BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pembahasan tentang apa yang dimaksud dengan ekonomi Islam, kita harus
mengetahui terlebih dahulu mengenai rancang bangun ekonomi Islam[1]. Dengan mengetahui
rancang bangun ekonomi Islam kita dapat memperoleh gambaran utuh dan menyeluruh
secara singkat tentang ekonomi Islam yang tediri atas atap, tiang, dan landasan.
Landasan terdiri atas aqidah (tauhid), adil, nubuwwa, khilafah, dan ma’ad. Aqidah
(tauhid) merupakan konsep ketuhanan umat Islam terhadap Allah swt. dimana dalam
pembahasan ekonomi Islam, ia berasal dari ontology tauhid dan hal ini menjadi prinsip utama
dalam syariah karena kunci keimanan seseorang itu dilihat dari tauhid yang dipegangnya.
Karena itu, rukun Islam yang pertama adalah syahadat yang memperlihatkan betapa
pentingnya tauhid dalam setiap insan beriman. Setiap perilaku ekonomi manusia harus
didasari oleh prinsip-prinsip yang sesuai dengan ajaran Islam yang berasal dari Allah swt.
karenanya setiap tindakan yang menyimpang dari syariah akan dilarang, sebab akan dapat
menimbulkan kemudharatan bagi kehidupan umat manusia baik bagi individu itu sendiri
maupun bagi orang lain.
Sistem ekonomi adalah satu kesatuan mekanisme dan lembaga pengambilan
keputusan yang mengimplementasikan keputusan terhadap produksi, distribusi dan konsumsi
dalam suatu daerah atau wilayah. Terdapat banyak faktor yang membentuk suatu sistem
ekonomi, seperti ideologi, nilai-nilai yang dianut, kebudayaan, sistem politik, keadaan alam,
sejarah dan lain-lain. Pada umumnya, sistem ekonomi juga didasarkan pada pemikiran,
konsep, atau teori-teori ekonomi tertentu yang diyakini kebenarannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kepemilikan dalam Islam….??
2. Siapa saja pelaku Ekonomi dalam Islam………??
3. Perbedaan sudut pandang ekonomi islam……….??
4. Bagaimana Prinsip-Prinsip umum Ekonomi Islam…???
1.3 Tujuan
1. Memahami kepemilikan dalam islam.
2. Mengetahui Pelaku Ekonomi dalam Islam.
3. Memahami Perbedaan sudut pandang.
4. Mengetahui Prinsip – prinsip umum ekonomi islam.
BAB II
PEMBAHASAN
Konsepsi tentang hak milik memiliki implikasi yang mendasar bagi keseluruhan
system ekonomi. Konsep ini akan menjadi dasar tentang apa (what), bagaimana (how), dan
mengapa (why) mengelola, serta untuk siapa (for whom) seluruh sumber daya ekonomidi
muka bumi ini. Bertolak dari konsep hak milik ini, maka sistem ekonomi Islam adalah
perekonomian dengan tiga sektor, yaitu sektor pasar, masyarakat,, dan negara. Masing-
masing memiliki sektor memiliki hak dan kewajiban tertentu, sesuai dengan ajaran Islam,
dalam menggerakan kegiatan ekonomi untuk mewujudkan kesejahteraan umat (falah).
2. Mashlahah Sebagai Insentif Ekonomi
Konsep dan pemahaman mengenai kepemilikian harta membawa implikasi kepada
motivasi dan insentif setiap individu, ketika seseorang meyakini bahwa harta yang dalam
kekuasaanya adalah hak milikknya secara mutlak, maka iapun akan merasa memiliki
kebebasan untuk memanfaatkanya sesuai dengan kehendakanya tanpa perlu memperdulikan
nilia-nilai yang idak bersesuaian dengan kepentinganya. Sebaliknya, seorang budak, pada
masa-masa sebelum Islam misalnya, tidak prnah merasa memiliki harta meskipun ragany
sendiri sehingga segala tindakanya lebih didorong untuk memenuhi kehendsk pihak
lain.dalam paham kapitalisme, kegiatan ekonomi cenderung dimotivasi oleh kepentingan
individu.
Pelaku pasar pada dasarnya terdiri atas rumah tangga-rumah tangga dan perusahaan-
perusahaan, sementara pasar dapat diklasifikasikan menjadi pasar input dan pasar output.
