
a. rehabilitasi sosial;
b. perlindungan sosial;
c. pemberdayaan sosial;
17

d. jaminan sosial;
e. penanggulangan kemiskinan; dan
f. penanggulangan bencana.

Pasal 43

(1) Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (6)


huruf a ditujukan untuk memulihkan dan mengembangkan
kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
(2) Perlindungan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (6)
huruf b ditujukan untuk mencegah dan menangani resiko dari
guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok
masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai
dengan kebutuhan dasar minimal.
(3) Pemberdayaan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (6)
huruf c ditujukan untuk menjadikan seseorang atau kelompok
masyarakat yang mengalami masalah sosial mempunyai daya,
sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
(4) Jaminan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (6)
huruf d merupakan skema yang melembaga untuk menjamin
penerima bantuan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
yang layak.
(5) Penanggulangan kemiskinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
ayat (6) huruf e merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang
dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok masyarakat yang
tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan
tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.
(6) Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
ayat (6) huruf f merupakan serangkaian upaya yang ditujukan
untuk rehabilitasi, penguatan kapasitas kelembagaan dan
masyarakat serta mitigasi bencana untuk pengurangan risiko
bencana.

Pasal 44

(1) Individu dan/atau keluarga dapat diberikan bantuan sosial yang


direncanakan dengan mengajukan usulan/ proposal yang meliputi
hal- hal sebagai berikut :
a. surat permohonan kepada Gubernur;
b. Rencana Anggaran Biaya ( RAB );
c. surat keterangan tidak mampu yang ditandatangani oleh pejabat
yang berwenang;
d. fotocopy KTP/SIM/Kartu Pelajar/Kartu Mahasiswa yang masih
berlaku;
e. fotocopy Kartu Keluarga (KK) yang telah disahkan;dan
f. nomor telepon yang bisa dihubungi.
(2) Kelompok masyarakat dan lembaga non pemerintah dapat diberikan
bantuan sosial yang direncanakan dengan mengajukan
usulan/proposal, yang meliputi hal - hal sebagai berikut :
a. surat permohonan kepada Gubernur;
b. Rencana Anggaran Biaya (RAB);
c. struktur dan kepengurusan organisasi/lembaga yang jelas.
d. fotocopy KTP ketua organisasi yang masih berlaku;
18

e. surat keterangan keberadaan organisasi/lembaga dari pejabat


setempat;
f. surat izin operasional lembaga dari pejabat yang berwenang; dan
g. nomor telepon yang bisa dihubungi.

Pasal 45

Pemberian bantuan sosial kepada siswa/mahasiswa yang tidak mampu


namun berprestasi dalam melaksanakan pendidikan harus
melampirkan surat keterangan aktif dari sekolah untuk siswa dan/atau
pimpinan perguruan tinggi untuk mahasiswa.

Bagian Ketiga

Penganggaran Bantuan Sosial

Pasal 46

Bantuan sosial dianggarkan dalam APBD dan dapat dianggarkan pada


APBD perubahan.

Pasal 47

(1) Evaluasi yang dilakukan oleh Kepala SKPD terkait sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7 meliputi :
a. evaluasi administrasi ; dan
b. evaluasi faktual ;
(2) Evaluasi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
yaitu meneliti dokumen - dokumen sebagaimana tercantum dalam
pasal 44 ayat (1) dan ayat (2) .
(3) Evaluasi faktual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu
melihat kelayakan usulan dan kesesuaian antara administrasi
dengan fakta di lapangan.
(4) Evaluasi faktual terhadap usulan bantuan yang nilainya tidak lebih
dari Rp 5.000.000,- ( lima juta rupiah ) dapat tidak dilakukan
apabila anggaran untuk melakukan evaluasi faktual tidak tersedia
dan evaluator memiliki cara lain untuk mendapatkan informasi yang
setara dengan informasi yang didapatkan melalui evaluasi faktual.
(5) SKPD yang melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yaitu SKPD yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
pengkoordinasian, pembinaan dan pengawasan terhadap calon
penerima bantuan sosial.
(6) SKPD yang melakukan evaluasi dapat berkoordinasi dengan SKPD
lain apabila usulan yang diajukan oleh calon penerima bantuan
sosial secara substansi terkait dengan SKPD tersebut.

Pasal 48

(1) Besaran bantuan sosial sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 41


ayat (1) tercantum dalam Lampiran X s.d XXII yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.
19

(2) Besaran bantuan terhadap objek selain yang ditentukan dalam


lampiran tersebut pada ayat (1), ditentukan melalui evaluasi oleh
SKPD

Pasal 49

(1) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1)


disampaikan dalam bentuk rekomendasi dan usulan besaran
bantuan sosial kepada Gubernur melalui tim sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 untuk mendapatkan pertimbangan TAPD.
(2) TAPD memberikan pertimbangan atas rekomendasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan prioritas dan kemampuan
keuangan daerah.

Pasal 50

(1) Rekomendasi kepala SKPD terkait dan pertimbangan TAPD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 menjadi dasar pencantuman
alokasi anggaran bantuan sosial dalam rancangan KUA dan PPAS.
(2) Setelah KUA dan PPAS ditetapkan tidak ada lagi penambahan
jumlah calon penerima dan alokasi anggaran untuk bantuan sosial.
(3) Pencantuman alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), meliputi anggaran bantuan sosial berupa uang dan/atau
barang.

Pasal 51

(1) Bantuan sosial berupa uang dicantumkan dalam RKA-PPKD.


