Anda di halaman 1dari 11

1

Left The Struggles – Facing The Giant


– Get Victory

Pada hari-hari terakhir kita akan berhadapan dengan segala macam kesukaran, secara jujur kalau
kita mempelajari di dalam 2Timotius 3:1-9, kita akan temukan di sana bahwa segala kesulitan itu
bukan disebabkan oleh alam semesta, bumi dan hal-hal hayati lainnya, melainkan segalanya itu
disebabkan oleh MANUSIA sendiri, yang dengan segala keegoisannya menimbulkan segala macam
kerusakan di antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam semesta, bahkan yang paling
menarik adalah manusia menimbulkan kesulitan terhadap dirinya sendiri.

Yang terakhir inilah yang akan kita pelajari di bagian ini yaitu tentang PERGUMULAN atau
STRUGGLE.

Kebanyakan orang merasa aman kalau segala penghalang di depan kita sudah rata dengan tanah
alias sudah hilang atau diberantas, barulah mereka akan berani melangkah menuju sesuatu yang
lebih tinggi. Tetapi kenyataan di dalam hidup ini bukanlah seperti itu, seringkali kita bergumul
dengan kepandaian, pikiran dan ketakutan kita yang kemudian menghambat kita untuk maju lebih
lagi, apalagi menghadapi kenyataan musuh dan kesulitan sesungguhnya di depan kita.

Itulah yang dinamakan dengan struggles atau pergumulan-pergumulan kita, yaitu


kadangkala karena kita terlalu pandai berargumentasi dengan keuntungan dan
kerugian yang akan kita peroleh sehingga akhirnya demi keamanan bersama tidak ada
langkah maju sedikitpun.

Kita menilai musuh di depan kita terlampau besar, dan kalau kita tetap maju menurut perhitungan
pikiran kita, kita harus mengeluarkan atau membayar harga yang cukup mahal, atau merugi di depan
terlebih dahulu dan akhirnya kita merasa tidak mampu menghadapi dengan kekuatan kita,...
akhirnya tidak lakukan apa-apa atau tidak beriman dengan ketaatan, tak ada langkah dan gerakan
apapun untuk menghadapi THE REAL GIANT.

Tetapi memang demikianlah sesungguhnya kenyataan yang kita alami, kita ini memang tidak
mampu apa-apa, hanya anugerah Tuhanlah yang menjadikan kita mampu menghadapi segala
kesulitan kita yang adalah musuh-musuh kita, yang kadang-kadang memang nyata besarnya
melebihi imajinasi kita.

Kalau kita mau realistis dengan ini semua, memang pada kenyataannya musuh itu memang ada
atau nyata,... pada kenyataan besarnya memang seperti yang kita bayangkan, tetapi bagaimana kita
menghadapi itu semua? Apakah kita akan berputar-putar terus dengan pikiran dan intelektual kita
yang menjadikan rasa takut kita membesar dan menghancurkan iman kita??? Sehingga tidak ada
langkah pasti menuju kemenangan.

Kalau kita berpikir, Tuhan akan menyingkirkan segala musuh di depan kita sebelum kita
melangkah.... itu sangat tidak mungkin.... Tuhan kita senang mengajarkan pada kita IMANNYA, dan
DIA tidak akan menyingkirkan musuh kita sebelum kita melangkah menyongsongnya,... dan kitapun
melangkah bukan dengan iman yang konyol dan dibuat-buat, tetapi dengan keberanian seekor
singa yang tahu pasti kemenangan yang akan diraihnya dan dengan ketulusan seekor domba
yang tahu pasti bahwa Gembala Agungnya pasti bertindak.
2

Mazmur 23:4

Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau
besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.

2 Kenyataan Muncul
Ada dua reaksi yang muncul sebagai akibat pergumulan yang berlarut-larut yang dialami oleh
seseorang:

1. Akhirnya bertindak dengan iman yang konyol.

Iman yang konyol adalah iman yang tidak selaras dengan kehendak Tuhan, dan sudah jelas
bahwa itu bukan berasal dari Tuhan. Iman yang dilakukan dengan motivasi kedagingan dan
ambisi.

