Anda di halaman 1dari 16

Tahun 2018 perlu diganti;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan


sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan
huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Gubernur tentang Tambahan Penghasilan Bagi
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah
GUBERNUR Daerah Provinsi Sumatera Barat;
SUMATERA BARAT
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958
No. Urut: 02, 2020 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat
Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan
PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera
NOMOR 2 TAHUN 2020 Barat, Jambi, dan Riau Sebagai Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
TENTANG Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran
TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL Negara Republik Indonesia Nomor 1646);
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
SUMATERA BARAT Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Tambahan Lembaran Negara Republik
GUBERNUR SUMATERA BARAT, Indonesia Nomor 5494);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan motivasi dan tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
meningkatkan prestasi kerja, telah ditetapkan Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
12 Tahun 2015 tentang Tambahan Penghasilan Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah
Bagi Pegawai di Lingkungan Pemerintah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Daerah Provinsi Sumatera Barat sebagaimana Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
65 Tahun 2018; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
b. bahwa dengan adanya perubahan peraturan Republik Indonesia Nomor 5679);
perundang-undangan mengenai kepegawaian
dan pengelolaan keuangan daerah, maka 4. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 12 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
Tahun 2015 tentang Tambahan Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Bagi Pegawai di Lingkungan Pemerintah 2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara
Daerah Provinsi Sumatera Barat, sebagaimana Republik Indonesia Nomor 6037);
telah diubah beberapa kali terakhir dengan 5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019
Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 65
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Sumatera Barat.
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 11. Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disingkat RSUD
2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara adalah Rumah Sakit Umum Daerah di Lingkungan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 6322); Daerah Provinsi Sumatera Barat.
12. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah
6. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi
13. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya
Sumatera Barat, sebagaimana telah diubah
disingkat Anggota POLRI adalah anggota Kepolisian Negara
dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera
Republik Indonesia yang dipekerjakan di Lingkungan Pemerintah
Barat Nomor 13 Tahun 2019 tentang
Daerah Provinsi Sumatera Barat.
Perubahan atas Peraturan Peraturan Daerah
14. Anggota Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat
Provinsi Sumatera Barat Nomor 8 Tahun 2016
Anggota TNI adalah anggota Tentara Nasional Indonesia yang
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
dipekerjakan di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi
Daerah Provinsi Sumatera Barat;
Sumatera Barat.
15. Jabatan Organik adalah jabatan negeri yang menjadi tugas
MEMUTUSKAN :
pokok pada suatu satuan organisasi pemerintah.
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG TAMBAHAN 16. Jabatan Negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang
PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan,
LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI termasuk didalamnya jabatan dalam kesekretariatan
SUMATERA BARAT. lembaga tertinggi atau tinggi negara, dan kepaniteraan
pengadilan.
BAB I 17. Tambahan Penghasilan Pegawai yang selanjutnya disingkat TPP
KETENTUAN UMUM adalah penghasilan tambahan yang diberikan kepada PNS
Pasal 1 berupa tambahan penghasilan dasar dan dapat ditambah
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: dengan tambahan penghasilan kinerja, tambahan penghasilan
1. Daerah adalah Provinsi Sumatera Barat. pertimbangan tertentu dan/atau uang lembur;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Provinsi 18. Tambahan Penghasilan Dasar yang selanjutnya disingkat TPD
Sumatera Barat. adalah komponen TPP yang menjadi tambahan penghasilan
3. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Barat. minimal yang diperoleh setiap PNS sesuai ketentuan perundang-
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera undangan.
Barat. 19. Tambahan Penghasilan Kinerja yang selanjutnya disingkat TPK
5. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat OPD adalah komponen TPP yang besarannya ditentukan berdasarkan
adalah Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Barat. hasil pengukuran kinerja.
6. Badan Kepegawaian Daerah yang selanjutnya disingkat BKD 20. Uang Lembur adalah merupakan komponen tambahan
adalah Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Barat. penghasilan yang besarannya ditentukan berdasarkan j u m l a h
7. Badan Keuangan Daerah adalah Badan Keuangan Daerah jam bekerja diluar jam/hari kerja.
Provinsi Sumatera Barat. 21. Tambahan Penghasilan Pertimbangan Tertentu yang
8. Inspektorat adalah Inspektorat Provinsi Sumatera Barat. selanjutnya disingkat TPPT adalah komponen TPP yang
9. Biro adalah Biro pada Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera besarannya ditentukan berdasarkan pertimbangan tempat
Barat. bertugas.
10. Badan Penghubung adalah Badan Penghubung Provinsi 22. Tambahan Penghasilan lain yang sejenis adalah tambahan
penghasilan berdasarkan kinerja yang diberikan Kementerian/ 36. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
Lembaga/ Instansi dan Pemerintah Daerah lain. tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri
23. Pengukuran Kinerja adalah pengukuran terhadap prestasi Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan
kerja dan perilaku kerja yang dilaksanakan secara periodik tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan
terhadap PNS oleh atasan langsung atas hasil pelaksanaan tertentu serta bersifat mandiri.
tugas pekerjaan dalam unit kerja. 37. Jabatan Pimpinan Tinggi yang selanjutnya disingkat JPT adalah
24. Prestasi Kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh PNS dari sekelompok Jabatan tinggi pada instansi pemerintah.
melaksanakan suatu kegiatan yang menjadi tugas dan tanggung 38. Pejabat Pimpinan Tinggi adalah Pegawai ASN yang menduduki
jawabnya pada suatu satuan organisasi. JPT.
25. Perilaku Kerja adalah perbuatan atau tindakan yang 39. Pejabat Administrator adalah PNS yang bertanggungjawab
ditampilkan oleh PNS dalam melaksanakan tugas dan fungsi memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan publik serta
sesuai jabatannya. administrasi pemerintahan dan pembangunan.
26. Lembur adalah bekerja di luar jam/hari kerja yang 40. Pejabat pengawas adalah PNS yang bertanggung jawab
diperintahkan oleh Kepala OPD/Kepala Biro/Kepala UPTD mengendalikan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh
melalui surat tugas. pejabat pelaksana.
27. Laporan Harian adalah catatan kegiatan harian yang meliputi 41. Pejabat Pelaksana adalah PNS yang melaksanakan kegiatan
kegiatan tugas pokok dan/atau tugas tambahan yang pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan
dilaksanakan PNS selama 1 (satu) bulan dalam bentuk jurnal. pembangunan.
28. Tugas Pokok adalah tugas utama yang merupakan 42. Petugas Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja OPD adalah
penjabaran langsung dari fungsi dan tugas organisasi PNS yang diberi tugas untuk memeriksa dan memverifikasi hasil
sebagaimana dinyatakan dalam rincian tugas jabatan PNS yang pengukuran kinerja PNS di Lingkungan OPD/Biro yang
bersangkutan. ditetapkan dengan keputusan Gubernur.
29. Tugas Tambahan adalah tugas lain yang diberikan oleh atasan 43. Realisasi Anggaran adalah sejumlah anggaran yang telah
selain tugas pokok, tetapi berhubungan dan memberi nilai digunakan sampai dengan bulan berjalan untuk melaksanakan
manfaat bagi kinerja unit kerja atau OPD tempat PNS yang suatu kegiatan yang tercantum dalam DPA kegiatan APBD yang
bersangkutan ditugaskan, atau melaksanakan tugas yang dikelola oleh bagian/ bidang/ sekretariat/ UPTD/ OPD khusus
diperintah atasan di luar jam kerja. Rumah Sakit dan Inspektorat.