(2) Bantuan sosial berupa barang dicantumkan dalam RKA-SKPD.
(3) RKA-PPKD dan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) menjadi dasar penganggaran bantuan sosial dalam
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 52

(1) Bantuan sosial berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51


ayat (1) dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis
belanja bantuan sosial, obyek belanja bantuan sosial, dan rincian
obyek belanja bantuan sosial pada RKA-PPKD.
(2) Obyek belanja bantuan sosial dan rincian obyek belanja bantuan
sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. individu dan/atau keluarga;
b. kelompok masyarakat; dan
c. lembaga non pemerintahan.
(3) Bantuan sosial berupa barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
51 ayat (2) dianggarkan dalam kelompok belanja langsung yang
diformulasikan kedalam program dan kegiatan, yang diuraikan
kedalam jenis belanja barang dan jasa, objek belanja bantuan sosial
barang dan rincian obyek belanja bantuan sosial barang yang
diserahkan pihak ketiga/masyarakat pada RKA-SKPD.
20

Pasal 53

(1) Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya


dialokasikan untuk kebutuhan akibat resiko sosial yang tidak dapat
diperkirakan pada saat penyusunan APBD yang apabila ditunda
penanganannya akan menimbulkan resiko sosial yang lebih besar
bagi individu dan/atau keluarga yang bersangkutan.
(2) Besaran bantuan sosial sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran XXIII yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Pasal 54

Daftar nama penerima, alamat penerima dan besaran bantuan sosial


dicantumkan dalam lampiran III Peraturan Gubernur tentang
Penjabaran APBD, tidak termasuk bantuan sosial kepada individu
dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya.

Bagian Keempat

Pelaksanaan dan Penatausahaan Bantuan Sosial

Pasal 55

(1) Pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa uang berdasarkan


atas DPA-PPKD.
(2) Pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa barang berdasarkan
atas DPA-SKPD.

Pasal 56

(1) Gubernur menetapkan daftar penerima dan besaran bantuan sosial


dengan Keputusan Gubernur berdasarkan Peraturan Daerah
tentang APBD dan Peraturan Gubernur tentang Penjabaran APBD.
(2) Penyaluran dan/atau penyerahan bantuan sosial didasarkan pada
daftar penerima bantuan sosial yang tercantum dalam Keputusan
Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali bantuan
sosial kepada individu dan/atau keluarga yang tidak dapat
direncanakan sebelumnya .
(3) Penyaluran/penyerahan bantuan sosial kepada individu dan/atau
keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya didasarkan
pada permintaan tertulis dari individu dan/atau keluarga yang
bersangkutan atau surat keterangan dari pejabat yang berwenang
serta mendapat persetujuan Gubernur setelah dievaluasi oleh SKPD
terkait.

Bagian Kelima

Pencairan Dana Bantuan Sosial

Pasal 57

(1) Pencairan dana bantuan sosial yang dapat direncanakan khususnya


dalam bentuk uang, dilakukan dengan mengajukan surat
21

permohonan pencairan oleh penerima bantuan sosial kepada


Gubernur melalui SKPD pemberi rekomendasi.
(2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilampiri
dengan:
a. Rencana Anggaran Belanja (RAB) yang sudah disesuaikan dengan
anggaran yang tercantum dalam Keputusan Gubernur tentang
penetapan penerima dan besaran bantuan sosial tahun
berkenaan;
b. susunan struktur kepengurusan organisasi terbaru;
c. fotocopy KTP ketua organisasi/lembaga/yayasan;
d. fotocopy nomor rekening Bank Nagari atas nama
Organisasi/Lembaga/Yayasan, bukan atas nama pribadi;
e. pakta integritas dari penerima bantuan;
f. surat pernyataan belum pernah menerima bantuan sosial pada
tahun sebelumnya; dan
g. surat pernyataan tanggungjawab.
(3) SKPD pemberi rekomendasi setelah mengevaluasi kelengkapan
administrasi yang dipersyaratkan, selanjutnya meneruskan ke
DPKD melalui Bidang Kuasa BUD.
(4) Mekanisme pencairan bantuan sosial yang dapat direncanakan
khususnya dalam bentuk barang, diproses oleh SKPD terkait
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Format pakta integritas, surat pernyataan belum pernah menerima
bantuan sosial pada tahun sebelumnya dan surat pernyataan
tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f, huruf
g dan huruf h tercantum dalam Lampiran IV, V dan VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini

Pasal 58

(1) Pencairan bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan


sebelumnya dilakukan dengan mengajukan surat permohonan
pencairan oleh calon penerima bantuan sosial kepada Gubernur
melalui SKPD.
(2) SKPD sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Gubernur.
(3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri
dengan:
a. surat keterangan tidak mampu dari pejabat yang berwenang
(lurah dan/atau wali nagari dan/atau camat);
b. fotocopy KTP yang masih berlaku;
c. surat pernyataan bertanggungjawab;dan
d. foto/dokumentasi.
(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), baru dapat
direalisir setelah mendapat persetujuan dari Gubernur dan/atau
pejabat yang berwenang.

Pasal 59

(1) Mekanisme pencairan bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 57 ayat (1) dan Pasal 58 ayat (1) dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Bendahara Pengeluaran PPKD membuat SPP setelah melengkapi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) dan
Pasal 51 ayat (3);
22

b. PPK-PPKD selanjutnya menerbitkan SPM sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Berdasarkan SPP, SPM dan kelengkapannya, Kuasa BUD
menerbitkan SP2D dan setelah diotorisasi diteruskan ke Bank
Nagari.
(3) Bank Nagari selaku penyimpan uang milik Pemerintah Daerah
melakukan transfer dana kepada rekening penerima bantuan sosial
sesuai dengan besaran dana yang tercantum dalam SP2D.

Pasal 60

(1) Penyaluran/penyerahan bantuan sosial yang direncanakan


didasarkan pada daftar penerima bantuan sosial yang tercantum
dalam Keputusan Gubernur.
(2) Pencairan bantuan sosial berupa uang dilakukan dengan cara
pembayaran langsung (LS).
(3) Dalam hal bantuan sosial berupa uang dengan nilai sampai dengan
Rp.5.000.000,00 (lima juta rupiah) pencairannya dapat dilakukan
melalui mekanisme pembayaran langsung (LS) kepada Bendahara
Pengeluaran Bantuan PPKD, selanjutnya melakukan proses
pemindahbukuan dari rekening Bendahara Pengeluaran Bantuan ke
rekening penerima bantuan.
(4) Penyaluran dana kepada penerima bantuan sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilengkapi dengan kuitansi bukti
penerimaan uang bantuan sosial.
(5) Bantuan dalam bentuk uang yang sudah ditransfer secara
keseluruhan ke rekening penerima bantuan sosial, baru bisa di
cairkan 70 % dari jumlah bantuan, sedangkan sisa 30% baru dapat
dicairkan setelah penerima bantuan menyerahkan laporan
penggunaan dana bantuan sosial ke DPKD melalui bidang kuasa
BUD.