Rumah tangga dapat terdiri atas perseorangan atau kelompok (misalnya keluarga), sedangkan
perusahaan dapat berupa perseorangan atau lembaga usaha.Di pasar input, rumah tangga
bertindak sebagai penyedia faktor produksi yang dibutuhkan oleh perusahaan, sedangkan di
pasar output rumah tangga adalah konsumen bagi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan.
Di pasar input, rumah tangga menyediakan berbagai faktor produksi seperti tanah,
tenaga kerja, modal, dan kewirausahaan. Faktor-faktor produksi ini akan digunakan oleh
perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. Rumah tangga akan memperoleh imbalan
berupa pendapatan sewa, upah, bagi hasil, dan laba yang kemudian akan dipergunakannya
untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
Ajaran Islam menghargai pasar sebagai wahana bertransaksi atau perniagaan
yang halal (sah/legal) dan thayyib (baik) sehingga secara umum merupakan mekanisme
alokasi dan distribusi sumber daya ekonomi yang paling ideal. Penghargaan Islam tehadap
mekanisme pasar berangkat dari ketentuan Allah bahwa perniagaan harus dilakukan dengan
cara yang baik berdasarkan prinsip saling ridha (‘an taradin minkum) sehingga tercipta
keadilan[4]. Pasar merupakan mekanisme perniagaan yang memenuhi kriteria tersebut. \
Di pasar, seseorang bebas melakukan transaksi sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya. Mekanisme pasar merupakan suatu kekuatan yang bersifat missal (impersonal)
dan alamiah (natural) sehingga mencerminkan kondisi ekonomi masyarakat lebih luas.
Dalam situasi yang bersaing sempurna (perfect competition market), tak ada seorang pelaku
pun secara individual dapat mengendalikan mekanisme pasar. Allahlah yang mengatur naik
turunnya harga[5].
Penghargaan yang tinggi ini telah dibuktikan dalam sejarah yang panjang kehidupan
ekonomi masyarakat Muslim awal, dimana pasar memegang peranan yang penting.
Perekonomian masyarakat Muslim pada masa Rasulullah Saw. adalah perekonomian yang
menjunjung tinggi mekanisme pasar. Bahkan, hingga periode awal masa kerasulannya Nabi
Muhammad Saw. sendiri adalah salah seorang pelaku pasar yang aktif. Beliau mengawasi
jalannya mekanisme pasar di Madinah dan sekitarbya agar tetap dapat berlangsung secara
Islami.
Dalam pasar yang Islami, para pelaku pasar didorong oleh semangat persaingan untuk
meraih kebaikan (fastabiqul khairat) sekaligus kerja sama dan tolong-menolong (ta’awun)
dalam bingkai nilai dan moralitas Islam. Pasar yang Islami adalah sebuah free co-operation
market[6]. Para pelaku pasar tidak hanya mengejar keuntungan material, tetapi juga barakah
Allah. Pasar akan menjadi arena perniagaan komoditas yang halalan toyyiban saja sehingga
yang haram harus ditinggalkan. Aktivitas pasar juga harus mencermikan persaingan yang
sehat (fair play), kejujuran (honesty), keterbukaan (tranparancy) dan keadilan (justice)
sehingga harga yang tercipta adalah harga yang adil (just price). Dengan kata lain, pasar ini
tidak mengandung deviasi dari nilai dan moralitas Islam.
Meskipun pasar merupakan mekanisme alokasi dan distribusi sumber daya yang
paling efisien, tetapi ia memiliki kelemahan dan kekurangan. Pasar tidak dapat
menyelesaikan dengan baik beberapa permasalahan ekonomi yang penting, misalnya
penyediaan barang dan fasilitas publik, penyelesaian masalah eksternalitas, penegakan
keadilan social dan distribusi pendapatan, dan lain-lain. Pada dasarnya pasar bekekrja dengan
mekanisme harga sehingga norma dan etika sering kali juga tidak diakomodasi oleh pasar.
Pasar sering kali juga bukan mekanisme yang tepat untuk mengalokasikan barang dan jasa
sesuai dengan prioritas kebutuhan yang seharusnya. Hal-hal inilah yang disebut dengan
kegagalan pasar (market failure).
