Disusun Oleh:
Nama : Umroh
Nim : 11011700576
Kelas : 7G-MSDM
b. Employee Comparison
Dalam metode ini penilai melakukan penilaian dengan cara membandingkan antara tenaga kerja
yang satu dengan yang lainnya, yaitu membandingkan faktor-faktor yang dimiliki oleh tenaga kerja
misalnya pendidikan, keterampilan. Metode ini dapat berbentuk :
1) Alternation Ranking, suatu bentuk penilaian dengan cara menbandingkan antara tenaga kerja yang satu
denagan tenaga kerja yang lainnya atas dasar kemampuannya, kemudian disusun dalam bentuk ranking.
2) Paired Camparison, suatu bentuk penilaian dengan cara membandingkan tenaga kerja secara
keseluruhan, baik faktor-faktor yang diperbandingkan maupun diperbandingkan kepada seluruh
tenaga kerja yang ada dalam organisasi.
3) Forced Distribution, suatu bentuk penilaian yang dilaksanakan dengan cara
memperbandingkan setiap tenaga kerja berdasarkan tingkat kemampuan / prestasinya, dengan skala
yang sudah di tentukan. Misalnya : Baik Sekali, Baik, Cukup, Kurang dan Kurang sekali.
c. Metode Checklist
Metode ini dilakukan dengan cara menggunakan suatu daftar isian yang berisi berbagai
ukuran karakteristik dalam bentuk kalimat atau kata-kata yang menggambarkan alternatif
prestasi atau karakteristik dari seorang tenaga kerja metode ini dibagi kedalam 2 (dua)
bentuk yaitu :
1) Weight Checklist, yaitu suatu daftar isian yang diberi bobot / nilai untuk setiap jawaban yang
dipilih dari setiap pertanyaan.
2) Forced Score, yaitu suat daftar isian yang cara pengisianya dilakukan dengan memilih alternatif
jawaban yang diberikan terhadap pertanyyan yang diberikan.
Keuntungan dari metode ini mudah untuk digunakan dan dapat menghindari kecenderungan
pemberian nilai rata-rata atau pemberian nilai karena kemurahan hati. Namun karena keharusan
adanya relevansi antara item perilaku yang terdaftar dalam penilaian prestasi dengan pekerjaan
yang dilaksanakan, maka dibutuhkan keahlian khusus untuk membangun sejumlah item perilaku
yang berbeda untuk jenis pekerjaan dan tingkatan yang berbeda. Oleh karena itu dibutuhkan
bantuan tenaga profesional yang andal di bidang ini. Ketidakandalan dalam membuat item perilaku
dan kesesuaian bobot nilai masing-masing item dapat mengakibatkan ketidaksesuaian di dalam
pemberian ukuran-ukuran item. Akibatnya para supervisor kesulitan di dalam mengiterprestasikan
hasilnya. Berikut adalah contoh tabel yang menggunakan metode checklist :
Contoh tabel metode checklist
d. Essay
Dalam metode ini seorang penilai diharuskan membuat sesuatu karangan yang berkenaan
dengan persiapannya tentang seorang tenaga kerja yang sedang dinilai. Karangan tersebut
kemudian diberikan kepada penilai lain untuk diberi tanggapan dan penilaian terhadap tenaga
kerja yang bersangkutan dengan menggunakan karanga tersebut sebagai dasarnya.
Pada metode ini, penilai menuliskan sejumlah pertanyaan terbuka yang terbagi dalam
beberapa kategori. Beberapa kategori pertanyaan terbuka yang biasa digunakan:
1. Penilaian kinerja seluruh pekerjaan.
2. Kemungkinan pekerja dipromosikan
3. Kinerja kerja pegawai saat ini
4. Kekuatan dan kelemahan pegawai
5. Kebutuhan tambahan training
Pendekatan ini memberikan fleksibilitas pada penilaian dengan tidak memasyarakatkan
perhatian khusus pada sejumlah faktor. Di sisi lain karena metode ini menggunakan pertanyaan
yang sangat terbuka, maka penilai akan kesulitan untuk membandingkan dan menilai jawaban-
jawaban dari pertanyaan tersebut. Keberhasilan metode ini juga sangat tergantung pada
kemampuan dan kreativitas supervisor dalam mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan
jawaban yang benar-benar dapat mewakili kondisi pegawai yang dinilai
e. Interview
Metode ini dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada seorang tenaga
kerja. Maksud dari penggunaan cara wawancara ini adalah agar pegawai mengetahui posisi dan
bagaimana cara kerja mereka.Selain itu wawancara juga dimaksudkan untuk:
a. Mendorong perilaku positif.
b. Menerangkan apa target/sasaran yang diharapkan dari pegawai.
c. Mengkomunikasikan masalah-masalah yang berkaitan dengan upah dan promosi.
d. Rencana memperbaiki kinerja di masa yang akan datang.
e. Memperbaiki hubungan antara atasan dengan bawahan.
f. Metode Pencatatan Kejadian Kritis (Critical Incident)
Metode pencatatan kejadian yang kritis adalah Penilaian Prestasi Kerja yang
menggunakan pendekatan dengan menggunakan catatan-catatan yang menggambarkan perilaku
karyawan yang sangat baik atau yang sangat buruk. Dalam metode ini penilai diharuskan
mencatat semua tingkah laku sehari-hari dari seorang tenaga kerja. Misalnya : inisiatif,
kemampuan kerjasama, sikap, kejujuran, loyalitas dan lain sebagainya.