Bagian Ketujuh

Pertanggungjawaban dan Pelaporan Bantuan Sosial

Pasal 61

(1) Pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pemberian bantuan


sosial meliputi:
a. usulan/proposal dari calon penerima bantuan sosial kepada
Gubernur;
b. Keputusan Gubernur tentang penetapan daftar penerima bantuan
sosial;
c. pakta integritas dari penerima bantuan sosial yang menyatakan
bahwa bantuan sosial yang diterima akan digunakan sesuai
dengan usulan/proposal; dan
d. bukti transfer uang atas pemberian bantuan sosial berupa uang
atau bukti serah terima barang atas pemberian bantuan sosial
berupa barang.
(2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dan huruf c dikecualikan terhadap bantuan sosial bagi individu
dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya.
23

(3) Pertanggungjawaban bagi individu dan/atau keluarga yang tidak


dapat direncanakan sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) meliputi :
a. nota persetujuan dari Gubernur dan/atau pejabat yang
berwenang; dan
b. tanda terima uang beserta perincian peruntukan penggunaannya.

Pasal 62

(1) PPKD membuat rekapitulasi penyaluran bantuan sosial kepada


individu dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) paling
lambat tanggal 5 Januari tahun anggaran berikutnya;
(2) Rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat nama
penerima, alamat dan besaran bantuan sosial yang diterima oleh
masing-masing individu dan/atau keluarga.

Pasal 63

(1) Penerima bantuan sosial bertanggungjawab secara formal dan


material atas penggunaan Bantuan Sosial yang diterimanya.
(2) Pertanggungjawaban penerima bantuan sosial meliputi:
a. laporan penggunaan bantuan sosial oleh penerima bantuan sosial;
b. surat pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa
bantuan sosial yang diterima telah digunakan sesuai dengan
usulan;
c. bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi penerima bantuan sosial
berupa uang atau salinan bukti serah terima barang bagi
penerima bantuan sosial berupa barang; dan
d. dokumentasi jika bantuan sosial dalam bentuk fisik.
(3) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dan huruf b disampaikan kepada Gubernur paling lambat 3 bulan
setelah dana bantuan dicairkan.
(4) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
disimpan dan dipergunakan oleh penerima bantuan sosial selaku
obyek pemeriksaan.
(5) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan bukti fisik yang harus disimpan oleh sipenerima
bantuan yang akan pergunakan sebagai obyek pemeriksaan.

Pasal 64

(1) Penerima bantuan sosial berupa uang menyampaikan laporan


penggunaan bantuan sosial kepada Gubernur melalui PPKD dengan
tembusan kepada SKPD terkait.
(2) Penerima Bantuan Sosial berupa barang menyampaikan laporan
penggunaan bantuan sosial kepada Gubernur melalui kepala SKPD
terkait.

Pasal 65

(1) Apabila penerima bantuan sosial belum menyampaikan laporan


penggunaan dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2),
SKPD pemberi rekomendasi wajib memperingatkan penerima
24

bantuan sosial dengan menyampaikan peringatan tertulis maksimal


3 (tiga) kali.
(2) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
ditindaklanjuti oleh penerima bantuan sosial, maka menjadi
tanggungjawab penuh penerima bantuan sosial.

Pasal 66

(1) Bantuan sosial berupa uang dicatat sebagai realisasi jenis belanja
bantuan sosial pada PPKD dalam tahun anggaran berkenaan.
(2) Bantuan sosial berupa barang dicatat sebagai realisasi obyek belanja
bantuan sosial pada jenis belanja barang dan jasa dalam program
dan kegiatan pada SKPD terkait.

Pasal 67

(1) Realisasi bantuan sosial dicantumkan pada laporan keuangan


Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran berkenaan.
(2) Bantuan sosial berupa barang yang belum diserahkan kepada
penerima bantuan sosial sampai dengan akhir tahun anggaran
berkenaan dilaporkan sebagai persediaan dalam neraca.
(3) Realisasi bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dicantumkan sebesar SP2D yang telah ditransfer ke rekening
penerima bantuan sosial.

Pasal 68

Realisasi Bantuan Sosial berupa barang dikonversikan sesuai standar


akuntansi pemerintahan pada laporan realisasi anggaran dan
diungkapkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan dalam penyusunan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

BAB V

MONITORING DAN EVALUASI

Pasal 69

(1) Monitoring dan evaluasi terhadap pemberian hibah dan bantuan


sosial dilakukan oleh SKPD terkait bersama DPKD.
(2) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan kepada
Inspektorat Provinsi Sumatera Barat.

Pasal 70

Apabila dari hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 69 ayat (2) terdapat penggunaan hibah dan bantuan sosial
yang tidak sesuai dengan usulan yang telah disetujui, penerima hibah
dan bantuan sosial yang bersangkutan dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
25

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 71

Untuk tahun 2014 , anggaran pemberian hibah dan bantuan sosial


dialokasikan dalam APBD perubahan.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 72

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka Peraturan


Gubernur Nomor 25 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pemberian Hibah
dan Bantuan Sosial, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 73

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Provinsi Sumatera Barat.

Ditetapkan di Padang
pada tanggal, 19 Februari 2014

19 Februari 2014

12
26

LAMPIRAN I : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Jadwal Penganggaran Hibah dan Bantuan Sosial

No. URAIAN APBD AWAL

1. Penerimaan Proposal oleh tim 1) 01 Januari s.d 31 Maret

2. Pendistribusian oleh tim 1) 15 Januari s.d 15 April

3. Evaluasi oleh SKPD 01 Februari s.d 30 April

4. Rekomendasi oleh SKPD 01 Februari s.d 15 Mei

5. Pertimbangan TAPD 16 Mei s.d 31 Mei


6. Masuk dalam KUA-PPAS Juni

Catatan :
 1) tim penerima dan pendistribusi usulan/proposal
27

LAMPIRAN II : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Contoh surat permohonan Hibah

KOP SURAT

Padang, ...................., ...........