Ketidaksempurnaan pasar (market imperfection) ini juga mengakibatkan alokasi
sumber daya pada akhirnya tidak seefisian yang diharapkan. Oleh karena itu, kelemahan dan
kekurangan pasar ini harus diperbaiki dengan peran aktif dari pemerintah dan masyarakat.
B. Pemerintah dalam Ekonomi Islam
Pemerintah memiliki kedudukan dan peranan penting dalam ekonomi Islam.
Ekisistensi peran pemerintah pemerintah dalam sistem ekonomi Islam bukan semata karena
kegagalan pasar dan ketidaksempurnaan pasar. Pada dasarnya, peranan pemerintah
merupakan derivasi dari konsep kekhalifahan dan konsukuensi adanya kewajiban-kewajiban
kolektif (fard al-kifayah) untuk merealisaikan falah.
Pemerintah adalah pemegang amanah Allah dan Rasul-Nya serta amanah masyarakat
untuk menjalankan tugas-tugas kolektif dalam mewujudkan kesejahteraan dan (al-adl wah
ihsan) bagi seluruh umat. Secara umum peranan pemerintah ini akan berkait dengan upaya
mewujudkan konsep pasar yang Islami dan mewujudkan tujuan ekonomi Islam secara
keseluruhan.
Suatu pasar yang Islami akan sulit terwujud apabila tidak ada peran aktif dari
pemerintah. Peran pemerintah dalam pasar ini secara garis besar dapat diklasifikasikan
menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Pertama, peran yang berkaitan dengan dengan implementasi nilai dan moral Islam.
2. Kedua, peran yang berkaitan dengan menyempurnakan mekanisme pasar (market
imperfection).
3. Ketiga, peran yang berkaitan dengan kegagalan pasar (market failures).
Pemerintah juga memiliki peran penting dalam menyelesaikan barang dan fasilitas
publik, mengatasi masalah eksternalitas, dan berbagai masalah ekonomi lain yang memang
tidak bisa terselesaikan melalui mekanisme pasar. Dalam menjalankan tugas-tugas tersebut,
pemerintah dapat bertindak sebagai perencana, pengawas, pengatur, produsen sekaligus
konsumen bagi aktivitas pasar.
Adapun beberapa tugas pokok pemerintah antara lain, yaitu :
1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar bagi masyarakat
2. Pemerataan distribusi pendapatan dan kekayaan
3. Menyusun perencanaan pembangunan ekonomi
4. Mengambil berbagai kebijakan ekonomi dan non ekonomi yang relevan bagi
perwujudan falah masyarakatnya.
Paham kapitalisme diilhami oleh perlunya kebebasan setiap individu untuk memenuhi
kebutuhannya agar kesejahteraan masyarakat tercapai. Pemahaman ini didasari oleh filosofi
Adam Smith bahwa terselenggaranya keseimbangan pasar dikarenakan manusia
mementingkan diri sendiri. Diasumsikan bahwa setiap manusia adalah individualistik
nasional sehingga kebebasan pasar akan menghasilkan kesejahteraan masyarakat yang
maksimum. Mekanisme psar yang dimetaforsisikan dengan tangan gaib (invisible hand) akan
mengatur bagaimana jalannya keseimbangan antara penawaran dan permintaan pasar. Smith
menulis “kita bisa makan bukan hanya kebaikan si tukang roti, tukang minuman atau si tukan
daging, melainkan karena sifat memenitngkan diri sendiri yang ada dalam diri mereka.
Kita bukan mengharap cinta mereka terhadap orang lain, melainkan cinta mereka
terhadap dirinya sendiri”(Koeters, 1998, hlm.9) kebebasan ekonomi merupakan ide dasar
kapitalisme yang mengilhami setiap perilaku ekonomi setiap individu, pasar dan kebijakan
pemerintah. Dalam perjalannya sistem kapitalisme ini cenderung mengarah kepada
liberalisme. Kebutuhan manusia cenderung diukur dari aspek materi atau harta, dan
mekanisme penentuan harga secara ideal oleh pasar.