Setelah sekian lama seseorang mengalami tekanan dan masalah sebagai akibat menunda
perintah Tuhan yang sudah kadaluarsa, banyak orang seringkali bertindak dengan iman yang
konyol bahkan nekat tanpa mempedulikan kehendak Tuhan di dalam hidupnya. Ini seperti
orang Israel yang nekat menyerang Kanaan setelah Tuhan menyatakan bahwa mereka akan
berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun di Bilangan 14:32-34, dikarenakan
pemberontakan mereka terhadap Musa dan Tuhan. Di dalam pertobatan mereka yang instan
mereka menjadi orang-orang yang gegabah, yang kemudian mengambil tindakan nekat dan
konyol tanpa mempedulikan penyertaan dan kehendak Tuhan.

Bilangan 14:40-45

Dan keesokan harinya bangunlah mereka pagi-pagi hendak naik ke puncak gunung
sambil berkata: "Sekarang kita hendak maju ke negeri yang difirmankan TUHAN itu;
memang kita telah berbuat dosa." Tetapi kata Musa: "Mengapakah kamu hendak
melanggar titah TUHAN? Hal itu tidak akan berhasil. Janganlah maju, sebab TUHAN
tidak ada di tengah-tengahmu, supaya jangan kamu dikalahkan oleh musuhmu, sebab
orang Amalek dan orang Kanaan ada di sana di depanmu dan kamu akan tewas oleh
pedang; dari sebab kamu berbalik membelakangi TUHAN, maka TUHAN tidak akan
menyertai kamu." Meskipun demikian, mereka nekat naik ke puncak gunung itu,
tetapi tabut perjanjian TUHAN dan Musa juga tidaklah meninggalkan tempat
perkemahan. Lalu turunlah orang Amalek dan orang Kanaan yang mendiami
pegunungan itu dan menyerang mereka; kemudian orang-orang itu mencerai-beraikan
mereka sampai ke Horma.

Sepertinya mereka menyesal dan bertobat dengan perbuatan mereka, tetapi karena
keputusan Tuhan telah turun dan perintah yang pertama telah kadaluarsa, maka apapun
perbuatan mereka yang tidak sesuai dengan keputusan akhir Tuhan adalah tindakan yang
tidak diberkati dan sia-sia, karena tidak ada penyertaan Tuhan.

Bergerak tidak seperti yang diperintahkan Tuhan sama dengan nekat dan konyol. Karena
Tuhan tidak akan menyertai sehingga kita tidak akan pernah berhasil.
3

2. Dikalahkan oleh musuh ciptaan kita sendiri.

Tetapi di sisi lain ada juga tindakan yang seringkali menjadikan kita selalu kalah terhadap
musuh, adalah karena kita terlalu banyak beropini berdasarkan ketakutan (takut kalah, rugi
dan bayar mahal), bahkan kepandaian kita (terlalu analitis) dan perasaan terlalu
mengasihani diri sendiri (tidak mau susah dan mengambil resiko), sehingga kebesaran
Tuhan dikalahkan oleh kita sendiri, dan kita tidak akan pernah menang terhadap musuh,
karena musuh yang sesungguhnya tidak pernah kita hadapi, bahkan kita lebih suka
berperang dengan musuh ciptaan kita sendiri dan terhadap itu pula kitapun juga
dikalahkan olehnya.

Hal ini dialami oleh Nabi Elia pada saat dia terintimidasi oleh ancaman Izebel.

1Raja 19:2-4

Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia
membunuh semua nabi itu dengan pedang, maka Izebel menyuruh seorang suruhan
mengatakan kepada Elia: "Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih
lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu
sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu." Maka takutlah ia, lalu bangkit dan
pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk
wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana. Tetapi ia sendiri masuk ke
padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar.
Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah
nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku."

Setelah Nabi Elia kelelahan secara jasmani dan rohani atas apa yang telah dikerjakannya,
mulailah intimidasi itu dengan mudah masuk ke dalam kehidupannya, dia mulai melihat
Tuhan yang kalah besar dibandingkan dengan problemnya yang sedang dikejar-kejar akan
dibunuh, dia mulai melihat dan menilai nyawanya terlalu berharga. Sehingga di dalam
keadaannya yang stress itu dia tidak bisa berpikir jernih, dia lari menyelamatkan nyawanya,
dia tinggalkan bujangnya, dan bersembunyi di padang gurun lalu di gunung Horeb dengan
merasa sudah sangat berjasa sehingga dia minta mati.

