Anda di halaman 1dari 25

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja

Pengertian tempat kerja menurut Undang-Undang Republik

Indonesia No. 1 Tahun 1970 ialah tiap ruangan atau lapangan baik

terbuka atau tertutup, bergerak maupun menetap dimana terdapat tenaga

kerja yang bekerja atau sering dimasuki orang bekerja untuk keperluan

suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya sebagai berikut:

a. Tempat kerja baik di darat, di permukaan air, di dalam tanah, di dalam

air maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum

Republik Indonesia.

b. Tempat kerja dimana dibuat, dicoba, dipakai atau yang menggunakan

mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan ataupun instalasi berbahaya

atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran ataupun peledakan.

c. Dibuat, diolah, digunakan, dijual, diangkut ataupun disimpan bahan

atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun,

menimbulkan infeksi ataupun bersuhu tinggi.

d. Dikerjakan pembangunan (konstruksi), perbaikan, perawatan,

pembersihan ataupun pembongkaran rumah, gedung atau bangunan

lainnya termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan

bawah tanah, dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan

persiapan. commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

e. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan

hutan, pengolahan kayu ataupun hasil hutan lainnya, peternakan,

perikanan, dan lapangan kesehatan.

f. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam

ataupun bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak ataupun

mineral lainnya baik di permukaan maupun di dalam bumi ataupun di

dasar perairan.

g. Dilakukan pengangkutan barang, binatang ataupun manusia baik di

darat, melalui terowongan, di permukaan air, di dalam air maupun di

udara.

h. Dikerjakan bongkar muat barang muatan pada kapal, perahu,

dermaga, dok, stasiun ataupun gudang.

i. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda ataupun pekerjaan lain di

dalam air.

j. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah

ataupun perairan.

k. Dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah ataupun

perairan.

l. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara ataupun suhu udara yang

tinggi ataupun rendah.

m. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,

kejatuhan benda, terkena lemparan benda, terjatuh ataupun terperosok,

hanyut ataupun terlempar.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

n. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur ataupun lubang.

o. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman, dan

sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian (yang berhubungan)

dengan tempat kerja tersebut.

Lingkungan kerja diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di

sekitar tenaga kerja yang dapat mampengaruhi dirinya dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan. Tempat kerja adalah tiap

ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, di mana

tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu

usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya

sebagaimana diperinci dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.

KEP.187/MEN/1999 pasal 1.

Menurut Lewa dan Subowo (2005), lingkungan kerja didesain

sedemikian rupa agar dapat tercipta hubungan kerja yang mengikat

pekerja dengan lingkungannya. Lingkungan kerja yang baik yaitu apabila

tenaga kerja dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan

nyaman. Lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja

serta waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya sistem

kerja yang efisien.

Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan termasuk salah satu hal

yang penting untuk diperhatikan. Meskipun lingkungan kerja tidak

melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan, namun

lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para tenaga


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

kerja yang melaksanakan proses produksi tersebut. Lingkungan kerja

yang memusatkan bagi tenaga kerjanya dapat meningkatkan kinerja.

Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan

kinerja dan akhirnya menurunkan motivasi kerja karyawan.

2. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja.

Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2

disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis

besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu

tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika

penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang

berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut

pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga

kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada

yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20

tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak

jalanan sudah termasuk tenaga kerja.

3. Faktor dan Potensi Bahaya

Potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dapat

berasal dari luar proses kerja, (Tarwaka, 2008) yaitu:

a. Kegagalan komponen, antara lain berasal dari:


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

1) Kegagalan yang bersifat mekanis;

2) Rancangan komponen di pabrik termasuk peralatan atau mesin dan

tugas-tugas yang tidak sesuai dengan kebutuhan para pemakainya;

3) Kegagalan sistem pengendalian;

4) Kegagalan sistem pengamanan yang disediakan; dan

5) Kegagalan operasional peralatan kerja yang digunakan.

b. Kondisi yang menyimpang:

1) Kegagalan pengawasan dan monitoring;

2) Kegagalan manual supply dari bahan baku;

3) Kegagalan pemakaian dari bahan baku;

4) Kegagalan dari produksi shut down dan start up; dan

5) Terjadinya pembentukan bahan antara, bahan sisa dan sampah yang

berbahaya.

