Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH SKRIPSI

UNJUK KERJA PENANGANAN TRAFIK WICARA PADA


TEKNOLOGI GSM DAN CDMA

Oleh:

GURUH EKO HARY SAPUTRO


06/196217/TK/31978

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH SKRIPSI

UNJUK KERJA PENANGANAN TRAFIK WICARA PADA


TEKNOLOGI GSM DAN CDMA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Teknik Program S-1
Pada Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada

Oleh:

GURUH EKO HARY SAPUTRO


06/196217/TK/31978

Yogyakarta, 5 April 2010


Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Budi Setiyanto, M.T. Ir. Mulyana


NIP 19641221 199103 1002 NIP. 19510707 198303 1003
UNJUK KERJA PENANGANAN TRAFIK WICARA PADA
TEKNOLOGI GSM DAN CDMA

Guruh Eko Hary Saputro1, Budi Setiyanto2, Mulyana2


1
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
2
Dosen Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM

Abstrak

Sebagai dua teknologi komunikasi selular yang terpopuler, GSM dan CDMA memiliki
karakteristik dan sifat masing-masing. Salah satu permasalah utama dalam menyediakan layanan
komunikasi selular yang baik adalah penanganan trafik. Penanganan trafik wicara pada
komunikasi selular dapat dijelaskan berdasarkan Grade of Service. Penelitian ini memaparkan
perbandingan unjuk kerja pada kedua teknologi komunikasi selular tersebut dalam menangani
trafik wicara yang ditawarkan oleh sebuah kondisi area layanan tertentu. Penelitian dibantu
dengan menggunakan perangkat lunak yang sengaja disusun untuk melakukan perbandingan
terhadap unjuk kerja penanganan trafik wicara pada kedua teknologi tersebut. Perangkat lunak
berbasis kalkulasi dengan menggunakan pemrograman LabVIEW 2009. Pendekatan untuk
mengatahui unjuk kerja penanganan trafik dilakukan dengan pemodelan matematis berdasarkan
rantai Markov. Pendekatan matematis menghasilkan grafik probabilitas penolakan sebagai acuan
perbandingan. Probabilitas penolakan memperhitungkan penolakan lembut dan kasar yang dapat
terjadi pada kedua teknologi, serta penggunaan skema prioritas pada panggilan alih tangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa CDMA memiliki efisiensi spektral yang rata-rata lebih baik
dari pada GSM. Unjuk kerja CDMA lebih dipengaruhi oleh batasan kualitas isyarat. Sedangkan
unjuk kerja GSM lebih dipengaruhi oleh ketersediaan lebar pita.

Kata kunci: trafik, selular, GSM, CDMA, efisiensi spektral, kapasitas, kualitas isyarat,
probabilitas penolakan, penolakan lembut, penolakan kasar