Dengan semua yang dilakukannya ini sebenarnya dia kehilangan tujuan hidupnya, dia
kehilangan tugasnya di hadapan Tuhan yang mengutus dia. Sehingga dengan sikapnya
seperti ini rencana Tuhan terancam gagal.

Ini gambaran orang yang terlalu mengasihani dirinya sendiri tetapi tidak mengasihi
Tuhan. Orang seperti ini telah kalah sebelum berperang dengan musuh yang
sebenarnya, ya... dia telah kalah oleh musuh ciptaannya sendiri.

Selama kita terus menerus berada di situasi seperti ini terus, kita tidak akan pernah
berperang dengan musuh yang sesungguhnya, otomatis nasib dan tugas kita akan terlantar
begitu saja tak pernah terselesaikan.

Penyebabnya
Ada dua hal yang menjadi penyebab kedua hal ini terjadi di dalam kehidupan kita:
4

1. Tidak Mengenal Allah

Hosea 4:6

Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak
pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau
melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu.

Seseorang bisa mengalami posisi seperti ini, yaitu tidak mengenal Allah seringkali karena
salah mengejar di dalam kekeristenannya. Banyak orang mengejar hal-hal berikut ini pada
saat mereka menjadi Kristen,antara lain, pertolongan Tuhan, berkat-berkat jasmani-rohani,
keberhasilan, mencari relasi dan teman, mengasihani diri sendiri dan lain sebagainya,.

Belakangan ini banyak gereja mengajarkan kita untuk membangun dan memiliki hubungan
yang intim dengan Tuhan, tanpa penjelasan yang gamblang dan esensial di balik hubungan
yang intim itu. Sehingga jemaat hanya memahami bahwa keuntungan dari hubungan yang
intim itu membuat mereka diberkati, dilindungi, ditolong dan lain sebagainya.

Pernahkah anda bertanya atau ditanya, “Apakah esensi dan tujuan akhir dari hubungan intim
dengan Tuhan?”

Bagian terpenting dan hasil yang dicapai pada saat kita memiliki hubungan yang intim
dengan Tuhan adalah PENGENALAN AKAN ALLAH.

Pernahkah anda berpikir demikian?

Seringkali kita mengambil contoh Raja Daud dan kitab Mazmur untuk mengajarkan tentang
keintiman ini, tetapi pernahkah kita melihat dan memahami apakah keistimewaan dari Raja
Daud dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain yang dicatat oleh Alkitab dalam hal
keintimannya dengan Allah?

Sebenarnya hanya satu kata, yaitu PENGENALANNYA AKAN ALLAH.

Sehingga pada saat dia hendak digantikan oleh Salomo anaknya sebagai raja, satu nasehat
penting bukan hanya berbicara tentang tujuan, harta dan pemerintahan, tetapi yang
terutama adalah,...

1Tawarikh 28:9

Dan engkau, anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepada-
Nya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab TUHAN menyelidiki segala hati
dan mengerti segala niat dan cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan
ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau
untuk selamanya.

Untuk apa jika kita mengejar keintiman dengan Tuhan tetapi bertujuan untuk mengenal isi
hati Tuhan saja kita tidak pernah tahu dan mau. Jadi, orang yang memiliki pengenalan yang
benar akan Allah yang benar, maka dia akan menjadi orang yang berani melakukan segala
perintah Tuhan dengan iman yang kuat seperti seekor singa dan tulus seperti seekor domba
5

yang dibawa ke pembantaian yang menurut dengan iman dan ketaatan, apapun
perintahnya.

2. Tidak Memiliki Destiny Yang Jelas

Amsal 29:18

(KJV) Where there is no vision, the people perish: but he that keepeth the law, happy
is he.

(ITB) Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang
berpegang pada hukum.

