OLEH :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penyusun berhasil
menyelesaikan Proposal Tugas Akhir yang berjudul “TINJAUAN
KETERSEDIAAN AIR BAKU PADA EMBUNG MARILALENG KOTA PARE
PARE ”. Proposal ini merupakan persyaratan untuk mengajukan penelitian Tugas
Akhir, dimana Tugas Akhir merupakan kurikulum program studi teknik sipil
untuk mencapai drajad S-1.
Tugas Akhir ini membahas mengenai Air baku yang dikelola menjadi air
bersih yang kemudian mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Pare Pare
Provinsi Sulewasi Selatan.
Selama pembuatan Tugas Akhir ini, penyusun banyak dapatkan bantuan
dari berbagai pihak, masukan-masukan, dan tuntunan dalam penulisan yang
membuat penulisan ini menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. H. Mukhtar Tahir Syarkawi, MT. Sebagai Dekan Fakultas
Teknik Universitas Muslim Indonesia Makassar.
2. Ibu Dr. Ir. Ratna Musa, MT . Selaku dosen pembimbing I
3. Bapak Ir. Muhammad Haris Umar, M.Sc . Selaku dosen pembimbing II
4. Bapak Ir. Muliadi Aminuddin, M.Sc. Selaku dosen pembimbing III
5. Bapak Dr. Ir. Andi Alifuddin, ST, MT, IPM. Sebagai Ketua Program Studi
Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia
Makassar.
6. Ibu Suriati Abd Muin, ST, MT. Sebagai Sekretaris Program Studi Teknik
Sipil Fakultas Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia Makassar.
7. Seluruh Staf Pengajar, Karyawan dan Civitas Akademika di lingkungan
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia
Makassar.
vi
Makassar, 2020
Penulis,
(Andi Ummul Chaerani/
Dea Rosatikah Khansa Aulia)
vii
DAFTAR ISI
SAMPUL…………………………………………………………………………..i
PENGESAHAN KOMISI PEMBIMBING…………………….………………ii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI………………………………………….iii
TUGAS AKHIR…………………………………………………………………iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………………v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….xi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...xii
DAFTAR NOTASI…………………………………………………………….xiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...xiv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
1.1.Latar Belakang…………………………………………………………... 1
1.2.Rumusan Masalah………………………………………………………. 2
1.4.Batasan Masalah………………………………………………………… 3
1.5.Identifikasi Permasalahan………………………………………………. 4
1.6.Sistematika Penulisan…………………………………………………… 4
2.1.Definisi Embung………………………………………………………… 5
2.1.1.Tinggi Embung…………………………………………………… 5
2.1.2.Tinggi Jagaan…………………………………………………….. 6
viii
2.1.3.Lebar Mercu……………………………………………………….. 7
2.1.4.Panjang Embung…………………………………………………... 7
2.1.5.Volume Embung…………………………………………………... 7
2.2.2 Evapotranspirasi……………………………………………………. 8
2.6.3.1 Kekeruhan………………………………………………... 23
4.1.2 Klimaologi………………………………………………………40
4.1.3 Evapotranspirasi………………………………………………...40
4.5.Tampungan Embung…………………………………………………59
5.1. Kesimpulan………………………...………………………………...62
5.2. Saran…………………………………………………………………62
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..x
xi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Lokasi Alternatif Rencana Penyediaan Air Baku Kota Pare
Pare……………………………………………………………….31
Gambar 4.3. Grafik Jumlah Penduduk Kota Pare-Pare tahun 2018 – 2024
dengan metode Aritmetika, Geometrik, dan Regresi Liniear……56
DAFTAR NOTASI
a = Konstanta
ET = Evaprotranspirasi (mm/th)
X = Variabel Independen
DAFTAR LAMPIRAN
Potensial………………………………………………………....L02
……………………………………………………………………L02
Analisis ketersediaan air embung ini adalah upaya untuk menampung kelebihan
air hujan di musim hujan. Air yang ditampung tersebut selanjutnya dapat
digunakan memenuhi kebutuhan air masyarakat pada saat dimusim kemarau atau
disaat curah hujan makin jarang. Dimana pada musim penghujan jumlah debit air
pada embung bisa melewati batas air permukaan dan akan dilepas melalui saluran
pelimpah hingga mencapai batas air permukaan. Pada musim kemarau akan
terjadi evaporasi dan rembesan dalam skala yang besar yang menyebabkan
pengurangan debit air pada embung secara drastis hingga mencapai batas air
dasar. Analisa ini bertujuan Untuk mengetahui studi ketersediaan air baku pada
embung guna memenuhi kebutuhan air. Embung marilaleng yang dibangun di
Kota Pare Pare Provinsi Sulawesi Selatan ini beroperasi memenuhi kebutuhan air
masyarakat, pengumpulan data terbagi atas 2 yaitu data sekunder dan data primer,
dimana data sekunder itu diambil dari instansi PUPR dan Badan Meteorologi dan
Geo Fisikaberupa data hidrologi penduduk, dimana data hidrologi sendiri terbagi
atas 2 bagian yaitu data curah hujan dan data klimatologi dan untuk data primer
yaitu ketersediaan air dilapangan. Metode yang dinganakan yaitu metode
aritmatik dan metode water balance ( neraca air). Dari hasil analisa kebutuhan air
baku penduduk kota pare pare masyarakat, kebutuhan air masyrakat tidak jauh
berbeda tiap bulannya. Dari hasil perhitungan water balance dapat diketahui air yg
mengisi embung pada musim penghujan dan musim kemarau sangat jauh berbeda,
maka dari itu dari table dan grafik water balance dapat dengan jelas terlihat
kebutuhan air baku masyrakat di musism kemarau tidak dapat terpenuhi terutama
di musim kemarau.