c. Kesalahan manusia dan organisasi, seperti:

1) Kesalahan operator atau manusia;

2) Kesalahan sistem pengamanan;

3) Kesalahan dalam mencampur bahan produksi berbahaya;

4) Kesalahan komunikasi;

5) Kesalahan/kekurangan dalam upaya perbaikan dan perawatan alat;

6) Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak sah atau tidak sesuai

dengan prosedur kerja aman.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

d. Pengaruh kecelakaan dari luar, seperti:

1) Kecelakaan pada waktu pengangkutan produk;

2) Kecelakaan pada stasiun pengisian bahan; dan

3) Kecelakaan pada pabrik di sekitarnya

Menurut Suma’mur (2014), agar seorang tenaga kerja berada dalam

keserasian sebaik-baiknya, yang berarti bahwa yang bersangkutan dapt

terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerjanya secara optimal,

maka perlu ada keseimbangan yang positif-konstruktif, antara unsur-

unsur:

a. Beban kerja

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban

dimaksud mungkin fisik, mental dan atau sosial. Seorang tenaga kerja

memiliki kemampuan tersendiri dalam hal kapasitas menanggung

beban kerjanya. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban

fisik, atau mental, atau sosial. Namun demikian, terdapat kesamaan

yang berlaku umum yaitu mereka memiliki keterbatasan hanya

mampu untuk memikul beban sampai suatu tingkat tertentu. Selain

dari batas maksimal beban, untuk masing-masing tenaga kerja

terdapat pembebanan kerja yang optimal bagi tenaga kerja yang

bersangkutan.

b. Beban tambahan akibat lingkungan kerja

Sebagai tambahan kepada beban kerja yang merupakan beban

langsung akibat pekerjaan atau beban pekerjaan yang sebenarnya,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi,

yang menyebabkan adanya beban tambahan kepada tenaga kerja baik

jasmaniah maupun rohaniah. Terdapat lima faktor penyebab beban

tambahan dimaksud:

1) Faktor fisik; yaitu penerangan, suhu udara kelembaban, getaran,

radiasi dan tekanan udara.

2) Faktor kimia; yaitu gas, uap, debu, kabut, fume, asap, awan, cairan

dan benda padat.

3) Faktor fisiologis, yaitu konstruksi mesin, sikap dan cara kerja.

4) Faktor biologi; yaitu virus, bakteri, jamur.

5) Faktor mental psikologis yaitu suasana kerja, hubungan antar

tenaga kerja, hubungan antara tenaga kerja dengan atasan.

c. Kapasitas kerja

Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada

yang lainnya dan sangat tergantung kepada motivasi kerja,

pengalaman, latar belakang pendidikan, keahlian, ketrampilan,

kesesuaian terhadap pekerjaan, kondisi kesehatan, keadaan gizi, jenis

kelamin,usia dan ukuran antropometris tubuh serta reaksi kejiwaan.

4. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor Per. 01/MEN/1981 adalah setiap penyakit yang

disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Sedangkan penyakit

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

yang timbul karena hubungan kerja dalah penyakit yang disebabkan oelh

pekerjaan atau lingkungan kerja (Keppres No. 22 Tahun 1993).

Baik penyakit akibat kerja maupun penyakit yang timbul karena

hubungan kerja mempunyai pengertian yang sama. Dengan kata lain,

penyakit akibat kerja sama dengan penyakit yang timbul karena hubungan

kerja. Penyakit akibat kerja adalah istilah yang dipakai dalam peraturan

yang dibuat atas dasar Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja, sedangkan penyakit yang timbul karena hubungan

kerja merupakan istilah yang erat kaitannyadengan kompensasi (ganti

rugi) kecelakaan kerja.

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER

01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja bahwa

penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja (occupational

disease) ditetapkan berdasarkan karakteristik penyebab dan proses

terjadinya lambat (kronis). Bila proses terjadinya cepat atau mendadak

(akut) disebut kecelakaan (Tarwaka, 2008).

5. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diinginkan, datangnya

dengan tiba-tiba dan sudah terduga yang bisa menyebabkan kerugian pada

manusia, perusahaan, masyarakat, maupun lingkungan. Kecelakaan

diakibatkan antara kontak dengan sumber energi (kimia, mekanik,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

elektrikal, dan lain-lain) yang melebihi ambang batas tubuh (Suma’mur,

2014).

Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan

manusia yang tidak aman (unsafe Act) dan keadaan lingkungan yang tidak

aman (unsafe condition). Karena penyebab utama kecelakaan adalah dari

faktor manusia misalnya konsentrasi berkurang, kurang disiplin, kerja

sambil bergurau dan coba-coba, ambil cara pendek atau mudahnya, dan

sifat tergesa-gesa oleh karena itu sumber daya manusia dalam hal ini

memegang peranan penting dalam penciptaan keselamatan dan kesehatan

kerja tenaga kerja yang mau membiasakan dirinya dalam keadaan yang

aman akan sangat membantu dalam memperkecil angka kecelakaan kerja

(Suma’mur, 2014).

6. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau

kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat

pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik,

mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap

penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan dan/

atau lingkungan kerja, serta terhadap penyakit pada umumnya

(Suma’mur, 2014)

Kesehatan kerja menurut Tarwaka (2008), adalah bagian dari ilmu

kesehatan/ kedokteran yang mempelajari bagaimana melakukan usaha

preventif dan kuratif serta rehabilitatif, terhadap penyakit/ gangguan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan

kerja maupun penyakit umum dengan tujuan agar pekerja memperoleh

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun

sosial.

Kesehatan kerja merupakan bagian yang spesifik dari segi

kesehatan umumnya, lebih memfokuskan lingkup kegiatannya pada

peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan usaha

kesehatan yang bertujuan untuk:

a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja.

b. Melindungi dan mencegah tenaga kerja dari semua gangguan

kesehatan akibat lingkungan kerja dan pekerjaannya.

c. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental

dan pendidikan atau keterampilannya.

d. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Menurut Komite Bersama Organisasi Perburuhan Internasional

(ILO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan kerja diartikan

sebagai suatu aspek atau unsur kesehatan yang berhubungan dengan

lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara langsung maupun tidak

langsung dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja

(Arikunto, 1991). Adapun tujuan kesehatan kerja adalah:

a. Meningkatkan dan memulihkan derajat kesehatan tenaga kerja yang

setinggi-tingginya baik jasmani, rohani maupun sosial untuk semua

lapangan pekerjaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

kondisi kerja.

c. Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang timbul akibat

pekerjaan.

d. Menempatkan tenaga kerja pada suatu lingkungan kerja yang sesuai

dengan kondisi fisik, faal tubuh dan mental psikologis tenaga kerja

yang bersangkutan.

Melalui upaya kesehatan kerja akan terwujud tenaga kerja yang

sehat dan produktif sehingga mampu meningkatkan kesejahteraannya dan

keluarganya serta masyarakat luas. Tenaga kerja tidak saja diharapkan

sehat dan produktif selama masa kerjanya tapi juga sesudah masa kerja

berakhir, sehingga ia dapat menjalani masa pensiun dan hari tuanya tanpa

diganggu oleh berbagai penyakit dan gangguan kesehatan yang

diakibatkan oleh pekerjaan maupun lingkungan kerja pada waktu masih

aktif bekerja (Syukri, 1997).

7. Pelayanan Kesehatan Kerja

Pelayanan Kesehatan Kerja atau health service menurut Darmanto

Djojodibroto (1999) adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu

organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit, memulihkan kesehatan perorangan, keluarga

dan masyarakat.

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

Nomor Per-03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

pasal 1 menyebutkan bahwa (Depnaker, R.I. 2010) yang dimaksud

dengan pelayanan kesehatan kerja adalah suatu usaha kesehatan yang

dilaksanakan dengan tujuan :

a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian

pekerjaan dan tenaga kerja.

b. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang

timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.

c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan

kemampuan fisik tenaga kerja.

d. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi dengan

tenaga kerja yang menderita sakit

Suatu pelayanan kesehatan di perusahaan dikatakan baik jika

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Tersedia (available)

Perusahaan harus menyediakan pelayanan kesehatan untuk tenaga

kerjanya dengan cara mempunyai klinik atau rumah sakit, bila tidak

menyerahkannya kepada pihak ketiga.

b. Wajar (appropriate)

Pelayanan kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan.

c. Berkesinambungan (continue)

Pelayanan kesehatan yang memerlukan kelanjutan harus diberikan

berkesinambungan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

d. Dapat diterima (acceptable)

