Anda di halaman 1dari 3

Konsep Dasar Ekonomi Syariah

1)    Fondasi
Merupakan kondisi prasyarat yang perlu ada agar pilar dapat tegak dan akhirnya tujuan
ekonomi syariah dapat dicapai. Dalam sistem ekonomi syariah terdapat tiga lapis
fondasi yang terdiri dari akidah, syariah dan akhlak, serta kesetiakawanan (Ukhuwah).
a.       Fokus Utama : Akidah
Akidah adalah suatu ideologi samawi yang membentuk paradigma dasar bahwa alam semesta
diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana hidup bagi seluruh manusia untuk
mencapai kesejahteraan material dan spiritual. Menurut Ibnu Taimiyah dalam bukunya
“Aqidah Al- Wasithiyah” menerangkan makna aqidah dengan suatu perkara yang harus
dibenarkan dalam hati, dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa itu menjadi yakin serta
mantab tidak dipengaruhi oleh keraguan dan juga tidak dipengaruhi oleh prasangka. Dalam
konsep akidah, setiap aktivitas umat manusia memiliki akuntabilitas ilahiah yang
menempatkan perangkat syariah sebagai parameter kesesuaian antara aktivitas usaha dengan
prinsip syariah. Akidah yang baik diharapkan membentuk integritas yang akan membantu
terbentuknya good governance dan market discipline yang baik. Oleh karena itu, akidah
menjadi fondasi paling utama guna menopang syariah dan akhlak serta kesetiakawanan
(ukhuwah).

b.      Fondasi Pendukung Pertama : Syariah dan Akhlak


syariah merupakan ketentuan hukum islam yang mengatur aktivitas manusia yang berisi
perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan vertikal dengan Tuhan maupun
horisontasl dengan sesama makhluk. Prinsip syariah dalam kegiatan ekonomi secara umum
menjadi sumber ketentuan yang mengatur pola hubungan semua pelaku dan stakeholder
perbankan syariah.
Akhlak merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interkasi antar sesama
manusia, manusia dengan lingkungannya dan manusia dengan Allah Sang Pencipta Alam
Semesta agar hubungan tersebut menjadi harmonis dan sinergis.

c.       Fondasi Pendukung Kedua : Kesetiakawanan (Ukhuwah)


Ukhuwah adalah prinsip kesetiakawanan atau persaudaraan dalam menata interaksi sosial
yang diarahkan pada harmonisasi kepentingan individu dengan tujuan kemanfaatan umum
dengan semangat saling tolong menolong. Ukhuwah dalam aktivitas ekonomi dilakukan
melalui proses taaruf (saling mengenal), tafahum (saling memahami), ta’awun (saling
menolong), takaful (saling menjamin) dan tahaluf (saling beraliansi). Ukhuwah menempatkan
pola hubungan antar manusia dilandasi prinsip kesetaraan, saling percaya dan saling
membutuhkan.

2)    Pilar
Merupakan asas atau prinsip tindakan sebagai penjabaran dan konsekuensi dari fondasi
akidah, syariah, akhlak, dan ukhuwah yang dijadikan cara mencapai tujuan sekaligus alat
ukur kinerja; baik pada level individu, institusi maupun sistem. Terdapat tiga pilar utama
dalam sistem ekonomi syariah yang menjadi dasar sistem perbankan syariah yaitu (a)
Keadilan, (b) Keseimbangan, dan (c) Kemaslahatan.

a.       Pilar Pertama : Keadilan


Keadilan adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan sesuatu hanya pada
yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai posisinya. Implementasi keadilan dalam
aktivitas ekonomi adalah berupa aturan prinsip muamalah yang melarang adanya unsur:
                                 i.         Riba (unsur bungan dalam segala bentuk dan jenisnya, baik riba nasi’ah maupun
fadhl)
                               ii.         Dzalim (segala bentuk aktivitas yang merugikan diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang).
                              iii.         Maysir (unsur judi dan perilaku untung-untungan)
                             iv.          Gharar (unsur ketidakjelasan).
                               v.          Haram (unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas operasional)

b.      Pilar Kedua : Keseimbangan


Konsep syariah menempatkan aspek keseimbangan sebagai salah satu dasar dalam
pembangunan sistem ekonomi. Konsep keseimbangan dalam syariah melipti : pembangunan
material dan spiritual, pengembangan sektor keuangan dan sektor riil, risk and return, bisnis
dan sosial serta pemanfaatan dan pelestarian seumber daya alam. Pembangunan ekonomi
syariah tidak hanya ditujukan untuk pengembangan sektor-sektor korporasi namun juga
pengembangan sektor usaha kecil dan mikro yang terkadang luput dari upaya-upaya
pengembangan sektor-sektor ekonomi secara keseluruhan.