Nomor : Kepada Yth,
Lampiran : 1( satu ) berkas Gubernur Sumatera Barat
Perihal : Permohonan di
Padang

Dengan hormat,
.......................................................................................
.......................................................................................
.................................................................................. .....
.......................................................................................
.......................................................................................
............................................................................. ..........
.......................................................................................
.......................................................................................
.......................................................................................

Pemohon

(..................................)

Mengetahui :
Ketua RT / Dusun

(...........................)

Lurah/Wali Nagari

(..........................)

Camat

(..........................)
28

LAMPIRAN III : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

A. Format : Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) dalam bentuk


uang tunai

NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH ( NPHD)

Pada hari ini ……… tanggal ……bulan……………….tahun ………. yang


bertanda tangan di bawah ini:

I. Nama : ......................................................
NIP : .....................................................
Pangkat : .....................................................
Jabatan : .......................................................
Unit Kerja : ........................................................

Yang bertindak untuk dan atas nama Gubernur Sumatera Barat


yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA

II. Nama : ........................................................


Jabatan : ........................................................
No. KTP/SIM : .........................................................
Organisasi : ........................................................
Alamat : .......................................................
Yang bertindak untuk dan atas nama ...............................
selanjutnya dalam Naskah Perjanjian Hibah Daerah disebut PIHAK
KEDUA

Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan Perjanjian Hibah


Daerah dengan ketentuan sebagai berikut :

Pasal 1

JUMLAH DAN TUJUAN HIBAH

(1) PIHAK PERTAMA memberikan Hibah kepada PIHAK KEDUA,


berupa uang sebesar Rp. ..................... (................ rupiah)
(2) Pemberian Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipergunakan sesuai dengan Rencana Anggaran Belanja (RAB)
yang telah ditetapkan yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari naskah Hibah daerah ini.
(3) Penggunaan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bertujuan untuk ........................................
(4) Penggunaan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) dikelola dengan mekanisme pengelolaan keuangan daerah.
29

Pasal 2

PENCAIRAN DANA HIBAH DAERAH

(1) Pencairan dana Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1


bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Provinsi Sumatera Barat Tahun angaran ........ dilakukan
secara triwulanan sesuai alokasi yang ditetapkan dalam DPA-
PPKD

(2) Untuk pencairan Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


PIHAK KEDUA mengajukan permohonan kepada PIHAK
PERTAMA, dengan lampiran sebagai berikut :

a. Naskah Perjanjian Hibah Daerah;


b. foto copy rekening bank tempat mentransfer dana Hibah
yang masih aktif;
c. Pakta integritas penerima Hibah;
d. Rincian penggunaan dana Hibah; dan
e. Surat Pernyataan Tanggung Jawab

Pasal 3

KEWAJIBAN PIHAK KEDUA

(1) Melaksanakan dan bertanggung jawab penuh secara formal dan


material atas penggunaan dana Hibah yang diterima dari PIHAK
PERTAMA.
(2) Melaksanakan program dan kegiatan yang didanai dari Hibah
yang telah disetujui PIHAK PERTAMA dengan berpedoman pada
ketentuan perundang-undangan.
(3) Melaksanakan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(4) PIHAK KEDUA membuat dan menyampaikan laporan triwulan
penggunaan Hibah kepada kepada PIHAK PERTAMA c/q PPKD
dengan tembusan SKPD terkait, meliputi :
a. Laporan penggunaan dana;
b. Surat pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa
Hibah yang diterima telah digunakan sesuai NPHD yang
disertai dengan dokumen dan bukti pertanggungjawaban yang
sah dan lengkap sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;dan
c. Dokumen dan bukti pertanggungjawaban yang sah
sebagaimana dimaksud huruf b disimpan dan dipergunakan
oleh PIHAK KEDUA selaku obyek pemeriksaan
(5) Penyampaian laporan triwulan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) untuk triwulan pertama dan triwulan kedua paling lambat
30

tanggal 10 Juli dan untuk triwulan ketiga dan triwulan keempat


paling lambat akhir Desember tahun berkenaan.

Pasal 4

HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA

(1) PIHAK PERTAMA berhak menunda pencairan dana Hibah apabila


PIHAK KEDUA, tidak/belum memenuhi persyaratan yang
ditetapkan
(2) PIHAK PERTAMA berhak melaksanakan evaluasi dan monitoring
atas penggunaan dana Hibah berdasarkan laporan
pertanggungjawaban penggunaan dana yang disampaikan kepada
PIHAK KEDUA
(3) PIHAK PERTAMA berkewajiban segera mencairkan dana Hibah
apabila seluruh persyaratan dan kelengkapan berkas pengajuan
pencairan dana telah dipenuhi oleh PIHAK KEDUA dan
menyatakan lengkap dan benar melalui verifikasi oleh PIHAK
PERTAMA melalui PPKD.
(4) PIHAK PERTAMA berkewajiban mempertanggungjawabkan atas
pemberian Hibah yang meliputi :
a. Usulan/proposal dari calon penerima hibah kepada kepala
daerah;
b. Keputusan kepala daerah tentang penetapan daftar penerima
hibah;
c. NPHD;
d. Pakta Integritas dari PIHAK KEDUA yang menyatakan bahwa
hibah yang diterima akan digunakan sesuai dengan NPHD ;
dan
e. Bukti tranfer uang atas pemberian Hibah

Pasal 5

PENGGESERAN ANGGARAN

Dalam hal terjadi perubahan atau pergeseran anggaran akibat


perubahan kegiatan dan belanja, PIHAK KEDUA dapat melakukan
pergeseran dengan tidak merubah jumlah nominal dan tujuan
penggunaan Hibah, yang selanjutnya dilaporkan kepada PIHAK
PERTAMA c/q PPKD.

Pasal 6
LAIN-LAIN

(1) Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) ini, dibuat rangkap 5


(lima), lembar pertama dan kedua masing-masing bermaterai
cukup sehingga mempunyai kekuatan hukum sama
31

(2) Hal-hal lain yang belum tercantum dalam NPHD ini dapat diatur
lebih lanjut dalam Addendum.

PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,

Bermeterai Rp.6000,-

............................ .............................
(penerima Hibah) Pangkat/Gol.
NIP.
32

B. Format : Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) dalam bentuk


barang

NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH (NPHD)

Pada hari ini ……… tanggal ……bulan……………….tahun ………. yang


bertanda tangan di bawah ini:

I. Nama : ......................................................
NIP : .....................................................
Pangkat : .....................................................
Jabatan : .......................................................
Unit Kerja : ........................................................