30. Jam Kerja adalah jam kerja sebagaimana diatur dalam 44. Anggaran Kas adalah dokumen perkiraan arus kas masuk
Peraturan Gubernur mengenai Disiplin dan Kode Etik Pegawai yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas
Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. keluar untuk mengatur ketersediaan dana yang cukup guna
31. Hari Kerja adalah hari kerja sebagaimana diatur dalam mendanai pelaksanaan kegiatan APBD dalam setiap periode.
Peraturan Gubernur mengenai Disiplin dan Kode Etik Pegawai 45. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang
Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. ditentukan oleh Gubernur untuk menampung seluruh
32. Unit Kerja adalah bagian dari OPD yang melaksanakan satu atau penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah.
beberapa program. 46. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat
33. Pejabat Penilai adalah atasan langsung PNS yang dinilai SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang
dengan ketentuan serendah-rendahnya pejabat Pengawas atau bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara
pejabat lain yang ditentukan. pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.
34. Atasan Pejabat Penilai adalah atasan langsung pejabat penilai. 47. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM
35. Jabatan Administrasi adalah sekelompok jabatan yang berisi adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna
fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta anggaran/ kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D
administrasi pemerintahan dan pembangunan. atas beban pengeluaran DPA-OPD.
48. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Pasal 5
Penghasilan yang selanjutnya disingkat IPKPTP adalah TPP tidak diberikan kepada:
instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja dan a. Calon PNS di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat;
tambahan penghasilan yang diterima PNS. b. Guru yang telah disertifikasi dan telah menerima tunjangan
49. Pramu Administrasi Pimpinan adalah pejabat fungsional Profesi guru;
umum yang bertugas melayani kebutuhan administrasi c. PNS yang menjalani cuti di luar tanggungan negara; atau
Gubernur, Wakil Gubernur, Ketua DPRD, Wakil Ketua DPRD, d. PNS yang diberhentikan sementara atau dinonaktifkan dari
dan Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Barat. jabatan negeri atau jabatan organik.
50. Sekretaris Pribadi yang selanjutnya disingkat Sepri adalah
pejabat yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur menjadi Pasal 6
sekretaris pribadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera (1) TPD diberikan kepada setiap PNS sebagai tambahan penghasilan
Barat. minimal.
51. Ajudan adalah pejabat yang ditugaskan oleh Kepala Biro Umum (2) TPK diberikan kepada PNS berdasarkan capaian kinerja.
menjadi Ajudan Gubernur/Ajudan Wakil Gubernur/ Ajudan (3) TPPT diberikan kepada PNS yang ditugaskan pada Badan
Ketua DPRD. Penghubung dan PNS yang ditugaskan pada UPTD di Kabupaten
52. Sopir Pimpinan adalah sopir yang bertugas melayani Kepulauan Mentawai.
kebutuhan antar jemput Gubernur, Wakil Gubernur, Ketua (4) Lembur diberikan kepada PNS yang bekerja di luar jam
DPRD, Wakil Ketua DPRD, dan Sekretaris Daerah Provinsi kerja/hari kerja.
Sumatera Barat.
Pasal 7
Pasal 2 Kriteria PNS yang hanya diberikan TPD yaitu:
Peraturan Gubernur ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam a. PNS yang melaksanakan tugas belajar;
memberikan TPP kepada PNS di Lingkungan Pemerintah Daerah. b. PNS di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang
ditugaskan pada Kementerian/ lembaga di luar OPD Pemerintah
Pasal 3 Provinsi Sumatera Barat dengan syarat tidak menerima
Pemberian TPP bertujuan untuk memotivasi peningkatan kinerja tunjangan kinerja pada Kementerian/Lembaga ditempatkan.
PNS di Lingkungan Pemerintah Daerah.
Pasal 8
BAB II (1) Pemberian TPP kepada PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal
TAMBAHAN PENGHASILAN 4 dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Bagian Kesatu a. PNS yang tidak masuk kerja tanpa izin lebih dari 3 (tiga)
Kriteria Umum Pemberian TPP hari berturut-turut, hanya diberikan TPD pada bulan
Pasal 4 berikutnya;
TPP dapat diberikan kepada: b. PNS golongan III dan IV yang wajib zakat namun tidak
a. PNS di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat; membayar zakat, hanya diberikan TPD pada bulan
b. PNS di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang berikutnya;
ditugaskan pada Kementerian/ lembaga di luar OPD Pemerintah c. PNS yang menjalani masa persiapan pensiun, hanya
Provinsi Sumatera Barat; diberikan TPD terhitung mulai tanggal keputusan masa
c. PNS Kementerian/Lembaga yang di tugaskan di Lingkungan persiapan pensiun berlaku dan sesuai dengan standar biaya
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat; dan jabatan tambahan penghasilan bagi jabatan Pelaksana;
d. Anggota TNI dan Anggota POLRI yang ditugaskan di Lingkungan d. PNS beragama Islam pada OPD/UPTD di wilayah Kota
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Padang yang tidak mengikuti wirid gabungan di Mesjid Raya
Sumatera Barat yang dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.
dalam 1 (satu) bulan, hanya diberikan TPD pada bulan c. Standar Biaya Tambahan Penghasilan Dasar dan Tambahan
berikutnya; Penghasilan Kinerja bagi PNS yang bertugas pada
e. PNS yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana Inspektorat sebagaimana tercantum dalam lampiran III yang
dimaksud pada huruf d adalah: merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
1. PNS yang melaksanakan tugas pelayanan masyarakat Gubernur ini.
bidang kesehatan, pendidikan, dan pelayanan d. Standar Biaya Tambahan Penghasilan bagi PNS yang
pendapatan provinsi; bertugas pada Sekolah sebagaimana tercantum dalam
2. PNS yang bertugas pada UPTD Balai Benih Ikan lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Pantai. Peraturan Gubernur ini.
(2) Pemberian tambahan penghasilan kepada PNS beragama Islam e. Standar Biaya Tambahan Penghasilan Pertimbangan
yang tidak mengikuti wirid gabungan sebagaimana dimaksud Tertentu sebagaimana tercantum dalam lampiran V yang
pada ayat (1) huruf d, diatur dengan ketentuan sebagai berikut: merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
a. PNS yang mengikuti wirid gabungan di Mesjid Raya Gubernur ini.
Sumatera Barat hanya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan, (2) Standar biaya Uang Lembur bagi PNS di Lingkungan Pemerintah
diberikan TPD sebesar 100 % (seratus persen) dan T P K Daerah Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar Rp.30.000,-
s e b e s a r 50% (lima puluh persen) dari total TPK yang /jam (tiga puluh ribu rupiah per jam).
diterima bulan berikutnya.
b. Dalam hal wirid gabungan di Mesjid Raya Sumatera Pasal 10
Barat dilaksanakan hanya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) Penghitungan besaran TPK, TPPT dan uang lembur yang akan
bulan, maka: diterima PNS di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera
1. PNS yang mengikuti wirid gabungan di Mesjid Raya Barat dilaksanakan dengan menggunakan rumus sebagaimana
Sumatera Barat hanya 1 (satu) kali dalam bulan tercantum dalam lampiran VI yang merupakan bagian tidak
tersebut, dihitung telah mengikuti wirid agama Islam terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.
gabungan di mesjid raya secara penuh;
2. PNS yang tidak mengikuti wirid gabungan di Mesjid Bagian Kedua
Raya Sumatera Barat dalam bulan tersebut, diberikan Kriteria Khusus Pemberian TPP
TPD sebesar 100 % (seratus persen) dan T P K Pasal 11
s e b e s a r 50% (lima puluh persen) dari total TPK PNS Kementerian/Lembaga yang di tugaskan di Lingkungan
diterima bulan berikutnya. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4, dapat diberikan TPP pada awal bulan berikutnya setelah
Pasal 9 bekerja 1 (satu) bulan penuh, dengan ketentuan tidak dibayarkan
(1) Standar biaya tambahan penghasilan bagi PNS terdiri atas: tambahan penghasilan lain yang sejenis oleh instansi asal.
a. Standar Biaya Tambahan Penghasilan Dasar dan Tambahan
Penghasilan Kinerja bagi PNS yang bertugas pada Organisasi Pasal 12
Perangkat Daerah sebagaimana tercantum dalam lampiran I (1) Pembayaran TPP dalam bentuk TPD kepada PNS yang
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan melaksanakan tugas belajar, mulai dilaksanakan bulan
Gubernur ini. berikutnya sejak keputusan tentang tugas belajar ditetapkan.
