Anda di halaman 1dari 3

1.

Konsep kepemilikan dalam islam berangkat dari pandangan bahwa manusia


memiliki kecenderungan (fitrah) untuk memiliki suatu harta secara individual,
tetapi juga membutuhkan pihak lain dalam kehidupan sosialnya. Harta menurut
Islam bukanlah milik individu maupun milik umum, melainkan milik Allah SWT,
sebab harta dalam Islam dielaborasi dari Alquran dan Sunah. Allah ST merupakan
pemilik mutlak (the absolut owner) dari alam semesta. Manusia sebagai pemilik
relatif diberikan hak amanah untuk mengelola alam semesta dan seluruh isinya. Di
sisi lain manusia juga berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan hak
tersebut di hadapan Allah SWT.
Hak milik manusia ini kemudian dibagi menjadi tiga, yaitu hak milik individu, hak
milik umum, dan hak milik negara.
Konsep kepemilikan dalam Islam memberikan pandangan bahwa Islam menjaga
hak-hak milik setiap individu Muslim. Manusia akan saling berkonflik untuk
memperebutkan sumber daya yang melimpah. Islam memperjelas hak-hak milik
individu dan mengatur cara-cara memperoleh hak milik sesuai dengan syariah.
Dengan demikian, manusia hanya akan memanfaatkan harta yang telah menjadi
hak miliknya tanpa menzalimi hak-hak orang lain.
Islam membagi hak milik menjadi tiga yaitu, hak milik individu, hak milik umum,
dan hak milik negara dengan memberikannya masing-masing kedudukan yang
proporsional. Hak milik ini dapat berpindah atau dipindahkan sesuai dengan
tingkat kepentingan dan urgensinya. Pemindahan hak milik ini tentu saja harus
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Ketiga hak milik ini harus dikelola dan
dimanfaatkan secara seimbang agar tercipta keharmonisan di antara ketiga hak
milik tersebut dalam rangka mencapai falah.
Menurut Taqiyuddin an-Nabhani (2009) mengategorikan kepemilikan menjadi 3,
yaitu
1. Kepemilikan individu
Kepemilikan individu adalah hak individu yang diakui syariah dimana dengan hak
itu seseorang dapat memiliki kekayaan yang bergerak maupun tidak bergerak.
Contonya hak atas barang pribadi seperti pakaian dan lain-lain
2. Kepemilikan umum
Adalah izin syariat atas suatu komunitas untuk bersama-sama memanfaatkan
benda atau barang tersebut. Seperti jembatan,jalan raya dan lain-lain.
3. Kepemilikan negara
Adalah harta yang merupakan hak seluruh kaum muslim yang pengelolaanya
menjadi wewenang pemimpin. Misalnya kekayaan alam seperti minyak bumi dan
lain-lain.
Ketiga jenis kepemilikan ini mempunyai kedudukan masing-masing yang
proporsional. Hak milk dapat berpindah atau dipindahkan sesuai dengan tingkat
kepentingan dan urgensinya. Pemindahan hak milik tentu saja harus sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah. Ketiga hak milik ini harus dikelola dan
dimanfaatkan secara seimbang agar tercipta keharmonisan di antara ketiga hak
milik tersebut dalam rangka mencapai falah.

2. - Kepemilikan dan konsumsi dalam islam merupakan suatu kesatuan yang tidak
bisa dipisahkan. Altivitas konsumsi dalam islam selalu memperhatikan
kepemilikan atas suatu barang serta kepemilikan atas harta kekayaan yang
dimiliki. Pemanfaatan kepemilikan dalam konsumsi untuk memenuhi kebutuhan
hidup harus sesuai dengan syariat islam. Karena konsumsi dalam islam tidak
boleh dilakukan terhadap barang yang tidak jelas pemiliknya. Contohnya yaitu
seseorang tidak diperbolehkan memperoleh keuntungan dari penjualan barang
yang tidak jelas asal-usulnya atau tidak jelas kehalalannya.
- kepemilikan produksi dalam islam menekankan pada pentingnya kepemilikan
yang adil dan tidak merugikan orang lain. Dalam hal ini, Islam melarang praktik-
praktik yang merugikan pekerja seperti upah yang tidak adil, kerja paksa, dan
eksploitasi. Contohnya yaitu seorang pengusaha tidak diperbolehkan
mempekerjakan pekerja dengan upah yang tidak mencukupi kebutuhan hidupnya.
- kepemilikan distribusi dalam islam menekankan pada pentingnya distribusi yang
adil dan tidak merugikan orang lain. Dalam hal ini, Islam melarang praktik-praktik
yang merugikan konsumen seperti monopoli, penimbunan, dan penjualan barang
dengan harga yang tidak wajar. Contohnya yaitu seorang pedagang tidak
diperbolehkan menimbun barang untuk menaikkan harga dan merugikan
konsumen.