Yang bertindak untuk dan atas nama Gubernur Sumatera Barat


yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA

II. Nama : ........................................................


Jabatan : ........................................................
No. KTP/SIM : .........................................................
Organisasi : ........................................................
Alamat : .......................................................

Yang bertindak untuk dan atas nama ...............................


selanjutnya dalam Naskah Perjanjian Hibah Daerah disebut PIHAK
KEDUA

Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan Perjanjian Hibah


Daerah dengan ketentuan sebagai berikut :

Pasal 1
JUMLAH DAN TUJUAN HIBAH

(1) PIHAK PERTAMA memberikan Hibah kepada PIHAK KEDUA,


berupa barang dengan rincian sebagai berikut .........
(2) Pemberian Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipergunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari naskah Hibah
daerah ini.
(3) Penggunaan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bertujuan untuk ........................................
(4) Penggunaan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) dalam bentuk aset, maka aset tersebut menjadi milik
PIHAK KEDUA dan dicantumkan dalam neraca PIHAK KEDUA.
33

Pasal 2
PENYERAHAN HIBAH DAERAH

(1) Penyerahan Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1


bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Provinsi Sumatera Barat Tahun angaran ................
(2) Untuk penyerahan Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
PIHAK KEDUA mengajukan permohonan kepada PIHAK
PERTAMA, dengan dilampiri :
a. Naskah Perjanjian Hibah Daerah;
b. Pakta integritas penerima Hibah
c. Penggunaan barang Hibah
d. Surat Pernyataan Tanggung Jawab;
(3) PIHAK KEDUA setelah menerima barang Hibah dari PIHAK
PERTAMA, Segera melaksanakan penggunaan barang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c sesuai dengan
peruntukannya dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 3
KEWAJIBAN PIHAK KEDUA

(1) Melaksanakan dan bertanggung jawab penuh secara formal dan


material atas penggunaan Hibah yang diterima dari PIHAK
PERTAMA;
(2) Menggunakan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(2) huruf c yang telah disetujui PIHAK PERTAMA dengan
berpedoman pada ketentuan perundang-undangan.
(3) PIHAK KEDUA membuat dan menyampaikan laporan
penggunaan Hibah kepada kepada PIHAK PERTAMA c/q SKPD
terkait dengan tembusan kepada PPKD, meliputi :
a. Laporan penggunaan barang dan jasa
b. Surat pernyataan tanggungjawab yang menyatakan bahwa
Hibah yang diterima telah digunakan sesuai NPHD yang
disertai dengan dokumen dan bukti pertanggungjawaban yang
sah dan lengkap sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
c. Dokumen dan bukti pertanggungjawaban yang sah
sebagaimana dimaksud huruf b disimpan dan dipergunakan
oleh PIHAK KEDUA selaku obyek pemeriksaan
(4) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling lambat akhir Desember tahun berkenaan.
34

Pasal 4
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA

(1) PIHAK PERTAMA berhak melaksanakan evaluasi dan monitoring


atas penggunaan Hibah berdasarkan laporan
pertanggungjawaban penggunaan Hibah yang disampaikan
kepada PIHAK KEDUA
(2) PIHAK PERTAMA wajib melaksanakan pengadaan barang dan jasa
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
(3) PIHAK PERTAMA berkewajiban segera menyerahkan Hibah
apabila seluruh persyaratan dan kelengkapan berkas penyerahan
Hibah telah dipenuhi oleh PIHAK KEDUA dan menyatakan
lengkap dan benar melalui verifikasi oleh PIHAK PERTAMA
melalui SKPD terkait.
(4) PIHAK PERTAMA menyerahkan Hibah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) melalui berita acara serah terima barang atas
pemberian Hibah kepada PIHAK KEDUA

Pasal 5
PENGGESERAN ANGGARAN

Dalam hal terjadi pergeseran dan perubahan kegiatan dan anggaran


belanja akibat perubahan kegiatan dan belanja, SKPD .............
dapat melakukan pergeseran anggaran belanja dan perubahan
anggaran kegiatan melalui mekanisme pengelolaan keuangan daerah
yang berlaku.
Pasal 6
LAIN-LAIN

(1) Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) ini, dibuat rangkap 5


(lima), lembar pertama dan kedua masing-masing bermaterai
cukup sehingga mempunyai kekuatan hukum sama
(2) Hal-hal lain yang belum tercantum dalam NPHD ini dapat diatur
lebih lanjut dalam Addendum.

PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,

Materai Rp. 6.000,-

.................................. ...................................
(penerima Hibah) Pangkat/Gol.
NIP.
35

LAMPIRAN IV : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

A. Format : Pakta Integritas Pemberian Hibah.

PAKTA INTEGRITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Jabatan dalam Organisasi :
Alamat :

Dalam rangka mempergunakan dan mempertanggungjawabkan


penerimaan hibah dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, dengan
ini menyatakan bahwa saya :

1. Tidak akan melakukan praktek KKN;


2. Akan melaporkan kepada pihak yang berwajib/berwenang
apabila mengetahui ada indikasi KKN di dalam proses
penggunaan dana hibah yang diberikan oleh Pemerintah Daerah;
3. Dalam mempergunakan hibah ini, saya berjanji akan
melaksanakannya secara bersih, transparan dan profesional
dalam arti akan mengerahkan segala kamampuan dan
sumberdaya secara optimal untuk memberikan hasil kerja
terbaik dari penggunaan hibah ini sesuai dengan Naskah
Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) yang telah disepakati bersama;
dan
4. Apabila saya melanggar hal-hal yang telah saya nyatakan dalam
PAKTA INTEGRITAS ini, saya bersedia dikenakan sanksi moral,
administrasi serta dituntut ganti rugi dan pidana sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Padang,.............................
NAMA ORGANISASI
KETUA.