Pelayanan kesehatan yang diberikan perusahaan untuk tenaga kerja

harus sesuai dengan kondisi perusahaan, sehingga tenaga kerja bisa

menerima layanan tersebut dengan ikhlas.

e. Dapat dicapai (accessible)

Pelayanan kesehatan yang diberikan harus mudah dicapai.

f. Terjangkau (affordable)

Perusahaan bisa memilih layanan kesehatan yang sesuai standar dan

harganya terjangkau oleh perusahaan. Banyak cara untuk

melaksanakan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien, namun

tidak semua cara cocok untuk semua perusahaan. Perusahaan harus

memilih cara yang paling cocok untuknya.

Pelayanan kesehatan yang diberikan perusahaan kepada tenaga

kerjanya berupa:

a. Pelayanan kesehatan perorangan/ individu

Pelaksanaan jenis ini dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan

masing-masing tenaga kerja dengan memberikan pengobatan apabila

mereka sakit dan membantu agar mereka tetap sehat, antara lain:

1) Klinik

2) Pelayanan kesehatan ibu dan anak

3) Pelayanan kesehatan berencana

4) Pelayanan lain-lain, seperti:


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

a) Apotek/ ruang obat

b) Pelayanan ambulance

c) Pelayanan kesehatan gigi

d) Rujukan ke rumah sakit terdekat

b. Pelayanan kesehatan komunitas/ masyarakat

Meskipun tugas utama pelayanan kesehatan komunitas perusahaan

itu ditujukan kepada para tenaga kerja atau tenaga kerja itu sendiri,

tetapi pelayanan kesehatan ini harus pula memenuhi kebutuhan

keseluruhan warga masyarakat perusahaan tersebut (para tenaga kerja,

beserta keluarganya). Pelayanan kesehatan komunitas ini meliputi:

1) Penyuluhan gizi dan kesehatan

2) Pengawasan makanan kantin/ ruang kerja.

3) Pengawasan lingkungan kerja yang meliputi pencemaran udara,

pembuangan sampah, debu, suara dan lain-lain.

4) Pelayanan kesehatan kerja.

5) Higiene dan sanitasi

6) Pengawasan terhadap penyakit menular.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

Nomor Per. 03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja, pasal 2

menyatakan bahwa Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja meliputi :

a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan

pemeriksaan khusus.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

b. Pembinaan dan Pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap

tenaga kerja.

c. Pembinaan dan Pengawasan terhadap lingkungan kerja.

d. Pembinaan dan Pengawasan perlengkapan sanitasi.

e. Pembinaan dan Pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga

kerja.

f. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit

akibat kerja.

g. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.

h. Pendidikan Kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.

i. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat

kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta

penyelenggaraan makanan ditempat kerja.

j. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat

kerja.

k. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai

kelainan tertentu dalam kesehatannya.

l. Memberikan laporan berkala tentang Pelayanan Kesehatan Kerja

kepada pengurus

Petunjuk tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja sesuai

dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor Per.

03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja adalah:


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

a. Semua tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja.

b. Pengurus memberikan pelayanan kesehatan kerja sesuai dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Pelayanan kesehatan kerja dapat diselenggarakan sendiri oleh

pengurus atau diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan

ikatan dengan dokter atau pelayanan kesehatan lain.

d. Pengurus dari beberapa perusahaan secara bersama-sama

menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja.

e. Direktur mengesahkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja

sesuai dengan keadaan.

f. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja dipimpin dan dijalankan

seorang dokter yang telah disetujui oleh direktur.

g. Pengurus wajib memberikan kebebasan yang profesional kepada

dokter dalam menjalankan pelayanan kesehatan kerja.

h. Pengurus wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pelayanan

kesehatan kerja kepada direktur.

i. Dokter maupun tenaga medis wajib memberikan keterangan tentang

pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja kepada pegawai pengawas

Keselamatan dan Kesehatan Kerja jika diperlukan.

8. Poliklinik

Poliklinik perusahaan dapat menjadi salah satu sub sistem dari

manajemen K3 di perusahaan sehingga dua aspek yaitu pelayanan

kesehatan tenaga kerja dan pengelolaan lingkungan kerja dapat dilakukan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

bersama. Berbeda dengan sistem pelayanan kesehatan tenaga kerja

khususnya segi kuratifnya. Sesuai undang-undang yang berlaku

(Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.

