Anda di halaman 1dari 14

Rancang Bangun Ekonomi Islam

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Dalam pembahasan tentang apa yang dimaksud dengan ekonomi Islam, kita harus
mengetahui terlebih dahulu mengenai rancang bangun ekonomi Islam[1]. Dengan mengetahui
rancang bangun ekonomi Islam kita dapat memperoleh gambaran utuh dan menyeluruh
secara singkat tentang ekonomi Islam yang tediri atas atap, tiang, dan landasan.
Landasan terdiri atas aqidah (tauhid), adil, nubuwwa, khilafah, dan ma’ad. Aqidah
(tauhid) merupakan konsep ketuhanan umat Islam terhadap Allah swt. dimana dalam
pembahasan ekonomi Islam, ia berasal dari ontology tauhid dan hal ini menjadi prinsip utama
dalam syariah karena kunci keimanan seseorang itu dilihat dari tauhid yang dipegangnya.
Karena itu, rukun Islam yang pertama adalah syahadat yang memperlihatkan betapa
pentingnya tauhid dalam setiap insan beriman. Setiap perilaku ekonomi manusia harus
didasari oleh prinsip-prinsip yang sesuai dengan ajaran Islam yang berasal dari Allah swt.
karenanya setiap tindakan yang menyimpang dari syariah akan dilarang, sebab akan dapat
menimbulkan kemudharatan bagi kehidupan umat manusia baik bagi individu itu sendiri
maupun bagi orang lain.
Sistem ekonomi adalah satu kesatuan mekanisme dan lembaga pengambilan
keputusan yang mengimplementasikan keputusan terhadap produksi, distribusi dan konsumsi
dalam suatu daerah atau wilayah. Terdapat banyak faktor yang membentuk suatu sistem
ekonomi, seperti ideologi, nilai-nilai yang dianut, kebudayaan, sistem politik, keadaan alam,
sejarah dan lain-lain. Pada umumnya, sistem ekonomi juga didasarkan pada pemikiran,
konsep, atau teori-teori ekonomi tertentu yang diyakini kebenarannya.

1.2              Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Kepemilikan dalam Islam….??
2.      Siapa saja pelaku Ekonomi dalam Islam………??
3.      Perbedaan sudut pandang ekonomi islam……….??
4.      Bagaimana Prinsip-Prinsip umum Ekonomi Islam…???

1.3              Tujuan
1.      Memahami kepemilikan dalam islam.
2.      Mengetahui Pelaku Ekonomi dalam Islam.
3.      Memahami Perbedaan sudut pandang.
4.      Mengetahui Prinsip – prinsip umum ekonomi islam.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Karakteristik Ekonomi Islam

1.      Kepemilikan dalam Islam


Dalam pandangan Islam, pemilik mutlak dari seluruh alam semesta adalah Allah,
sementara manusia hanya mengemban amanah-Nya. Allah menciptakan alam semesta buak
untuk diri-Nya (wasilah al-hayah) bagi manusia agar tercapai kemakmuran dan
kesejahteraan[2]. Manusia diberikan hak untuk memiliki dan mengusai alam semesta
sepanjang sesuai dengan cara perolehandan cara penggunaan yang telah ditentukan oleh
Allah. Dengan demikian, adanya hak milik membawa konsukuensi adanya kewajiban
pemanfaatannya. Pada akhirnya, hak milik ini harus dipertanggungjawabkan di hadapan
pengadilan Allah di akherat kelak.
Dalam ajaran Islam, hak milik dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
1.      Hak milik individual (mikiyah fardhiah/ private ownership)
2.      Hak milik umum atau publik (milkiyah ‘ammah/ public ownership)
3.      Hak milik negara (milkiyah daulah/ state ownership)
Pada dasarnya kepemilikan individu atas sumber daya ekonomi merupakan salah satu
fitrah manusia karena ajaran Islam mengakuinya sebagai sesuatu yang harus dihornati dan
dijaga. Kepemilikan individu merupakan persyaratan yang mendasar bagi tercapainya
kesejahteraan masyarakat, sebab ia akan menciptakan motivasi dan memberikan ruang bagi
seorang individu untuk memanfaatkan sumber daya secara optimal. Seorang individu
diberikan kebebasan tinggi untuk memiliki dan memanfaatkan sumber daya bagi kepentingan
sepanjang dengan :
A.    cara perolehan dan penggunaannya tidak bertentangan dengan syariah Islam
B.     tidak menimbulkan kerugian, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Kepemilikan umum muncul karena suatu benda pemanfaatannya diperuntukkan bagi
masyarakat umum sehingga menjadi kepentingan bersama. Ajaran Islam tidak membatasi
kepada jenis benda tertentu untuk menjadi hak milik umum sehingga kemungkinan dapat
berbeda dari satu tempat dengan tempat lain. Namun, hak milik umum terdapat dalam benda-
benda dengan karakteristik sebagai berikut[3] :
A.    Merupakan fasilitas umum, di mana kalau benda ini tidak ada di dalam suatu negeri atau
komunitas, maka akan menyebabkan sengketa dalam mencarinya, seperti jalan raya, air
minum, dan sebagainnyaa
B.     Sumber daya alam yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki hanya oleh orang
secara individual.
C.     Bahan tambang yang relatif tidak terbatas jumlahnya
D.    Harta benda waqf, yaitu harta seseorang yang dihibahkan untuk kepentingan umum
Hak milik negara pada asalnya dapat berupa hak milik umum atau individu, tetapi hak
pengelolaannya menjadi wewenang pemerintah. Pemerintah memiliki hak untuk mengelola
hak milik ini karena ia merupakan representasi kepentingan rakyat sekaligus mengemban
misi kekhalifahan Allah di muka bumi. Berbeda dengan hak milik umum, hak milik negara
ini dapat dialihkan menjadi hak milik individu jika memang kebijakan Negara menghendaki
demikian. Akan tetapi, hak milik umum tidak dapat dialihkan menjadi hak milik individu,
meskipun ia dikelola oleh pemerintah.