b. Standar Biaya Tambahan Penghasilan Dasar dan Tambahan (2) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihentikan
Penghasilan Kinerja bagi PNS yang bertugas pada Badan pada bulan ke-7 (ketujuh) sampai selesai melaksanakan tugas
Keuangan Daerah dan Rumah Sakit Daerah sebagaimana belajar.
tercantum dalam lampiran II yang merupakan bagian tidak
Pasal 13 BAB III
(1) Pembayaran TPP dalam bentuk TPD kepada PNS di Lingkungan PENGUKURAN KINERJA
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang ditugaskan pada Bagian Kesatu
Kementerian/ lembaga di luar OPD Pemerintah Provinsi Umum
Sumatera Barat, dapat dilaksanakan apabila telah aktif bekerja Pasal 17
pada instansi tempat dipekerjakan yang dibuktikan dengan Pengukuran kinerja dalam rangka pemberian TPP dengan ketentuan
daftar rekapitulasi kehadiran 1 (satu) bulan sebelumnya. sebagai berikut:
(2) Pembayaran TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) a. bagi Pejabat Pelaksana, Pejabat Fungsional Tertentu, Pejabat
dihentikan apabila yang bersangkutan telah menerima tambahan Pelaksana/ Pejabat Fungsional Tertentu yang menjabat sebagai
penghasilan lain yang sejenis dari instansi tempat ditugaskan. PPTK, Pejabat Pengawas, Pejabat Administrator selain Kepala OPD,
dan Staf Ahli Gubernur, dilakukan pengukuran terhadap kinerja
Pasal 14 individunya;
PNS Kementerian/ Lembaga/ Instansi/ Pemerintah Daerah lain yang b. bagi Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat Pimpinan Tinggi
dimutasikan menjadi PNS di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Pratama selain Staf Ahli Gubernur dan Pejabat Administrator
Sumatera Barat, dapat diberikan TPP pada bulan berikutnya setelah sebagai kepala OPD, dilakukan pengukuran kinerja dengan
bekerja 1 (satu) bulan penuh. menghitung rata-rata akumulasi hasil pengukuran kinerja
pejabat yang menjadi bawahan langsungnya.
Pasal 15
PNS yang telah selesai melaksanakan tugas belajar, telah selesai Pasal 18
melaksanakan cuti di luar tanggungan negara, telah diaktifkan Pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
kembali sebagai PNS setelah dinon-aktifkan, beralih status kembali dilaksanakan berdasarkan:
menjadi PNS Pemerintah Provinsi Sumatera Barat setelah ditugaskan a. variabel perilaku kerja; dan
pada Kementerian/ lembaga di luar OPD Pemerintah Provinsi b. variabel prestasi kerja.
Sumatera Barat dapat diberikan TPP pada awal bulan berikutnya
setelah bekerja 1 (satu) bulan penuh. Pasal 19
(1) Kinerja Sekretaris Daerah diukur dengan rata-rata akumulasi
Pasal 16 hasil pengukuran kinerja Asisten Sekretaris Daerah sebagai
(1) TPP bagi PNS yang dijatuhi hukuman disiplin sesuai ketentuan bawahan langsungnya.
peraturan perundang-undangan, dengan ketentuan sebagai (2) Kinerja Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama diukur dengan
berikut: ketentuan sebagai berikut:
a. hukuman disiplin ringan, tidak dibayarkan TPK dan TPPT a. kinerja Asisten Sekretaris Daerah diukur dengan rata-rata
selama 3 (tiga) bulan; akumulasi kinerja kepala biro sebagai bawahan
b. hukuman disiplin sedang, tidak dibayarkan TPK dan TPPT langsungnya;
selama 6 (enam) bulan; b. kinerja Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama sebagai kepala
c. hukuman disiplin berat, tidak dibayarkan tambahan OPD diukur dengan rata-rata akumulasi kinerja pejabat
penghasilan selama 6 (enam) bulan. Administrator sebagai bawahan langsungnya;
(2) Dalam hal naskah dinas tentang hukuman disiplin diterima c. kinerja Staf Ahli Gubernur diukur dengan menghitung
oleh pejabat yang berwenang membayar setelah bulan jumlah rekomendasi kebijakan tertulis yang diketahui oleh
penetapan hukuman disiplin, maka ketentuan tambahan Gubernur dan melaksanakan kegiatan yang diperintahkan
penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan Gubernur atau Wakil Gubernur;
mulai bulan berikutnya. d. kinerja Kepala Biro diukur dengan rata-rata akumulasi
kinerja pejabat Administrator sebagai bawahan langsungnya.
(3) Kinerja pejabat Administrator sebagai kepala OPD diukur (2) Dalam hal atasan atau pejabat yang ditunjuk sebagaimana
dengan rata-rata akumulasi kinerja pejabat Pengawas yang dimaksud pada ayat (1) berhalangan sampai dengan 7 (tujuh)
menjadi bawahan langsungnya. hari kerja, maka pada hari pertama masuk kerja wajib
(4) Dalam hal pejabat yang menjadi bawahan langsungnya memeriksa dan memverifikasi laporan harian setiap bawahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3): atau PNS yang menjadi kewenangannya dengan mencari
a. melaksanakan cuti lebih dari 10 (sepuluh) hari kerja dalam informasi yang terkait pelaksanaan pekerjaan bawahannya
1 (satu) bulan; kepada pihak-pihak yang terkait.
b. baru dimutasikan atau dipromosikan dari OPD lain dan (3) Dalam hal atasan atau pejabat yang ditunjuk sebagaimana
belum cukup bekerja sebanyak hari kerja dalam 1 (satu) dimaksud pada ayat (1) berhalangan lebih dari 7 (tujuh) hari
bulan pada OPD yang baru; kerja, maka PNS yang ditunjuk sebagai pelaksana harian/
maka skor kinerjanya dikeluarkan dari mekanisme perhitungan pelaksana tugas jabatan tersebut, wajib memeriksa dan
kinerja atasannya. memverifikasi laporan harian setiap bawahan atau PNS yang
menjadi kewenangannya paling sedikit sekali dalam 5 (lima) hari.
(5) Dalam hal semua pejabat yang menjadi bawahan langsungnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3): Pasal 22
a. melaksanakan cuti lebih dari 10 (sepuluh) hari kerja dalam Dalam hal pejabat Pengawas pada OPD/Biro memiliki bawahan
1 (satu) bulan; atau lebih dari 9 (sembilan) orang, kepala OPD/Biro dapat menunjuk
b. baru dimutasikan atau dipromosikan dari OPD lain dan pejabat lain yang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk
belum cukup bekerja sebanyak hari kerja dalam 1 (satu) memeriksa dan memverifikasi laporan harian pejabat yang menjadi
bulan pada OPD yang baru; kewenangannya.
maka skor kinerja atasannya diambil dari skor kinerja
bawahannya yang tertinggi. Pasal 23
Laporan harian pelaksanaan tugas tambahan bagi Pejabat
Pasal 20 Fungsional Tertentu, dapat diperiksa dan diverifikasi oleh Pejabat
(1) Dalam rangka pengukuran kinerja setiap PNS wajib membuat Pimpinan Tinggi/Pejabat Administrator/Pejabat Pengawas atau
laporan harian terhitung mulai aktif bekerja. pejabat lain yang ditunjuk sebagai atasannya.
(2) PNS yang tidak wajib membuat laporan harian adalah:
a. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya; Bagian Kedua
b. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama selain Staf Ahli Gubernur; Variabel dan Indikator Kinerja
c. Pejabat Administrator sebagai kepala OPD; Pasal 24
d. PNS yang melaksanakan tugas belajar; (1) Variabel perilaku kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal
e. PNS pada Sekolah; dan 18 huruf a diukur dengan indikator:
f. PNS di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat a. kehadiran terlambat tanpa izin;
yang ditugaskan pada Kementerian/ lembaga di luar OPD b. pulang lebih cepat tanpa izin;
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang hanya c. tidak masuk kantor tanpa izin; dan
mendapatkan TPD. d. tidak melaksanakan tugas dan/atau perintah kedinasan dari
atasan tanpa alasan yang sah.