1. Pendahuluan diperoleh berdasarkan pendekatan teoritis secara


Dalam komunikasi selular terdapat dua jenis matematis.
teknologi yang menjadi perhatian umum sedemikian
hingga penelitian untuk pengembangan telah banyak 2. Metode Penelitian
dilakukan. Kedua teknologi tersebut adalah GSM dan Tahapan dari penelitian adalah studi pustaka
CDMA. mengenai konsep dan teori yang mendasari pokok
CDMA mampu menjanjikan kapasitas yang besar bahasan, perancangan perangkat lunak untuk
melebihi kapasitas sistem TDMA seperti GSM. Hal perhitungan serta membantu pemodelan, dan analisis
tersebut memberikan motivasi untuk dapat data hasil perhitungan perangkat lunak.
menambah kapasitas sistem GSM. Penolakan kasar Dengan kalkulasi sebagai pendekatan utama
dan penolakan lembut menjadi terminologi yang dalam penelitian, maka pemodelan matematis
mulai tersedia pada kedua teknologi tersebut dalam menjadi sarana utama dalam pendekatan terhadap
menangani trafik. [1]. penelitian. Dalam analisis, parameter probabilitas
Teknologi GSM dapat dikembangkan lebih jauh penolakan (GoS) adalah sebuah parameter seragam
untuk dapat menyediakan kapasitas yang besar dan yang dapat dijadikan acuan [4].
juga kualitas yang baik [2]. Dengan adanya kendali
izin masuk panggilan, sistem GSM yang berbasis 2.1. Pemodelan Matematis Trafik Selular
TDMA dapat dikembangkan sehingga dapat Dalam komunikasi selular, terdapat dua jenis
memiliki kapasitas lembut dan kasar seperti layaknya panggilan yang terjadi dalam sel yakni panggilan
pada CDMA [3]. muasal (originating call / OC) dan panggilan alih
Perbandingan dan konfigurasi terbaik dari kedua tangan (handover call / HC). HC lebih diprioritaskan
teknologi tersebut diperoleh untuk pengembangan dari pada OC [5].
sistem komunikasi selular. Perbandingan didasarkan Berdasarkan konsep prioritas tersebut, digunakan
pada probabilitas penolakan, kapasitas, kualitas skema penanganan trafik selular dengan
isyarat, dan penggunaan kanal yang efisien. menyediakan kanal jaga Cg dan penyangga B dengan
Pada penelitian ini dibuat suatu perangkat lunak cacah terhingga untuk khusus melayani HC saja.
yang sengaja dimaksudkan untu dapat melakukan Jumlah Cg berasal dari sebagian jumlah kanal C yang
perbandingan terhadap kedua teknologi tersebut. tersedia. Kanal bersama C-Cg dapat digunakan oleh
Perbandingan dilakukan berdasarkan kalkulasi yang kedua jenis panggilan tanpa diskriminasi. Gambar 1
menggambarkan pembagian kanal pada sebuah
sistem. Dengan cacah sistem senilai K, dapat
dijelaskan hubungannya terhadap C-CCg, Cg, dan B,

        
sebagaimana dijelaskan pada persamaan berikut
(1)
Gbr. 4 - Diagram rantai Markov untuk kondisi
pertama, pemakaian sistem C + 1 ≤ j ≤ K
Probabilitas penolakan dari HC dan OC

<=2  
dijelaskan dengan
Gbr. 1 - Skema penggunaan channel dan buffer pada
<>2  ∑9 "6252. 
(8)
sistem
(9)
Kedua panggilan memiliki rerata waktu Rerata waktu tunggu HC dalam antrian sehingga
dilambangkan dengan
1, dan pesat kedatangan OC
pelayanan yang sama yakni Ws. Pesat kedatangan HC akhirnya berhasil terlayani oleh kanal dapat

dilambangkan dengan
2.
?@ A  ∑9
"52B"
dijelaskan dengan

Diasumsikan bahwa nilai


1 proporsional dengan "62 /  5CD/ 
(10)
nilai
2, dengan hubungan


 (2) 2.2. Penanganan Trafik Pada GSM
Ph adalah probabilitas terjadinya HC. Total pesat Sifat mendasar dari GSM adalah penggunaan


 


kedatangan panggilan adalah frekuensi dan waktu sebagai kanal komunikasi komunikasi.
(3) Sehingga untuk lebar pita senilai BW kHz, maka akan

EFGHIJIKLIMLN  200 PQR


Dengan diketahui Ws, maka distribusi waktu dihasilkan jumlah ARFCN sebanyak

μ  1
layanan eksponensial adalah (11)

(4) Dalam 1 ARFCN terdapat 8 TS ((time slot). TS
yang tersedia tersebut dapat dialokasikan untuk TCH
  

Intensitas
ntensitas trafik yang ditawarkan adalah
(Traffic Channel). Penggunaan Control Channel
μ
(5) dapat mengurangi alokasi timeslot yakni untuk
Karakteristik sistem dinotasikan sebagai keperluan pensinyalan atau disebut juga sebagai
M/M/C/K. Sebuah
ebuah model matematis dapat dibuat SCH. SCH membutuhkan paling sedikit 1 TS untuk
dengan bantuan
antuan pendekatan rantai Markov, pada digunakan pada 1 sampai 2 TRX. Timeslot lainnya
Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4. Rantai Markov yang tersedia kemudian digunakan sebagai TCH
menggambarkan j panggilan sedang berada pada sebagai kanal komunikasi.
sistem baik sedang dilayani atau sedang diantrikan. Dalam
alam satu sel dapat dipahami jumlah TCHsel dan