Perbandingan Konsep Kepemilikan Kapitalisme, Sosialisme, dan Islam


Indikator Kapitalisme Sosialisme Islam
Allah adalah
pemilik mutlak,
Kepemilikan mutlak Kepemilikan mutlak
Sifat kepemilikan sementara manusia
oleh manusia oleh manusia
memiliki hak
kepemilikan terbatas
Pemanfaatan oleh
Manusia Manusia bebas
Hak pemanfaatan manusia mengikuti
memanfaatkannya memanfaatkannya
ketentuan Allah
Prioritas Hak milik individu Hak milik kolektif Hak milik individu
atau sosial dijunjung
dan kolektif diatur
kepemilikan dijunjung tinggi
tinggi oleh agama
Terdapat kewajiban
Individu bebas Negara yang mengatur
Peran individu dan individu-
memanfaatkan sumber pemanfaatkan sumber
Negara masyarakat-negara
daya daya
secara proposional
Sebagian diatur oleh
Distribusi Bertumpu pada Bertumpu pada peran pasar, pemerintah,
kepemilikan mekanisme pasar pemerintah dan langsung oleh
Al-Qur’an
Pertanggung jawaban Pertanggung jawaban Pertanggung
Tanggung jawab kepada diri sendiri kepada publik secara jawaban kepada diri,
pemanfaatan secara ekonomis- ekonomis-teknis publik dan Allah di
teknis belaka belaka dunia dan akhirat

Konsepsi tentang hak milik memiliki implikasi yang mendasar bagi keseluruhan
system ekonomi. Konsep ini akan menjadi dasar tentang apa (what), bagaimana (how), dan
mengapa (why) mengelola, serta untuk siapa (for whom) seluruh sumber daya ekonomidi
muka bumi ini. Bertolak dari konsep hak milik ini, maka sistem ekonomi Islam adalah
perekonomian dengan tiga sektor, yaitu sektor pasar, masyarakat,, dan negara. Masing-
masing memiliki sektor memiliki hak dan kewajiban tertentu, sesuai dengan ajaran Islam,
dalam menggerakan kegiatan ekonomi untuk mewujudkan kesejahteraan umat (falah).
2.      Mashlahah Sebagai Insentif Ekonomi
Konsep dan pemahaman mengenai kepemilikian harta membawa implikasi kepada
motivasi dan insentif setiap individu, ketika seseorang meyakini bahwa harta yang dalam
kekuasaanya adalah hak milikknya secara mutlak, maka iapun akan merasa memiliki
kebebasan untuk memanfaatkanya sesuai dengan kehendakanya tanpa perlu memperdulikan
nilia-nilai yang idak bersesuaian dengan kepentinganya. Sebaliknya, seorang budak, pada
masa-masa sebelum Islam misalnya, tidak prnah merasa memiliki harta meskipun ragany
sendiri sehingga segala tindakanya lebih didorong untuk memenuhi kehendsk pihak
lain.dalam paham kapitalisme, kegiatan ekonomi cenderung dimotivasi oleh kepentingan
individu.

Misalnya, seorang konsumen cenderung termotivasi untuk memaksimalkan kepuasan


individunya dan seorang produsen cenderung termotivasi untuk mencari keuntungan pribadi
sebanyak-banyaknya. sebaliknya dalam paham sosialisme, kegiatan ekonomi lebih didoromg
oleh insentif keamanan/kenyamanan sosial.Meskipun kedua paham ini mendasarkan pada
insetip yang berbeda, namun baik insentif individu atau insentip sosial sering kali di ukur dari
aspek materil semata.
 Kesejahteraan individu sering kali dimaknai sebagai tingginya pendapatan dan daya
beli individu, dan kesejahteraan sosial sering kali dimaknai sebagai tingginya pendapatan dan
daya beli masyarakatIslam mengakui adanya insentip material ataupun nonmaterial dalam
kegiatan hal ini dikerenakan ajaran Islam memberikan peluang setiap individu untuk
memenuhi kepentingan individunya, kepentingan sosial ataupun kepentingan sucinya untuk
beribadah kepada Allah.
Secara garis besar, insentif kegiatan ekonomi ajaran Islam bisa dikategorikan menjadi
dua jenis, yaitu insentif yang akan diterima di dunia dan insentif yang akan diterima di
akherat, insentif di dunia mungkin akn diterima oleh individu masyarakat, baik dalam
kegiatan konsumsi, produsi ataupun distribusi. Insentif di akhert adalah berupa imbalan
(ganjaran atu hukuman) yang hanya akan dirasakan di akherat, seperti yang dijanjikan oleh
Allah. Sebagai misal, insentif untuk mengonsumsi barang-barang yang halal dan thayyib
adalah kepuasan duniawi pribadi sekaligus pahala di akhirat karena hal ini merupakan suatu
bentuk ibadah. Namun, ada pula kegiatan ekonomi yang insentifnya diterima di akhirat
semata, seperti kegiatan berderma atau membantu orang lain, kesemua insentif ini yang
disebut sebagai Mashlahah.

3.      Musyawarah sebagai Prinsip Pengembalian Keputusan


Secara umum, pengambilan keputusan bisa dibedakan antara dua kutub santralisasi
dan dasentralisasi. Sistem sentralisasi menekankan bahwa pengambilan keputusan dilakukan
oleh satu otoritas, pemerintah pusat misalnya, dan pelaku ekonomi hanya berperan sebagai
pelaksana pengambil keputusan. Dalam konteks perekonomian suatu negara, sitem ini akan
menghasilkan suatu perekonomian terencana (planned economy). Sistem ini dilahirkan oleh
paham sosialisme, pada sisi lain kapitalisme, pengambilan keputusan cenderung diserahkan
kepada setiap pelaku ekonomi sehingga tidak diperlukan tidak diperlukan suatu otoritas
tunggal dalam pengambilan keputusan ekonomi, sitem desentralisasi ini akan menghasilkan
suatu pasar persaingan bebas seperti yang diharapkan oleh kapitalisme.
Ekonomi Islam memandang bahwa individu, masyarakat, serata pemerintah memiliki
peran sendirisendiri sehingga sistem pengambilan sentralistik atau desentralistik semata
tidaklah akan mampu untuk memenuhi kebutuhan individu dan social. Pada level dan aspek
tertentu diperlukan pengambilan keputusan yang desentralistik karena dalm ini prinsip saling
ridho sangatlah dominan, misalnya dalm hal penetapan harga input atau pun output. Dalam
aspek lainnya, misalnya ketika prinsip kebenaran dan keadilan sangat dominan, maka prinsip
sentralistik berbasis Al-Qur’an perlu diterapkan, misalnya dalm hal distribusi barang publik
dan kesejahteraan dan penegakan kebenaran.
Secara umum, pengambilan keputusan dalam ekonomi Islam didasarkan atas prinsip
mekanisme pasar, namun dengan tetap memandang nilai-nilai kebaikan bersama dan nilai-
nilai kebenaran. Oleh karena itu, musyawarah (shuratic process) untuk mendapatkan
kesepakatan atas dasar kemaslahatan  merupakan prinsip pengambilan keputusan yang sesuai
ajaran Islam. Musyawarah merupakan kombinasi antara prosesdesentralisasi dan
sentralisasi yang dikandalikan nilai-nilai mashlahah 