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang serta maksud dan tujuan dari studi kasus ini,
maka timbulpermasalahan yang menarik untuk ditinjau yaitu:
1. Bagaimana menghitung kebutuhan volume air baku penduduk di
kawasan/lokasi
2. Bagaimana menghitung ketersimbangan air embung untuk kebutuhan dan
ketersediaan air penduduk
Tujuan Penelitian
1. Kapasitas debit air Sungai Karajae sebagai sumber air baku utama
penduduk di Kota Pare-Pareyang mengalami penurunan terutama pada
saat musim kemarau panjang yaitu Bulan Juli sampai Bulan September
hanya mampu memproduksi 50% dari total produksi yang ada yaitu
154,38 lt/dt (Sumber : PDAM Kota Parepare).
2. Selain dimanfaatkan untuk pemenuhan air baku penduduk di Kota Pare-
Pare, Sungai Karajae dimanfaatkan pula untuk pemenuhan air baku
penduduk di Kabupaten Sidenreng Rappang.
BAB I PENDAHULUAN
diperoleh dari buletin, jurnal, skripsi, tesis, disertasi dan bentuk laporan
lainnya. Landasan teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang
logis. Artinya, mendudukkan masalah penelitian yang telah dirumuskan
didalam kerangka teoritis relevan yang mampu menjelaskan masalah
tersebut.
BAB V PENUTUP
Memuat tentang hasil simpulan dari pembahasan yang menjadi
sasaran dari tujuan penelitian sekaligus sebagai jawaban atas rumusan
masalah yang telah diajukan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
d. Gempa.
7
𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3
𝑃= (2.1)
𝑛
9
Keterangan :
Metode ini sangat sederhana dan mudah diterapkan, akan tetapi kurang memberikan
hasil yang teliti mengingat tinggi curah hujan yang sesungguhnya tidak mungkin benar-
benar merata pada seluruh DAS. Utamanya di wilayah tropis termasuk Indonesia, sifat
distribusi hujan mmenurut ruang sangat bervariasi, sehingga untuk suatu Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang relatif besar, metode Aritmatik tidak cocok untuk digunakan.
2.2.2 Evapotranspirasi
Evaporasi (penguapan) merupakan peristiwa berubahnya air menjadi uap
dan bergerak dari permukaan tanah dan air disebut. Sedangkan peristiwa
10
penguapan dari tanaman disebut transpirasi. Jika kedua proses tersebut terjadi
dalam waktu yang bersamaan disebut evapotranspirasi.
Karena kondisi yang berubah dari waktu ke waktu, maka harus diakui
bahwa perkiraan evapotranspirasi yang menggunakan harga yang hanya diukur
pada sebagian daerah adalah sulit dan sangat menyimpang. Jika evaporasi pada
suatu daerah meningkat, maka transpirasi akan menurun, begitu juga jika
sebaliknya jika evaporasi menurun maka transpirasi meningkat. Oleh karena itu
komponen E dan T tidak bisa diukur secara terpisah, sehingga kombinasi ET
destimasi dengan keseimbangan air tanah atau metode keseimbangan energi di
atas tanah.
7. Radiasi (Ra)
Keterangan :
Koefisien
Sumber : Metode Penman Academica
12
Ketersediaan air adalah jumlah air (debit) yang diperkirakan terus menerus
ada di suatu lokasi (bendung atau bangunan air lainnya) di sungai dengan jumlah
tertentu dan dalam jangka waktu (periode) tertentu. Air yang tersedia tersebut
dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti air baku yang meliputi air
domestic (air minum dan rumah tangga), non domestik (perdagangan,
perkantoran), industry, pemeliharaan sungai, peternakan, perikanan, irigasi dan
pembangkit listrik tenaga air.