SQNL  TEFGHNL ⁄2V


Peluang
eluang keadaan sistem pada kondisi j, yakni SCHsel yakni
!
0 ; untuk 1 +  +   1


 8  SQNL  ∙ EFGHNL ; full rate channel


(12)
"!$!
 WQNL 
; untuk   1  1 +  +  : 2 8  SQNL  ∙ EFGHNL ; half rate channel
,-,.  !-,0,.
 
 /
0
(13)
 "!$ !
(6)

  . /
,-,  !-,0,.
Pengulangan frekuensi mengizinkan gizinkan beberapa sel
 2!$, 2$!-, 0 ; untuk   1 +  +  untuk menggunakan kan pola frekuensi yang sama
Nilai p(0) dijelaskan dengan dengan keteraturan pola pengulangan tertentu yang
0 
5
disebut sebagai kluster. Sebuah kluster terdiri dari Kfr
! ,-,.  !-,0,. ,-,
,.  !-,0,. 

 ∑2"6252.8  ∑9
252.   /  /
3∑"67 ! "628 ; sel.
"!$ "!$ ! $, 2$!-,
2!$
(7)
Dengan mengasumsikan bahwa jari jari-jari sel
bernilai R, maka jarak D antara pusat satu sel
terhadap pusat sel lain terdekat yang berfrekuensi

a  F b3de
sama dapat dijelaskan melalui hubungan:
(15)
Pada Gambar 5 terlihat 6 sel menginterferensi
stasiun bergerak di satu sel di tengah. Dengan asumsi
Gbr. 2 - Diagram rantai Markov untuk kondisi bahwa seluruh jarak stasiun asiun bergerak ke tiap BTS
pertama, pemakaian sistem 0 ≤ j ≤ C-Cg
 -h
interferensi adalah sama [6], maka
2 g -h
f ij
(16)
Dengan menggunakan sektorisasi 60o atau 120o,
maka dapat dikatakan bahwa:
k l m  3k l
2 2
f 7f nopK
(17)
k l  6k l
2 2
f i7m f nopK
(18)
Gbr. 3 - Diagram rantai Markov untuk kondisi Jika diasumsikan bahwa operator menentukan
pertama, pemakaian sistem C-Cg + 1 ≤ j ≤ C C/Ith sebagai nilai ambang kualitas dan s sebagai
jumlah sektor tiap site, maka dapat ditentukan jari- kualitas isyarat pada sistem, sehingga kapasitas ini
jari ambang Rth dimana C/Ith terjadi, yakni disebut sebagai kapasitas lembut.
Fr  a st ∙ 6u
-h Pada keadaan aktual, secara fisik pada TRX
r
(19)
CDMA terdapat elemen kanal (channel element)
BTS yang digunakan sebagai kanal dengan jumlah yang
interferensi terhingga. Apabila semua elemen kanal terpakai,
maka panggilan baru pun akan mengalami
penolakan. Penolakan yang terjadi ini disebut sebagai
BTS yang melayani R
stasiun bergerak
penolakan kasar karena faktor ketersediaan kanal.
Untuk sistem CDMA, jumlah kanal C yang
berlaku berdasarkan ketersediaan kanal ataupun

| ; ‚ƒP | + „ :
kualitas isyarat. Sehingga dapat dijelaskan bahwa
€
„ ; ‚ƒP | … „
(26)
Gbr. 5 - Interferensi kanal seragam dari 6 sel
terdekat dengan penggunaan frequency reuse
3. Hasil dan Pembahasan
Apabila jari-jari ambang interferensi Rth kurang 3.1. Penggunaan Skema Prioritas
dari jari-jari sel R, maka area diluar radius Rth sampai Berdasarkan hasil perhitungan dengan perangkat
R akan mengalami penolakan lembut. Seluruh lunak, dapat diperolah hasil perhitungan terhadap
panggilan dari pelanggan yang sedang berada skenario penggunaan skema prioritas seperti
didalam area tersebut akan tertolak. diperlihatkan pada Gambar 7, 8, 9 dan 10.
Luas area penolakan kasar LHB dapat dijelaskan