Pasal 21 (2) Proporsi atau bobot untuk masing-masing indikator perilaku
(1) Dalam rangka memvalidasi laporan harian, setiap atasan atau kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam
pejabat yang ditunjuk wajib memeriksa dan memverifikasi Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan
laporan harian setiap bawahan atau PNS yang menjadi Penghasilan (IPKPTP).
kewenangannya paling sedikit sekali dalam 5 (lima) hari.
Pasal 25 sebagaimana dimaksud pada huruf a atau huruf b, juga
(1) Variabel prestasi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal dilakukan pengukuran terhadap indikator “persentase realisasi
18 huruf b diukur dengan indikator: anggaran sampai dengan bulan pengukuran kinerja terhadap
a. Pejabat Pelaksana meliputi: anggaran kas sampai dengan bulan pengukuran kinerja, kegiatan
1. pelaksanaan tugas pokok; yang dikelola oleh bagian/bidang/sekretariat/UPTD atau OPD
2. pelaksanaan tugas tambahan; dan khusus untuk Rumah Sakit dan Inspektorat Provinsi”.
3. ketepatan waktu penyampaian laporan harian. (2) Proporsi atau bobot untuk masing-masing indikator
b. Pejabat Fungsional Tertentu, meliputi: prestasi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan
1. pencapaian bahan angka kredit setiap bulan; dalam Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan
2. pelaksanaan tugas tambahan; dan Tambahan Penghasilan (IPKPTP).
3. ketepatan waktu penyampaian laporan harian.
c. Pejabat Administrator dan Pejabat Pengawas, meliputi: Bagian Ketiga
1. pelaksanaan tugas pokok; Indikator yang dikecualikan
2. pelaksanaan tugas tambahan; Pasal 26
3. persentase realisasi anggaran sampai dengan bulan (1) Realisasi anggaran suatu kegiatan yang tidak sesuai dengan
pengukuran kinerja terhadap anggaran kas sampai anggaran kas yang disebabkan faktor lain diluar kemampuan
dengan bulan pengukuran kinerja, kegiatan yang pelaksana kegiatan, penilaian terhadap indikator terkait kegiatan
dikelola oleh: tersebut dikecualikan atau kegiatan tersebut dikeluarkan dari
a) subag/subid/seksi untuk Pejabat Pengawas sebagai mekanisme pengukuran prestasi kerja.
PPTK; (2) Realisasi anggaran suatu kegiatan yang tidak sesuai dengan
b) bagian/bidang/ Sekretariat/UPTD untuk Pejabat anggaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib
Administrator sebagai KPA; disertai alasan terjadinya kondisi tersebut dalam suatu surat
c) bagian/bidang/sekretariat/UPTD untuk Pejabat keterangan bermaterai yang ditandatangani oleh kepala
Pengawas yang tidak sebagai PPTK; OPD/Biro.
d) bagian/bidang/ sekretariat/UPTD untuk Pejabat (3) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat
Administrator sebagai PPTK; atau dibuat untuk menjelaskan 1 (satu) kegiatan atau lebih yang
e) OPD untuk Pejabat Administrator yang tidak sebagai dilaksanakan oleh OPD/Biro.
KPA/PPTK;
4. ketepatan waktu penyampaian laporan harian. Bagian Keempat
d. Pejabat selain kepala OPD yang bertugas di Rumah Izin
Sakit Umum Daerah, Rumah Sakit Khusus Daerah, Pasal 27
dan Inspektorat Provinsi, meliputi: (1) Izin dalam rangka pengukuran variabel perilaku kerja, dengan
1. pelaksanaan tugas pokok; ketentuan sebagai berikut:
2. pelaksanaan tugas tambahan; a. maksimal izin hadir terlambat, dihitung dari akumulasi
3. persentase realisasi anggaran sampai dengan waktu keterlambatan selama 8 (delapan) jam dalam 1 (satu)
bulan pengukuran kinerja terhadap anggaran kas bulan;
sampai dengan bulan pengukuran kinerja, b. maksimal izin pulang lebih cepat, dihitung dari
kegiatan APBD yang dikelola oleh OPD; dan akumulasi waktu pulang lebih cepat selama 8 (delapan) jam
4. ketepatan waktu penyampaian laporan harian. dalam 1 (satu) bulan;
e. Pejabat Pelaksana atau Pejabat Fungsional Tertentu yang c. izin tidak masuk kerja untuk kepentingan pribadi atau
menjabat sebagai PPTK, selain indikator dari variabel prestasi keluarga mengurangi hak cuti tahunan;
kerja Pejabat Pelaksana atau Pejabat Fungsional Tertentu d. izin hadir terlambat, izin pulang lebih cepat, dan izin tidak
masuk kerja harus disampaikan oleh PNS yang untuk kelebihan jam kerja sebanyak 3 (tiga) jam dihitung telah
bersangkutan kepada atasan langsung untuk mendapatkan melaksanakan 1 (satu) tugas tambahan, dan untuk kelebihan
persetujuan izin secara tertulis. jam kerja sebanyak 7 (tujuh) jam atau lebih dihitung telah
e. format surat izin sebagaimana tercantum dalam lampiran VII melaksanakan 2 (dua) tugas tambahan;
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari d. pelaksanaan tugas pokok dan/atau tugas tambahan di luar hari
peraturan gubernur ini. kerja yang pelaksanaannya paling singkat 5 (lima) jam setiap
(2) Dalam rangka pelaksanaan pengaturan izin sebagaimana hari, dihitung telah melaksanakan 1 (satu) tugas pokok, dan
dimaksud pada ayat (1), setiap OPD/Biro wajib menggunakan kelebihan jam kerja sebanyak 3 (tiga) jam atau lebih, dihitung
absensi online. telah melaksanakan 1 (satu) tugas tambahan;
e. waktu yang digunakan untuk mengikuti apel pagi/apel sore
Bagian Kelima dimasukan dalam perhitungan tugas pokok;
Cuti f. mengikuti upacara bendera gabungan yang diperintahkan oleh
Pasal 28 atasan, setiap kalinya dihitung telah melaksanakan 1 (satu)
PNS yang melaksanakan cuti diatur dengan ketentuan sebagai tugas tambahan;
berikut: g. mengikuti kegiatan pembinaan fisik dan mental yang
a. melaksanakan cuti lebih kecil dari atau sama dengan 10 dilaksanakan oleh OPD setiap 2 (dua) kali, dihitung telah
(sepuluh) hari kerja dalam 1 (satu) bulan, setiap hari melaksanakan 1 (satu) tugas tambahan;