Debit aliran sungai adalah jumlah air yang mengalir melalui tampang
lintang sungai tiap satuan waktu, yang biasanya dinyatakan dalam meter kubik per
detik (m3/detik). Debit aliran sungai merupakan informasi penting yang
diperlukan dalam pemanfaatan sumber daya air, sehingga dibutuhkan ketersediaan
air data debit aliran sungai jangka waktu panjang. Data tersebut bias di dapat dari
hasil pencatatan alat ukur pencatat muka air yang biasa dinamakan AWLR
(Automatic Water Level Recorder). Analisa ketersediaan air/ debit andalan
dihitung berdasarkan posisi rencana intakelokasi alternatif potensi penyediaan air
baku. Adapun metode perhitungan menggunakan metode F.J. Mock.
Dalam SK,SNI (1993), input mode; mock terdiri dari hujan rata-rata
evapotranspirasi potensial . Hujan rata-rata dihitung dari data hujan pos-pos hujan
di dalam dan di sekitar DAS, sedangkan evapotranspirasi potensial dihitung
dengan persamaan penman. Model Mock Menghasilkan keluaran baru
mengeluarkan nilai rata-rata run off bulanan dari input data huja untuk
memperkirakan nilai rata-rata run off dan aliran yang dihasilkan. Pada akhirnya
model ini harus dikalibrasi dengan memperkirakan prameter DAS sampai
perhitungan run off yang berhubungan dengan periode yang berbeda dari data
aliran.
Model Mock mempunyai lima aliran yaitu :
R = Besarnya hujan (mm) dan jika hujan terjadi pada musim kering
WS = 0, maka hujan yang dipakai R (1-PF).
E = Evapotranspirasi aktual (mm)
Persamaan Penman dapat memberikan hasil maksimum evapotranspirasi
potensial. Evapotranspirasi aktual akan berkurang dari evapotranspirasi potensial,
karena air kelembapan tanah tidak selalu tersedia.
Pada musim kering kelembaban tanah selalu rendah sehingga sering terjadi
tanaman mengalami kekurangan air serta menyebabkan tanaman “ stress” dan
“layu“.ModelMockmerumuskan besarnya perbedaan antara evapotranspirasi
potensial yaitu :
∆E = Ep ( m/20 ) ( 18-n ) (2.4)
Keterangan:
∆E = Perbedaan Evapotranspirasi potensial aktual (mm/bln)
INFIL = WS x IF (2.6)
Keterangan:
5) Aliran limpasan (direct run off dalam mm), dihitung dengan rumus :
Keterangan :
16
Daerah aliran sungai (DAS) menurut definisi adalah suatu daerah yang
dibatasi (dikelilingi) oleh garis ketinggian di mana setiap air yang jatuh di
permukaan tanah akan dialirkan melalui satu outlet. Komponen yang ada di dalam
sistem DAS secara umum dapat dibedakan dalam 3 kelompok, yaitu komponen
masukan yaitu curah hujan, komponen output yaitu debit aliran dan polusi /
sedimen, dan komponen proses yaitu manusia, vegetasi, tanah, iklim dan
topografi. Setiap komponen dalam suatu DAS harus dikelola sehingga dapat
mencapai tujuan yang kita inginkan. Tujuan dari pengelolaan DAS adalah
melakukan pengelolaan sumber daya alam secara rasional supaya dapat
dimanfaatkan secara maksimum dan berkelanjutan dan berkelanjutan sehingga
dapat diperoleh kondisi tata air yang baik. Sedangkan pembangunan
berkelanjutan adalah pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam bagi
kepentingan manusia pada saat sekarang ini dengan masih menjamin
kelangsungan pemanfaatan sumber daya alam untuk generasi yang akan dating
(Ratna, 2014).
(𝑦2−𝑦1)
𝑟𝑟 = ×100 atau
𝑦2
𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
rrata – rata= (2.14)
∑𝑛
a. Dilihat dari prinsip keamanan, metode ini dapat dikatakan “tidak aman”
karena dengan angka jumlah penduduk yang kecil secara otomatis jumlah
debit air bersih yang dibutuhkan relative kecil. Sehingga apabila terjadi
kemarau yang panjang debit air yang tersedia tidak lagi mencukupi
kebutuhan.