v=<  2,6 ∙ Fr 
pada Gambar 6, berdasarkan hubungan

Probabilitas Blocking
(20)
Luas area yang mengalamai penolakan lembut

vx<  vKrN  v=<


bernilai LSB yang dijelaskan melalui persamaan
(21)
Terdapat dua jenis probabilitas penolakan yakni
probabilitas penolakan lembut PSB dan probabilitas
penolakan kasar PHB. Maka dapat disusun persamaan Total Offered Traffic per km2 (erlang/km2)

v
sebagai berikut
x<  x<v ∙ 100%
Gbr. 7 - Probabilitas penolakan OC pada GSM
KrN
v=<
(22) dengan skema prioritas
=<  v ∙ <
KrN
(23)
Probabilitas total pada satu site GSM senilai
Probabilitas Blocking

<zx{  x<  =<


PBGSM yakni
(24)

Total Offered Traffic per km2 (erlang/km2)

Gbr. 6 - Pembagian area penolakan, area kuning Gbr. 8 - Probabilitas penolakan HC pada GSM
penolakan kasar, area biru penolakan lembut. dengan skema prioritas

2.3. Penanganan Trafik Pada CDMA


Probabilitas Blocking

Satu ARFCN pada CDMA menggunakan lebar


pita senilai 1,25 MHz. Dalam satu ARFCN tersebut
terjadi penjamakan berdasarkan sandi untuk dapat
menyediakan beberapa kanal. Sumber daya sandi
secara praktis memiliki jumlah ragam melimpah.
Pada CDMA, kapasitas sistem M dibatasi oleh
nilai kualitas isyarat seperti dijelaskan pada
persamaan berikut [7].
|  1  k ⁄ l k l
u k l
⁄F
Total Offered Traffic per km2 (erlang/km2)
1 1
?} t0 1ɳ 
(25) Gbr. 9 - Probabilitas Penolakan OC pada CDMA
Dengan W adalah lebar pita ARFCN, R pesat bit dengan skema prioritas
isyarat, Eb/I0 sebagai batas kualitas isyarat, ɳ faktor
pembebanan, λs bati sektor, dan v sebagai faktor
aktifitas wicara. Kapasitas M ditentukan berdasarkan
isyarat sehingga terjadi penolakan kasar bergeser
semakin tinggi.

Probabilitas Blocking
3.3. Perbandingan GSM CDMA
Perbandingan pada kedua teknologi tersebut
diatas juga dapat dilakukan dengan melihat besar
efisiensi spektral pada masing-masing teknologi.
Efisiensi spektral dalam erlang/km2/ MHz [8]
ditentukan dengan persamaan
?‰‰ SŠPƒ‹Œ 
Total Offered Traffic per km2 (erlang/km2) eIdK rNeLIŽIpK/o
rnrIL LNMIe BKrI rNeN‘KI
(29)
Gbr. 10 - Probabilitas Penolakan HC pada
CDMA dengan skema prioritas Perhitungan efisiensi spektral dihitung
berdasarkan kondisi pada saat GoS dari panggilan
Dapat disimpulkan bahwa skema prioritas muasal bernilai 2% sebagai standar umum layanan.
terhadap trafik HC dapat mengurangi probabilitas Pada kedua teknologi dilakukan perhitungan efisiensi
penolakan terhadap HC. spektral dengan skenario pada Tabel 2, dengan
melakukan variasi terhadap nilai lebar pita tersedia
3.2. Penolakan Halus dan Penolakan Kasar dan toleransi Eb/I0. Dari hasil perhitungan melalui
Pada GSM penolakan kasar dan lembut dapat perangkat lunak yang dirancang, dapat diperoleh data
terjadi secara bersamaan karena dipengaruhi oleh pada Tabel 3 dan Tabel 4.
jarak radius tertentu sehingga terbagi atas luasan
penolakan halus dan lembut. Sedangkan pada Tabel 1 –Pembagian jenis penolakan GSM & CDMA
CDMA, hanya dapat terjadi penolakan lembut saja GSM CDMA
atau penolakan kasar saja.
Berdasarkan teori acuan mengenai probabilitas Probabilitas Jika toleransi C/I ≤ C/I pada tepi sel