4.      Pasar yang Adil sebagai Media Koordinasi


Kebebasan individu yang harmoni dengan kebutuhan sosial dan moralitas Islam akan
terwujud dalam suatu mekanisme pasar yang mengedepankan aspek moralitas dan kesama.
Ibn Taimiyah menyebutkan mekanisme ini dengan istilah ‘pasar yang adil’ atau
gabungan  antara persaingan dan kerja sama (coopetition). Mekanisme pasar diberikan ruang
gerak untuk penentuan harga, namun masyarakat dan syariah Islam tetep berperan
mengontrol jalannya pasar sehingga masyarakat yang adil dan harmoni bisa terwujud.
Dengan demikian, mekanisme pasar murni bukanlah menjadi kendali perilaku pada
pelaku ekonomi, namun pasar juga dikendalikan oleh pemerintah dan masyarakat
(citizenship) dalam upaya mencapai keadilan dan mashlahah  maksimum. Jika dibandingkan
dengan sistem ekonomi lainnya, ekonomi Islam tidak berbeda dalam hal hasil yang tampak,
atau mekanisme pasarnya, namun perbedaan ini dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan
konsep kepemilikan, intensif dan mekanisme pengambilan keputusan. Secara garis besar
perbedaan elemen antarsistem ekonomi disajikan dalam tabel, sebagai berikut :
5.      Perbandingan Sistem Ekonomi Islam dan Ekonomi Utama
Mekanisme
Paham Pengambilan
Insentif Kepemilikan Informasi dan
Ekonomi Keputusan
Koordinasi
Kapitalisme
Mekanisme
(pure Material Mutlak individual Desentralistik
pasar
capitalisme)
Kapitalisme
Individual atas Mekanisme
Negara Material dan Sentralistik dan
pengawasan pasar dan
(state norma sosial Desentralistik
negara Negara
capitalisme)
Kapitalisme
Mekanisme
campuran Material dan Sentralistik dan
Mutlak individual pasar dan
(mixed norma sosial Desentralistik
Negara
capitalisme)
Sosialisme Norma
Mutlak Negara Negara Sentralistik
(pure socialme) sosial
Pasar
Mekanisme
sosialisme Material dan Mutlak negara
pasar dan Sentralistik
(market norma sosial atau komunitas
Negara
socialme)
Mashlahah Individual, sosial
Mekanisme Musyawarah
Islam (dunia dan dan negara atas
pasar yang adil berbasis mashlahah
akhirat) dasar mashlahah

2.2  Pelaku Ekonomi dalam Islam

A.    Pasar dalam Ekonomi Islam


Adanya hak milik individu dan kebebasan individu untuk bertransaksi merupakan
faktor dasar bagi eksistensi pasar. Pasar merupakan suatu keadaan terjadinya kesepakatan
antara penjual (produsen) dan pembeli (konsumen) untuk melakukan pertukaran atau
perdagangan. Pertukaran dapat berupa jual-beli, sewa, atau utang-piutang.

Pelaku pasar pada dasarnya terdiri atas rumah tangga-rumah tangga dan perusahaan-
perusahaan, sementara pasar dapat diklasifikasikan menjadi pasar input dan pasar output.
Rumah tangga dapat terdiri atas perseorangan atau kelompok (misalnya keluarga), sedangkan
perusahaan dapat berupa perseorangan atau lembaga usaha.Di pasar input, rumah tangga
bertindak sebagai penyedia faktor produksi yang dibutuhkan oleh perusahaan, sedangkan di
pasar output rumah tangga adalah konsumen bagi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan.
Di pasar input, rumah tangga menyediakan berbagai faktor produksi seperti tanah,
tenaga kerja, modal, dan kewirausahaan. Faktor-faktor produksi ini akan digunakan oleh
perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. Rumah tangga akan memperoleh imbalan
berupa pendapatan sewa, upah, bagi hasil, dan laba yang kemudian akan dipergunakannya
untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
Ajaran Islam menghargai pasar sebagai wahana bertransaksi atau perniagaan
yang halal (sah/legal) dan thayyib (baik) sehingga secara umum merupakan mekanisme
alokasi dan distribusi sumber daya ekonomi yang paling ideal. Penghargaan Islam tehadap
mekanisme pasar berangkat dari ketentuan Allah bahwa perniagaan harus dilakukan dengan
cara yang baik berdasarkan prinsip saling ridha (‘an taradin minkum) sehingga tercipta
keadilan[4]. Pasar merupakan mekanisme perniagaan yang memenuhi kriteria tersebut. \
Di pasar, seseorang bebas melakukan transaksi sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya. Mekanisme pasar merupakan suatu kekuatan yang bersifat missal (impersonal)
dan alamiah (natural) sehingga mencerminkan kondisi ekonomi masyarakat lebih luas.
Dalam situasi yang bersaing sempurna (perfect competition market), tak ada seorang pelaku
pun secara individual dapat mengendalikan mekanisme pasar. Allahlah yang mengatur naik
turunnya harga[5].
Penghargaan yang tinggi ini telah dibuktikan dalam sejarah yang panjang kehidupan
ekonomi masyarakat Muslim awal, dimana pasar memegang peranan yang penting.
Perekonomian masyarakat Muslim pada masa Rasulullah Saw. adalah perekonomian yang
menjunjung tinggi mekanisme pasar. Bahkan, hingga periode awal masa kerasulannya Nabi
Muhammad Saw. sendiri adalah salah seorang pelaku pasar yang aktif. Beliau mengawasi
jalannya mekanisme pasar di Madinah dan sekitarbya agar tetap dapat berlangsung secara
Islami.
Dalam pasar yang Islami, para pelaku pasar didorong oleh semangat persaingan untuk
meraih kebaikan (fastabiqul khairat) sekaligus kerja sama dan tolong-menolong (ta’awun)
dalam bingkai nilai dan moralitas Islam. Pasar yang Islami adalah sebuah free co-operation
market[6]. Para pelaku pasar tidak hanya mengejar keuntungan material, tetapi juga barakah
Allah. Pasar akan menjadi arena perniagaan komoditas yang halalan toyyiban saja sehingga
yang haram harus ditinggalkan. Aktivitas pasar juga harus mencermikan persaingan yang
sehat (fair play), kejujuran (honesty), keterbukaan (tranparancy) dan keadilan (justice)
sehingga harga yang tercipta adalah harga yang adil (just price). Dengan kata lain, pasar ini
tidak mengandung deviasi dari nilai dan moralitas Islam.

