Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan
pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode
waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Farmakope Indonesia,
1995). Apa yang disebut “bahan nabati”, dalam dunia farmasi lebih dikenal dengan istilah
“simplisia nabati”. Langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah
menggunakan pelarut penyari tertentuk selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu
disaring dan diambil beningannya. Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi
zat aktif dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut
tersebut ada yang bersifat “bisa campur air” (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada
juga pelarut yang bersifat “tidak campur air” (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut
non polar atau pelarut organik). Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air
atau pelarut non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam
pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan antara zat aktif
dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari
yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%,
sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (nol%) akibat adanya
perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan
yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi
antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah
terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”).
Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel
akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50%.
4. Tanpa pemanasan
1. Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar
50% saja
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila
cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan
bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan sederhana
dan mudah diusahakan.
Kerugian cara maserasi adalah pengerjaanya lama,dan penyariannya kurang sempurna.
Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya :
1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu
400 – 500C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat
aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan diperoleh keuntungan antara
lain:
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses maserasi dapat
dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi menjadi, Seluruh serbuk simplisia di maserasi dengan cairan penyari
pertama, sesudah diendapkan, tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan
penyari yang kedua.
4. Maserasi Melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan
menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan
melalui sebuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
Pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena
pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi masalah ini dapat diatasi
dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B), yang akan didapatkan :
1. Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai dengan bejana
penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat diperbanyak
sesuai dengan keperluan.
2. Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari, dilakukan
penyarian.dengan cairan penyari baru. Dengan ini diharapkan agar memberikan hasil
penyarian yang maksimal
Hasil penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk menyari serbuk simplisia yang
baru,hingga memberikan sari dengan kepekatan yang maksimal.
d.Penyarian yang dilakukan berulang-ulang akan mendapatkan hasil yang lebih baek daripada
yang dilakukan sekalidengan jimlah pelarut yang sama
Prinsip Sokletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan
dalam selonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan
dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam slongsong menyari zat aktif di dalam
simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun
kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna
ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi
telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Tondra,
2011)
Refluks adalah salah satu metode dalam ilmu kimia untuk mensintesis suatu senyawa, baik organik
maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk mensistesis senyawa-senyawa yang mudah
menguapa atau volatile. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan
menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil
yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor
sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi
ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran
gas N2 diberikan agar tidak ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa
organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif.
http://www.Al-ChemistUngu.blogspot.com/refluks.html
Prosedur dari sintesis dengan metode refluks adalah
Semua reaktan atau bahannya dimasukkan dalam labu bundar leher tiga.
Kemudian dimasukkan batang magnet stirer setelah kondensor pendingin air terpasang
Campuran diaduk dan direfluks selama waktu tertentu sesuai dengan reaksinya.
Pengaturan suhu dilakukan pada penangas air, minyak atau pasir sesuai dengan kebutuhan reaksi.
Pelarut akan mengekstraksi dengan panas, terus akan menguap sebagai senyawa murni dan
kemudian terdinginkan dalam kondensor, turun lagi ke wadah, mengekstraksi lagi dan begitu terus.
Demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyaringan sempurna
Penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam.
Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. K
Gas N2 dimasukkan pada salah satu leher dari labu bundar.
Dilakukan dengan menggunakan alat destilasi, dengan merendam simplisia dengan pelarut/solven
dan memanaskannya hingga suhu tertentu. Pelarut yang menguap sebagian akan mengembung
kembali kemudian masuk ke dalam campuran simplisia kembali, dan sebagian ada yang menguap.
2.3. Keuntungan dan Kerugian Metode Refluks