pelaksanaan cuti dihitung telah melaksanakan tugas pokok h. mengikuti kegiatan pembinaan fisik dan mental gabungan yang
sebanyak 1 (satu) kali. dilaksanakan terpusat pada 1 (satu) tempat tertentu, setiap
b. Melaksanakan cuti lebih dari 10 (sepuluh) hari kerja dalam 1 kalinya dihitung telah melaksanakan 1 (satu) tugas
(satu) bulan, hanya dibayarkan TPD dan tidak dibayarkan TPK tambahan;
pada bulan berikutnya. i. melaksanakan perjalanan dinas yang ditugaskan oleh atasan,
setiap 1 (satu) hari dihitung telah melaksanakan tugas sebanyak
Bagian Keenam 1 (satu) tugas pokok;
Penghitungan Pelaksanaan Tugas Pokok dan Tugas Tambahan
Paragraf 2
Paragraf 1 Bagi OPD/UPTD/Bagian/Bidang yang Melaksanakan 6 (Enam)
Bagi OPD/UPTD yang Melaksanakan 5 (Lima) Hari Kerja dalam Hari Kerja dalam 1 (satu) Minggu
1 (satu) Minggu Pasal 30
Pasal 29 Penghitungan tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka
Penghitungan tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengukuran variabel prestasi kerja bagi pejabat struktural dan
pengukuran variabel prestasi kerja bagi PNS yang bertugas pada pejabat fungsional umum yang bertugas pada OPD/UPTD yang
OPD/UPTD yang memiliki 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) memiliki 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, dilaksanakan
minggu, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pelaksanaan tugas pokok dan/atau tugas tambahan selama 5 a. pelaksanaan tugas pokok atau tugas tambahan selama 4 (empat)
(lima) jam dalam 1 (satu) hari, dinilai telah melaksanakan 1 jam dalam 1 (satu) hari, dinilai telah melaksanakan tugas
(satu) tugas pokok pada hari tersebut; pokok pada hari tersebut;
b. dalam hal akumulasi pelaksanaan tugas pokok dan/atau tugas b. dalam hal akumulasi pelaksanaan tugas pokok atau tugas
tambahan kurang dari 5 (lima) jam dalam 1 (satu) hari, dinilai tambahan kurang dari 4 (empat) jam dalam 1 (satu) hari, dinilai
tidak melaksanakan tugas pokok pada hari tersebut; tidak melaksanakan tugas pokok pada hari tersebut;
c. dalam hal pelaksanaan tugas pokok dan/atau tugas c. dalam hal pelaksanaan tugas pokok atau tugas tambahan lebih
tambahan lebih dari 5 (lima) jam dalam 1 (satu) hari, maka dari 4 (empat) jam dalam 1 (satu) hari, maka untuk kelebihan
jam kerja sebanyak 3 (tiga) jam, dihitung telah melaksanakan 1 d. tugas tambahan adalah tugas kedinasan yang diperintahkan
(satu) tugas tambahan, dan untuk kelebihan jam kerja sebanyak atasan, tetapi dari pelaksanaannya tidak mendapatkan nilai
7 (tujuh) jam atau lebih, dihitung telah melaksanakan 2 (dua) angka kredit dan juga tidak merupakan bagian langsung dari
tugas tambahan; proses kegiatan yang dapat dinilai angka kreditnya;
d. pelaksanaan tugas pokok dan/atau tugas tambahan di luar hari e. setiap pelaksanaan tugas tambahan sebanyak 3 (tiga) jam
kerja, yang pelaksanaannya paling singkat 4 (empat) jam setiap atau lebih dalam 1 (satu) hari, dihitung telah
hari, dan kelebihan jam kerja sebanyak 3 (tiga) jam atau lebih melaksanakan 1 (satu) tugas tambahan;
dihitung telah melaksanakan 1 (satu) tugas tambahan; f. waktu yang digunakan untuk mengikuti apel pagi/apel sore,
e. waktu yang digunakan untuk mengikuti apel pagi/apel sore, dimasukan dalam perhitungan tugas tambahan;
dimasukan dalam perhitungan tugas pokok; g. mengikuti upacara bendera gabungan yang diperintahkan
f. mengikuti upacara bendera gabungan yang diperintahkan oleh oleh atasan, setiap kalinya dihitung telah melaksanakan 1
atasan, setiap kalinya dihitung telah melaksanakan 1 (satu) (satu) tugas tambahan;
tugas tambahan; h. mengikuti kegiatan pembinaan fisik dan mental yang
g. mengikuti kegiatan pembinaan fisik dan mental yang dilaksanakan oleh OPD setiap 2 (dua) kali, dihitung telah
dilaksanakan oleh OPD setiap 2 (dua) kali, dihitung telah melaksanakan 1 (satu) tugas tambahan;
melaksanakan 1 (satu) tugas tambahan; i. mengikuti kegiatan pembinaan fisik dan mental gabungan
h. mengikuti kegiatan pembinaan fisik dan mental gabungan yang yang dilaksanakan terpusat pada 1 (satu) tempat tertentu,
dilaksanakan terpusat pada 1 (satu) tempat tertentu, setiap setiap kalinya dapat dihitung telah melaksanakan 1 (satu)
kalinya dihitung telah melaksanakan 1 (satu) tugas tambahan; tugas tambahan;
i. melaksanakan perjalanan dinas yang ditugaskan oleh atasan, j. melaksanakan perjalanan dinas yang ditugaskan oleh
setiap 1 (satu) hari dihitung telah melaksanakan tugas sebanyak atasan, tidak dapat dihitung telah melaksanakan tugas
1 (satu) tugas pokok; pokok, kecuali pada kegiatan perjalanan dinas tersebut
terdapat kegiatan yang mendapat penilaian angka kreditnya;
Paragraf 3 k. melaksanakan perjalanan dinas yang ditugaskan oleh atasan
Bagi Pejabat Fungsional Tertentu dalam rangka pelaksanaan tugas yang tidak memiliki nilai
Pasal 31 angka kredit, setiap harinya dapat dinilai telah
(1) Penghitungan pelaksanaan tugas pokok dan tugas tambahan melaksanakan 1 (satu) tugas tambahan.
dalam rangka pengukuran variabel prestasi kerja bagi Pejabat (2) Pejabat Fungsional Tertentu yang proses pelaksanaan
Fungsional Tertentu, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai pekerjaannya tidak bisa diselesaikan setiap bulan dan penilaian
berikut: perkiraan angka kreditnya juga tidak bisa dihitung setiap
a. perhitungan tugas pokok dilakukan berdasarkan jumlah bulan, maka perhitungan tugas pokok dan tugas tambahannya
perkiraan nilai angka kredit yang dikumpulkan dalam 1 menggunakan pengaturan tugas pokok dan tugas tambahan bagi
(satu) bulan; pejabat Administrasi.
