2020 / 2021 UNIVERSITAS IMELDA MEDAN Hukum kesehatan secara umum diatur dalam suatu regulasi yang dibuat berdasarkan kepentingan publik. Pengaturan tentang kesehatan saat ini diatur secara umum dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Adapun materi muatan yang terkandung dalam Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan tersebut meliputi 4 (empat) obyek, yaitu : Pengaturan yang berkaitan dengan upaya kesehatan; 2. Pengaturan yang berkaitan dengan tenaga kesehatan; 3. Pengaturan yang berkaitan dengan sarana kesehatan; 4. Pengaturan yang berkaitan dengan komoditi kesehatan. Secara umum hukum kesehatan yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengedepankan beberapa anatara lain : prinsip perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif serta norma-norma agama. Sedangkan mengenai bentuk regulasi hukum kesehatan selain diatur dalam suatu undang-undang yang mengatur secara umum dan khusus di bagian-bagian tentang kesehatan juga diatur dalam berbagai regulasi khusus yang dibuat oleh organisasi profesi dan asosiasi bidang kesehatan dan berbagai kode etik. Diantaranya adalah kode etik profesi, kode etik usaha dan berbagai standar operasional yang dibuat dalam rangka penyelenggaraan upaya kesehatan. Terdapat kaitan yang erat mengenai upaya kesehatan, tenaga kesehatan dan pasien yang menimbulkan hubungan hukum. Hubungan hukum atau perikatan antara ketiga komponen dalam pelayanan kesehatan, dapat lahir karena perjanjian dan karena UU. Hubungan hukum antara dokter dan pasien kebanyakan lahir karena perjanjian, hanya sedikit yang lahir karena UU. Oleh karena itu ketiga komponen diatas harus memenuhi, mengetahui dan memahami segala bentuk regulasi yang ada, hal ini untuk mengurangi berbagai kemungkinan pergesekkan yang dapat menimbulkan suatu implikasi hukum, khususnya dalam pdalam praktek pemberian pelayanan kesehatan. Interaksi antara dokter, pasien, dan penyelenggara kesehatan seringkali menimbulkan hubungan hokum. Hubungan hukum kadangkala menimbulkan berbagai persengketaan. Persengketaan inilah yang perlu mendapat perhatian. Perhatian khusus terhadap adanya kemungkinan persengketaan perlu dilakukan suatu pemecahan dan solusi khusus. Sengketa yang sering muncul antara dokter, pasien, dan penyelenggara kesehatan umumnya berkenaan dengan sengketa medik. Oleh karena itu sengketa medic ini harus dilakukan secara elegan. Bentuk penyelesaian sengketa medik secara umum dapat di selesaikan dengan beberapa cara, baik melalui proses litigasi maupun non litigasi. Proses litigasi biasanya dilakukan melalui proses penuntutan, baik secara pidana maupun secara perdata. Namun dalam perkembangannya, sengketa medik dapat diselesaikan melalui mediasi medis, atau kalau memang harus diselesaikan di tingkat pengadilan maka sangat dibutuhkan suatu pengadilan khusus kesehatan yang bersifat ad hoc tanpa ada campur tangan peradilan umum dari penegak hukum umum. DAFTAR PUSTAKA https://www.bphn.go.id/data/documents/kpd-2011-6