Meskipun pasar merupakan mekanisme alokasi dan distribusi sumber daya yang
paling efisien, tetapi ia memiliki kelemahan dan kekurangan. Pasar tidak dapat
menyelesaikan dengan baik beberapa permasalahan ekonomi yang penting, misalnya
penyediaan barang dan fasilitas publik, penyelesaian masalah eksternalitas, penegakan
keadilan social dan distribusi pendapatan, dan lain-lain. Pada dasarnya pasar bekekrja dengan
mekanisme harga sehingga norma dan etika sering kali juga tidak diakomodasi oleh pasar.
Pasar sering kali juga bukan mekanisme yang tepat untuk mengalokasikan barang dan jasa
sesuai dengan prioritas kebutuhan yang seharusnya. Hal-hal inilah yang disebut dengan
kegagalan pasar (market failure).
 Ketidaksempurnaan pasar (market imperfection) ini juga mengakibatkan alokasi
sumber daya pada akhirnya tidak seefisian yang diharapkan. Oleh karena itu, kelemahan dan
kekurangan pasar ini harus diperbaiki dengan peran aktif dari pemerintah dan masyarakat.
B.     Pemerintah dalam Ekonomi Islam
Pemerintah memiliki kedudukan dan peranan penting dalam ekonomi Islam.
Ekisistensi peran pemerintah pemerintah dalam sistem ekonomi  Islam bukan semata karena
kegagalan pasar dan ketidaksempurnaan pasar. Pada dasarnya, peranan pemerintah
merupakan derivasi dari konsep kekhalifahan dan konsukuensi adanya kewajiban-kewajiban
kolektif (fard al-kifayah) untuk merealisaikan falah.
Pemerintah adalah pemegang amanah Allah dan Rasul-Nya serta amanah masyarakat
untuk menjalankan tugas-tugas kolektif dalam mewujudkan kesejahteraan dan (al-adl wah
ihsan) bagi seluruh umat. Secara umum peranan pemerintah ini akan berkait dengan upaya
mewujudkan konsep pasar yang Islami dan mewujudkan tujuan ekonomi Islam secara
keseluruhan.
Suatu pasar yang Islami akan sulit terwujud apabila tidak ada peran aktif dari
pemerintah. Peran pemerintah dalam pasar ini secara garis besar dapat diklasifikasikan
menjadi tiga bagian, yaitu :
1.      Pertama, peran yang berkaitan dengan dengan implementasi nilai dan moral Islam.
2.      Kedua, peran yang berkaitan dengan menyempurnakan mekanisme pasar (market
imperfection).
3.      Ketiga, peran yang berkaitan dengan kegagalan pasar (market failures).
Pemerintah juga memiliki peran penting dalam menyelesaikan barang dan fasilitas
publik, mengatasi masalah eksternalitas, dan berbagai masalah ekonomi lain yang memang
tidak bisa terselesaikan melalui mekanisme pasar. Dalam menjalankan tugas-tugas tersebut,
pemerintah dapat bertindak sebagai perencana, pengawas, pengatur, produsen sekaligus
konsumen bagi aktivitas pasar.
Adapun beberapa tugas pokok pemerintah antara lain, yaitu :
1.      Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar bagi masyarakat
2.      Pemerataan distribusi pendapatan dan kekayaan
3.      Menyusun perencanaan pembangunan ekonomi
4.      Mengambil berbagai kebijakan ekonomi dan non ekonomi yang relevan bagi
perwujudan falah masyarakatnya.

Dalam ajaran Islam pemenuhan kebutuhan dasar serta pemerataan distribusi


pendapatan dan kekayaan bukan hanya tugas individual masyarakat, tetapi juga merupakan
kewajiban kolektif seluruh masyarakat. Setiap individu harus berusaha untuk memenuhi
kebutuhan dirinya, keluarganya, kerabatnya, tetangganya, dan seluruh masyarakatnya sesuai
dengan kemampuannya. Demikian pula Negara harus menjamin kebutuhan dasar dan
pemerataan distribusi pendapatan dan kekayaan ini, sebab Negara dibentuk untuk
mengemban berbagai tugas kolektif.
Negara memiliki perangkat dan sumberdaya termasuk keuangan untuk memberikan
jaminan ini. Desain pembangunan ekonomi secara keseluruhan tidak bisa di serahkan begitu
saja kepada mekanisme pasar, sebab pasar memiliki kegagalan dan ketidak sempurnaan. Dan
Negara bertugas untuk membuat perencanaan sekaligus mengawasi jalannya pembangunan
ekonomi.  Dan ada beberapa kelemahan  dari pemerintahan antara lain:
1.      Pemerintah sering kali tidak berhasil mengidentifikasi dengan tempat kebutuhan masyrakat
yang sesungguhnya sehingga formulasi kebijakannya juga tidak tepat.
2.      Pemerintah sering kali juga memiliki banyak masalah structural yang dapat menghambat
efektivitas dan efesiensi kebijakan,misalnya masalah bikrokrasi.
3.      Keterlibatan pemerintah sering kali menimbulkan pengaturan yang berlebihan terhadap
aktivitas perekonomian sehingga menghambat mekanisme pasar.
4.      Intervensi pemerintah yang berlebihan dapat mengurangi
bekerjanya mekanisme  penyesuaian otomatis dari pasar sehingga pasar  tidak dapat berjalan
dengan alamiah.