b. perhitungan pelaksanaan tugas pokok dilakukan dengan
membandingkan antara jumlah perkiraan angka kredit yang Paragraf 4
dikumpulkan dalam 1 (satu) bulan dengan target angka Bagi PNS yang Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan
kredit yang harus dikumpulkan dalam 1 (satu) bulan; Pasal 32
c. untuk mendapatkan skor pencapaian tugas pokok JFT (1) Pejabat Administrator, Pengawas dan Pejabat Pelaksana yang
dalam 1 (satu) bulan dan target angka kredit 1 (satu) bulan ditugaskan mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis,
dilakukan dengan menggunakan rumus sebagaimana pendidikan dan pelatihan fungsional, pendidikan dan pelatihan
tercantum dalam lampiran VIII yang merupakan bagian yang kepemimpinan, workshop, bimbingan teknis, sosialisasi, atau
tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini; pendidikan dan pelatihan sejenis, perhitungan tugas pokok dan
tugas tambahannya dengan ketentuan sebagai berikut: dan besaran tambahan penghasilan yang diterima PNS pada
(2) Pejabat fungsional tertentu yang ditugaskan mengikuti suatu OPD;
pendidikan dan pelatihan teknis, pendidikan dan pelatihan e. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan
fungsional, pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, workshop, Tambahan Penghasilan 1 (IPKPTP 1), untuk
bimbingan teknis, sosialisasi, atau pendidikan dan pelatihan mengukur kinerja dan menghitung tambahan penghasilan
sejenis, penilaian tugas pokoknya berdasarkan angka kredit yang Pejabat Pelaksana yang bekerja pada OPD/Biro/UPTD;
didapat, sedangkan untuk perhitungan tugas tambahan f. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan
berdasarkan pada setiap 1 (satu) hari pelaksanaannya dihitung Penghasilan 1.1 (IPKPTP 1.1), untuk mengukur kinerja dan
telah melaksanakan 1 (satu) tugas tambahan. menghitung tambahan penghasilan Pejabat Pelaksana yang
menjabat sebagai PPTK dan bekerja pada OPD/Biro/UPTD;
Bagian Ketujuh g. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan
Konversi Hasil Perhitungan Tugas Pokok Penghasilan 2 (IPKPTP 2), untuk mengukur kinerja
Menjadi Perhitungan Tugas Tambahan dan menghitung tambahan penghasilan Pejabat Fungsional
Paasl 33 tertentu;
Dalam hal jumlah perhitungan pelaksanaan tugas pokok dalam 1 h. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan
(satu) bulan telah melebihi jumlah hari kerja pada bulan tersebut, Penghasilan 2.1 (IPKPTP 2.1), untuk mengukur kinerja dan
maka kelebihan perhitungan pelaksanaan 1 (satu) tugas pokok menghitung tambahan penghasilan Pejabat Fungsional
dapat dikonversi menjadi perhitungan pelaksanaan 1 (satu) tugas Tertentu yang menjabat sebagai PPTK;
tambahan. i. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan
Tambahan Penghasilan 3 (IPKPTP 3), untuk
Bagian Kedelapan mengukur kinerja dan menghitung tambahan penghasilan
Instrumen Pejabat Administrator dan Pengawas yang bekerja pada OPD/
Pasal 34 Biro/UPTD;
(1) Untuk menghitung skor kinerja dan tambahan penghasilan yang j. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan
diterima PNS, menggunakan instrumen sebagaimana tercantum Penghasilan 3.1 (IPKPTP 3.1), untuk mengukur kinerja dan
dalam lampiran IX sampai dengan lampiran XXI yang menghitung tambahan penghasilan Pejabat Administrator
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur dan Pengawas pada Badan Keuangan Daerah;
ini. k. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan
(2) Instrumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas: Penghasilan 4 (IPKPTP 4), untuk mengukur kinerja
a. Rekapitulasi Daftar Kehadiran, untuk merekap kehadiran dan menghitung tambahan penghasilan Sekretaris Daerah,
setiap PNS yang dibuat oleh pejabat pelaksana fungsi Asisten Sekretaris Daerah, Kepala OPD dan Kepala Biro;
kepegawaianan OPD, yang digunakan sebagai dasar bagi l. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan
pejabat penilai untuk menilai perilaku kerja; Penghasilan 5 (IPKPTP 5), untuk mengukur kinerja dan
b. Rekapitulasi Realisasi Anggaran dan Anggaran Kas, untuk menghitung tambahan penghasilan Staf Ahli Gubernur;
merekap total realisasi anggaran dan total anggaran kas (3) Setiap pejabat yang melaksanakan pengisian Instrumen
sampai bulan pengukuran kinerja yang dibuat oleh sebagaimana dimaksud pada ayat (2), bertanggung jawab secara
bendahara, yang digunakan sebagai dasar bagi pejabat penuh terhadap kebenaran data yang diisikan.
penilai untuk menilai prestasi kerja;
c. Laporan Harian, untuk mencatat pekerjaan harian setiap Bagian Kesembilan
PNS; Pejabat Penilai
d. Daftar Rekapitulasi Pengukuran Kinerja dan Besaran Pasal 35
Tambahan Penghasilan, untuk merekap total skor kinerja (1) Pengukuran kinerja Sekretaris Daerah dan Staf Ahli
Gubernur dihimpun dan diakumulasikan oleh Biro Organisasi (3) Pelaksanaan pengukuran kinerja terhadap PNS di Lingkungan
dan disahkan oleh Gubernur. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang ditugaskan pada
(2) Pengukuran kinerja Asisten Sekretaris Daerah dihimpun dan Kementerian/ lembaga di luar OPD Pemerintah Provinsi
diakumulasikan oleh Biro Organisasi dan disahkan oleh Sumatera Barat dilakukan oleh pejabat Pimpinan Tinggi
Sekretaris Daerah. Pratama/ Pejabat Administrator/ Pejabat Pengawas yang
(3) Pengukuran kinerja Kepala OPD dihimpun dan diakumulasikan ditunjuk pada OPD tempat gajinya dibayarkan dengan ketentuan
oleh pejabat yang melaksanakan fungsi kepegawaian pada sebagai berikut:
masing-masing OPD dan disahkan oleh Sekretaris Daerah. a. perilaku kerja dinilai berdasarkan laporan daftar rekapitulasi
(4) Pengukuran kinerja Kepala Biro pada Sekretariat Daerah, kehadiran dan catatan lain yang diperlukan dari pimpinan
dihimpun dan diakumulasikan oleh pejabat yang melaksanakan lembaga yang bersangkutan ditugaskan.
fungsi kepegawaian pada masing-masing Biro dan disahkan oleh b. prestasi Kerja dinilai berdasarkan laporan harian yang telah
Asisten Sekretaris Daerah yang menjadi atasan langsung. divalidasi oleh atasan langsung atau pejabat yang ditunjuk
(5) Pengukuran Kinerja Pejabat Adminstrator selain kepala OPD pada lembaga yang bersangkutan ditugaskan.
dilaksanakan oleh atasan langsung. (4) IPKPTP diisi oleh pejabat penilai berdasarkan analisis terhadap:
(6) Pengukuran Kinerja Pejabat Pengawas, dilaksanakan oleh a. laporan harian;
Pejabat Administrator sebagai atasan langsung. b. laporan realisasi anggaran terhadap anggaran kas;
(7) Pengukuran kinerja Pejabat Pelaksana dilaksanakan oleh c. laporan realisasi penerimaan pajak dan retribusi;
Pejabat Pengawas sebagai atasan langsung. d. rekomendasi kebijakan tertulis yang disampaikan kepada
(8) Pengukuran kinerja Pejabat Fungsional Tertentu, Gubernur;
dilaksanakan oleh Kepala OPD dan dapat didelegasikan kepada e. bukti kerja untuk menghitung angka kredit;
Pejabat Administrator/ Pejabat Pengawas sebagai atasan f. laporan rekapitulasi kehadiran bulanan; dan/atau
langsung masing-masing. g. catatan harian pejabat penilai.
(9) Pengesahan IPKPTP oleh Gubernur dan Sekretaris Daerah, dapat (5) Pejabat Penilai dan PNS yang dinilai wajib menandatangani
didelegasikan kepada pejabat terkait. formulir pengukuran kinerja yang telah diisi setiap bulannya.

Bagian Kesepuluh Pasal 37


Tata Cara Pengukuran Kinerja (1) Pejabat Pelaksana, Pejabat Fungsional Tertentu, Pejabat
Pasal 36 Pelaksana/ Pejabat Fungsional Tertentu yang menjabat sebagai
(1) Pejabat Penilai wajib melakukan pengukuran kinerja PNS di PPTK, Pejabat Pengawas, Pejabat Administrator selain kepala OPD
lingkungan unit kerja masing-masing setiap bulan, dengan wajib menyampaikan laporan hariannya setiap tanggal 1 (satu)
menggunakan IPKPTP yang telah ditetapkan. bulan berikutnya kepada atasan langsung atau pejabat yang
(2) Dalam rangka pembayaran tambahan penghasilan terhadap ditunjuk.
PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengukuran (2) Staf Ahli Gubernur wajib menyampaikan rekomendasi kebijakan
kinerjanya dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk pada OPD tertulis yang telah diketahui oleh Gubernur setiap tanggal 1
tempat gajinya dibayarkan atau OPD ditempatkan, dengan (satu) bulan berikutnya kepada Biro Organisasi.
ketentuan: (3) Pejabat Fungsional Tertentu wajib menyampaikan laporan
a. perilaku kerja dinilai berdasarkan laporan daftar rekapitulasi kegiatan hariannya dan menunjukkan bukti-bukti kerja kepada
kehadiran dan catatan lain yang diperlukan dari pimpinan Kepala OPD/Biro, Pejabat Administrator/Pejabat Pengawas yang
lembaga yang bersangkutan ditugaskan; menjadi atasannya.
b. prestasi kerja dinilai berdasarkan laporan harian yang (4) PNS yang ditugaskan melaksanakan suatu kegiatan di luar
telah divalidasi oleh atasan langsung atau pejabat yang kantor yang jadwalnya melewati tanggal 1 (satu) bulan
ditunjuk. berikutnya, harus menyelesaikan seluruh kewajibannya terkait
dengan pengukuran kinerja pada 1 (satu) hari kerja sebelum b. jumlah PNS OPD 101 (seratus satu) sampai dengan 200 (dua
pelaksanaan kegiatan dilakukan. ratus) orang, ditunjuk paling banyak 3 (tiga) orang;
(5) PNS yang mengambil hak cuti yang jadwal mulai masuk kerjanya c. jumlah PNS OPD 201 (dua ratus satu) sampai dengan 300
setelah tanggal 1 (satu), wajib menyelesaikan seluruh (tiga ratus) orang, ditunjuk paling banyak 4 (empat) orang;
kewajibannya terkait dengan pengukuran kinerja pada 1 (satu) d. jumlah PNS OPD lebih dari 300 (tiga ratus) orang, ditunjuk
hari kerja sebelum pelaksanaan cuti dilakukan. paling banyak 5 (lima) orang.