Nabi Elia

Seperti Nabi Elia, yang sudah tahu tugas kenabiannya di kerajaan Israel dan Yehuda, tetapi
karena dia tidak memegang teguh destiny-nya itu, maka pada suatu keadaan intimidasi berat
dia lebih memilih keselamatan dan kenyamanan dagingnya sesaat. Pada saat dia kehilangan
visinya, imannya menjadi liar dan lemah yang kemudian membawa dirinya kepada
kehancuran jatidirinya sendiri. Dia melarikan diri, padahal sesungguhnya Izebel dan Ahab
sudah sangat ketakutan dengan kehadiran Nabi Elia yang selalu mengancam posisinya.

Sampai pada kondisi imannya yang liar dia berpikir bahwa Allah akan hadir dan berbicara
kepadanya di dalam kehingar-bingaran badai, angin, api dan gempa menunjukkan
kebesaran dan kehebatan-NYA di dalam keriuhan dan keramaian hadirat-NYA.

1Raja 19:9-17

Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka firman TUHAN
datang kepadanya, demikian: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" Jawabnya: "Aku
bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel
meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-
nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka
ingin mencabut nyawaku." Lalu firman-Nya: "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di
hadapan TUHAN!" Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-
gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada
TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada
TUHAN dalam gempa itu. Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada
TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.
Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu
pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya yang
berbunyi: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" Jawabnya: "Aku bekerja segiat-giatnya
bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu,
meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang;
hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku."

Seringkali gereja Tuhan berpikir bahwa Tuhan dan kebangunan rohani akan hadir dan
berbicara di dalam kehingar-bingaran badai, api, gempa dan kehebohan-kehebohan yang
6

luar biasa, seringkali kita mematok aturan sendiri bahwa kebangunan rohani harus didahului
dengan segala kehebohan dan keramaian rohani, tetapi pada kenyataannya bukanlah selalu
demikian.

Sampai kita berpikir kalau ada gereja yang mengalami seperti itu kita menyebut mereka
sedang mengalami lawatan Tuhan dan revival, bahkan kitapun ingin seperti mereka, bahkan
kita berusaha menjiplak segala yang dilakukan oleh mereka. Inilah yang saya katakan sebagai
keadaan liar akibat tidak memiliki tujuan yang jelas. Akibat keliaran itu sendiri akhirnya
kita binasa di dalam pikiran dan konsep kita sendiri.

Tetapi perhatikan sekarang ternyata Tuhan berbicara kepada Nabi Elia, malah pada saat
angin sepoi-sepoi berhembus. Dan Dia memulihkan visi dan destiny Nabi Elia.

1Raja 19:15

Firman TUHAN kepadanya: "Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun


ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja
atas Aram. Juga Yehu, cucu Nimsi, haruslah kauurapi menjadi raja atas Israel, dan Elisa
bin Safat, dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau. Maka
siapa yang terluput dari pedang Hazael akan dibunuh oleh Yehu; dan siapa yang
terluput dari pedang Yehu akan dibunuh oleh Elisa.

Dan pada saat Tuhan mengembalikan kepercayaan dan memulihkan destiny-nya, maka Nabi
Elia kembali bangkit. Dan di dalam kebangkitannya kembali atau revived. Maka dia
mengambil langkah untuk meninggalkan pergumulannya, dia menjadi tidak takut mati
dan turun gunung siap menghadapi raksasa kenyataan hidup ini.

Dua Belas Pengintai

Salah satu contoh di dalam Alkitab pada saat seseorang itu kehilangan tujuannya dan tidak
mengenal Allah dengan baik, yang kemudian menjadi liar adalah kedua belas pengintai yang
diutus oleh Musa untuk mengintai tanah Kanaan.

Bilangan 13:25-33

Sesudah lewat empat puluh hari pulanglah mereka dari pengintaian negeri itu, dan
langsung datang kepada Musa, Harun dan segenap umat Israel di Kadesh, di padang
gurun Paran. Mereka membawa pulang kabar kepada keduanya dan kepada segenap
umat itu dan memperlihatkan kepada sekaliannya hasil negeri itu. Mereka
menceritakan kepadanya: "Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan
memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya. Hanya,
bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar,
juga keturunan Enak telah kami lihat di sana. Orang Amalek diam di Tanah Negeb,
orang Het, orang Yebus dan orang Amori diam di pegunungan, orang Kanaan diam
sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan." Kemudian Kaleb mencoba
menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan
menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" Tetapi orang-orang
7

yang pergi ke sana bersama-sama dengan dia berkata: "Kita tidak dapat maju
menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita." Juga mereka
menyampaikan kepada orang Israel kabar busuk tentang negeri yang diintai mereka,
dengan berkata: "Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang
memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang
yang tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang
Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang,
dan demikian juga mereka terhadap kami."