Contoh tabel metode pencatatan kejadia kritis
2. Metode modern (Berorientasi Masa Depan)
Metode ini dapat terbagi kedalam beberapa bagian diantaranya :
a. Penilaian Psikologis (Psychological Appraisals)
Penilaian ini pada umumnya terdiri dari wawancara mendalam, tes-tes psikologi, diskusi
dengan atasan langsung, review evaluasi-evaluasi lainnya. Penilaian psikologi biasanya
dilakukan oleh para psikolog, terutama digunakan untuk menilai potensi karyawan diwaktu yang
akan datang. Evaluasi terhadap intelektual, emosi, motivasi karyawan dan karakteristik-
karakteristik hubungan pekerjaan lainnya sebagai hasil penilaian diharapkan bisa membantu
untuk memperkirakan prestasi kerja di waktu yang akan datang. Evaluasi tersebut terutama
digunakan untuk keputusan-keputusan penempatan dan pengembangan. Kurasi penilaian
sepenuhnya tergantung pada ketrampilan para psikolog.Point yang perlu diperhatikan :
1. Dilakukan oleh psikolog, yang dinilai adalah potensi individu, bukan prestasi yang lalu atau
yang telah di capai
2. Terdiri dari : interview yang mendalam, psikotes dan diskusi dengan atasan
3. Psikolog membuat evaluasi tentang intelektual, emosi, motivasi, dan karakteristik lain yang
dapat memprediksi prestasi yang akan datang.
b. Assesment Centre
Dalam metode ini penilaian prestasi kerja dilakukan oleh sebuah badan / lembaga yang
dibentuk secara khusus oleh sebuah organisasi dan diberi wewenang untuk melakukan penilaian
atas tenaga kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan. Metode ini berguna untuk membantu
identifikasi “talenta”manajemen diwaktu yang akan datang, banyak perusahaan besar
mempunyai pusat-pusat penilaian. Assessment Center adalah suatu bentuk penilaian karyawan
yang distandarisasikan dimana tergantung pada berbagai tipe penilaian dari penilai. Penilaian
bisa meliputi wawancara mendalam, tes-tes psikologi, diskusi kelompok, simulasi, dan
sebagainya untuk mengevaluasi potensi karyawan diwaktu yang akan datang.
Point yang perlu diperhatikan :
Penilaian terhadap karyawan yang terstandarkan dengan berbagai tipe evaluasi dan beberapa
penilaian. Digunakan untuk menilai karyawan pada level Middle Management. Terdiri dari
wawancara, psikotes, evaluasi latar belakang, penilaian oleh rekan kerja, latihan simulasi, diskusi
kelompok, permainan manajemen
b. Management By Objective (MBO)
Metode ini menitik beratkan kepada pengukuran hasil nyata yang mampu dicapai oleh seorang
tenaga kerja yang terlibat dalam proses penentuan sasaran. Dengan kata lain proses penilaian
prestasi kerja diukur dari mampu tidaknya mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya dan apabila
mampu, seberapa jauh hasil hasil nyata dibandingkan dengan sasaran tersebut, adakah unsur-unsur
yang dapat memberikan ke efektifan dan efisiensinya.
Management By Objectives (MBO) yang diperkenalkan oleh Peter Drucker adalah sistem yang
menggambarkan kajian tentang target/sasaran yang hendak dicapai berdasarkan kesepakatan antara
supervisor dan bawahannya. Kajian tentang bagaimana baiknya bawahan berprestasi selalu ditinjau ulang
dan dilakukan secara periodik. Uji coba selalu dibuat untuk menuliskan target/sasaran dari segi
kuantitas. Para ahli percaya bahwa target/sasaran dapat dan selayaknya ditetapkan secara kuantitatif.
Persyaratan pelaksanaan Metode MBO
Untuk melaksanakan penilaian dengan metode MBO, secara umum terdapat sejumlah
ketentuan yang harus dilaksanakan yaitu :
1. Supervisor dan bawahan sama-sama menyetujui elemen target pekerjaan bawahan yang akan dinilai periode
tertentu (6 bulan atau 1 tahun).
2. Bawahan sungguh-sungguh melakukan kegiatan untuk mencapai masing-masing target
3. Selama periode tersebut bawahan secara periodik mereview perkembangan pekerjaan kearah target yang
akan dicapai.