Disisi lain, ekonomi sosialisme mempunyai tujuan kemakmuran bersama. Filosofinya adalah
bagaimana setiap individu bersama-sama memperoleh kesejahteraan. Perkembangan
sosialisme dimulai dari kritik terhadap kapitalisme kapitalisme yang pada waktu itu kaum
kapitalis atau disebut kaum borjuis mendapat legitimasi gereja untuk mengeksploitasi buruh.
Inilah yang menjadikan Karl Marx mengkritik sistem kapitalis sebagai ekonomi yang tidak
sesuai dengan aspek kemasyarakatan.
Pemikiran awal sosialisme meletakkan unsur kemanusiaan pada posisi paling tinggi dari alat
produksi. Bila alat produksi menguasai manusia, maka manusia akan kehilangan esensi
kemanusiaannya. Ia akan menjadi bagian dari alat produksi tersebut sehingga menjadikan
kehidupan manusia seperti mesin sebagaimana “kehidupan” alat produksi. Sampai akhirnya
alat produksi tersebut menjauhkan manusia untuk mengenal fungsinya sebaegai manusia.
Karenanya, menurut Marx, tidak ada tempat bagi kapitalisme di dalam kehidupan. Upaya
revolusioner harus dilakukan untuk menghancurkan kapitalisme. Alat-alat produksi harus
dikuasai oleh Negara guna melindungi rakyat. Kritik Mark atas kapitalisme ini
diimplementasikan oleh Lenin dalam bentuk dominasi peran intitusi negara dalam
perekonomian.
2. Mazhab Mainstraem
Mazhab Mainstream berbeda pendapat dengan mazhab Baqir. Mazhab yang kedua ini
setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya yang terbatas yang dihadapkan
pada keinginan manusia yang tidak terbatas . kebatasan sumber daya memang ada, bahkan di
akui pula oleh islam. Dalil yang dipakai adalah :
“dan sungguh akan kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang
sabar” (QS Al Baqarah [2] :155)
Sedangkan keinginan manusia yang tidak terbatas dianggap sebagai hal yang alamiah.
Dalilnya :
“Bermegah-megah telah melailaikan kamu. Sampai kamu masuk ke liang kubur.
janganlah begitu, kalau kamu akan mengetahui (akibat dari perbuatanmu itu) “[11]
Dan sabda Nabi Muhammad Saw. Bahwa manusia tidak akan pernah puas. Bila diberikan
emas satu lembah, ia akan meminta emas dua lembah, bila diberikan dua lembah ia akan
meminta tiga lembah dan begitupun seterusnya sampai ia masuk kubur.[12] Manusia boleh
mempertimbangkan tuntutan agama, boleh juga mengabaikanya. Dalamm bahasa al qur’anya
pilihan dilakukan dengan “mempertuhankan hawa nafsunya” tetapi dalam ekonomi islami,
keputusan pilihan ini tidak dapat dilakukan semaunya saja. Perilaku manusia dalam setiap
aspek kehidupanya termasuk ekonomi selalu dipandu oleh allah lewat al qur’an dan
sunnah. [13]
3. Mazhab Alternatif Klasik
Pelopor mazhab ini adalah Timur Kuran (ketua jurusan ekonomi di university of
southern California), Jomo (yale, cambrigde, Harvard, Malaya), Muhammad Arif, dll.
Mazhab ini mengkritik dua mazhab sebelumnya, mazhab baqir dikritik sebagai mazhab yang
berusaha untuk menemukan sesuatu yang baru yang sebenarnya sudah ditemukan
sebelumnya. Mazhab mainstream dikritiknya sebagai jiplakan dari ekonomi neo-klasik
dengan menghilangkan variabel riba dan memasukkan variabel zakat serta niat.
Mazhab ini berpendapat bahwa ekonom islam adalah tafsiran manusia berdasarkan
Al-Qur'an dan Sunnah, sehingga nilai kebenarannya tidak mutlak. Proporsi dan teori yang
diajukan oleh ekonomi islam harus selalu diuji kebenarannya. Mazhab ini adalah sebuah
mazhab yang kritis , mereka berpendapat bahwa analisis kritis bukan saja harus di lakukan
kepada sosialisme dan kapitalisme, tetapi juga kepada ekonomi islam tu sendiri.