Materai Rp. 6.000,-

( ..........................................)
36

B. Format : Pakta Integritas untuk Bantuan Sosial.

PAKTA INTEGRITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
Umur :
Jabatan dalam Organisasi :
No. KTP/SIM :
Alamat :

Dalam rangka mempergunakan dan mempertanggungjawabkan


penerimaan Bantuan Sosial dari Pemerintah Provinsi Sumatera
Barat, dengan ini menyatakan bahwa saya :

1. Tidak akan melakukan praktek KKN;


2. Akan melaporkan kepada pihak yang berwajib/berwenang
apabila mengetahui ada indikasi KKN didalam proses
penggunaan dana Bantuan Sosial yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah;
3. Dalam mempergunakan dana Bantuan Sosial ini, saya berjanji
akan melaksanakannya secara bersih, secara optimal untuk
memberikan hasil kerja terbaik dari penggunaan dana
Bantuan Sosial ini sesuai dengan yang ada dalam Rencana
Anggaran Biaya (RAB)
4. Apabila saya melanggar hal hal yang telah saya nyatakan
dalam Pakta Integritas ini, saya bersedia dikenakan sangsi
moral, administrasi serta dituntut ganti rugi dan pidana sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Padang, ………………………………….

NAMA PENERIMA BANTUAN SOSIAL

Meterai Rp.6000,-

( ………………………… )
37

LAMPIRAN V : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Format : Surat Pernyataan Tanggung Jawab

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
Umur :
Jabatan dalam Organisasi :
No. KTP/SIM :
Alamat :

Dalam rangka mempergunakan dan mempertanggungjawabkan


penerimaan hibah/bantuan sosial dari Gubernur Sumatera Barat,
dengan ini menyatakan bahwa saya :
1. Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap penggunaan
dana bantuan Gubernur Sumatera Barat sesuai ketentuan berlaku.

2. Isi dan penjelasan didalam usulan/ proposal dan dokumen lainnya


termasuk nomor rekening Bank sepenuhnya menjadi tanggungjawab
pengaju/penerima bantuan.

3. Saya bersedia memenuhi kewajiban saya untuk menyiapkan Surat


Pertanggung Jawaban (SPJ) selengkapnya dan memberikan laporan
penggunaan dana bantuan kepada Gubernur cq. Bendahara
pengeluaran/bantuan DPKD Provinsi Sumatera Barat, paling lambat
1 (satu) bulan setelah bantuan ini diterima. Bila saya tidak dapat
memenuhi, saya bersedia dituntut sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku oleh pejabat yang berwenang.

4. Surat pernyataan ini dibuat rangkap 3 (tiga) dengan perincian


sebagai berikut:

a. Lembaran pertama bermeterai Rp.6000,- untuk Gubernur cq.


Bendahara Pengeluaran/bantuan DPKD Provinsi Sumatera
Barat;

b. Lembaran kedua untuk yang membuat pernyataan


bertanggunjawab; dan

c. Arsip
38

5. Apabila dikemudian hari terjadi kekeliruan diluar dari pernyataan


tersebut diatas akan menjadi tanggungjawab sepenuhnya bagi
sipenerima bantuan.

Demikianlah surat pernyataan bertanggunjawab ini dibuat untuk


dapat dipergunakan seperlunya.
Padang, ………………………………….
NAMA ORGANISASI ………...
KETUA

Meterai Rp.6000,-

( ………………………… )
39

LAMPIRAN VI : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Format : Surat pernyataan belum pernah menerima Hibah / Bantuan


Sosial

SURAT PERNYATAAN
BELUM PERNAH MENERIMA HIBAH / BANTUAN SOSIAL

Yang bertanda tanggan di bawan ini :


Nama :
Alamat :
Jabatan :

Dengan ini menyatakan bahwa :


Nama :
Alamat :

Belum pernah menerima Hibah/Bantuan Sosial sejenisnya , untuk


kegiatan atau sarana yang sama pada tahun sebelumnya , baik berupa
uang , jasa maupun barang dari pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
Demikian pernyataan ini di buat guna keperluan pencairan dana
Hibah/Bantuan Sosial dari pemerintah Provinsi Sumatera Barat Tahun
Anggaran ...... dan apabila di kemudian hari terbukti pernyataan kami
ini ternyata tidak benar , maka kami sanggup mengembalikan bantuan
yang kami terima ini ke Rekening kas umum Daerah Provinsi Sumatera
Barat dan bersedia menerima sanksi sesuai sesuai peraturan yang
berlaku .

Mengetahui: Padang,......................
Kepala SKPD Terkait, Yang membuat pernyataan,

……….…………………… ....................................
NIP………………………
LAMPIRAN VII : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT
NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Format : Laporan Penggunaan Dana Hibah/Bantuan Sosial

LAPORAN PENGGUNAAN DANA HIBAH/ BANTUAN SOSIAL

NAMA ORGANISASI : .............................


PAGU ANGGARAN : ........................................
TAHUN ANGGARAN : ........................................

SISA PENERIMAAN
TGL TRW TRIWULAN DANA TOTAL REALISASI PENGGUNAAN DANA SISA DANA
SEBELUMNYA TRANSFER
Rp. Rp. Rp. Rp Rp. %
1 2 3 4 5=2+4 6 6=5-6 8=(6/5)x100%

........................, ............................
KETUA, SEKRETARIS,

(..........................................) (.........................................)
TEMBUSAN :
1. Disampaikan kepada Yth: Bapak Kepala SKPD ..................
2. Arsip
LAMPIRAN VIII : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT
NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

(Contoh Format Rekomendasi Calon Penerima Hibah dan Bantuan


Sosial SKPD )

KOP SURAT

Padang, ..................... , ...........

Nomor : Kepada Yth,


Lampiran : Gubernur Sumatera Barat
Perihal : Rekomendasi dan Cq. Tim Penerima dan
usulan besaran Pendistribusian Proposal
bantuan hibah dan di
bantuan sosial Padang

Berdasarkan hasil evaluasi yang sudah dilakukan


terhadap usulan/proposal Hibah dan Bantuan Sosial
pada.......( SKPD evaluator )
Bersama ini dikirimkan kepada Bapak, rekomendasi
dan usulan besaran bantuan hibah dan bantuan sosial
(terlampir) untuk Tahun Anggaran .....................
Demikian disampaikan, atas perhatian Bapak
diucapkan terima kasih.

Kepala SKPD
Ttd

(..................................)
42

LAMPIRAN IX : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

( Format Rekomendasi Pencairan SKPD )

KOP SURAT

Padang, ..................... , .......