C.      Peran Masyarakat dalam Ekonomi Islam


Kewajiban merealisasikan falah pada dasarnya merupakan tugas seluruh economic
agents, termasuk masyarakat. Terdapat banyak aktivitas ekonomi yang tidak dapata
diselenggarakan dengan baik oleh mekanisme pasar maupun oleh peran pemerintah sehingga
masyarakat harus berperan langsung. Terdapat fenomena market failure dan government
failure.
Pasar pada hakikatnya adalah wahana untuk mengekspresikan kebebasan individu
dalam berniaga, yang tentu saja lebih didorong oleh motif-motif mencari keuntungan
individual. Pemerintahan dan masyarakat pada dasarnya adalah dua institusi yang memiliki
fungsi untuk merealisasikan segala kewajiban kolektif untuk mewujudkan falah.
Peranan masyarakat juga muncul karena adanya konsephak milik public dalam
ekonomi islam,seperti waqf. Kekayaan Waqf  adalah kekayaan masyarakat secara
keseluruhan dan berlaku sepanjang masa karenanya waqf  merupakan hak milik masyarakat
yang tidak tergantung kepada pemerintah yang berkuasa.
Pemerintah dapat berganti dari waktu ke waktu,sementara masyarakat trikat dalam
kewajiban sosial  jangka panjang. Karenanya, berbagai kekayaan waqf  akan tetap di kelola
oleh masyarakat sendiri.Dalam pandangan islam, masyarkat bisa di artikan secara sempit
ataupun luas dan hierarki ini terkait tanggung  jawab  dan hak  masing-masing. Dalam
lingkup yang paling kecil setelah individu adalah  masyarakat keluarga.
2.3  Kapitalisme dan Sosialisme
Aliran utama ekonomi (main stream economics) pada awalnya terkotak menjadi dua
kutub, yaitu kapitalisme dan sosialisme. Kedua paham ini sering kali dikonotasikan sebagai
representasi perilaku ekonomi Negara tertentu, misalnya kapitalisme dicerminkan oleh
Amerika dan sosialisme dicerminkan oleh Uni Soviet. Oleh karena itu, sejalan dengan
perkembangan ekonomi dan politik antarnegara, maka kritik terhadap kedua paham ini
bermunculan sehingga lahiarlah kapitalisme campuran atau sosialisme campuran.

Paham kapitalisme diilhami oleh perlunya kebebasan setiap individu untuk memenuhi
kebutuhannya agar kesejahteraan masyarakat tercapai. Pemahaman ini didasari oleh filosofi
Adam Smith bahwa terselenggaranya keseimbangan pasar dikarenakan manusia
mementingkan diri sendiri. Diasumsikan bahwa setiap manusia adalah individualistik
nasional sehingga kebebasan pasar akan menghasilkan kesejahteraan masyarakat yang
maksimum. Mekanisme psar yang dimetaforsisikan dengan tangan gaib (invisible hand) akan
mengatur bagaimana jalannya keseimbangan antara penawaran dan permintaan pasar. Smith
menulis “kita bisa makan bukan hanya kebaikan si tukang roti, tukang minuman atau si tukan
daging, melainkan karena sifat memenitngkan diri sendiri yang ada dalam diri mereka.
 Kita bukan mengharap cinta mereka terhadap orang lain, melainkan cinta mereka
terhadap dirinya sendiri”(Koeters, 1998, hlm.9) kebebasan ekonomi merupakan ide dasar
kapitalisme yang mengilhami setiap perilaku ekonomi setiap individu, pasar dan kebijakan
pemerintah. Dalam perjalannya sistem kapitalisme ini cenderung mengarah kepada
liberalisme. Kebutuhan manusia cenderung diukur dari aspek materi atau harta, dan
mekanisme penentuan harga secara ideal oleh pasar.
Disisi lain, ekonomi sosialisme mempunyai tujuan kemakmuran bersama. Filosofinya adalah
bagaimana setiap individu bersama-sama memperoleh kesejahteraan. Perkembangan
sosialisme dimulai dari kritik terhadap kapitalisme kapitalisme yang pada waktu itu kaum
kapitalis atau disebut kaum borjuis mendapat legitimasi gereja untuk mengeksploitasi buruh.
Inilah yang menjadikan Karl Marx mengkritik sistem kapitalis sebagai ekonomi yang tidak
sesuai dengan aspek kemasyarakatan.
Pemikiran awal sosialisme meletakkan unsur kemanusiaan pada posisi paling tinggi dari alat
produksi. Bila alat produksi menguasai manusia, maka manusia akan kehilangan esensi
kemanusiaannya. Ia akan menjadi bagian dari alat produksi tersebut sehingga menjadikan
kehidupan manusia seperti mesin sebagaimana “kehidupan” alat produksi. Sampai  akhirnya
alat produksi tersebut menjauhkan manusia untuk mengenal fungsinya sebaegai manusia.
Karenanya, menurut Marx, tidak ada tempat bagi kapitalisme di dalam kehidupan. Upaya
revolusioner harus dilakukan untuk menghancurkan kapitalisme. Alat-alat produksi harus
dikuasai oleh Negara guna melindungi rakyat. Kritik Mark atas kapitalisme ini
diimplementasikan oleh Lenin dalam bentuk dominasi peran intitusi negara dalam
perekonomian.

Mengapa harus ada Ekonomi Islam ?


            Revolusi ilmu pengetahuan yang terjadi di Eropa Barat sejak abat ke 16 Masehi telah
menyebabkan pamor agama dan kekuasaan institusi gereja (agama kristen) menjadi menurun
drastic. Hal ini disebabkan dogma yang dipegang dan diajarkan banyak yang bertentangan
dengan fakta-fakta yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan.Akibatnya terjadi sekulerisasi di
Eropa Barat dalam segala bidang, termasuk dalam ilmu pengetahuan.[7] Agama, Tuhan,
Nilai-nilai dan Norma-norma secara drastis dikeluarkan dari struktur pemikiran para
ilmuwan, maka lahirlah ilmu pengetahuan yang bersifat positivistik. What is ?. Ilmu
Positivistik  menerangkan hubungan antar variabel to predict meramalkan kejadian dimasa
depan berdasarkan teori yang ada. Pertanyaan normatif “ what should ?, what best ? h al ini
dikesampingkan dan diserahkan sepenuhnya kepada individu-individu. Pemahaman seperti
yang dikatakan sebagai semangat renaissance-humanisme (kebangkitan manusia) dan
gerakan aufklarung (pencerahan) di Eropa Barat.

