Anda di halaman 1dari 63

KARYA MONUMENTAL UMAT

ISLAM DALAM ILMU


PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN
SENI (IPTEKS)

:OLEH
ASFAL FUAD
PERADABAN ISLAM

• POLA PIKIR OBJEKTIF


• MENGUTAMAKAN KEBENARAN DAN
KEMASLAHATAN UMAT
• DAPAT DIUJI SECARA ILMIAH (AKAL)
KEJAYAAN ISLAM DI BIDANG ILMU
PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Puncak kejayaan Islam di bidang ilmu pengetahuan


dan teknologi yaitu pada masa Bani Abbasyiyah
(Harun Ar-Rasyid)

Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung cukup lama,


dari tahun 750–1258 M. Puncak popularitas dinasti ini
berada pada zaman Khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M)
dan putranya al-Ma’mun (813-833 M)
Masa keemasan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa tujuh
khalifah setelah al-Mansur, yaitu

1) al-Mahdi (775-785 M),


2) al-Hadi (775-786 M),
3) Harun Ar-Rasyid (786-809 M),
4) al-Ma’mun (813-833 M),
5) al-Mu’tashim (833-842 M),
6) Al-Watsiq (842-847 M), dan
7) al-Mutawakkil (847-861 M).

Pada masa-masa itu, sejarah Islam mencapai puncak kejayaan.


Beragam ilmu pengetahuan tumbuh dan berkembang pesat dan
menjadi pondasi utama perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa-masa sesudahnya.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Ilmu Keislaman Ilmu umum


Kalam Astronomi
Fiqh Kedokteran
Tasawuf Matematika
Hadits Ilmu-Ilmu Sosial

Klasifikasi (Bukan Dikotomi Seperti saat ini)


Masa Pengaruh Persia

• Pada periode pertama, Dinasti Bani Abbasiyah mengalami banyak


kemajuan dan mencapai abad kejayaannya. Masa kekuasaan
periode pertama berlangsung di bawah kepemimpinan Abu
Abbas sampai Al-Watsiq pada tahun 750-847 Masehi.
• Kemajuan dinasti ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
karena terjadinya asimilasi dalam Dinasti Bani Abbasiyah.
Kemudian partisipasi orang-orang nonarab dalam perkembangan
dinasti ini, khususnya orang-orang persia.
• Dan perkembangan dinasti yang berfokus pada pembangunan
peradaban Islam.
Sejarah Bani Abbasiyah

• Pendiri Dinasti Abbasiyah adalah Abdullah As-Saffah


bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas atau lebih dikenal
dengan Abdul Abbas As-Saffah. Daulah Abbasiyah
resmi berdiri menggantikan Bani Umayyah pada
tahun 132 H 750 M pendiri daulah Abbasiyah
adalah Abu Abbas Abdullah As Saffah bin
Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin
Abdul Mutholib bin Abdul Manaf merupakan
kelanjutan dari pemerintahan Daulah Bani Umayah
yang telah hancur di Damaskus.
ILMU KALAM
• Ilmu kalam adalah ilmu yang mempelajari
tentang Tuhan beserta segala aspeknya. Ilmu
kalam juga sering disebut sebagai ilmu akidah
(mempelajari tentang pokok-pokok
keyakinan), ilmu tauhid (mempelajari tentang
keesaan Allah Swt.), dan ilmu ushuluddin
(mempelajari tentang pokok-pokok agama)
Abd al-Manshur al-Maturidi (853-944 M)

Abu Hasan al-Asy’ary (873-935 M)

• Ilmu kalam yang dikembangkan keduanya memiliki


pengaruh luas di dunia Islam sampai sekarang.
• Ilmu kalam al-Asy’ary dikenal dengan paham
Asy’ariyah.
• Sementara ilmu kalam al-Maturidi disebut dengan
paham al-Maturidiyah.
ILMU FIQH
• Ilmu Fikih adalah ilmu yang membidangi segi-segi
formal peribadatan dan hukum.

• Ilmu fikih termasuk yang paling kuat mendominasi


cara beragama seorang muslim.