10 orang di antara pengintai itu membeberkan kenyataan yang benar tetapi yang terjadi
adalah mereka sedang bergumul dengan musuh ciptaan mereka sendiri yang mereka yakini
lebih kuat dari mereka dan dari Tuhan mereka. Dan opini merekalah yang kemudian
dikembangkan dan diceritakan kepada seluruh orang Israel, sehingga orang Israel yang
kebanyakan adalah kaum yang senior yang keluar dari tanah Mesir ternyata masih memiliki
kenangan dan ingat-ingatan akan Mesir dengan segala fasilitasnya, mereka menganggap
Mesir dengan segala kekejamannya masih lebih baik dari pada mereka harus berhadapan
dengan orang-orang penghuni tanah Kanaan apalagi harus berperang dan mengalahkannya.

Mereka masih memiliki pilihan di dalam otak mereka untuk mempertimbangkan dirinya
memiliki tanah sendiri dan berdiri sebagai suatu bangsa, tetapi harus berperang melawan
bangsa-bangsa raksasa dengan kenyataan mereka menjadi budak di tanah Mesir yang penuh
dengan segala fasilitasnya yang mampu memuaskan nafsu dan keinginan mereka. Pilihan ini
masih terekam dengan baik di otak mereka, sehingga menghasilkan pergumulan yang pada
akhirnya membuat mereka memberontak, benarlah kenyataan ini, pada saat mereka
kehilangan tujuan mereka yang sebenarnya, mereka mulai membangun visi yang liar, salah
satunya adalah kembali ke Mesir.

Bilangan 14:1-4

Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis pada
malam itu. Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan
segenap umat itu berkata kepada mereka: "Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir,
atau di padang gurun ini! Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya
kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah
lebih baik kami pulang ke Mesir?" Dan mereka berkata seorang kepada yang lain:
"Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir."

Oleh karena itu Tuhan membuat mereka berputar-putar di padang gurun hingga seluruh
generasi yang senior yang berumur 20 tahun plus, mati semua di padang gurun, dengan
demikian Tuhan menyucikan generasi Israel. Generasi yang tidak punya pilihan lain selain
memasuki tanah Kanaan sebagai warisan mereka untuk didiami selamanya.

Bilangan 14:26-29,32-35

Lagi berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun: "Berapa lama lagi umat yang jahat
ini akan bersungut-sungut kepada-Ku? Segala sesuatu yang disungut-sungutkan orang
Israel kepada-Ku telah Kudengar. Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup,
8

demikianlah firman TUHAN, bahwasanya seperti yang kamu katakan di hadapan-Ku,


demikianlah akan Kulakukan kepadamu. Di padang gurun ini bangkai-bangkaimu akan
berhantaran, yakni semua orang di antara kamu yang dicatat, semua tanpa terkecuali
yang berumur dua puluh tahun ke atas, karena kamu telah bersungut-sungut kepada-
Ku.... Tetapi mengenai kamu, bangkai-bangkaimu akan berhantaran di padang gurun
ini, dan anak-anakmu akan mengembara sebagai penggembala di padang gurun empat
puluh tahun lamanya dan akan menanggung akibat ketidaksetiaan, sampai bangkai-
bangkaimu habis di padang gurun. Sesuai dengan jumlah hari yang kamu mengintai
negeri itu, yakni empat puluh hari, satu hari dihitung satu tahun, jadi empat puluh
tahun lamanya kamu harus menanggung akibat kesalahanmu, supaya kamu tahu
rasanya, jika Aku berbalik dari padamu: Aku, TUHAN, yang berkata demikian.
Sesungguhnya Aku akan melakukan semuanya itu kepada segenap umat yang jahat ini
yang telah bersepakat melawan Aku. Di padang gurun ini mereka akan habis dan di
sinilah mereka akan mati."