3. Mashlahah adalah segala bentuk keadaan baik material maupun non-material,


yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling
mulia. Mashlahah harus diwujudkan melalui cara-cara yang sesuai dengan syariat
islam, sehingga akan terbentuk perdaban yang luhur.
Menurut âSumarâin, 2013â Dalam konsumsi islam, mashlahah lebih objektif
dibandingkan konsep utility untuk menganalisis perilaku konsumen. Berikut
beberapa keunggulan konsep mashlahah dibandingkan konsep utility antara lain;
1 Mashlahah lebih luas dalam pengertiannya dibandingkan dengan utility.
Mashlahah mencakup kebaikan yang dirasakan oleh seseorang bersama dengan
orang lain, sedangkan utility hanya mencakup kepuasan individu.
2 Mashlahah lebih berorientasi pada kepentingan bersama dan
kemaslahatan umum, sedangkan utility lebih berorientasi pada kepentingan
individu.
3 Mashlahah lebih memperhatikan aspek moral dan etika dalam konsumsi,
sedangkan utility lebih memperhatikan aspek kepuasan dan manfaat.
4 Mashlahah lebih memperhatikan aspek kehalalan dan keharaman dalam
konsumsi, sedangkan utility tidak memperhatikan aspek tersebut.
Kurva iso mashlahah menunjukkan kombinasi dua barang atau jasa yang
memberikan mashlahah yang etiap konsumen memiliki alternatif kombinasi
barang ataupun jasa yang emberikan tingkat mashlahah yang sama. Kurva ini
digunakan dalam analisis perilaku konsumen dalam ekonomi Islam, di mana
tujuan konsumsi adalah memaksimalkan maslahah. Kurva iso maslahah dapat
digunakan untuk memahami preferensi konsumen dalam memilih barang dan jasa
yang dikonsumsi, serta untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya dalam
perekonomian.

4. Dalam produksi, terdapat beberapa bentuk kemaslahatan yang dapat


diidentifikasi dalam perspektif ekonomi Islam. Berikut adalah beberapa bentuk
kemaslahatan yang umum:
1 Kemaslahatan individu: Kemaslahatan individu dalam produksi adalah
manfaat yang diperoleh oleh individu dari kegiatan produksi. Kemaslahatan
individu dapat berupa penghasilan, pekerjaan, dan keterampilan yang diperoleh
dari kegiatan produksi.
2 Kemaslahatan sosial: Kemaslahatan sosial dalam produksi adalah
manfaat yang diperoleh oleh masyarakat secara keseluruhan dari kegiatan
produksi. Kemaslahatan sosial dapat berupa peningkatan kesejahteraan
masyarakat, peningkatan kualitas hidup, dan peningkatan kemakmuran.
3 Kemaslahatan lingkungan: Kemaslahatan lingkungan dalam produksi
adalah manfaat yang diperoleh oleh lingkungan dari kegiatan produksi.
Kemaslahatan lingkungan dapat berupa pengurangan dampak negatif terhadap
lingkungan, penggunaan sumber daya yang berkelanjutan, dan pengurangan
limbah.

Dalam perspektif ekonomi Islam, tujuan produksi adalah untuk menciptakan


manfaat dan kemaslahatan bagi manusia dan masyarakat secara keseluruhan.
Produksi harus dilandasi oleh nilai-nilai Islam, seperti keadilan, sosial, zakat,
sedekah, dan ihsan. Produksi juga harus memperhatikan aspek lingkungan dan
keberlanjutan sumber daya alam. Dalam hal ini, produksi dianggap sebagai
amanah yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan
bersama.

Sumber referensi;
- PRODUKSI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM Muhammad Turmudi https://
media.neliti.com/media/publications/70513-ID-produksi-dalam-perspektif-
ekonomi-islam.pdf?shem=iosie
- EKSA4102 pengantar ekonomi mikro islam

Anda mungkin juga menyukai