• Disiplin ilmu ini berisi pemahaman dan penerapan


hukum syariah tentang tata cara beribadah.
IMAM MADZHAB
• Imam Abu Hanafi M 699-767 (Madzhab Hanafi)
• Imam Malik M 715-795 (Madzhab Maliki)
• Imam Syafi’i M 767-805 (Madzhab Syafi’i)
• Imam Hambali M 780-855 (Madzhab Hambali)

• Imam Aufar 2021-2045 M (Madzhab Aufari)


ILMU HADITS – ULUMUL HADITS

1) Shahih Bukhari Imam al-Bukhari (810-870 M)


2) Shahih Muslim Imam Muslim (821-875 M)
3) Sunan an-Nasa’i Imam Nasa’i (829-915 M)
4) Sunan Abu Dawud Imam Abu Dawud (817-888 M)
5) Sunan at-Tirmiz|i Imam at-Tirmiz|i (824-892 M)
6) Sunan Ibnu Majah Imam Ibnu Majah (824-887 M)
ILMUAN DALAM BIDANG FILSAFAT

• Pada zaman Bani Abbasiyah, ilmu pengetahuan


umum termasuk dalam kategori ilmu filsafat. Ilmu
filsafat adalah ilmu yang dasar perolehannya bukan
wahyu tapi akal.
• Saat itu ilmu filsafat banyak membidangi ilmu
pengetahuan yang beragam, seperti kedokteran,
astronomi, matematika, kimia, metafisika dan lain-
lain.
• Pada masa itu belum ada spesialisasi ilmu
pengetahuan seperti sekarang. Seorang ilmuwan
filsafat yang disebut filosof memiliki keahlian di
banyak bidang. Seorang filosof bisa menjadi ahli
kedokteran, astronomi, sekaligus matematika.
Meskipun demikian, biasanya para filosof itu
memiliki kecenderungan di salah satu bidang
pengetahuan. Kecenderungan ini bisa dilihat dari
karya buku yang ditulisnya
• Pada masa Dinasti Abbasiyah banyak filosof
muslim yang berhasil mengembangkan ilmu
pengetahuan di berbagai bidang. Bidang ilmu
pengetahuan yang dikembangkan pada saat
itu kemudian tumbuh menjadi mercusuar
peradaban dunia. Para sejarawan menyebut
masa ini sebagai masa keemasan Islam.
AL KHAWARIZMI (780 – 850 M)
Al-Khawarizmi M 780-850
Matematika, astronomi, astrologi, geografi
• Bukunya yang berjudul al-Kitab al-Mukhtasar fi
hisab al-jabr wa al-muqabala menjadi dasar
pengembangan aljabar dan algoritma dalam
matematika
JABIR IBNU HAYYAN (750 – 803 M)
• Kimia, ilmu bimu, astrologi, astronomi, fisika,
obat-obatan
• Bukunya al-Kimya menjadi rujukan
pengambangan bidang kimia
Al-Kindi (801-873)
• Obat-obatan, matematika, astrologi, musik,
optik
• Filosof muslim pertama yang mengenalkan
filsafat ke dunia Islam
Al-Farabi 870-950 M
• Logika, matematika,ilmu alam, ilmu politik,
musik

• Filosof muslim pertama yang menyelaraskan


Islam dengan filsafat Yunani
AL BIRUNI (973 – 1048 M)
• Al-Biruni (973-1048)
• Astronomi, fisika, farmasi, matematika,
geodesi

• Mengembangkan ilmu bumi sehingga dikenal


sebagai “bapak geodesi” dunia
IBNU SINA (980 – 1073 M)
• Ibnu Sina M 980-1073 M Kedokteran

• Bukunya, Qanun fi al-tibb, menjedi referensi


utama ilmu kedokteran
IMAM AL GHOZALI (1058 – 1111 M)

• Al-Ghazali )1058-1111

• Kedokteran, psikologi, hukum, tasawuf

• Menentang filsafat dan meletakkan dasar-dasar


tasawuf Islam dalam kitab ihya ulum al-din
IBNU RUSYD (1126 – 1198 M)
• Ibnu Rusyd 1126-1198

• Kedokteran, hukum
• Bukunya, kulliyat fi al-tibb menjadi buku wajib
di fakultasfakultas kedokteran
CARA DINASTI ABBASIYAH MEMBANGUN
PERADABAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