Mereka yakin bahwa islam pasti benar, tetapi ekonomi islam belum tentu benar
karena ekonomi islam adalah hasil tafsiran manusia atas al qur’an dan sunnah, sehingga nilai
kebenaranya tidak mutlak. Proposisi dan teori yang di ajukan dalam ekonomi islami harus
selalu diuji kebenaranya sebagaimana yang telah dilakukan terhadap ekonomi konvensional.
[14]
2. Adl (Keadilan)
Adl bermakna tidak berbuat zalim kepada sesama manusia, bukan berarti sama rata
sama rasa, jadi adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil menurut Kapitalisme
adalah Anda dapat apa yang anda upayakan Adil menurut Sosialisme adalah Sama rata sama
rasa, Adil menurut Islam adalah Tidak menzalimi dan tidak dizalimi ( la tazlimun wala
tuzlamun).
Tanpa keadilan manusia akan terkelompok – kelompok dalam berbagai golongan.
Golongan yang satu akan menzalimi golongan yang lain, sehingga akan mengalami
eksploitasi manusia atas manusia.[18] Masing masing berusaha mendapatkan hasil yang lebih
besar dari pada usaha yang di keluarkanya karena kerakusanya.[19]
3. Nubuwwah (Kenabian)
Karena rahman, rajim dan kebijaksanaan allah, manusia tidak di biarkan begitu saja di
dunia tanpa melihat bimbingan. Karena itu di utuslah para nabi dan rasul untuk
menyampaikan petunjuk dari allah kepada manusia tentang bagaimana hidup baik dan benar
didunia dan mengajarakn jalan untuk kembali (taubah) ke asal muasal segala, allah. Fungsi
rasul adalah untuk menjadi model terbaik yang harus di teladani manusai agar mendapatkan
keselamatan didunia dan akhirat.[20] Sikap utama sang model yang harus diteladani oleh
manusia pada umumnya dan pelaku ekonomi dan bisnis pada khususnya, adalah sebagai
berikut :
a. Siddiq (jujur, benar)
b. Amanah (tanggung jawab, kepercayaan)
c. Fathananah (kecerdikan, kebijaksanaan, intelektualita)
d. Tabligh (komunikasi, Keterbukaan, Pemasaran)
4. Khilafah (pemerintahan)
Dalam al qur’an, Allah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah
dimuka bumi,[21] artinya menjadi pemimpin untuk kemakmuran bumi. Oleh karena itu ,
pada dasarnya manusia adalah pemimpin, Nabi bersabda :” Setiap dari kalian adalah
pemimpin, dan akan meminta pertanggung jawaban kepada yang dipimpinya” . ini berlaku
kepada manusia baik di dalam keluarga, individu atau pun pemimpin masyarakat.
Khilafah sebagai perwujudan bahwa tidak diragukan manusia diciptakan oleh Allah
SWT untuk menjadi pemimpin dari makhluk-makhluk lain, oleh sebab itu manusia wajib
menjaga keharmonisan hubungan sesama makhluk, untuk mewujudkan misi tersebut manusia
membutuhkan sebuah media yang berupa pemerintahan ( khilafah). Pemerintah memainkan
peran yang sangat penting dalam ekonomi yaitu memastikan bahwa kegiatan ekonomi
berjalan secara benar tanpa kezaliman.
Pemerintah memiliki hak ikut campur dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan
individu-individu, baik untuk mengawasi kegiatan ini maupun untuk mengatur atau
melaksanakan beberapa macam kegiatan ekonomi yang tidak mampu dilaksanakan oleh
individu-individu. Peran utamanya adalah untuk menjamin prekonomian agar berjalan sesuai
dengan syari’ah, dan untuk memastikan supaya tidak ternjadi pelangaran terhadap hak-hak
manusia.[22]
5. Ma’ad (Hasil)
Walaupun sering kali diterjemahkan sebagai kebangkitan tetapi secara harfiah ma’ad berarti
kembali. Karena kita semua akan kembali kepada allah.[23] hidup manusia bukan saja di
dunia tetapi harus berlanjut hingga alam setelah dunia. Seorang muslim tentang dunia dan
akhirat dapat di rumuskan sebagai “Dunia adalah lading akhirat” Artinya dunia wahana
bekerja untuk bekerja dan beraktivitas (beramal saleh).