Cara menghitungnya yaitu dengan persamaan sebagai berikut:
Pn = Po(1+r.n) (2.15)
a. Dilihat dari prinsip keamanan, metode ini dapat dikatakan “aman” karena
dengan angka jumlah penduduk yang besar secara otomatis jumlah debit air
20
Pn = Po(1+r)n. (2.16)
𝑛 ∑ 𝑥𝑦− ∑𝑥∑𝑦
𝑏𝑏 = (2.17)
𝑛 ∑𝑥 2 − (∑𝑥)2
21
Air memiliki daur yang bersifat alamiah. Dalam siklus hidrologi, hujan
yang jatuh ke bumi langsung menjadi aliran ataupun tidak langsung melalui
vegetasi atau media lainnya akan membentuk siklus aliran air mulai dari tempat
yang tinggi (Gunung, Pegunungan) menuju ke tempat yang rendah baik
dipermukaan tanah maupun didalam tanah yang berakhir dilaut.
Secara gravitas (alami) air mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah yang
rendah, dari gunung-gunung, pegunungan ke lembah, lalu ke daerah yang lebih
rendah, sampai ke daerah pantai dan akhirnya akan bermuara ke laut. Aliran air ini
biasanya disebut aliran permukaan tanah karena bergerak diatas muka tanah.
Aliran ini biasanya akan memasuki tangkapan atau daerah aliran menuju ke
system jaringan sungai, system danau ataupun waduk.
Akibat panas matahari air di permukaan bumi juga akan berubah wujud
menjadi gas/uap dalam evaporasi dan bila melalui tanaman disebut transpirasi.
Uap dan gas mengalir dan bergerak di atmosfer dan proses selanjutnya akan
kembali menjadi hujan. Kejadian tersebut akan membentuk suatu pergerakan yang
membentuk suatu siklus dan disebut siklus hidrologi. Siklus ini merupakan
konsep dasar tentang keseimbangan air secara global di bumi. Siklus hidrologi
juga menunjukkan semua yang berhubungan dengan air. Bila dilihat
keseimbangan air secara menyeluruh maka air tanah dan aliran permukaan :
sungai, danau, dan penguapan. Merupakan bagian-bagian dari beberapa aspek
yang menjadikan siklus hidrologi menjadi seimbang sehingga disebut dengan
siklus hidrologi yang tertutup (closed system of the global hydrological cycle).
1. Air Permukaan
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.
Contoh –contoh yang biasa disebutkan antara lain: air di dalam system
sungai, air di dalam system irigasi, air waduk, danau, kolam retensi.
22
2. Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah (definisi dalam UU Sumber Daya Air). Secara
umum, jenis air tanah dapat dilihat dari daerahnya di dalam tanah.
Republik Indonesia Nomo 82 tahun 2001 mengenai Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat)
kelas, yaitu:
a. Kelas 1 (satu), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan untuk peruntukan lain yang mempersyarakatkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas 2 (dua), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
air untuk mengairi pertanaman, dan peruntukan lain yang
mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas 3 (tiga), air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayakan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas 4 (empat), air untuk mengairi pertanaman, dan peruntukan lain yang
mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.
2.6.3.1 Kekeruhan
Kekeruhan yang terjadi pada air disebabkan karena air mengandung bahan
suspense yang dapat menghambat sinar menembus air dan berbagai macam
partikel yang bervariasi ukurannya mulai koloid sampai yang kasar.
Penyebab warna dalam air adalah sisa-sisa bahan organic seperti daun,
dahan-dahan, dan kayu yang telah membusuk. Zat besi kadang-kadang juga
penyebab warna yang tinggi potensinya. Air permukaan yang berwarna kuat
biasanya disebabkan oleh partikel tersuspensi yang berwarna. Warna air yang di
sebabkan oleh partikel suspensi menimbulkan bwarna yang disebut warna semu
(apperent colour), berbeda dengan warna yang disebabkan oleh bahan-bahan
organic yang berbentuk koloid yang disebut warna sejati (true colour).
24
Rasa dan bau dalam air sering disebabkan adanya bahan-bahan organic
dan memungkinkan adanya mikroorganisme penghasil bau yang mempengaruhi
kenyamanan air. Penyebab bau umumnya tidak terdapat dalam jumlah konsentrasi
yang cukup untuk bias dideteksi kecuali hasil baunya itu sendiri.