v   ’Œ“ ŠŒŠ’Š‚ P‚Œ


Jika jumlah elemen kanal < M
=<  k =<v ∙ 100%l <
Penolakan C = jumlah TCH tersedia
penolakan, maka nilai probabilitas penolakan HC
KrN
Kasar
yakni PBHC dan probabilitas penolakan OC yakni
PBOC dapat dijelaskan berdasarkan Tabel 1.
vx<  vKrN ; ”P vx< … vKrN |
Jika jumlah elemen kanal ≥ M
Nilai PBHC dan PBOC menyesuaikan terhadap Jika toleransi C/I > C/I pada tepi sel
 ⁄F 1 1
Probabilitas
v
x<  k x<v ∙ 100%l 100% 1‡ ˆ• –
• –
model matematis berikut Penolakan
,-,.  †-,0,.  ?M ⁄t7 1ɳ  
<=2  0
 /
KrN
Lembut

2!$ , 2$†-,
(27)
<>2  <  x<  =< <  x< atau <  =<
Probabilitas
,-,. !-,0,.  ,-,.  !-,0,. 

‡∑2"6252.  ∑9"628 ˆ 0


 /  /
Penolakan

"!$! 2!$, 2$!-,


(28)
Dengan nilai p(0) mengacu pada persamaan (7).
Pada GSM, dengan skenario penggunaan kluster
7 sel dapat dibentuk sebuah grafik kondisi terjadinya
penolakan halus dan kasar, seperti dipetakan pada
Gambar 11. Dapat dilihat bahwa selama luas
penolakan kasar masih di atas 100% maka penolakan
kasar akan tetap berlaku pada keseluruhan sel.
Namun pada syarat toleransi C/I yang sangat
tinggi, luas penolakan kasar akan jatuh di bawah
100% sehingga sisa luasnya akan mengalami
penolakan total akibat keberadaan penolakan lembut.
Gbr. 11 - Pemetaan kondisi terjadinya penolakan
Titik persinggungan antara luas sel normal 100%
halus dan kasar GSM
dengan luas penolakan kasar yang terjadi merupakan
titik mulainya penolakan halus.
Pada CDMA, dengan menggunakan nilai
parameter umum yakni v = 0,4, ɳ = 0,7, λs = 2,5, 200
elemen kanal, W=1,25 MHz, dan R = 9,6 kbps, untuk
nilai Eb/I0 dan jumlah ARFCN yang berubah, maka
dapat dipetakan grafik kondisi kejadian penolakan
halus dan kasar seperti terlihat pada Gambar 12.
Titik perpotongan antara nilai elemen kanal
dengan kapasitas lembut adalah titik bahwa kapasitas
lembut atau penolakan lembut mulai berlaku.
Kapasitas terendah adalah kapasitas yang berlaku.
Tampak juga bahwa dengan menaikkan jumlah Gbr. 12 - Pemetaan kondisi terjadinya penolakan
ARFCN yang tersedia, maka batas toleransi kualitas halus dan kasar CDMA
Tabel 2 – Parameter skenario perbandingan kualitas isyarat melebihi kapasitas elemen
GSM CDMA kanal fisik pada sistem.
Luas Layanan Diharapkan 20 km2 2. Pada GSM, penolakan halus yang terjadi
Rerata Waktu Pelayanan 0,4 jam/panggilan berupa penolakan pada sisi terluar sel yang
Probabilitas Alih Tangan 0,36 memiliki kualitas isyarat yang paling buruk.
Jari-jari Site 0,8 km 0,8 km
Sektorisasi 120 o 120o
3. Pada CDMA, jumlah sel yang banyak tidak
Kluster 4 - memaksa operator untuk menyediakan
Eksponen Rugi Lintasan 2 (free space) - banyak ARFCN.
Pesat Bit (kbps) 11,4 (half rate) 9,6 4. Pada GSM, jumlah sel yang banyak
Faktor Aktifitas Percakapan - 0,4 memaksa operator untuk menyediakan
Faktor Pembebanan - 0,7
banyak ARFCN.
Jumlah Kanal Jaga Tiap Sel 10 10
Jumlah Penyangga Tiap Sel 10 10 5. Penanganan trafik pada GSM lebih
Elemen Kanal Tiap TRX - 200 ditentukan oleh penolakan keras sehingga
bersifat statis.
Berdasarkan nilai hasil efisiensi spektral hasil 6. Penanganan trafik pada CDMA lebih
perhitungan, tampak bahwa CDMA memiliki nilai ditentukan oleh penolakan halus sehingga
efisiensi spektral yang sangat besar selama nilai batas bersifat dinamis.
toleransi Eb/I0 tidak terlalu tinggi. GSM memiliki 7. GSM memiliki efisiensi spektral yang secara
efisiensi spektral yang sangat dipengaruhi oleh lebar dominan dipengaruhi oleh lebar pita yang
pita yang tersedia. tersedia.
Tabel 3 – Hasil perhitungan nilai efisiensi 8. Nilai efisiensi spektral pada CDMA secara
spektral pada GSM dominan dipengaruhi oleh batas toleransi
Eb/I0.
9. CDMA memiliki nilai efisiensi spektral
yang lebih baik dari pada GSM. Hal ttersebut
menunjukkan CDMA lebih baik dalam
menangani trafik wicara.
10. CDMA mampu memberikan tarif pelayanan
trafik wicara yang lebih murah dari pada
GSM.