Nomor : Kepada Yth,
Perihal : Rekomendasi Sdr.Kepala Dinas Pengelolaan
Pencairan Dana Keuangan Daerah
Bantuan Provinsi Sumatera Barat
Cq. Bidang Kuasa BUD
di
Padang

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan terhadap


permohonan bantuan Dana Hibah dan bantuan sosial
untuk ........................................ atas nama pemohon
.......................... dengan dana sebesar Rp
........................... kiranya layak untuk dicairkan.
Demikian disampaikan dan atas kerjasamanya
diucapkan terimakasih.

Kepala SKPD
Ttd

(..................................)
43

LAMPIRAN X : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Besaran Hibah dan Bantuan Sosial untuk Sanggar dan Lembaga Adat

No Kategori Besaran
1. Sanggar Rp 10.000.000,-
2. Pembangunan fisik lembaga adat Rp 25.000.000,-
Kegiatan Lembaga adat ( kec/nagari , kab/
3. Rp 10.000.000,-
kota )
Penampilan lembaga adat/ sanggar keluar
4. Rp 35.000.000,-
negeri
Penampilan lembaga adat/ sanggar tingkat
5. Rp 25.000.000,-
nasional
Penampilan lembaga adat/ sanggar tingkat
6. Rp 15.000.000,-
daerah

Catatan :
 SKPD evaluator : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
 Besaran hibah terhadap kategori selain yang tercantum pada
tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.
44

LAMPIRAN XI : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Pendidikan

No Kategori Besaran
1. Individu / Perorangan
a. Mahasiswa Strata 1 (S1) / Diploma Rp 5.000.000,-
b. Pelajar tingkat SLTA Rp 4.000.000,-
c. Pelajar tingkat SLTP Rp 3.000.000,-
d. Pelajar tingkat SD Rp 2.000.000,-

2. Lembaga Pendidikan
a. Lembaga PAUD 1) Rp 15.000.000,-
b. Lembaga Kursus Keterampilan 2) Rp 35.000.000,-

3. Bantuan sekolah swasta


a. Rehabilitasi ringan ruang kelas 3) Rp 10.000.000,-
b. Rehabilitasi sedang ruang kelas 4) Rp 15.000.000,-
c. Rehabilitasi berat ruang kelas 5) Rp 20.000.000,-

Catatan :

 1) Memiliki murid minimal 20 orang


 2) Berkinerja A dan B dari Kemendikbud dan Jumlah peserta didik
minimal 20 ( dua puluh ) orang ( by name , by address , by foto )
dari keluarga miskin dan putus sekolah.
 3) Rehab ringan adalah rehap untuk kerusakan kurang dari 50 %

 4) Rehab sedang adalah rehap untuk kerusakan 50 % sampai dengan

 75 %
 5) Rehab berat adalah rehap untuk kerusakan lebih dari 75 %

 SKPD evaluator : Dinas Pendidikan


 Besaran bantuan terhadap kategori selain yang tercantum pada
tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.
45

LAMPIRAN XII : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Besaran Hibah dan Bantuan Sosial


Bidang Pertanian Tanaman Pangan

Kategori Besaran
Organisasi masyarakat pertanian Provinsi 1) Rp 50.000.000,-

Catatan :
 SKPD evaluator : Dinas Pertanian Tanaman Pangan
 1) Tidak menerima organisasi masyarakat pertanian yang terdaftar
di Kabupaten dan kecamatan ,hanya untuk organisasi pertanian
Provinsi yang terdaftar di Provinsi Sumatera Barat
 Besaran bantuan terhadap kategori selain yang tercantum pada
tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.
46

LAMPIRAN XIII : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Besaran Hibah dan Bantuan Sosial


Bidang Kepemudaan dan Olahraga

No Kategori Besaran
Sarana Prasarana kepemudaan/
1.
keolahragaan
a. Tingkat Nagari / Kecamatan Rp 7.500.000,-
b. Tingkat Kab/ Kota Rp 15.000.000,-
c. Tingkat Provinsi Rp 30.000.000,-
2. Kegiatan kepemudaan/ keolahragaan
a. Tingkat Nagari / Kecamatan Rp 5.000.000,-
b. Tingkat Kab/ Kota Rp 10.000.000,-
c. Tingkat Provinsi Rp 25.000.000,-
3. Kelompok Usaha Pemuda Produktif Rp 10.000.000,-

Catatan :
 SKPD evaluator : Dinas Pemuda dan Olahraga
 Besaran bantuan terhadap kategori selain yang tercantum pada
tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.
47

LAMPIRAN XIV : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Koperasi dan UMKM

No Kategori Besaran
1. Koperasi Mikro ( Aset Pada Neraca s/d Rp Rp 10.000.000,-
50.000.000 )

2. Koperasi Kecil ( Aset Pada Neraca > Rp Rp 25.000.000,-


50.000.000 s/d Rp 500.000.000 )

3. UMKM Mikro Rp 2.000.000,-

Catatan :
 SKPD evaluator : Dinas Koperasi dan UMKM
 Koperasi harus menyampaikan fotocopy dokumen :
 badan hukum koperasi
 laporan RAT terakhir
 daftar pengurus / anggota
yang diketahui oleh Dinas Koperasi setempat
 Besaran bantuan terhadap kategori selain yang ditentukan pada
tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.
48

LAMPIRAN XV : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Kelautan dan Perikanan

No Kategori Besaran
1. Kelompok Pembudidaya Ikan Rp 15.000.000,-
2. Kelompok Pembenih Ikan Rp 10.000.000,-
3. Kelompok Nelayan Perikanan Tangkap Rp 15.000.000,-
Kelompok Kelautan Pesisir dan Pulau Pulau Rp 10.000.000,-
4.
Kecil dan Pengawasan (Kelompok KP3KP)

Catatan :
 SKPD evaluator : Dinas Kelautan dan Perikanan
 Kelompok Beranggotakan minimal 10 orang
 Besaran bantuan terhadap kategori selain yang tercantum pada
tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.
49

LAMPIRAN XVI : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Tenaga Kerja

Kategori Besaran
Kelompok usaha keterampilan Rp 30.000.000,-

Catatan :
 SKPD evaluator : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
 Besaran hibah terhadap kategori selain yang tercantum pada
tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.
50