Kita akan melihat perbedaan antara generasi senior dan generasi baru di bawah ini:

Generasi Senior – masih memiliki harapan dan pilihan lain selain daripada tanah Kanaan,
mereka masih bisa membanding-bandingkan keadaan mereka dengan keadaan menjadi
budak di Mesir yang jauh lebih enak.

Generasi Baru – sudah tidak memiliki harapan lain dan tujuan lain selain dari pada
memasuki, merebut, menduduki dan menguasai tanah Kanaan sebagai warisan mereka
apapun resikonya, mereka tidak bisa lagi membanding-bandingkan dengan masa lalu yang
sudah tertinggal lama (40 tahun) dan hanya memiliki satu pilihan untuk memasuki tanah
Kanaan dan di sanalah keadaan mereka akan menjadi jauh lebih baik dari pada hanya
berputar-putar di padang gurun.

Tinggalkan Pergumulan Itu


Solusi satu-satunya menghadapi hal ini adalah, temukan dan pahami kembali panggilan kita
dengan iman, lalu tinggalkan pergumulan itu apapun caranya, ingatlah bahwa kita masih memiliki
tugas yang belum diselesaikan. Tinggalkan segala intimidasi yang seringkali bukanlah dari iblis tetapi
ciptaan kita sendiri di dalam ketakutan kita. Tinggalkan segala imajinasi bodoh dan palsu, rasa takut
mati, takut rugi, takut sakit, dan lain sebagainya, ambil langkah pertamamu kembali, hadapi
raksasa kenyataan hidup ini, belajarlah realistis bahwa hidup ini hanyalah untuk menyelesaikan
tugas dan pekerjaan yang diperintahkan oleh Tuhan untuk dikerjakan, bukan untuk merenungi
nasib kita yang terlihat buruk. Segera bangkit dan bekerja!

Hadapi Musuh Yang Sesungguhnya


Setelah kita sadar kekalahan kita dan siap memasuki jalan tugas kita yang sebenarnya, mari dengan
iman yang benar hadapi raksasa yang sebenarnya, yang nyata – The Real Giants and Enemies. Ambil
langkah iman yang tepat, seperti para imam yang mencelupkan kakinya di sungai Yordan, dan sungai
Yordanpun terbelah.
9

Yosua 3:13

Segera sesudah kaki para imam pengangkat tabut TUHAN, Tuhan semesta bumi,
berhenti di dalam air sungai Yordan, maka air sungai Yordan itu akan terputus; air yang
turun dari hulu akan berhenti mengalir menjadi bendungan."

Tidak akan terjadi mujizat sungai Yordan terbelah jika para imam menjadi takut tergelincir, takut
terseret arus, takut tenggelam, takut binatang air yang buas dan akhirnya tidak masuk ke dalam
sungai Yordan.

Di dalam hal ini yang lebih penting adalah, bukan para imam yang menyebabkan sungai Yordan
terbelah, tetapi Tuhanlah yang bertindak berdasarkan tindakan iman dan ketaatan seluruh orang
Israel.

Menyeberangi sungai Yordan dengan mujizat seperti pada saat para leluhur dan orang tua mereka
menyeberangi laut Merah adalah mujizat yang sangat spektakuler dan menggemparkan bagi
penduduk tanah Kanaan, tetapi yang menjadi masalah bukan bagaimana mujizat itu terjadi,... karena
mereka semua yakin itu pasti terjadi, tetapi ada suatu yang besar yang lebih besar dari
menyeberangi sungai Yordan itu, tetapi...

Para imam dan seluruh orang Israel tahu bahwa setelah mereka menyeberangi sungai Yordan,
mereka memang memasuki tanah pusaka dan warisan mereka yang sesungguhnya, tetapi yang lebih
luar biasa daripada menyeberangi sungai Yordan adalah inilah waktunya mereka berhadapan
dengan penduduk tanah Kanaan yang sesungguhnya, yang besar-besar seukuran manusia-manusia
raksasa, yang jumlahnya belum terhitung banyaknya. Dan itu adalah musuh mereka yang
sebenarnya, yang bukan hanya harus dihadapi tetapi harus dikalahkan.

Tuhan bertindak kalau kita juga melangkah.


Orang Israel Merebut Kanaan

Akhirnya Yosua mencatat sebuah sejarah yang luar biasa dari peperangan orang Israel melawan
orang-orang dan penduduk tanah Kanaan.