5. Referensi
[1] Gudmundson B., Skold J., Ugland J.K.,
1992, A Comparison of CDMA and TDMA
Systems, Ericsson Radio Systems, Sweden
Sweden.
[2] Sarker J.H., Halme S.J., Rinne M., 2000,
Tabel 4 – Hasil perhitungan nilai
ilai efisiensi
Performance Analysis of GSM Traffic
spektral pada CDMA
Channel Capacity With(out) HSCSD, HSCSD
Helsinki University of Technology and
Nokia Research Centre, Finland
Finland.
[3] Ahmed M.H. and Mahmoud S.A., 2002, Soft
Capacity Analysis of TDMA Systems Wih
SFH and Multiple-Beam Beam Smart Antennas,
Antennas
IEEE Transactions On Vehicular
Technology Vol.51 No.4, US
[4] Iversen V.B., 2001, Teletraffic Engineering
Handbook ITU-D D SG 2/16 & ITC Draft
2001-06-20,, Technical University oof
Denmark, Denmark
[5] Setiyanto B., 2009, Rekayasa Trafik Selular
Selular,
handout, Jurusan Teknik Elektro dan
Teknologi Informasi UGM, Yogyakarta
4. Kesimpulan [6] Rappaport T.S., 1996, Wireless
Berdasarkan perancangan perangkat lunak Communication Principles and Practice,
kalkulasi dan perbandingan dengan pendekatan Prentice-Hall, New Jersey
teoritis terhadap unjuk kerja penanganan trafik [7] Kim K. and Koo I., 2005, CDMA Systems
wicara pada teknologi GSM dan CDMA, maka dapat Capacity Engineering,, Artech House,
diambil kesimpulan sebagai berikut. Norwood
1. Pada CDMA, penolakan kasar terjadi [8] Mehrotra A., 1997, GSM System
apabila kapasitas halus yang dibatasi oleh Engineering,, Artech House, Norwood.

Anda mungkin juga menyukai