03/MEN/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja), poliklinik perusahaan

sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan kerja harus di bawah

tanggung jawab seorang dokter yang telah memenuhi persyaratan yang

antara lain telah mengikuti pelatihan Hiperkes bagi dokter perusahaan.

Demikian juga paramedis di poliklinik perusahaan diwajibkan mengikuti

pelatihan Hiperkes bagi paramedis perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar

poliklinik perusahaan dapat melakukan pencegahan dan pengobatan

penyakit umum dan penyakit akibat kerja (Astono, 2002).

Menurut Suma’mur (2014) adanya dokter di perusahaan sangat

bermanfaat untuk kesehatan tenaga kerja perusahaan. Dokter dalam

perusahaan membantu pengusaha dalam seleksi para tenaga kerja untuk

pekerjaan tertentu, meninggikan keadaan kesehatan para tenaga kerja,

penempatan yang tepat dari seorang tenaga kerja sesuai dengan kesehatan

jasmani dan rohaninya, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K),

pengobatan dan perawatan terhadap penyakit-penyakit mendadak,

meninggikan kesehatan lingkungan di tempat kerja dan masyarakat pada

umumnya.

Setiap petugas kesehatan dan keselamatan kerja harus dibantu oleh

seorang paramedis higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Tugas

utamanya adalah memelihara higiene perusahaan, mendeteksi gejala


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

penyakit akibat kerja dan mengambil langkah-langkah pertolongan atau

penanggulangan pertama. Petugas kesehatan dan keselamatan kerja dan

paramedis Hiperkes harus selalu bekerja sama seerat-eratnya dibawah

pimpinan ahli kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan. Pengertian

tenaga paramedis dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor Per. 01/MEN/1979 tentang Kewajiban Latihan

Hiperkes dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga Paramedis Perusahaan

adalah tenaga paramedis yang ditunjuk atau ditugaskan untuk

melaksanakan atau membantu penyelenggaraan tugas-tugas higiene

perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan atas petunjuk

dan bimbingan perusahaan (Pungky, 2002).

9. Laporan Medis

Dalam pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan

khusus sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi RI Nomor Per. 02/MEN/1980 ditemukan penyakit

akibat kerja yang diderita oleh tenaga kerja, maka pengurus dan badan

yang ditunjuk wajib melaporkan secara tertulis kepada Kantor Direktorat

Jendral Pembinaan Hubungan dan Perlindungan Tenaga Kerja setempat.

Hal ini diatur di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

RI Nomor Per. 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit

Akibat Kerja. Laporan tersebut harus dilakukan dalam waktu 2 x 24 jam

setelah penyakit tersebut dibuat diagnosanya (Depnaker, R.I. 2010).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

Upaya pencegahan kecelakaan agar efektif, harus didasari

pengetahuan penyebabnya secara lengkap dan tepat. Pengumpulan dan

pencatatan data kecelakaan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi

yang lengkap guna upaya pencegahan kecelakaan.

Peraturan perundangan mewajibkan perusahaan untuk memelihara

catatan kecelakaan yang terjadi. Catatan ini sewaktu-waktu akan diperiksa

oleh pegawai pengawas.

Pengumpulan dan pencatatan data kecelakaan kerja dimulai dari

laporan klinik atau pos P3K. Perawat atau petugas P3K selesai

memberikan pertolongan harus mengisi suatu daftar isian untuk setiap

kasus. Laporan ini dikirim ke bagian keselamatan dan kesehatan kerja,

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), bagian

personalia atau atasan tenaga kerja yang bersangkutan (Syukri, 1997).

10. Usaha Pencegahan

Gangguan pada kesehatan dan daya akibat berbagai faktor dalam

pekerjaan dan lingkungan kerja bisa dihindarkan, asal saja perusahaan,

pimpinan atau manajemen perusahaan dan pekerja serta serikat pekerja

ada kemauan yang kokoh-kuat untuk mencegahnya. Peraturan perundang-

undangan tidak akan ada faedahnya, apabila perusahaan tidak

melaksanakan ketetapan yang berlaku sebagaimana diatur oleh

perundang-undangan, juga sama halnya apabila pengurus perusahaan dan

pekerja tidak mengambil peranan proaktif dalam menghindarkan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

terjadinya gangguan terhadap kesehatan, daya kerja dan produktivitas

tenaga kerja (Suma’mur, 2014).