Yosua 24:11-13

Setelah kamu menyeberangi sungai Yordan dan sampai ke Yerikho, berperanglah


melawan kamu warga-warga kota Yerikho, orang Amori, orang Feris, orang Kanaan,
orang Het, orang Girgasi, orang Hewi dan orang Yebus, tetapi mereka itu Kuserahkan ke
dalam tanganmu. Kemudian Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu dan binatang-
binatang ini menghalau mereka dari depanmu, seperti kedua raja orang Amori itu.
Sesungguhnya, bukan oleh pedangmu dan bukan pula oleh panahmu. Demikianlah
Kuberikan kepadamu negeri yang kamu peroleh tanpa bersusah-susah dan kota-kota
yang tidak kamu dirikan, tetapi kamulah yang diam di dalamnya; juga kebun-kebun
anggur dan kebun-kebun zaitun yang tidak kamu tanami, kamulah yang makan hasilnya.

Ditegaskan oleh Yosua melalui ayat-ayat di atas, bahwa sesungguhnya (kemungkinan) orang Israel
tidak perlu mengayunkan pedang untuk berperang dan mengalahkan orang-orang penduduk tanah
10

Kanaan, tetapi Tuhanlah yang berperang untuk mereka dan mengalahkan penduduk tanah Kanaan,
sedangkan orang Israel hanya tinggal menjarah, menduduki dan menikmati segala hasil kemenangan
itu.

Hal itu terjadi karena orang Israel dengan sadar dan taat mulai bergerak maju untuk merebut,
memerangi dan menduduki wilayah-wilayah tanah warisan mereka tanpa menghiraukan bagaimana
keadaan dan kekuatan musuh mereka itu. Dengan iman dan ketaatan inilah maka Tuhan bergerak
pula, tetapi jika orang Israel tahu bahwa Tuhan akan membantu mereka lalu mereka tidak bergerak,
saya percaya pertolongan dan mujizat itu tidak akan pernah mereka alami.

Abram

Seperti kita semua tahu bahwa Tuhan memerintahkan Abram untuk pergi, dan pada saat perintah
itu diturunkan, perintah itu adalah perintah yang belum final, maksudnya perintah itu adalah
perintah awal yang belum lengkap, dan di kemudian waktu memang perintah itu dilengkapi oleh
Tuhan setelah Abram mengambil tindakan.

Sebelum Abram mengambil tindakan sesuai dengan perintah pertama itu Tuhan diam selama
beberapa waktu, hingga di dalam perintah yang diturunkan kedua kalinya Abram menjalankannya.

KPR 7:2

Jawab Stefanus: "Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah! Allah yang


Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika ia
masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran,

Kejadian 12:1-4

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu
dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan
membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat
namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang
yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan
olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." Lalu pergilah Abram seperti
yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram
berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.

Dan setelah Abram merespon dengan iman dan ketaatan,... mengapa dengan iman??? Karena kalau
kita perhatikan dengan seksama maka sebenarnya di dalam perintah itu tidak pernah disebutkan
arah, jurusan dan tujuan sesungguhnya, dan untuk menuruti perintah ini, Abram memerlukan iman
dan ketaatan apa adanya, tanpa banyak tanya sebelum berangkat, setelah dia berangkat dan sampai
di Sikhem, maka dia menaikkan korban ucapan syukurnya yang pertama kali semenjak dia berangkat
dari Haran. Maka Tuhan baru menyatakan tujuan sesungguhnya keberangkatan Abram dari Haran
untuk menjalankan perintah Allah.

Kejadian 12:5-7
11

Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda
yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka
berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ. Abram berjalan melalui negeri itu sampai
ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon tarbantin di More. Waktu itu orang Kanaan
diam di negeri itu. Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman:
"Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Maka didirikannya di situ
mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya.

Melalui hal ini, kita sekarang mengerti bahwa Allah seringkali bertindak secara progresif
berdasarkan iman dan ketaatan kita. Tanpa langkah pertama tidak akan pernah ada agenda
lanjutannya.

Ketaatan kita menentukan tingkatan kerohanian kita di hadapan Tuhan dan menentukan sikap
Tuhan pula terhadap kita.

Anda mungkin juga menyukai