4. Pada akhir periode, supervisor dan bawahan sama-sama mengevaluasi hasil pencapaian target.
Keuntungan MBO
Keuntungan terbesar dari metode MBO adalah teredianya target/sasaran penilaian kinerja
yang merupakan kesepakatan antara supervisor dan bawahannya. Pada tingkat individu, MBO
dapat menjadikan pegawai melakukan kontrol diri, membangun kepercayaan diri, memotivasi diri,
memperbaiki kinerja, mengembangkan masa depan dan mempunyai pengetahuan penuh tentang
kriteria yang akan dievaluasi.
Pada tingkatan sehubungan interpersonal. MBO dapat meningkatkan hubungan antara bawahan dengan
atasan, memperbaiki komunikasi, dan menyediakan kerangka kerja (framework) yang lebih baik. Pada
tingkat organisasi, perbaikkan kinerja kerja secara keseluruhan, teridentifikasinya potensi
manajemen dan kebutuhan pengembangan, koordinasi sasaran/target yang lebih baik, dan
terkuranginya duplikasi serta overlapping tugas dan aktivitas merupakan keuntungan yang bisa didapat
dari metode MBO.
Kelemahan MBO
Pendekatan MBO bukanlah metode yang paling sempurna. MBO efektif bila sistematis dapat
menyatukan setting target yang dibuat oleh individu dan organisasi. Target yang
dihasilkan bersama antara supervisor dan bawahan dengan sendirinya berbeda dengan target yang telah
ditetapkan organisasi. Dengan demikian MBO juga merupakan autocritic organisasi. Salah satu kelemahan
MBO adalah : membutuhkan waktu yang cukup lama hingga terkesan terjadi pemborosan waktu.
Beberapa masalah yang mungkin timbul akibat diterapkannya metode MBO adalah :
1. Terlalu banyak tekanan pada ukuran tujuan kuantitatif dapat membawa pada pengabaian
tanggung jawab penting lainnya.
2. Tekanan pada kuantitas mungkin akan mengorbankan kualitas.
3. Jika evaluasi didasarkan pada kesepakatan hasil yang dicapai, maka bawahan secara sengaja atau
tidak sengaja menset target yang rendah sebagai hasil yang mereka capai.
4. Memungkinkan adanya tendensi mengadopsi target atau tujuan yang dianggap penting
oleh bawahan yang dominan.
5. Penyedia (supervisor ) dapat mengasumsikan tidak ada latihan dan bimbingan.
Tim MBO dalam membangun dan mengembangkan target/sasaran, program MBO
kebanyakan menggunakan sistem one-on-one antara supervisor dengan bawahan. Pada
kebanyakan instansi, sistem one-on-one tidak dapat dilaksanakan pada kebanyakan pekerjaan
yang sifatnya interdependen, terutama pada tingkat manajer dan supervisor. Baik manajer
maupun supervisor kesulitan bila harus melakukan one-on-one pada seluruh bawahannya untuk
membangun dan mengkaji ulang target/sasaran yang hendak dicapai.Di samping memakan
waktu yang cukup lama, juga akan mengganggu kegiatan kerja. Karenanya pada kabanyakan
instansi, metode MBO ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan tim untuk mengkaji ulang
target-target tersebut.
c. Penilaian Diri (Self Appraisals)
Teknik penilaian ini berguna bila tujuan evaluasi adalah untuk melanjutkan
pengembangan diri. Bila karyawan menilai dirinya, perilaku defensip cenderung tidak terjadi,
sehingga upaya perbaikan diri juga cenderung dilaksanakan. Point yang perlu diperhatikan :
1. Karyawan menilai sendiri kinerja yang telah dicapai dan yang akan dicapai.
2. Memerlukan kematangan diri karyawan untuk dapat menilai diri sendiri secara objektif.
3. Dimensi penting adalah keterlibatan dan komitmen karyawan untuk melakukan proses perbaikan
diri.
b. Otoritas (wewenang)
Otoritas adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu organisasi formal yang
dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan
kerja sesuai dengan kontribusinya (Prawirosentono, 1999:27). Perintah tersebut mengatakan apa
yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dalam organisasi tersebut.
c. Disiplin
Disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku
(Prawirosentono,1999:27). Jadi, disiplin kayawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan
dalam menghormati perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia bekerja.
d. Inisiatif
Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide untuk
merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
Senyum seseorang saat pertemuan pertama menandakan bahwa orang itu ramah dan
menyenangkan.
Cara berjabat tangan yang erat saat berkenalan menandakan pribadi yang hangat dan
terbuka bagi sebuah pertemanan.
Pembicaraan / komunikasi yang cenderung tersendat pada pertemuan pertama dan tidak
berlangsung dengan lancar menandakan kalau orang tersebut membosankan.