• Para sejarawan mencatat bahwa masa-masa awal


Dinasti Abbasiyah, khususnya di masa Khalifah
Harun al-Rasyid dan al-Makmun, merupakan masa
keemasan Islam. Masa itu ditandai dengan tumbuh
dan berkembangnya berbagai ilmu pengetahuan di
dunia Islam. Pusat-pusat intelektual seperti
madrasah, perpustakaan, observatorium, halaqah
tumbuh di seantero negeri. Karya-karya tulis di
berbagai bidang ilmu terus bermunculan
• Perkembangan ilmu pengetahuan ini
berdampak pada kemajuan peradaban Islam
pada saat itu. Ketika jalan-jalan di Eropa masih
gelap dan becek akibat gerimis, Baghdad dan
kota-kota besar Islam lainnya, sudah terang
benderang dan tertata rapi. Saat para pengeran
Eropa masih belajar menulis namanya, ilmuwan-
ilmuwan muslim sudah menghasilkan ribuan
karya di berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Peradaban ilmu ini berhasil dicapai oleh
Dinasti Abbasiyah dengan melakukan
beberapa hal
• Mendirikan Bait al-Hikmah (perpustakaan)
sebagai pusat perkembangan ilmu
pengetahuan.
• Di sini terjadi aktivitas membaca, berdiskusi,
dan menulis dalam rangka mengembangkan
ilmu pengetahuan
• Memberikan gaji yang besar kepada para
ilmuwan untuk mengembangkan karya
ilmu pengetahuan
• Membiayai kegiatan penerjemahan buku-
buku ilmu pengetahuan dari berbagai
peradaban lain, seperti Yunani, Mesir,
dan Persia
• Menciptakaan keterbukaan dan memberikan
kebebasan akademik kepada para ilmuwan.

• Mereka bebas mengeksplorasi nalar kritis dan


kreativitasnya dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan. Karena itulah budaya debat,
tukar pikiran, dan kritik, tumbuh subur serta
berdampak positif bagi pertumbuhan ilmu
pengetahuan
• Penguasa membuka kesempatan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan secara luas.
Tidak ada pembatasan sumber ilmu. Ilmu
pengetahuan bisa dikembangkan dari mana saja,
termauk dari Yunani dan India yang memiliki
agama kebudayaan yang berbeda. Tidak ada juga
pembatasan penggunaan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan digunakan kemanapun tanpa
ada sekat agama maupun suku bangsa
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
• Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah
melahirkan banyak golongan sarjana dan ilmuwan
yang cukup hebat dalam berbagai bidang keilmuwan.
• Dalam ajaran Islam, jika seseorang menemukan alat
atau apapun yang belum ada diciptakan oleh
siapapun, maka wajiblah baginya untuk menyebarkan
hasil temuannya itu. Menyebarkannya kepada umat
manusia agar mereka semakin dapat mempermudah
pekerjaannya dan menjadikan mereka semakin
bersyukur kepada Allah.
TEKNOLOGI
• Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-
barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup 
manusia.[1]
• Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan
sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana. Penemuan 
prasejarah tentang kemampuan mengendalikan api telah menaikkan
ketersediaan sumber-sumber pangan, sedangkan penciptaan roda
 telah membantu manusia dalam bepergian dan mengendalikan
lingkungan mereka. Perkembangan teknologi terbaru, termasuk di
antaranya mesin cetak, telepon, dan Internet, telah memperkecil
hambatan fisik terhadap komunikasi dan memungkinkan manusia
untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global. Tetapi, tidak
semua teknologi digunakan untuk tujuan damai. Pengembangan 
senjata penghancur yang semakin hebat telah berlangsung sepanjang
sejarah dari pentungan sampai senjata nuklir
IBNU SINA
(370 H/980 M)
Abu Ali Husain Ibnu Abdillah Ibn Sina
(IBNU SINA)
Lahir pada Shafar 370 H/Agustus 980 M di Ifsyina (negeri kecil
dekat Charmitan), suatu tempat dekat Bukhara
Ibnu Sina mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya,
umur 17 tahun ia telah dikenal sebagai dokter dan atas
panggilan istana beliau pernah mengobati pangeran Nuh Ibn
Mansur sehingga pulih kembali kesehatannya.

