Anda di halaman 1dari 3

“KERAJAAN KOTA KAPUR”

 LOKASI /WILAYAH KERAJAAN KOTA KAPUR : BANGKA (Kerajaan Kota Kapur memiliki daerah
kekuasaan di sekitar Kota Kapur, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka, kalau sekarang
terletak di Provinsi Bangka Belitung .)  

 MASA PEMERINTAHAN : Abad ke 5 – Abad ke 6 M

 SUMBER KERAJAAN KOTA KAPUR :

 Berdasarkan berita Cina yang dilaporkan oleh Fa Hien pada tahun 1436 M,
diketahui bahwa Pulau Bangka secara umum adalah tanah yang sangat subur
bahkan disebutkan bahwa mampu menghasilkan produksi yang lebih banyak
dari daerah lain.
 Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur adalah inskripsi penaklukan Kerajaan Kota Kapur oleh
kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang memiliki angka tahun di prasasti adalah
608 saka atau 686 M. Prasasti ini berisi ‘kutukan’ dari Raja Dapunta Hyang
dari Kerajaan Sriwijaya untuk daerah daerah yang membangkang dan tidak
mau tunduk di bawah kekuasannya. Prasasti Kota Kapur dipahat pada tugu
batu sepanjang 177 cm, dengan lebar di bagian dasarnya adalah 32 cm
sedangkan bagian puncaknya mengerucut menjadi 19 cm. Huruf yang
digunakan dalam penulisannya adalah aksara Pallawa dengan menggunakan
bahasa Melayu kuno. Prasasti Kota Kapur ditemukan tanggal 29 November
1920 di daerah Sungai Mendo dan dilakukan pembacaan oleh seorang arkeolog
Belanda bernama H. Kern.
 Benteng Pertahanan
Pemukiman yang berada di Kerajaan Kota Kapur berada di dalam benteng
yang terbuat dari tanah. Benteng ini dibangun menghadap ke daratan berada di
sisi timur, barat dan selatan. Sehingga wilayah pemukiman penduduk berada di
tengah – tengah benteng dengan laut. Benteng tanah ini membujur dengan
panjang kira-kira mencapai 1,5 Km. Di bagian timur laut, yang memiliki kontur
tanah agak curam, bangunan benteng dibangun dua lapis dengan tinggi hampir
empat meter, padahal di sisi lain hanya sekitar 2 – 3 meter dari permukaan.
 CANDI
Ekskavasi dilakukan di situs Kota Kapur pada koordinat 2º14’ – 25º8’ LS dan
105º49’ – 04 º3’ BT. Candi ini memiliki bentuk bujur sangkar dengan sisinya
memiliki ukuran 4,5 x 4,5 meter. Candi diperkirakan memiliki akses masuk
dari sebelah utara karena terdapat undak – undakan. Struktur Candi dibangun
menggunakan batu kapur tufaan atau tuffaceous limestone yang berwarna putih.
Sebagian besar batuannya berbentuk balok dan sisa lainnya menggunakan
bentuk tidak beraturan yang disusun membentuk empat lapis. Di dalam Candi
ini ditemukan terdapat 13 fragmen arca batu dari 3 buah arca yang terpecah.
Ditemukan pula mangkuk keramik 60 buah dan 5 wadah berbahan besi yang
menjadi alas peletakan mangkuk.

 KEHIDUPAN POLITIK KERAJAAN KOTA KAPUR


Sumber sejarah yang masih dilakukan proses rekonstruksi oleh para arkeolog di situs Kota
Kapur sampai saat ini masih belum mendapatkan data mengenai raja – raja yang pernah
berkuasa di Kerajaan Kota Kapur. Pusat kehidupan masyarakat di Kerajaan Kota Kapur berada
di wilayah yang dilindungi benteng tanah yang berbentuk memanjang.Karena daerah
kekuasaan Kerajaan Kota Kapur yang potensial untuk mendukung kekuatan perdagangan
maritim Kerajaan Sriwijaya, maka daerah ini kemudian terkena imbas dari politik ekspansi.

 KEHIDUPAN EKONOMI KERAJAAN KOTA KAPUR :


Kegiatan ekonomi masyarakat Kerajaan Kota Kapur mengacu pada letak
geografisnya yang berada di pesisir laut. Perdagangan maritim adalah salah satu
pusat kegiatan ekonomi yang paling masuk akal dilakukan oleh masyarakat. Hasil
produksi tersebut berupa garam dan arak yang diolah dari getah aren. Di samping
itu, hasil bumi lain dari pulau ini adalah lada. Merunut ke sumber lain, didapatkan
bahwa kemungkinan timah juga menjadi komoditi yang diperdagangkan sejak
zaman Kerajaan Kota Kapur. Hal ini didukung dengan penyebutan kata Wangka
untuk pulau Bangka yang dalam bahasa Sansekerta memiliki arti timah. Sementara
itu, barang-barang yang ‘dibeli’ oleh masyarakat Kerajaan Kota Kapur antara lain
tekstil berupa kain sutra, besi tuangan, pot yang terbuat dari bahan tembaga, dan
juga barang pecah belah dari logam lainnya yang diperdagangkan oleh pedangan
dari negara lain yang singgah di pulau Bangka.

 KEHIDUPAN AGAMA KERAJAAN KOTA KAPUR :


Hindu beraliran Waisnawa 

 AKHIR KERAJAAN
Perairan Selat Bangka adalah salah satu jalur perdagangan yang ramai oleh kapal
asing sekaligus ‘markas’ bagi para perompak. Posisi Selat Bangka adalah gerbang
strategis menuju ke Palembang, sebagai pusat kekuasaan Sriwijaya, melalui sungai
Musi. Latar belakang tersebut kemudian membuat Raja Dapunta Hyang, Penguasa
Kerajaan Sriwijaya saat itu mengirim bala tentaranya untuk menyerang ke
Kerajaan Kota Kapur sebagai salah satu strategi politik ekspansi wilayah.
Perluasan wilayah kekuasaan Sriwijaya ini bertujuan untuk menguasai seluruh
jalur niaga di sepanjang garis pantai Sumatera, mulai dari Kerajaan Perlak di
ujung Aceh hingga ke Kerajaan Tulang Bawang dengan pusat pemerintahan di
Lampung. Taktik yang dilakukan oleh Sriwijaya untuk menaklukkan Kota Kapur
di pulau Bangka juga diupayakan melalui tawaran kerja sama terhadap perompak
yang beroperasi di kawasan tersebut. Kontrak yang ditawarkan adalah diangkat
menjadi armada ‘pengaman’ laut untuk menjamin para pedagang asing yang
melintas. Kesepakatan ini menandai keberhasilan penaklukan daerah Bangka oleh
Sriwijaya. Hal inilah yang kemudian menjadi penyebab runtuhnya kekuasaan
Kerajaan Kota Kapur.

Anda mungkin juga menyukai