2.4  Ekonomi Islam : Perbedaan Sudut Pandang


Sejauh ini kita sudah mengetahui perbedaan-perbedaan yang dimetral antara pradigma yang
mendasar ekonomi konvensional dan perbedaan mendasar ekonomi islam. Keduanya tidak
mungkin dan tidak pernah mungkin di kompromikan, karena masing-masing didasarkan atas
pandangan dunia ( weltanschauung) yang berbeda.
Ekonomi Konvensional  melihat ilmu sebagai sesuatu yang sekuler (berorientasi hanya pada
kehidupan duniawi – kini dan di sini) sementara ekonomi islam dibangun atas atau paling
tidak diwarnai oleh, prinsip-prinsip regilius (berorientasi pada kehidupan dunia – kini dan di
sini dan sekaligus kehidupan akhirat – nanti dan disana).
Pemikir ekonom-ekonom muslim kontemporer dapat diklasifikasikan menjadi tiga
mazhab :

1. Mazhab Baqir As-Sadr


2. Mazhab mainstream
3. Mazhab Alternatif krisis
1.      Mazhab Baqir As – Sadr
Mazhab ini di pelopori oleh Baqir As – Sadr dengan buku yang fenomenal
iqtishaduna8 [8](ekonomi kita). Mazhab ini berpendapat bahwa ilmu ekonomi (economic)
tidak pernah sejalan dengan islam. Ekonomi tetap dengan ekonomi dan islam tetap islam.
Keduanya tidak dapat di satukan karena keduanya berasal dari filosofis yang kontradiktif ,
yang satu anti-islam dan yang lainya islam.9[9]
Menurut meraka, perbedaan filosofis ini berdampak pada perbedaan cara pandangan
keduanya dalam melihat pandangan ekonomi . Menurut ilmu ekonomi, masalah ekonomi
muncul karena adanya keinginan manusia yang tidak terbatas sementara sumber daya yang
tersedia sifatnya terbatas. Mazhab Baqir menolak pernyataan ini karena menurut mereka
islam tidak menegenal sumberdaya yang terbatas. Dalil yang dipakai adalah al qur’an.
“sesungguhnya telah kami ciptakan segala sesuatu dalam ukuran yang setepat
tepatnya” (QS Al-Qamar [54] ; 49).
Mazhab baqir berpendapat bahwa masalah ekonomi muncul karena adanya distribusi
yang tidak merata dan adil sebagai dari system yang membolehkan eksploitasi pihak yang
kuat terhadap sifat yang lemah. Yang kuat memiliki akses terhadap sumber daya sehingga
menjadi sangat kaya, sementara yang lemah tidak memiliki akses sumberdaya sehingga
menjadi sangat miskin. Karena itu sumber daya ini bukan karena sumberdaya yang terbatas,
tetapi karena keserakahan manusia yang tidak terbatas[10] .Tokoh Mazhab ini selain Baqir
As-Sadr adalah Abbas Mirakor, Baqir Al Hasani, Kadim As sadr Iraj Toutounchian, Hedayati
Dan lain-lain

2.      Mazhab Mainstraem
Mazhab Mainstream berbeda pendapat dengan mazhab Baqir. Mazhab yang kedua ini
setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya yang terbatas yang dihadapkan
pada keinginan manusia yang tidak terbatas . kebatasan sumber daya memang ada, bahkan di
akui pula oleh islam. Dalil yang dipakai adalah :
“dan sungguh akan kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang
sabar” (QS Al Baqarah [2] :155)
Sedangkan keinginan manusia yang tidak terbatas dianggap sebagai hal yang alamiah.
Dalilnya :
“Bermegah-megah telah melailaikan kamu. Sampai kamu masuk ke liang kubur.
janganlah begitu, kalau kamu akan mengetahui (akibat dari perbuatanmu itu) “[11]
Dan sabda Nabi Muhammad Saw. Bahwa manusia tidak akan pernah puas. Bila diberikan
emas satu lembah, ia akan meminta emas dua lembah, bila diberikan dua lembah ia akan
meminta tiga lembah dan begitupun seterusnya sampai ia masuk kubur.[12] Manusia boleh
mempertimbangkan tuntutan agama, boleh juga mengabaikanya. Dalamm bahasa al qur’anya
pilihan dilakukan dengan “mempertuhankan hawa nafsunya” tetapi dalam ekonomi islami,
keputusan pilihan ini tidak dapat dilakukan semaunya saja. Perilaku manusia dalam setiap
aspek kehidupanya termasuk ekonomi selalu dipandu oleh allah lewat al qur’an dan
sunnah. [13]
3.      Mazhab Alternatif Klasik
Pelopor mazhab ini adalah Timur Kuran (ketua jurusan ekonomi di university of
southern California), Jomo (yale, cambrigde, Harvard, Malaya), Muhammad Arif, dll.
Mazhab ini mengkritik dua mazhab sebelumnya, mazhab baqir dikritik sebagai mazhab yang
berusaha untuk menemukan sesuatu yang baru yang sebenarnya sudah ditemukan
sebelumnya. Mazhab mainstream dikritiknya sebagai jiplakan dari ekonomi neo-klasik
dengan menghilangkan variabel riba dan memasukkan variabel zakat serta niat.
Mazhab ini berpendapat bahwa ekonom islam adalah tafsiran manusia berdasarkan
Al-Qur'an dan Sunnah, sehingga nilai kebenarannya tidak mutlak. Proporsi dan teori yang
diajukan oleh ekonomi islam harus selalu diuji kebenarannya. Mazhab ini adalah sebuah
mazhab yang kritis , mereka berpendapat bahwa analisis kritis bukan saja harus di lakukan
kepada sosialisme dan kapitalisme, tetapi juga kepada ekonomi islam tu sendiri.
Mereka yakin bahwa islam pasti benar, tetapi ekonomi islam belum tentu benar
karena ekonomi islam adalah hasil tafsiran manusia atas al qur’an dan sunnah, sehingga nilai
kebenaranya tidak mutlak. Proposisi dan teori yang di ajukan dalam ekonomi islami harus
selalu diuji kebenaranya sebagaimana yang telah dilakukan terhadap ekonomi konvensional.
[14]

2.5  Prinsip-Prinsip Umum Ekonomi Islam

A.    Nilai-nilai Universal: Teori Ekonomi

1.      Tauhid (keesaan Tuhan)


Tauhid adalah pondasi ajaran Islam, dengan tauhid manusia menyaksikan bahwa
”tiada sesuatu pun yang layak disembah kecuali allah” dan ”tidak ada pemilik langit , bumi,
dan isinya, selain allah”.[15] Karena allah adalah pencipta alam semesta dan isinya.
[16] Tauhid merupakan inti pokok ajaran Islam yang berupa pengakuan bahwa tiada Tuhan
selain Allah, satu-satunya Dzat yg berhak disembah. Tauhid al Uluhiyah berarti mengesakan
Allah, tidak menyekutukan sesuatu apapun denganNya. Allah tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan, Ia tak punya sekutu atau rekanan, jadi Allah adalah Tuhan yang Mutlak, Dia
meliputi dan mengatasi segala sesuatu, Dia Tuhan dan selain Nya menyembah kepada
Nya. Tauhid al Rububiyah berkenaan dengan Allah sebagai Tuhan, pencipta dan pengatur
alam semesta.
Keberadaan Tuhan dalam pengertian tauhid al Rububiyah dapat diketahui terutama
melalui ciptaan-Nya ( ayat-ayat kawniyah ) sebagaimana dijelaskan dalam ayat: “
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya siang dan malam
terdapat tanda-2 bagi orang-orang yang berakal”[17]