c.       Pilar Ketiga : Kemaslahatan (maslahah)


Hakekat kemaslahatan adalah segala bentuk kebaikan dan mafaat yang berdimensi integral
duniawi dan ukhrowi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif. Sesuatu dipandang
bermaslahat jika memenuhi dua unsur yakni kepatuhan syariah (halal) dan bermanfaat serta
membawa kebaikan (thayyib) bagi semua aspek secara integral yang tidak menimbulkan
mudharat dan merugikan ada salah satu aspek. Secara luas, pemenuhan visi kemaslahatan
tercakup dalam maqasid (tujuan) syariah yang terdiri dari menjaga keimanan dan ketakwaan
(dien), keturunan (nasl), jiwa dan keselamatan (nafs), harta benda (maal) dan rasionalitas
(aql). Kelima unsur maslahat tersebut merupakan hak dasar manusia sehingga setiap kegiatan
ekonomi syariah harus memenuhi unsur-unsur yang telah ditetapkan dalam maqasid syariah
secara terintegrasi.

3)    Tujuan
Merupakan sasaran akhir dari semua kegiatan pengembangan ekonomi syariah. Tujuan dalam
ekonomi syariah adalah Al-Falah yaitu kesuksesan yang hakiki berupa tercapainya
kesejahteraan dunia dan akhirat. Kesejahteraan tersebut diartikan dengan tercapainya
kesejahteraan dunia dan akhirat. Kesejahteraan tersebut diartikan demham tercapainya
pemenuhan kebutuhan hidup (aspek sosial dan ekonomi ) yang ditandai dengan semakin
menyempitnya kesenjangan kelompok masyarakat mampu dan kurang mampu, serta
terpenuhinya kebutuhan dasara manusia (maslahat). Kondisi tersebut akan mengantarkan
manusia pada pencapaian tujuan akhir yaitu kesejahteraan di akhirat yang berarti
terpenuhinya kewajiban-kewajiban (accountability) manusia sebagai khalifah di muaka bumi
yang mempunyai tugas utama memakmurkan bumi dan beribadah kepada Allah SWT.

Sistem ekonomi syariah memiliki ciri bahwa setiap kegiatan ekonomi memiliki dimensi
ibadah yang dapat diimplementasikan pada setiap level. Dengan akidah yang baik, setiap
komponen dalam sistem akan memiliki visi kegiatan yang sama yaitu meningkatkan nilai-
nilai kemanusiaan berdasarkan nilai-nilai ilahiah. Dengan dasar akidah yang kuat dan baik,
setiap komponen dalam sistem diharapkan dapat menghasilkan amalan baik yang
mencerminkan akhlak yang mulia. Untuk menyelaraskan jenis kegiatan berbeda, sistem
dilengkapi dengan hukum syariah yang mengatur tata-cara transaksi lebih teknis.
Implementasi hukum syariah tentunya dilaksanakan secara selaras dengan hukum positif
yang berlaku dalam sistem kemasyarakatan kita. Implementasi aturan syariah dan akhlak
yang baik diharapkan menghasilkan suatu fenomena kebersamaan melaksanakan kegiatan
muamalah yang mengutamakan kesejahteraan bersama dalam setiap pencapaian tujuan
ekonomi. Dasar-dasar ekonomi syariah kemudian dijabarkan dalam bentuk pilar-pilar yang
akan mewarnai sifat dan bentuk transaksi keuangan yang dioperasionalisasikan. Adapaun
pilar yang menunjang tercapainya falaah mencakup aspek keadilan, kemaslahatan dan
keseimbangan.

Referensi :
Roadmap Perbankan Syariah Indonesia 2015 -2019, Departemen Perbankan Syariah Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), 2015

Anda mungkin juga menyukai