(6) Setiap atasan atau pejabat yang ditunjuk wajib mengisi IPKPTP (4) Petugas Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja OPD/Biro
PNS yang menjadi kewenangannya dan menyampaikannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2), bertugas untuk:
kepada pejabat struktural yang melaksanakan fungsi a. memeriksa kebenaran cara pengisian IPKPTP setiap PNS;
kepegawaian atau ketatausahaan pada OPD/Biro setiap tanggal b. memverifikasi data yang digunakan dalam mengisi
5 (lima) bulan berikutnya. IPKPTP dengan memeriksa instrumen pendukung;
(7) Pejabat yang melaksanakan fungsi kepegawaian atau c. melaporkan kepada Kepala OPD/Biro, apabila diketahui
ketatausahaan pada OPD/Biro wajib mengumpulkan dan terdapat PNS atau pejabat penilai melakukan pengukuran
mengarsipkan IPKPTP sekaligus merekapitulasi hasil kinerja tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
pengukuran kinerja dan besaran tambahan penghasilan seluruh (5) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
PNS di lingkungan OPD/Biro. (4), Petugas Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja OPD
berwenang:
Pasal 38 a. merubah sebagian atau keseluruhan IPKPTP yang tidak
PNS yang mengalami mutasi tugas antar OPD/UPTD, wajib sesuai dengan instrumen pendukung;
membawa: b. meminta seluruh data atau instrumen pendukung
a. laporan harian yang telah divalidasi oleh atasannya; pengisian IPKPTP kepada PNS atau pejabat penilai.
b. IPKPTP yang telah disahkan dan belum digunakan sebagai dasar (6) Daftar rekapitulasi Pengukuran Kinerja Dan Besaran Tambahan
untuk pembayaran tambahan penghasilan; dan Penghasilan OPD yang telah diperiksa dan diverifikasi oleh
c. surat keterangan mulai dihentikan pembayaran tambahan Petugas Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja OPD, selanjutnya
penghasilan oleh instansi yang lama. disetujui dan disahkan oleh Kepala OPD/Biro.
(7) Terhadap Petugas Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja OPD,
Bagian Kesebelas dapat diberikan honorarium setiap bulan sesuai ketentuan
Petugas Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja OPD peraturan perundang-undangan.
Pasal 39
(1) Kepala OPD/Biro bertanggung jawab terhadap kebenaran BAB IV
pengisian IPKPTP PNS di lingkungannya dan Daftar Rekapitulasi LEMBUR
Pengukuran Kinerja dan Besaran Tambahan Penghasilan Pasal 40
OPD/Biro. (1) Kepala OPD/Biro/UPTD secara selektif dapat memerintahkan
(2) Untuk menjamin kebenaran pengisian IPKPTP dan Daftar PNS melaksanakan lembur untuk menyelesaikan pekerjaan.
Rekapitulasi Pengukuran Kinerja dan Besaran Tambahan (2) Lembur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
Penghasilan OPD/Biro sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan kriteria sebagai berikut:
kepala OPD/Biro dapat menunjuk PNS di lingkungannya sebagai a. pekerjaan yang sifatnya penting;
Petugas Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja OPD. b. pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan pada jam/hari kerja;
(3) Jumlah PNS sebagai Petugas Pemeriksa Hasil Pengukuran atau
Kinerja OPD dengan sesuai ketentuan sebagai berikut: c. pekerjaan yang harus segera diselesaikan dan tidak dapat
a. jumlah PNS OPD sampai dengan 100 (seratus) orang, ditunda.
ditunjuk paling banyak 2 (dua) orang;
Pasal 41 hasil pengukuran kinerja, masing-masing OPD mengajukan
(1) Pagu anggaran Uang Lembur bagi masing-masing OPD/Biro SPP dan SPM pembayaran TPP dengan melampirkan daftar
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. rekapitulasi pengukuran kinerja dan besaran TPP OPD/Biro
(2) Kepala OPD/Biro mengalokasikan secara proporsional besaran yang telah disetujui dan disahkan oleh kepala OPD/Biro, paling
Uang Lembur bagi masing-masing bagian/bidang/UPTD sesuai lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya.
fungsi dan beban kerja yang dilaksanakan. (2) Pembayaran tambahan penghasilan berdasarkan kinerja kepada
(3) Uang Lembur dibayarkan sesuai dengan anggaran yang tersedia. PNS, dilakukan paling lambat tanggal 15 (lima belas) setiap
(4) Dalam hal alokasi anggaran lembur belum ditetapkan, Uang bulannya.
Lembur pada OPD/Biro tidak dibayarkan.
Bagian Kedua
Pasal 42 Pembayaran Tambahan Penghasilan
Jumlah jam bekerja diluar jam/hari kerja yang sudah Bagi yang Mengalami Perubahan Jabatan
dikompensasikan menjadi Uang Lembur tidak dapat dihitung lagi Pasal 46
menjadi tugas pokok dan/atau tugas tambahan. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang ditugaskan menjadi Penjabat
Bupati/ Walikota atau Penjabat Sekretaris Kabupaten/Kota tetap
Pasal 43 diberikan tambahan penghasilan sebesar TPD, sesuai dengan
(1) Ketentuan Lembur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 tidak jabatan terakhir sebelum yang bersangkutan diangkat menjadi
berlaku bagi PNS yang bekerja pada UPTD Pelayanan Penjabat Bupati/Walikota ATAU Penjabat Sekretaris Daerah
Pendapatan Provinsi dan Unit Layanan Perpustakaan Daerah. Kabupaten/Kota.
(2) Lembur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 47
(1) PNS yang dimutasikan antar OPD/Biro, pembayaran TPP bulan
BAB V berikutnya dilaksanakan oleh OPD/Biro yang baru.
PROSEDUR PEMBAYARAN (2) PNS yang mendapat promosi dalam jabatan yang lebih tinggi,
Bagian Kesatu pembayaran tambahan penghasilan dengan ketentuan sebagai
Pencairan Dana Tambahan Penghasilan berikut:
Pasal 44 a. jika pelantikan dilaksanakan ≤ tanggal 10 (sepuluh) maka,
(1) Kinerja bulan Januari dijadikan dasar pembayaran TPP bulan pembayaran TPP bulan berikutnya dengan standar biaya
Januari yang dibayarkan pada bulan Februari, dan seterusnya. jabatan yang baru;
(2) Pada bulan Desember dibayarkan TPP sebanyak 2 (dua) kali b. jika pelantikan dilaksanakan > tanggal 10 (sepuluh) maka
yaitu: pembayaran TPP bulan berikutnya dengan standar biaya
a. TPP bulan November berdasarkan kinerja bulan November jabatan yang lama.
yang dibayarkan pada awal bulan Desember; dan (3) PNS yang mendapat kenaikan atau penurunan pangkat yang
b. TPP bulan Desember berdasarkan kinerja bulan Desember berkonsekuensi pada perubahan standar biaya tambahan
yang dibayarkan pada akhir bulan Desember. penghasilan, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
(3) Untuk pembayaran TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) a. pembayaran tambahan penghasilan dilakukan berdasarkan
huruf b, hari kerja yang dihitung untuk pembayaran TPP bulan standar biaya pangkat terakhir mulai berlaku;
Desember adalah sampai dengan tanggal 20 Desember. b. dalam hal ini surat keputusan kenaikan atau penurunan
pangkat terlambat diterima atau diketahui oleh pejabat
Pasal 45 terkait, maka dibayarkan atau ditarik kembali sebanyak
(1) Berdasarkan daftar rekapitulasi pengukuran kinerja dan selisih standar biaya yang berlaku pada pembayaran
besaran TPP yang telah diverifikasi oleh petugas pemeriksa tambahan penghasilan berikutnya.