2.      Adl (Keadilan)
Adl bermakna tidak berbuat zalim kepada sesama manusia, bukan berarti sama rata
sama rasa, jadi adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil menurut Kapitalisme
adalah Anda dapat apa yang anda upayakan Adil menurut Sosialisme adalah Sama rata sama
rasa, Adil menurut Islam adalah Tidak menzalimi dan tidak dizalimi ( la tazlimun wala
tuzlamun).
Tanpa keadilan manusia akan terkelompok – kelompok dalam berbagai golongan.
Golongan yang satu akan menzalimi golongan yang lain, sehingga akan mengalami
eksploitasi manusia atas manusia.[18] Masing masing berusaha mendapatkan hasil yang lebih
besar dari pada usaha yang di keluarkanya karena kerakusanya.[19]

3.      Nubuwwah (Kenabian)
Karena rahman, rajim dan kebijaksanaan allah, manusia tidak di biarkan begitu saja di
dunia tanpa melihat bimbingan. Karena itu di utuslah para nabi dan rasul untuk
menyampaikan petunjuk dari allah kepada manusia tentang bagaimana hidup baik dan benar
didunia dan mengajarakn jalan untuk kembali (taubah) ke asal muasal segala, allah. Fungsi
rasul adalah untuk menjadi model terbaik yang harus di teladani manusai agar mendapatkan
keselamatan didunia dan akhirat.[20] Sikap utama sang model yang harus diteladani oleh
manusia pada umumnya dan pelaku ekonomi dan bisnis pada khususnya, adalah sebagai
berikut :
a.       Siddiq (jujur, benar)
b.      Amanah (tanggung jawab, kepercayaan)
c.       Fathananah (kecerdikan, kebijaksanaan, intelektualita)
d.      Tabligh (komunikasi, Keterbukaan, Pemasaran)

4.      Khilafah (pemerintahan)
Dalam al qur’an, Allah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah
dimuka bumi,[21] artinya menjadi pemimpin untuk kemakmuran bumi. Oleh karena itu ,
pada dasarnya manusia adalah pemimpin, Nabi bersabda :” Setiap dari kalian adalah
pemimpin, dan akan meminta pertanggung jawaban kepada yang dipimpinya” . ini berlaku
kepada manusia baik di dalam keluarga, individu atau pun pemimpin masyarakat.
 Khilafah sebagai perwujudan bahwa tidak diragukan manusia diciptakan oleh Allah
SWT untuk menjadi pemimpin dari makhluk-makhluk lain, oleh sebab itu manusia wajib
menjaga keharmonisan hubungan sesama makhluk, untuk mewujudkan misi tersebut manusia
membutuhkan sebuah media yang berupa pemerintahan ( khilafah). Pemerintah memainkan
peran yang sangat penting dalam ekonomi yaitu memastikan bahwa kegiatan ekonomi
berjalan secara benar tanpa kezaliman.
Pemerintah memiliki hak ikut campur dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan
individu-individu, baik untuk mengawasi kegiatan ini maupun untuk mengatur atau
melaksanakan beberapa macam kegiatan ekonomi yang tidak mampu dilaksanakan oleh
individu-individu. Peran utamanya adalah untuk menjamin prekonomian agar berjalan sesuai
dengan syari’ah, dan  untuk memastikan supaya tidak ternjadi pelangaran terhadap hak-hak
manusia.[22]
5.      Ma’ad (Hasil)
Walaupun sering kali diterjemahkan sebagai kebangkitan tetapi secara harfiah ma’ad berarti
kembali. Karena kita semua akan kembali kepada allah.[23]  hidup manusia bukan saja di
dunia tetapi harus berlanjut hingga alam setelah dunia. Seorang muslim  tentang dunia dan
akhirat dapat di rumuskan sebagai “Dunia adalah lading akhirat” Artinya dunia wahana
bekerja untuk bekerja dan beraktivitas (beramal saleh).
Prinsip-Prinsip Umum Ekonomi Islam

Akhlak Merupakan Perilaku Islami Dalam Perekonomian


                Sekarang kita telah memiliki landasan teori yang kuat, serta prinsip-prinsip sistem
ekonomi islam yang mantap. Namun, dua hal ini belum cukup karena teori dan sistem
menuntut adanya manusia yang menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam teori dan
sistem tersebut. Dengan kata lain, harus ada manusia yang berperilaku, berakhlak secara
professional (ihsan, itqan) dalam bidang tertentu yakni ekonomi. Baik dia berada pada posisi
produsen, konsumen, pengusaha, karyawan atau sebagai pejabat pemerintah sekaligus.
Karena teori yang unggul dan sistem ekonomi yang sesuai syariah sama sekali bukan
merupakan jaminan bahwa perekonomian umat islam akan otomatis maju.
            Sistem ekonomi islam hanya memastikan bahwa tidak ada transaksi ekonomi yang
bertentangan dengan syariah. Tetapi chimera bisnis tergantung pada man behind the gun-nya.
Karena itu pelaku ekonomi dalam kerangka ini dapat saja dipegang oleh umat non-muslim.
 Perekonomian umat islam baru dapat maju bila pola piker dan pola laku muslimin
dan muslimat sudah itqan (tekun) dan ihsan (professional). Hal ini mungkin salah satu
rahasia sabda Nabi : "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq". Karena
akhlak (perilaku) menjadi indicator atau tolak ukur baik-buruknya manusia. Baik-buruknya
perilaku bisnis para pengusaha menentukan sukses-gagalnya bisnis yang telah dijalankannya.
Prinsip derivatif ekonomi islam (ciri-ciri ekonomi islam) :

A.    Multitype Ownership
multitype ownership (kepemilikan multi jenis), prinsip umum kepemilikan yang
berlaku adalah kepemilikan swasta. Dalam sistem sosialis kepemilikan negara, dalam islam,
berlaku prinsip kepemilikan multi jenis (mengakui bermacam-macam bentuk kepemilikan,
baik swasta, negara atau campuran. Prinsip ini terjemahan dari nilai tauhid : pemilik primer
Allah swt, sedangkan manusia sebagai pemilik sekunder