1. Kebutuhan Domestik
a. Jumlah penduduk
b. Jenis kegiatan
d. Jumlah sambungan
a. Cakupan pelayanan
c. Jenis sambungan
e. Perbandingan SR/HU
g. Angka kebocoran
Besarnya pemakaian air bersih pada suatu daerah tidaklah konstan, tetapi
mengalami fluktuasi. Hal ini tergantung pada aktifitas keseharian dalam
penggunaan air oleh masyarakat. Pada umumnya tingkat kebutuhan air
pada masyarakat dibagi tiga kelompok sebagai berikut :
26
d) Kehilangan Air
Kehilangan air merupakan kehilangan air pada pipa distribusi dan tidak
termasuk dalam katagori pemakaian air. Faktor kehilangan air dibedakan
menjadi dua, yaitu (DPUD Jenderal Cipta Karya Direktorat Air Bersih,
1987) :
10 Jam operasi 24 24 24
Tabel 2.3 Tingkat Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota
Tingkat
Jumlah
No Kategori Kota Sistem Pemakaian
Penduduk
Air
Air yang masuk ke dalam Embung terdiri atas dua kelompok, yaitu (1) air
permukaan dari seluruh daerah tadah hujan (2) air hujan efektif yang langsung
jatuh di atas permukaan kolam. Dengan demikian jumlah air yang masuk ke
dalam Embung dapat dihitung sebagai berikut :
Keterangan :
Vh = Volume air yang dapat mengisi kolam embung selama musim hujan (m 3)
Keterangan :
JKK = Jumlah KK per desa (-), data dapat diperoleh dari buku statistik
Pada perhitungan neraca air ini mempunyai batas lingkup yaitu hanya pada
akuifer bebas (unconfined). Perhitungan air yang masuk (recharge) ialah infiltrasi
yang berasal dari air hujan serta air irigasi sedangkan apabila sedang musim
kemarau infiltrasi yang masuk hanya berasal dari air irigasi,kemudian untuk
perhitungan yang keluar didapatkan oleh perhitungan evapotranspirasi serta debit
air yang diambil oleh industri yang memiliki izin SIPA (Surat Izin
Pengambilan/Penggunaan Air Bawah Tanah) dan asumsi pengambilan air tanah
oleh masyarakat.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
Kota Pare Pare merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang
memiliki posisistrategis karena terletak pada jalur perlintasan transportasi darat
maupun laut, baik arah Utara– Selatan maupun Timur – Barat, dengan luas 99,33
km2 yang secara geografis terletak antara 30 57’ 39” - 40 04’ 49” Lintang Selatan
dan 1190 36’ 24” - 1190 43’ 40” Bujur Timur. Terdiri atas 4 (empat) kecamatan
dan 22 (dua puluh dua) kelurahan. Kecamatan Bacukiki Barat meliputi enam
kelurahan, yakni: BumiHarapan, Cappa Galung, Kampung Baru, Sumpang
Minangae, Tiro Sompe dan Lumpue. Kecamatan Bacukiki meliputi empat
kelurahan yakni: Lemoe, Lompoe, Watang Bacukiki dan Galung Maloang.
Kecamatan Ujung meliputi lima kelurahan yakni Mallusetasi,
Labukkang,Lapadde, Ujung Bulu dan Ujung Sabbang. Kecamatan Soreang
meliputi tujuh kelurahan yakniBukit Harapan, Bukit Indah, Kampung Pisang,
Lakessi, Ujung Baru, Ujung Lare dan WatangSoreang.
Secara administrasi, Kota Pare Pare memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Jika dilihat dari luas wilayah Kota Pare Pare, maka Kecamatan Bacukiki
merupakan kecamatan terluas dengan luas sekitar 66,70 km 2 atau 67,15% luas
KotaPare Pare.
33
20 menit dengan jarak ± 8,5 km dari Kota Parepare, dengan konstruksi jalan
adalah jalan aspal. Rencana embung berada si Sungai Lompoe yang merupakan
anak sungai dari Sungai Karajae, memiliki luas DAS sebesar 10,80 km 2 dan
panjang sungai utama 7,35 km.
Saat ini air Sungai Lompoe dimanfaatkan untuk air baku. Dibagian hulu
rencana embung terdapat bendung air baku. Permasalahan utama yang ada di
Sungai Lompoe ini adalah debitnya yang rendah dan tingkat sedimentasi yang
cukup besar.
Rencana Embung
Marilalang
b) Data Klimatologi
Data klimatologi yang tersedia merupakan data pencatat bulanan
yang terdiri dari suhu udara ( ̊ C ), kelembaban udara (%),
kecepatan angin (km/hari) dan lama penyinaran matahari (%).
36
b. Data penduduk
1) Analisis hidrologi
a) Analisis Data Curah Hujan
b) Analisis Debit
c) Analisis Klimatologi
2) Analisis ketersediaan air
a) Simulasi Dr. F.J. Mock
b) Evaporasi
c) Curah Hujan Rata Rata
d) Aliran Dasar
3) Analisis proyeksi penduduk hingga tahun 2024
4) Analisis proyeksi kebutuhan air bersih hingga tahun 2024
5) Analisis neraca air (water balance)
37
Survey Lokasi
Pengumpulan Data
• Survey
Ketersediaan Air
Data hidrologi Data penduduk Lapangan.