Ibnu Sina mendapat akses Dikenal sebagai Bapak


untuk mengunjungi Kedokteran Dunia, kitabnya
perpustakaan istana yang yang terkenal adalah Qanun fi
terlengkap yaitu Kutub Al-Thibb (Dasar-Dasar Ilmu
Khana Kedokteran).
• Ibnu Sina adalah orang pertama yang menemukan
peredaran manusia, dimana enam tahun ratus
kemudian disempurnakan oleh William Harvey. Ibnu
Sina jugalah yang mengatakan bahwa bayi selama
masih dalam kandungan mengambil makannya lewat
tali pusarnya. Ibnu Sina juga yang pertama kali
mempraktekkan pembedahan penyakit-penyakit
bengkak yang ganas dan menjahitnya. Dan ia juga
terkenal sebagai dokter ahli jiwa yang kini
disebut psikoterapi.
Al-farabi (870 M - 950 M)
Al-farabi (870 M - 950 M)
• Al-Farabi merupakan julukan bagi Abu Nasr Ibnu
Muhammad ibnu Tarkhan ibnu Auzalagh. Al-Farabi
dilahirkan di sebuah desa bernama Wasij yang
merupakan distrik dari kota Farab.
• Saat ini kota Farab dikenal dengan nama kota
Atrar/Transoxiana tahun 257 H/870 M. Al-Farabi
oleh orang-orang latin abad tengah dijuluki dengan
Abu Nashr (Abunaser), sedangkan julukan Al-Farabi
diambil dari nama kota Farab, tempat ia dilahirkan.
• Di usia muda, Al-Farabi hijrah ke Baghdad yang
pada waktu itu merupakan pusat ilmu
pengetahuan. Di Baghdad ia belajar kepada Abu
Bakar Al-Saraj untuk mempelajari kaidah bahasa
Arab, dan kepada Abu Bisyr Mattius ibnu Yunus
(seorang kristen) untuk belajar logika dan
filsafat.[7] Al-farabi dikenal sebagai Guru
Kedua dalam filsafat, Al-Farabi memasukkan
ilmu logika dalam kebudayaan Arab.
Ibnu Rusyd (526-595 H/1126-1198 M)
Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin
Muhammad bin Rusyd
Ibnu Rusyd belajar matematika,
astronomi, filsafat, dan kedokteran
kepada Ibnu Basykawal, Ibnu masarroh
dan Abu Ja'far Harun. Beliau dikenal
orang barat dengan nama Averroes,
lewat karyanya yaitu Al-Kulliyat yang
telah diterjemahkan dalam berbagai
bahasa. Pemikiran-pemikiran Ibnu Rusyd
sangat berpengaruh di negara-negara
Eropa, dan banyak dikaji di tingkat
universitas. Ia adalah seorang tokoh
muslim yang ahli dalam bidang filsafat
.dan kedokteran
Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi
Al-Khawarizmi (780 M - 850 M)
Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi
Al-Khawarizmi (780 M - 850 M)
• Beliaulah yang menemukan Al Jabru wal Mukobala. (penjabaran dan
penyelesaian). Di nama latinkan menjadi Aljabar.
• Al-Khawarizmi dikenal dengan teori Algoritmanya. Selain itu, ia juga
menciptakan teori matematika lain. Misalnya, Aljabar, yang disebut
matematika ilmu Hitung. Pada waktu itu seseorang tidak bisa di sebut
sebagai ahli matematika jika tidak mampu menganalisa karya ilmiah
para ahli matematika dulu. Al-Khawarizmi juga menghasilkan ilmu
dibidang astronomi, ia membuat sebuah tabel khusus yang
mengelompokan ilmu perbintangan. Pada awal Abad XII, sejumlah
karya al-Khawarizmi diterjemahkan dalam bahasa latin aleh Adelard Of
Bal dan Gerard Of Cremona. Beberapa Universitas di Eropa
menggunakan buku karya al-Khawarizmi sebagai bahan acuan dan
buku tugas pelajaran untuk para Mahasiswa hingga memasuki
pertengahan abad ke XVI.
Al-Ghazali (1058 M/450 H - 1111 M/ 505 H)
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali
ath-Thusi asy-Syafi'i

• Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al


Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (lahir di Thus; 
1058 / 450 H – meninggal di Thus; 1111 / 14
Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53 tahun)
adalah seorang filosof dan teolog muslim
Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia
Barat abad Pertengahan.
Beliau mulai menuntut ilmu sejak masa
kecilnya yaitu Ilmu Fiqih kepada Al-Imam
Ahmad Bin Muhammad Ar-Rodhakoni di
kota Baghdad, lalu Al-ghazali melanjutkan
studinya ke negara Jurjan, beliau belajar
kepada Al-Imam Abi Nashr Al-isma'ili,
Kemudian Al-Ghazali melanjutkan studinya
ke Kota Naysabur untuk menimba ilmu
kepada Al-Imam Al-Haromain Mufti Kota
Mekkah dan Madinah.
IBNU KHALDUN
Waliyuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad bin Hasan bin Jabir bin Muhammad bin
Muhammad bin Abdurrahman bin Khaldun

• Beliau dikenal dengan nama Ibnu Khaldun karena


dihubungkan dengan garis keturunan kakeknya yang
kesembilan yaitu Khalid bin Usman. Kakeknya ini
merupakan orang pertama yang memasuki negeri
Andalusia bersama para penakluk berkebangsaan Arab.
• Sesuai dengan kebiasaan orang- orang Andalusia dan
Maghribi yang terbiasa menambahkan huruf wow (‫)و‬  dan
nun (‫)ن‬  dibelakang nama-nama orang terkemuka sebagai
penghormatan dan takzim, maka nama Khalid pun
berubah kata menjadi Khaldun.
• Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia, Afrika Utara, pada
1 Ramadhan 732 H/27 Mei 1332 M, dan wafat di
Kairo pada 25 Ramadhan 808 H/19 Maret 1406 M.5
Beliau wafat dalam usianya yang ke-76 tahun
(menurut perhitungan Hijriyah) di Kairo, sebuah desa
yang terletak di Sungai Nil, sekitar kota Fusthath,
tempat keberadaan madrasah al-Qamhiah dimana
sang filsuf, guru, politisi ini berkhidmat.[16]
• Ibnu Khaldun adalah seorang yang memiliki prestasi yang
gemilang, beliau sangat mahir dalam menyerap segala
pelajaran yang diterimanya.
• Sejak masa kanak-kanak ia sudah terbiasa dengan filsafat, ilmu
alam, seni dan kesusastraan yang dengan mudahnya ia padukan
dengan bidang kenegaraan, perjalanan, dan pengalamannya. 
• Wawasan Ibnu Khaldun terhadap beberapa prinsip-prinsip
ekonomi sangat dalam dan jauh kedepan sehingga sejumlah
teori yang dikemukakannya hampir enam abad yang lalu sampai
sekarang tidak diragukan merupakan perintis dari beberapa
formula teori modern.
• Dunia mendaulatnya sebagai `Bapak Sosiologi Islam’.
Sebagai salah seorang pemikir hebat dan serba bisa
sepanjang masa, buah pikirnya amat berpengaruh.
Sederet pemikir Barat terkemuka, seperti Georg
Wilhelm Friedrich Hegel, Robert Flint, Arnold J Toynbee,
Ernest Gellner, Franz Rosenthal, dan Arthur Laffer
mengagumi pemikirannya. Tak heran, pemikir Arab, NJ
Dawood menjulukinya sebagai negarawan, ahli hukum,
sejarawan dan sekaligus sarjana. Dialah Ibnu Khaldun,
penulis buku yang melegenda, Al-Muqaddimah.
• Ibnu Sina adalah Abu Ali Husain Ibnu Abdillah Ibn Sina. Dalam dunia barat beliau
dikenal dengan anam Avvicenna.[1] Lahir pada Shafar 370 H/Agustus 980 M di
Ifsyina (negeri kecil dekat Charmitan), suatu tempat dekat Bukhara.[2] Ibnu Sina
mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya,[3] umur 17 tahun ia telah
dikenal sebagai dokter dan atas panggilan istana beliau pernah mengobati
pangeran Nuh Ibn Mansur sehingga pulih kembali kesehatannya. Sejak saat itu
Ibnu Sina mendapat akses untuk mengunjungi perpustakaan istana yang
terlengkap yaitu Kutub Khana.[4] Ibnu Sina dikenal sebagai Bapak Kedokteran
Dunia, kitabnya yang terkenal adalah Qanun fi Al-Thibb (Dasar-Dasar Ilmu