B.     Freedom To Act
freedom to act (kebebasan bertindak atau berusaha) penerapan nilai akan melahirkan
pribadi-pribadi yang professional dan prestatif dalam segala bidang, termasuk dalam bidang
ekonomi dan bisnis. Meneladani  sifat-sifat rasul dalam aktivitasnya (siddiq, amanah, tabligh
dan fathanah) dan digabungakn dengan nilai keadilan dan khilafah (good governance) akan
melahirkan prinsip freedom to act pada setiap muslim (umumnya) dan para ekonom islam
(khususnya) sehingga akan menciptakan mekanisme pasar dalam perekonomian.Kebebasan
dilandasi dengan prinsip shariah (nilai keadilan) sehingga tidak terdapat distorsi, transaksi
yang dilarang (riba, gharar (tidak pastian), tadlis (penipuan).
C.    Social Justice
social justice (keadilan social)prinsip sosial gabungan antara nilai khilafah dan nilai
ma'ad, pemerintah bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan pokok dan menciptakan
keseimbangan sosial. Dalam islam keadilan diartikan suka sama suka dan satu pihak tidak
terdzalimi, maka islam membolehkan intervensi harga maupun pasar (al-hisbah).Pengertian
tadlis menurut tafsir ekonomi islam (suatu transaksi yang sebagian informasinya tidak
diketahui oleh salah satu pihak karena disembunyikannya informasi buruk oleh pihak lain).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tujuan Ekonomi islam adalah untuk mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat
(falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah thayyibah). Dalam
konteks ekonomi islam tujuan falah dijabarkan menjadi beberapa tujuan antara lain, yaitu :
(1) Mewujudkan kemashlahatan umat, (2) Mewujudkan keadilan dan pemerataan pendapatan
(3) Membangun peradaban yang luhur (4) Menciptakan kehidupan yang seimbang dan
harmonis
Pilar ekonomi islam adalah moral. Hanya dengan pilar islam inilah bangunan
ekonomi islam dapat tegak dan hanya dengan ekonomi islamlah falah dapat dicapai.
Moralitas islam berdiri diatas suatu postulat ibadah. Esensi dari moral islam adalah tauhid.
Implikasi dari tauhid, yaitu bahwa ekonomi islam memiliki sifat Trasendal (bukan sekuler),
Dimana peran allah dalam aspek ekonomi menjadi mutlak.
Moral Islam sebagai pilar ekonomi islam dapat dijabarkan lebih lanjut Menjadi titik
mula pembuat kesimpulan logis mengenai kaidah-kaidah sosial dan perilaku ekonomi secara
islami absah. Nilai-nilai tersebut adalah Adl, Khilafah
Moralitas dapat membawa kepada perwujudan falah hanya jika terdapat basisi
kebijakan yang mendukung, yaitu : (1) penghapusan riba (2) Pelembagaan Zakat (3)
Penghapusan yang haram dan pelangaran gharar. Sistem ekonomi islam adalah perekonomian
yang terbagi menjadi tiga sektor,yaitu  sektor pasar, masyarakat dan negara. Tiap sektor
memiliki hak dan kewajiban tertentu dalam mengerakan kegiatan ekonomi , untuk
mewujudkan kesejahteraan umat, karena masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
Islam menolak konpsep pasar dalam bentuk pasar persaingan bebas tanpa batas
sehingga mengabaikan norma dan etika. Dalam pasar yang islami, para pelaku pasar didorong
pada semangat persaingan untuk meraih kebaikan (Fastabiqu Khairat) sekaligus sama dan
tolong menolong (ta’awun) dalam bingkai nilai dan moralitas islam. Aktivitas pasar juga
harus mencerminkan persaingan yang sehat, kejujuran, keterbukaan dan keadilan sehingga
harga yang tercipta adala harga yang adil (thaman al mithl).

[1] Adirwarman A. Karim. Ekonomi Mikro Islam. IIT-Indonesia,2002,hal. 17


[2] Lihat Alquran 2:29; QS 11 : 61, QS 31 : 20
[3] An Nabhani, 1996, Sulaiman, 1985, Sadr, 1992
[4] Alquran 4 : 29; 2 : 275
[5] Harga pasar diatur oleh tangan Tuhan (Good Hand), sebagaimana sunnah Nabi,“Allah itu
sesunggughnya adalah penentu harga ,penahan ,pencurah, serta pemberi rezeki. Aku
mengharapkan dapat menemui Tuhanku di mana salah seorang dari kalian tidak menuntutku
karena kezaliman dalam hal darah dan harta” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
[6] Co-opetition merupakan singkatan dari cooperation sekaligus competition.
[7] Titik balik ini terjadi ketika Copernicus menggugat dogma gereja yang mengatakan bahwa
bumi adalah pusat alam semesta, dan matahari berputar mengelilingi bumi. Hasil
penyelidikan astronomi pada waktu itu mengatakan sebaliknya, bumilah yang berputar
mengelilingi matahari. Karena ilmuan  berpegang teguh pada hasil pikiranya, mereka
mengalami di eksekusi oleh gereja. Diantaranya Bruno, Galileo Galilei dam lain-lain. Yang
menarik umat muslim adalah bahwa Al-Ghazali yang hidup berabad sebelum kejadian
tersebut justru telah menyebut secara sepintas dalam salah satu bukunya bahwa bumi
mengelilingi matahari.
[8] Muhammad Baqir as-Sadr, Iqtishaduna (Our Economics), (Teheran: WOFIS, 1983/1403
H)
[9] Baqir al-Hasani memberikan sepuluh argument untuk memperkuat pendapat ini. Lihat
Baqir al-Hasani, The Concept of iqtishad , dalam Baqir al-Hasani dan Abbas
Mirakhor, op.cit hlm. 21-23
[10] Ibid. hlm. 21-22
[11] QS At-Takaatsur [102] : 1-5
[12] Al Hadits
[13] M. A. Mannan, Islamic Economics : Theory and practice, (Lahore: SH Muhammad
Ashraf, 1970), hlm. 3-4
[14] Jomo K. S. Islamic Economic Alternatives, Critical Perspectives  and new Direction,
(kuala lumpur: Ikraq, 1993)
[15] QS 2: 107,      5:17,120,  24 :33
[16] QS 6:1 – 3
[17] QS 3 :190
[18] QS 25 :20
[19] QS 89:20
[20] QS 33:21,   59:7,   60:4
[21] QS 2:30
[22] Dalam sejarah perkonomian islam, kita temukan sebuah institusi khusus
bernama Hisbah yang dibuat untuk mencapaitujuan ini.
[23] QS 96:8, 86:4, 2:156, 21:93, 23;60

Anda mungkin juga menyukai