LAMPIRAN XVII : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Keagamaan

No Kategori Besaran
1. Masjid Raya Ibu kota di Kab/Kota Rp 50.000.000,-
2. Masjid Rp 20.000.000,-
3. Mushalla dan Surau Rp 5.000.000,-
4. TPA/ MDA/ TPQ/ TPSQ/ TPSA Rp 10.000.000,-
5. Pondok Al-Qur'an Rp 20.000.000,-
6. Majelis Taklim/ Kelompok Yasinan Rp 5.000.000,-

Catatan :

 SKPD evaluator : Biro Bina Sosial Sekretariat Daerah


 Besaran hibah terhadap kategori selain yang tercantum pada
tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.
51

LAMPIRAN XVIII : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Perpustakaan

Kategori Besaran
Perpustakaan (Desa, Nagari, Kelurahan, Rp 20.000.000,-
Rumah Baca dan Rumah Ibadah)

Catatan :
 SKPD evaluator : Badan Perpustakaan dan Kearsipan
 Besaran hibah terhadap kategori selain yang tercantum pada
tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.
52

LAMPIRAN XIX : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH
DAN BANTUAN SOSIAL

Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Peternakan

No Kategori Besaran
1. Kelompok Peternak Sapi / Kerbau Rp 50.000.000,-
2. Kelompok Peternak Kambing Rp 10.000.000,-
3. Kelompok Peternak Ayam Rp 5.000.000,-
4. Kelompok Peternak Itik Rp 5.000.000,-
5. Kelompok Peternak Puyuh Rp 2.500.000,-

Catatan :
 SKPD evaluator : Dinas Peternakan
 Besaran hibah terhadap kategori selain yang tercantum pada
tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.
53

LAMPIRAN XX : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Besaran Hibah dan Bantuan Sosial


Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan

No Kategori Besaran
1. Jejaring pengelolaan sampah Rp 15.000.000,-
2. Bank sampah Rp 10.000.000,-
3. Kelompok masyarakat peduli lingkungan Rp 15.000.000,-
danau

Catatan :
 SKPD evaluator : Badan Pengendalian Dampak dan Lingkungan
 Besaran hibah terhadap kategori selain yang tercantum pada
tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.
54

LAMPIRAN XXI : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Besaran Hibah dan Bantuan Sosial


Bidang Prasarana Jalan , Tata Ruang dan Pemukiman

Kategori Besaran
Pembangunan MCK 1) Rp 36.000.000,-

Catatan :
 1) Konstruksi Permanen , Dinding Batu Bata , Pondasi Batu Kali,
Atap Seng Lantai Keramik ) ukuran 4 x 3 m
 SKPD evaluator : Dinas Prasarana Jalan , Tata Ruang dan
Pemukiman
 Besaran bantuan terhadap kategori selain yang ditentukan pada
tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.
55

LAMPIRAN XXII : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Besaran Hibah dan Bantuan Sosial Bidang Sosial

No Kategori Besaran
1 Modal Usaha 1) Rp 5.000.000,-
3 Kelompok Usaha Bersama (KUBE)2) Rp 20.000.000,-
4 Yayasan Sosial Rp 25.000.000,-
5 Kongsi Kematian Rp 10.000.000,-
6 Panti Asuhan 3) Rp 50.000.000,-
7 Rumah Tidak Layak Huni Rp 15.000.000,-
8 Rumah Tangga Miskin Rp 5.000.000,-
9 Kelompok Lanjut Usia 2) Rp 15.000.000,-

Catatan :
 1) Individu karena Resiko Sosial
 2) Beranggotakan minimal 10 orang
 3) Memiliki anak asuh minimal 20 orang
 SKPD evaluator : Dinas Sosial
 Besaran bantuan terhadap kategori selain yang tercantum pada
tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.
LAMPIRAN XXIII : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT
NOMOR : 12 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 FEBRUARI 2014
TENTANG : TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN
BANTUAN SOSIAL

Besaran Bantuan Sosial Tidak Dapat Direncanakan Sebelumnya

Besaran
No. Resiko Sosial
Kriteria 5.000.000 s/d
s.d 5.000.000,- 10.000.000 s.d 15.000.000
10.000.000
1. Resiko Sosial Terkait Kelaparan, penyakit, cacat, 1. Pengobatan Rutin 1. Operasi Berat
1. Tidak Operasi
dengan Siklus Hidup usia tua dan kematian 2. Belum punya rumah 2. Sudah Tidak Bekerja
2. Untuk Pengobatan rutin
3. Masih ada yang Lagi
3. Masih ada yang bekerja
bekerja 3. Janda Miskin
4. Memiliki Rumah sendiri
4. Operasi Ringan 4. Belum punya rumah
2. Resiko Sosial terkait Kekeringan , banjir, Gempa 1. Rumah Rusak Sangat
dengan Lingkungan Bumi , tanah longsor dan 1. Rumah rusak sedang 1. Rumah Rusak Berat Berat
Kebakaran 2. Rumah bisa diperbaiki 2. Perabot masih bisa 2. Isi Perabot rumah
3. rumah dapat dihuni dipakai habis
perlu 3. Tidak Dapat dihuni 3. tidak dapat dihuni
kembali
3. Resiko Sosial Terkait Hilangnya sumber 1. Membuka Usaha baru ( 1. Terkena Bencana
1. Terkena PHK
dengan Kondisi penghasilan , Rintisan ) 2. Tanggungan keluarga
2. Tanggungan Keluarga
Ekonomi pengangguran, pendapatan 2. Tanggungan Keluarga lebih dari 4 orang
2 s/d 4 orang
rendah, kenaikan harga s/d 2 orang 3. Belum Memiliki rumah
3. Menumpang dirumah
kebutuhan bahan pokok, 3. Sudah memiliki rumah/ 4. janda Miskin
keluarga
dan krisis ekonomi tempat usaha
Catatan :
 SKPD evaluator : Dinas Sosial
 Besaran bantuan terhadap kategori selain yang ditentukan pada tabel tersebut diatas, ditentukan melalui evaluasi oleh SKPD.

Anda mungkin juga menyukai