• Data Klimatolgi
Cek
Kelengkapan
Data Tidak
Ya
Analisis Data
Inflow Outflow
A
38
Hasil Analisis
selesai
39
BAB IV
Dit : P = … ?
PP1 + 𝑃𝑃2 + ⋯ + 𝑝𝑝𝑛
𝑃𝑃 =
𝑛
P = 195 + 373
2
P = 259,0 mm
Untuk data dan bulan lainya dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :
40
350,0 330,2
300,0
250,0
191,9 194,2 199,1
200,0 167,8
183,1
100,0 79,0
44,7 40,5
50,0
0,0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Bulan
Pada Tabel. 4.1. Curah hujan rata-rata stasiun Lompoe dan Stasiun
Paberesseng periode tahun 2002-2014 dapat dilihat bahwa terdapat data curah
hujan bulanan tiap tahun yakni dari tahun 2002 sampai dengan 2014. Dari data
tersebut dapat diketahui tingkat curah hujan tiap bulan dalam bentuk angka.
Seperti pada bulan januari tahun 2002 curah hujan yang turun sebesar 300 m 3/det.
41
4.1.2 Klimatologi
Data-data yang diperoleh dari stasiun klimatologi adalah temperatur rata-
rata (t), kelembaban nisbi rata-rata (Rh), lama penyinaran matahari (n/N), dan
kecepatan angin (u). Karena keterbatasan stasiun klimatologi yang ada di Kota
Pare-Pare, maka data klimatologi diambil dari Stasiun Klimatologi Banga-Banga
Pinrang tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Adapun data klimatologi dapat
dilihat pada tabel 4.3.
4.1.3 Evapotranspirasi
Contoh :
Ea = 35,96
w = 0,77
f(t) = 16,13
- Mencari data RH
RH = 90,5 % = 0,905
- Mencari harga ed
Ed = ea x RH
Ed = 35,96 x 0,905
42
Ed = 32,5654 mbar
- Mencari Ra berdasarkan LL = 5° LS
Rs = 5,4409 mm/hari
f(n/N) = 0,266
f(u) = 1,623
43
- Mencari harga Rn
Rn = 0,3814
32,5654)
ETo* = 2,8630
- Mencari ETo
ETo = c x ETo*
F(ed) mbar 0,0889 0,0904 0,0857 0,0887 0,0899 0,0910 0,0898 0,0827 0,0854 0,0806 0,1119 0,0827
Ra mm/hr 15,55 15,83 15,60 14,87 13,73 13,13 13,35 14,25 15,08 15,62 15,55 15,45
Rs mm/hr 5,4409 5,4075 5,7954 5,7891 5,1600 4,7005 4,5486 4,8398 6,5794 7,068 6,5745 6,2986
f(n/N) 0,266 0,259 0,302 0,332 0,309 0,28 0,251 0,249 0,410 0,437 0,388 0,362
f(u) m/det 0,187 0,193 0,201 0,198 0,212 0,193 0,222 0,228 0,231 0,241 0,239 0,241
Rn mm/hr 0,3814 0,3774 0,4197 0,4770 0,4483 0,4160 0,3613 0,3356 0,5689 0,5787 0,7124 0,4879
C 1,1 1,1 1,0 0,9 0,9 0,9 0,9 1,0 1,1 1,1 1,1 1,1
Eto* mm/hr 2,863 2,914 3,499 3,995 3,619 3,176 2,233 3,009 3,793 3,991 3,638 3,186
Eto mm/det 3,20 3,20 3,50 3,60 3,30 2,90 2,00 3,00 4,20 4,40 4,00 3,50
No. Item Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Rerata
1, Suhu Maksimum, T (° C) 25,90 26,23 26,17 25,50 26,07 25,00 25,60 25,97 25,77 26,53 26,43 25,87 25,92
2, Suhu Minimum, T (° C) 24,15 23,95 24,25 24,20 24,25 24,05 23,35 24,05 23,75 24,30 24,35 23,70 24,03
3, Kelembaban, RH (%) 90,56 89,69 90,37 88,74 89,47 89,00 92,36 90,47 89,74 88,44 88,20 90,41 89,79
4, Penyinaran Matahari, n (jam/hari) 4,45 4,25 5,40 6,20 5,60 4,80 4,05 4,00 8,30 9,00 7,70 6,30 5,84
5, Kecepatan Angin, U2 (km/hari) 50,24 52,61 54,99 54,00 58,36 51,96 61,81 63,72 64,21 67,84 67,05 67,70 59,54
6, Evapotranspirasi Potensial 3,20 3,20 3,50 3,60 3,30 2,90 2,00 3,00 4,20 4,40 4,00 3,50 3,40
Sumber : Hasil Perhitungan
Contoh perhitungan debit andalan bulan januari dengan metode FJ. MOCK.