Pasal 48 perundang-undangan.
(1) PNS yang diberhentikan dari jabatan Pimpinan Tinggi Pratama/
Administrator/Pengawas akibat penataan OPD dan/atau BAB VI
pertimbangan selain hukuman disiplin, dapat diberikan KEBERATAN ATAS HASIL PENGUKURAN KINERJA
tambahan penghasilan dengan ketentuan sebagai berikut : Pasal 50
a. jika diberhentikan ≤ tanggal 10 (sepuluh) maka pembayaran (1) PNS yang dinilai, dapat mengajukan keberatan atas hasil
TPP bulan berikutnya dengan standar biaya jabatan yang pengukuran kinerja yang telah dilakukan pada saat
baru; penandatanganan IPKPTP.
b. jika diberhentikan > tanggal 10 (sepuluh) maka pembayaran (2) Keberatan atas hasil pengukuran kinerja sebagaimana
TPP bulan berikutnya dengan standar biaya jabatan yang dimaksud pada ayat (1) dibahas dan diselesaikan oleh Atasan
lama. Pejabat Penilai secara berjenjang sampai kepada Kepala
(2) PNS yang diberhentikan sementara dari jabatan Pimpinan Tinggi OPD/Biro.
Pratama/ Administrator/Pengawas karena sedang dalam proses (3) Atasan Pejabat Penilai dan/atau Kepala OPD/Biro wajib
hukum selain yang terkait dengan pelanggaran disiplin, dapat membahas dan menyelesaikan bersama-sama dengan pihak
diberikan TPP sampai ditetapkan putusan pengadilan yang yang bersengketa, berdasarkan bukti- bukti pendukung yang
memiliki kekuatan hukum tetap sebesar TPD dengan standar ditunjukan oleh kedua belah pihak.
biaya jabatan Pelaksana. (4) Pejabat Penilai dan PNS yang dinilai wajib menandatangani
(3) PNS yang diberhentikan dari jabatan Pimpinan Tinggi Madya IPKPTP dengan hasil pengukuran yang telah diputuskan oleh
atau Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama dan mendapat masa Kepala OPD/Biro yang bersangkutan.
bebas tugas atau masa tunggu, dapat diberikan tambahan (5) IPKPTP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) selanjutnya
penghasilan dengan ketentuan sebagai berikut: dijadikan dasar penghitungan pemberian besaran TPK, Uang
a. jika diberhentikan ≤ (kecil dari atau sama dengan) tanggal 10 Lembur dan/atau TPPT.
(sepuluh) maka pembayaran TPP bulan berikutnya dengan
standar biaya jabatan yang baru; BAB VII
b. jika diberhentikan > (besar dari) tanggal 10 (sepuluh) maka PENGAWASAN
pembayaran TPP bulan berikutnya dengan standar biaya Pasal 51
jabatan yang lama. (1) Dalam rangka melakukan pengawasan, Inspektorat melakukan
(4) Pada bulan tmt pensiun, PNS yang pensiun masih menerima TPP pemeriksaan terhadap pelaksanaan pemberian tambahan
untuk kinerja bulan sebelumnya. penghasilan berdasarkan kinerja pada setiap OPD secara
(5) PNS yang meninggal dunia masih menerima TPP untuk kinerja rutinitas.
bulan sebelumnya. (2) Untuk melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Inspektorat berwenang:
Bagian Ketiga a. melakukan pengujian terhadap ketaatan
Penghentian dan Pembayaran Kembali Tambahan Penghasilan dan kebenaran pembuatan Laporan Harian;
Pasal 49 b. melakukan uji petik terhadap data yang diisikan dalam
(1) Upaya administratif yang diajukan PNS terhadap hukuman daftar rekapitulasi pengukuran kinerja dan besaran
disiplin yang diterimanya, tidakmengenyampingkan pelaksanaan tambahan penghasilan;
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16; c. memberikan rekomendasi kepada pihak terkait untuk
(2) Apabila keputusan pejabat yang berwenang menghukum menghentikan sementara pembayaran tambahan
dibatalkan atau PNS yang bersangkutan terbukti tidak bersalah, penghasilan.
maka terhitung sejak mulai diberhentikan, tambahan
penghasilannya dibayarkan kembali sesuai ketentuan peraturan
BAB VIII BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN KETENTUAN PENUTUP
Pasal 52 Pasal 55
Apabila jadwal yang terkait dengan pengukuran kinerja dan Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka
pembayaran tambahan penghasilan jatuh pada hari libur, maka Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 1 2 Tahun 2015
jadwal tersebut ditunda sampai pada hari pertama masuk kerja tentang tentang Tambahan Penghasilan Bagi PNS di Lingkungan
setelah hari libur. Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat (Berita Daerah Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2015 Nomor 12) sebagaimana telah diubah
BAB IX beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Gubernur Sumatera Barat
SANKSI ADMINISTRATIF Nomor 65 Tahun 2018 (Berita Daerah Provinsi Sumatera Barat
Pasal 53 Tahun 2018 Nomor 65), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
(1) Pejabat penilai yang memberikan pengukuran kinerja tidak
sesuai dengan bukti kinerja, diberikan sanksi pemotongan Pasal 56
sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari total tambahan Peraturan Gubernur ini mulai berlaku sejak Januari 2020.
penghasilan pada bulan berikutnya. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
(2) Pejabat penilai yang tidak melakukan pengukuran kinerja Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
kepada bawahannya atau tidak membuat IPKPTP bawahan atau Provinsi Sumatera Barat.
pejabat yang menjadi kewenangannya untuk menilai, diberikan
sanksi pemotongan sebesar 50 % (lima puluh persen) dari total
tambahan penghasilan pada bulan berikutnya;
(3) PNS yang tidak membuat laporan harian sebagaimana dimaksud Ditetapkan di Padang
dalam Pasal 20 ayat (1), diberikan sanksi pemotongan sebesar Pada tanggal 17 Januari 2020
75% (tujuh puluh lima persen) dari total tambahan penghasilan GUBERNUR SUMATERA BARAT,
pada bulan berikutnya.
dto
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN IRWAN PRAYITNO
Pasal 54
(1) PNS yang sedang menjalani Masa Persiapan Pensiun atau masa Diundangkan di Padang
bebas tugas dan belum memasuki batas usia pensiun, dapat Pada tanggal 17 Januari 2020
diberikan tambahan penghasilan dalam bentuk TPD dengan SEKRETARIS DAERAH PROVINSI
standar biaya jabatan Pelaksana terhitung mulai tanggal SUMATERA BARAT
Peraturan Gubernur ini berlaku.
(2) Dalam hal sistem pencatatan kehadiran secara online belum dto
tersedia pada OPD/UPTD, pencatatan kehadiran dapat
dilakukan mesin absensi manual dengan tetap menyediakan ALWIS
informasi yang dibutuhkan untuk pengukuran kinerja dan
disahkan oleh pejabat terkait.
(3) PNS yang sedang melaksanakan cuti pada bulan Januari 2020, BERITA DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2020
maka setiap hari pelaksanaan cuti dihitung telah melaksanakan NOMOR : 2
1 (satu) tugas pokok.

38

Anda mungkin juga menyukai