Kedokteran). Ia juga menulis buku berjudul Asy-Syifa' dan An-Najat.
• MASA KLASIK (BANI ABBASYIYAH 650 – 1250 M) Harun
Nasution sebagai periode klasik (650-1250)
• yang merupakan zaman kemajuan di masa inilah
berkembangnya dan munculnya ilmu pengetahuan, baik dalam
bidang agama maupun non agama dan kebudayaan islam.
Zaman inilah yang menghasilkan ulama besar seperti Imam
Malik, Abu Hanafi, Imam as-Syafi’i dan Imam Ibnu Hambal
dalam bidang hukum, teologi, Zunnunal-Misri, Abu Yzaud al-
Butami, dan Al-Hallaj dalam mistimisme atau tasawuf, al-Kindi,
al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Maskawaih dalam filsafat, Ibnu
Hasyim, Ibnu Khawarizmi, al-Mas’udi dan Rzai dalambidang
pengetaahuan.
• MASA KLASIK (BANI ABBASYIYAH 650 – 1250 M) Harun
Nasution sebagai periode klasik (650-1250)
• yang merupakan zaman kemajuan di masa inilah
berkembangnya dan munculnya ilmu pengetahuan, baik dalam
bidang agama maupun non agama dan kebudayaan islam.
Zaman inilah yang menghasilkan ulama besar seperti Imam
Malik, Abu Hanafi, Imam as-Syafi’i dan Imam Ibnu Hambal
dalam bidang hukum, teologi, Zunnunal-Misri, Abu Yzaud al-
Butami, dan Al-Hallaj dalam mistimisme atau tasawuf, al-Kindi,
al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Maskawaih dalam filsafat, Ibnu
Hasyim, Ibnu Khawarizmi, al-Mas’udi dan Rzai dalambidang
pengetaahuan.
• Pandangan Islam tentang Ilmu Penegtahuan
• Pengetahuan ilmiah orang Arab Pada mulanya sangat terbatas dan secara umum bersandar pada
mitologi. Orang-orang yang mempunyai rasa ingin tahu yang keras, setelah memeluk ajaran Islam
tertarik atau bahkan terpesona denagn penegetahuan yang secara tiba-tiba mereka ketahui.
Terutama dengan perintah agama baru ini untuk meneliti jagad raya dan menemukan realitas ciptaan
Allah Swt. Setelah menterjemahkan ilmu-ilmu dari peradaban Yunani, ilmuan-ilmuan muslim juga
melakukan kajian di semua bidang pengetahuan. Penafsiran dari pernyataan Al Qur’an untuk
menyelidiki jagad raya terus mendorong penelitian mereka. Ajaran paling mendasar yang memandu
pemikiran ilmiah Islam menyatakan bahwa Al Qur’an mengandung semua kebenaran dan
pengetahuan, pertama, prinsip-prinsip pengetahuan ada dalam Al Qur’an. Kedua, Al Qur’an dan
Hadits mendefinisikan lingkungan dan nilai-nilai yang berkaitan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Kedua pernyataan pokok ini mendasari pandangan Islam bahwa semua pengetahuan
sesuai dengan akal dan akhirnya dengan Tuhan. Jadi, kepercayaan-keprcayaan agama, pengetahuan
yang benar tentang Tuhan dan kekuatan Supernatural selalu menggantikan pengetahuan-
pengetahuan khusus tentang benda-benda lain.[5]
• Pendidikan Islam sejak semula perkembangannya, meletakkan pandangan filosofisnya kepada sasaran
sentralnya, yaitu manusia didik atau umat islam sebagai makhluk yang memiliki potensi dasar yang
mampu dikembangkan baik secara vertikal maupun horizontal guna mencapai kehidupan yang
sejahtera lahir dan batin, dalam wujud tingginya budaya Islam.[6]
Faktor-Faktor Kemajuan Peradaban Islam
1) Terjadinya Asimilasi antara Bangsa Arab dan
Bangsa Lain
2) Gencarnya Gerakan Penerjemah
3) Berkembangnya Kebudayaan Islam secara
Mandiri
4) Termotivasi oleh Metode Berpikir Filsuf
Yunani
5) Adanya semangat untuk Mancapai Kamajuan
dalam Berbagai Ilmu Pengatahuan
• Memahami tentang Zaman kejayaan Islam di bidang
IPTEKS
• Sebab-sebab kemajuan umat Islam di bidang IPTEKS

• Sebab-sebab kemunduran umat Islam dalam IPTEKS


• Upaya-upaya kebangkitan kembali umat Islam
dalam IPTEKS.

Anda mungkin juga menyukai