A. Evapotranspirasi terbatas (Et)
- Evapotranspirasi Potensial
- Evapotranspirasi Potensial
= 3,20 . 31
= 99,20 mm
= 99,20 . 0,09
= -8,93 mm
- Et = ETo – E
= 99,20 – (-8,93)
= 108,13 mm
= 338,00 – 108,13
= 229,87
= 229,87 – 0
= 229,87mm
= 229,87 × 0,4
= 91,95mm
- K . V (n – 1) = 7,46
= 73,56
= 81,02 –
= 68,58 mm
= 68,58 – 91,95
= 23,37 mm
= 91,95 – 229,87
= 137,92 mm
- Strom Run Odd (SRO = SRO > Kapasitas Kelembaban Tanah = SRO
48
- AlIRAN (R) = BF + DR
= 23,37 + 0 + 137,92
= 161,29 mm /bln
sebulan)
= 0,6502 m3/det
49
Tabel 4.4 Perhitungan Debit Andalan DAS Lompoe (Rencana Embung Marilaleng) dengan menggunakan Metode F.J.
Mock
Lompoe
Luas Daerah Aliran (Das) = 10,80 km2
Soil Moisture Capacity (SMC) = 100 mm
Koefisien Infiltrasi (I) = 0,4
Faktor Resesi Aliran air tanah (k) = 0,6
NO URAIAN JAN. PEB. MAR. APR MEI JUN JUL AGS SEP. OKT NOP. DES.
1 Curah Hujan (P), [data] 338,00 231,40 159,00 140,20 172,10 67,10 68,00 1,80 9,90 101,60 87,70 248,10
2 Hari hujan (n), [data] 27 26 22 20 17 8 10 1 6 7 12 23
Keseimbangan Air
9 P - Et 229,87 134,63 46,16 30,04 70,82 -15,55 13,44 -59,58 -78,30 2,71 -17,90 134,18
10 Kandungan Air Tanah (SMS) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -15,55 13,44 -59,58 -38,31 2,71 -2,71 100,00
11 Kapasitas Kelembaban Tanah (SMC) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 84,45 97,89 38,31 0,00 2,71 0,00 100,00
12 Kelebihan Air (WS) 229,87 134,63 46,16 30,04 70,82 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 34,18
1. Metode Aritmetik
2. Metode Geometrik
Pn = P (1 + r.n)
Contoh :
P2024 = 134,205 ( 1 + 0,01351 . 7 )
Tabel 4.6 Proyeksi jumlah penduduk Kota Pare-Pare dengan Metode Aritmatika
Jumlah Penduduk
Tahun Kota ParePare
2. Metode Geometrik
Dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.2
P2024 = 146,896 (1+0,01351)7
P2024 =161,363 jiwa
Tabel 4.7 Proyeksi jumlah penduduk Kota Pare-Pare dengan Metode Geometrik
Tahun Jumlah Penduduk
(Jiwa)
2018 148,880
2019 150,892
2020 152,930
2021 154,996
2022 157,090
2023 159,212
2024 161,363
3. Regresi Linear
Tahun X Y XY X2
2018 1 136,018 136,018 0
2019 2 137,831 275,662 1
2020 3 139,644 418,932 4
2021 4 141,457 565,828 9
2022 5 143,270 716,350 16
2023 6 145,083 870,498 25
2024 7 146,896 1,028,272 36
Jumlah 28 990,199 3,295,926 91
Sumber : Hasil Perhitungan
𝑎𝑎 = 14815
(7×3,295,926)−(28×990,199)
𝑏𝑏 =
(7×91)−(282)
𝑏𝑏 = 31660
Y2024 = a + (b . X )
= 236,435 Jiwa
55
Jumlah Penduduk
Tahun Kota ParePare
Tabel 4.9 Hasil dari proyeksi penduduk dengan metode analisis regresi
linear dapat dilihat dari tabel diatas jumlah penduduk Kota Pare-Pare dari tahun
ke tahun mulai 2018–2024 yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dimana
pada tahun 2018 di proyeksikan jumlah penduduk mencapai nilai 46,475
Penduduk dan pada tahun 2024 terdapat 236,435 Penduduk.