Pemeriksaan kesehatan kerja ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per. 02/MEN/1980 tentang

pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan

kerja yang meliputi:

a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja

Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja adalah pemeriksaan

kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja

diterima untuk melakukan pekerjaan, antara lain:

1) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ditujukan agar tenaga kerja

yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-

tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai

tenaga kerja lainnya dan cocok untuk pekerjaan yang akan

dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja

yang bersangkutan dan tenaga kerja lainnya dapat terjamin.

2) Semua perusahaan sebagaiaman tersebut dalam Undang-undang

No.1 Tahun 1970, harus mengadakan pemeriksaan kesehatan

sebelum kerja.

3) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja meliputi pemeriksaan

kesehatan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bila

mungkin) dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang

dianggap perlu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

4) Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan

yang sesuai dengan kebutuhan guna mencegah bahaya yang

diperkirakan timbul.

5) Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman

pemeriksaan kesehatan sebelum kerja yang menjamin penempatan

tenaga kerja sesuai dengan kesehatan dan pekerjaan yang akan

dilakukannya dan pedoman tersebut mendapatkan persetujuan

terlebih dahulu oleh dokter.

6) Pedoman pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dibina dan

dikembangkan mengikuti kemampuan perusahaan dan kemajuan

kedokteran dalam keselamatan kerja.

7) Jika 3 (tiga) bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan

kesehatan oleh dokter, tidak ada keragu-raguan maka perlu

dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja.

b. Pemeriksaan kesehatan berkala

Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada

waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh

dokter:

1) Pemeriksaan kesehatan berkala dimaksudkan untuk

mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada

dalam pekerjaannya serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-

pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan

dengan usaha-usaha pencegahan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

2) Semua perusahaan harus melakukan pemeriksaan kesehatan

berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali,

kecuali ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembina dan

Perlindungan Tenaga Kerja.

3) Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman

pemeriksaan kesehatan berkala sesuai dengan kebutuhan menurut

jenis-jenis pekerjaan yang ada.

4) Pedoman pemeriksaan kesehatan dikembangkan mengikuti

kemampuan perusahaan dan kemajuan kedokteran dan keselamatan

kerja.

5) Dalam hal ditemukan kelainan atau gangguan kesehatan pada

tenaga kerja pada pemeriksaan berkala, pengurus wajib

mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan tersebut dan

sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggarannya keselamatan

dan kesehatan kerja.

6) Agar pemeriksaan kesehatan berkala mencapai sasaran yang luas,

maka pelayanan kesehatan di luar perusahaan dapat dimanfaatkan

oleh pengurus menurut keperluan.

7) Dalam melaksanakan kewajiban pemeriksaan kesehatan berkala,

Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan

Perlindungan Tenaga Kerja dapat menunjuk satu atau beberapa

badan sebagai penyelenggara yang akan membantu perusahaan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

yang tidak mampu melakukan sendiri pemeriksaan kesehatan

berkala.

c. Pemeriksaan kesehatan khusus

Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang

dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu

meliputi:

1) Pemeriksaan kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya

pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja

atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu.

2) Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan pula terhadap:

a) Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit

yang memerlukan perawatan lebih dari 2 (dua) minggu.

b) Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun atau tenaga kerja

wanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang

melakukan pekerjaan tertentu.

c) Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai

gangguan-gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan

khusus sesuai dengan kebutuhan.

3) Pemeriksaan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat

keluhan-keluhan diantara tenaga kerja atau atas pengamatan

Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja, atau atas

penilaian Pusat bina Hiperkes dan balai-balainya atau atas pendapat

umum masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

4) Terhadap kelalaian/gangguan yang disebabkan akibat pekerjaan

dan ditemukan pada pemeriksaan khusus ini berlaku ketentuan

Asuransi Sosial Tenaga Kerja sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

B. Kerangka Pemikiran

Tempat Kerja

Faktor dan Potensi


Bahaya

Tenaga Kerja

Penyakit Akibat Kecelakaan Kerja


Kerja

12 Tugas Pokok Pelayanan


Kesehatan Kerja

Tenaga Kerja Sehat

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

commit to user

Anda mungkin juga menyukai