Prinsip-Prinsip Umum Ekonomi Islam
A. Multitype Ownership
multitype ownership (kepemilikan multi jenis), prinsip umum kepemilikan yang
berlaku adalah kepemilikan swasta. Dalam sistem sosialis kepemilikan negara, dalam islam,
berlaku prinsip kepemilikan multi jenis (mengakui bermacam-macam bentuk kepemilikan,
baik swasta, negara atau campuran. Prinsip ini terjemahan dari nilai tauhid : pemilik primer
Allah swt, sedangkan manusia sebagai pemilik sekunder
B. Freedom To Act
freedom to act (kebebasan bertindak atau berusaha) penerapan nilai akan melahirkan
pribadi-pribadi yang professional dan prestatif dalam segala bidang, termasuk dalam bidang
ekonomi dan bisnis. Meneladani sifat-sifat rasul dalam aktivitasnya (siddiq, amanah, tabligh
dan fathanah) dan digabungakn dengan nilai keadilan dan khilafah (good governance) akan
melahirkan prinsip freedom to act pada setiap muslim (umumnya) dan para ekonom islam
(khususnya) sehingga akan menciptakan mekanisme pasar dalam perekonomian.Kebebasan
dilandasi dengan prinsip shariah (nilai keadilan) sehingga tidak terdapat distorsi, transaksi
yang dilarang (riba, gharar (tidak pastian), tadlis (penipuan).
C. Social Justice
social justice (keadilan social)prinsip sosial gabungan antara nilai khilafah dan nilai
ma'ad, pemerintah bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan pokok dan menciptakan
keseimbangan sosial. Dalam islam keadilan diartikan suka sama suka dan satu pihak tidak
terdzalimi, maka islam membolehkan intervensi harga maupun pasar (al-hisbah).Pengertian
tadlis menurut tafsir ekonomi islam (suatu transaksi yang sebagian informasinya tidak
diketahui oleh salah satu pihak karena disembunyikannya informasi buruk oleh pihak lain).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tujuan Ekonomi islam adalah untuk mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat
(falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah thayyibah). Dalam
konteks ekonomi islam tujuan falah dijabarkan menjadi beberapa tujuan antara lain, yaitu :
(1) Mewujudkan kemashlahatan umat, (2) Mewujudkan keadilan dan pemerataan pendapatan
(3) Membangun peradaban yang luhur (4) Menciptakan kehidupan yang seimbang dan
harmonis
Pilar ekonomi islam adalah moral. Hanya dengan pilar islam inilah bangunan
ekonomi islam dapat tegak dan hanya dengan ekonomi islamlah falah dapat dicapai.
Moralitas islam berdiri diatas suatu postulat ibadah. Esensi dari moral islam adalah tauhid.
Implikasi dari tauhid, yaitu bahwa ekonomi islam memiliki sifat Trasendal (bukan sekuler),
Dimana peran allah dalam aspek ekonomi menjadi mutlak.
Moral Islam sebagai pilar ekonomi islam dapat dijabarkan lebih lanjut Menjadi titik
mula pembuat kesimpulan logis mengenai kaidah-kaidah sosial dan perilaku ekonomi secara
islami absah. Nilai-nilai tersebut adalah Adl, Khilafah
Moralitas dapat membawa kepada perwujudan falah hanya jika terdapat basisi
kebijakan yang mendukung, yaitu : (1) penghapusan riba (2) Pelembagaan Zakat (3)
Penghapusan yang haram dan pelangaran gharar. Sistem ekonomi islam adalah perekonomian
yang terbagi menjadi tiga sektor,yaitu sektor pasar, masyarakat dan negara. Tiap sektor
memiliki hak dan kewajiban tertentu dalam mengerakan kegiatan ekonomi , untuk
mewujudkan kesejahteraan umat, karena masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
Islam menolak konpsep pasar dalam bentuk pasar persaingan bebas tanpa batas
sehingga mengabaikan norma dan etika. Dalam pasar yang islami, para pelaku pasar didorong
pada semangat persaingan untuk meraih kebaikan (Fastabiqu Khairat) sekaligus sama dan
tolong menolong (ta’awun) dalam bingkai nilai dan moralitas islam. Aktivitas pasar juga
harus mencerminkan persaingan yang sehat, kejujuran, keterbukaan dan keadilan sehingga
harga yang tercipta adala harga yang adil (thaman al mithl).