56
250
200
Jumlah Penduduk
150
100
50
0
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
aritmetika 136.018 137.831 139.644 141.457 143.27 145.083 146.896
geometrik 148.88 150.892 152.93 154.996 157.09 159.212 161.363
regresi liniear 46.475 78.135 109.795 141.455 173.115 204.775 236.435
Gambar 4.3 Grafik Jumlah Penduduk Kota Pare-Pare tahun 2018 – 2024
dengan metode Aritmetika, Geometrik, dan Regresi Liniear
Pada grafik tersebut dapat kita lihat pola proyeksi dengan menggunakan
tiga metode yakni metode aritmatik , metode geometrik, dan metode regresi
linear. Grafik diatas menunjukkan kenaikan tiap tahunnya, dimana pada pola
grafik metode aritmatik dan geometrik saling berhimpit dan pada pola regresi
linear terlihat sangat berbeda dengan metode yang lainnya. Bisa dilihat kenaikan
pada metode Regresi Liniear sangat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
= 35,46395 m3/hr
57
KAND = 30 % x KAD
= 30% x 35,46395
= 10,639185 lt/hr
= 10,63919 m3/hari
= 6,915471 m3/hr
=41.263,35 liter
= 41265.335 m3
58
Debit/Volume
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des
Debit/Volume
= 800 1/hr/KK
Vu = Jh× JKK × Qu
Jh = 211 hr
Qu = 7,746 × 800
= 61,968 1/hr/KK
Vu = 211 × 6196,8
Tahun JKK Qu Vu
2018 7,746 61,968 13,075,248
2019 13,023 104,184 21,982,824
2020 18,299 146,392 30,888,712
2021 23,575 188,600 39,794,600
2022 28,852 230,816 48,702,176
2023 34,119 272,952 57,592,872
2024 39,405 315,240 66,515,640
Sumber : Hasil Perhitungan
60
Kebutuhan
QAndalan Air baku
Bulan Keterangan
(m3) (m3)
Tabel 4.12 Merupakan tabel nilai debit andalan, kebutuhan air baku, dan
water balance. Ketiga data yang diterima sesuai dengan angka yang dibutuhkan.
Data debit andalan, kebutuhan air baku dan water balance berbeda-beda tiap
bulannya.
1200
1000
800
600
400
200
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1200
1000
800
600
400
200
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
1. Dari hasil analisa kebutuhan air baku penduduk, kota pare pare termasuk
kota sedang dengan kebutuhan air total sebanyak 6,915471 m3/hr.
mengalami surplus dibulan November sampai bulan april dan defisit di
bulan mei sampai bulan oktober.
5.2. Saran
disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah agar kepadatan penduduk dan
air yang ada tetap terjaga dan air terdistribusi secara merata.
embung agar bisa bertahan sesuai dengan umur perencanaan, karena kalau
hanya bergantung pada perah pemerintah keadaan ini akan sulit dicapai.
64
DAFTAR PUSTAKA
Joko, Tri 2010, “Unit Produksi Dalam Sistem Penyediaan Air Minum”
.Yogyakarta. Graha Ilmu
25,00 20,00
Suhu (C)
Penyinaran matahari
20,00 Suhu Maksimum 15,00
Suhu Minimum
10,00 5,00
5,00 -
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
Penyinaran matahari 4,45 4,25 5,40 6,20 5,60 4,80 4,05 4,00 8,30 9,00 7,70 6,30
Suhu Maksimum 25,90 26,23 26,17 25,50 26,07 25,00 25,60 25,97 25,77 26,53 26,43 25,87
Suhu Minimum 24,15 23,95 24,25 24,20 24,25 24,05 23,35 24,05 23,75 24,30 24,35 23,70
Evapotranspirasi 3,20 3,20 3,50 3,60 3,30 2,90 2,00 3,00 4,20 4,40 4,00 3,50
70,00
Kelembaban Relatif (%)
86,0
82,0 50,00
40,00
78,0 30,00
Kecepatan Angin
Kelembaban Relatif.
20,00
74,0
10,00
70,0 -
Agus
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Sep Okt Nop Des
t
Kecepatan Angin 50,2 52,6 54,9 54,0 58,3 51,9 61,8 63,7 64,2 67,8 67,0 67,7
Kelembaban Relatif. 90,5 89,6 90,3 88,7 89,4 89,0 92,3 90,4 89,7 88,4 88,2 90,4
Januari 1.1
Februari 1.1
Maret 1.0
April 0.9
Mei 0.9
Juni 0.9
Juli 0.9
Agustus 1.0
September 1.1
Oktober 1.1
November 1.1
Desember 1.1