Makalah Kelompok 7 - Sistem Pengukuran Akuntansi - Mata Kuliah Teori Akuntansi
Makalah Kelompok 7 - Sistem Pengukuran Akuntansi - Mata Kuliah Teori Akuntansi
DOSEN PENGAMPU:
Jarot Triono, SE., MM., Ak., CA., CPA
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis. Shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Makalah yang berjudul
“Sistem Pengukuran Akuntansi” diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Teori
Akuntansi.
Adapun makalah yang berjudul “ Sistem Pengukuran Akuntansi ” ini telah penulis
usahakan dapat disusun dengan sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari
berbagai pihak, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secara tepat
waktu. Untuk itu penulis tidak lupa untuk menyampaikan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya,
penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari segi
penggunaan kosa-kata, tata Bahasa, maupun kekurangan-kekurangan lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca
yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis agar penulis
dapat memperbaiki kualitas makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................... 1
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
1
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu Historical cost accounting
2. Untuk mengetahui dan memahami apa itu Current cost accounting
3. Untuk mengetahui dan memahami apa itu Financial capital vs Physical capital
4. Untuk mengetahui dan memahami apa itu Exit price accounting
Manfaat Penulisan
Pada penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca seperti Pelajar, Praktisi maupun Masyarakat Umum sebagai penambah
wawasan mengenai sistem pengukuran akuntansi.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Definisi Pengukuran
Pengukuran (measurement) adalah penentuan besarnya unit pengukur (jumlah rupiah)
yang akan dilekatkan pada suatu objek (elemen atau pos) yang terlibat dalam suatu transaksi,
kejadian, atau keadaan untuk mempresentasi makna atau atribut (Atribute) objek tersebut.
Sejarah
Sistem akuntansi untuk pertama kali diperkenalkan oleh Pacioli pada abad ke 15, yaitu
sistem akuntansi double entry. Sejak saat itu teknik dasar akuntansi tidak berubah secara
signifikan. Bersamaan dengan revolusi industri, khususnya setelah jatuhnya wall street pada
tahun 1929, sistem akuntansi trandisional berdasarkan historical cost system muncul dan
memimpin sebagai fundamental accounting system. Kemudian pada tahun 1960-an beberapa
alternative dasar sistem akuntansi lainnya muncul dan mulai berkembang, yaitu current cost
accounting dan current selling prices (exit prices). Current cost accounting juga dianggap
sebagai metode pertama yang mempresentasikan fair value accounting system.
Edward and Bell pada tahun 1961 memperkenalkan sebuah sistem nilai terkini (current
cost accounting system) dalam bukunya The Teory and Measurement of Business Income.
Sistem ini dilandaskan atas nilai terkini sehingga bisa dikatakan bahwa sistem ini adalah sistem
pertama yang menggunakan nilai fair value. Sistem yang kedua adalah menggunakan harga
jual untuk mengukur objek (exit price accounting system). Dukungan untuk masing-masing
sistem tersebut sangat bervariasi.
Historical Cost
Menurut Suwardjono (2008;475), biaya historis atau historical cost merupakan rupiah
kesepakatan atau harga pertukaran yang telah tercatat dalam sistem pembukuan. Prinsip ini
menggunakan harga perolehan dalam pencatatan transaksi yang terjadi atas aktiva, utang,
modal dan biaya. Harga perolehan yang dimaksud adalah harga yang sudah disepakati oleh
kedua pihak pada saat awal terjadinya transaksi dan memiliki asumsi bahwa harga tersebut
tidak akan berubah atau stabil. Secara umum, penggunaan biaya historis ini dapat ditemukan
3
dalam laporan keuangan yang mengacu kepada Generally Accepted Accounting Principles
(GAAP).
5
Current Cost
A. Dasar Pemikiran Current Cost Accounting
Current Cost Accounting (CCA) adalah suatu sistem akuntansi dimana asset dinilai pada
harga beli pasar sekarang dan profit ditentukan dengan alokasi yang didasarkan pada biaya
sekarang (current costs). Mengapa menggunakan current cost? Menurut Edwards dan Bell
masalah mendasar tersebut diungkapkan menjadi 3 pokok permasalahan:
➢ Masalah ekspansi: berapa jumlah asset yang seharusnya dipegang/dipertahankan pada saat-
saat tertentu.
➢ Masalah komposisi: apa bentuk asset yang sesuai?
➢ Masalah pendanaan: bagaimana aset-aset tersebut didanai?
9
penilaian kapital pada awal periode dan akhir periode akan tetapi tidak ada pembatasan
bagaimana cara menilai kapital tersebut. Ada dua jenis pengukuran atau penilaian kapital yang
selama ini diperdebatkan, yaitu financial capital maintenance (pemeliharaan kapital finansial)
dan physical capital maintenance (pemeliharaan kapital fisik).
Apabila tidak ada investasi baru dari pemilik atau pembagian laba kepada pemilik selama satu
periode, maka laba yang terjadi $90,000. Angka ini merupakan peningkatan aktiva bersih.
Namun jika dalam periode tersebut ada investasi baru dari pemilik $40,000 dan deviden
$15,000 maka laba yang terjadi dihitung sebagai berikut:
Aktiva bersih, akhir periode $170,000
Perubahan (kenaikan) aktiva bersih $90,000
Dikurangi investasi oleh pemilik (40,000)
Ditambah dividend kepada pemilik (15,000)
Laba yang terjadi $65,000
Perbedaan antara konsep physical capital dengan financial capital adalah pengaruh dari
perubahan harga pada aktiva dan atau utang yang dimiliki oleh suatu perusahaan selama
periode tertentu. Menurut konsep financial capital pengaruh perubahan harga diakui dan akan
menimbulkan adanya holding gains atau losses yang kemudian dimasukkan ke laporan rugi-
laba. Konsep physical capital mengakui perubahan harga tersebut sebagai capital maintenance
adjustment dan akan dimasukkan secara langsung ke dalam komponen modal, tidak
dimasukkan ke laporan rugi-laba.
12
terutama dalam kemampuan pemiliknya untuk membayar rekening atau pinjaman saat jatuh
tempo.
Pada masa sekarang, dengan banyaknya jumlah pemegang saham pada suatu perusahaan
menyebabkan Laporan keuangan perusahaan sebagai media informasi utama mengenai
perusahaan tersebut, sehingga Laporan keuangan dari akuntan eksternal menjadi sangat
penting. Menurut MacNeal, Prinsip-prinsip Akuntansi yang Konvensional yang didasari
Historical Cost berpotensi menghasilkan laporan keuangan yang salah dan menyesatkan serta
tidak berorientasi pada keputusan pemilik saham.
Solusi ideal untuk akuntan adalah melaporkan semua keuntungan dan kerugian seperti nilai
seperti yang ditentukan dalam pasar yang kompetitif. Namun, tidak semua aset memiliki nilai
pasar. Oleh karena itu MacNeal mengusulkan penerapan penilaian:
• Aset yang dapat dipasarkan pada harga pasar (exit price)
• Aset tidak tidak dapat dipasarkan yang dapat direproduksi pada biaya pengganti.
• Aset tidak dapat dipasarkan yang tidak dapat direproduksi pada biaya historis.
13
tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan apakah kesempatan alternatif
memberi keuntungan yang lebih besar jika aset non-lancar mereka jual atau diinvestasi. Ini
adalah konsep opportunity cost, yang menggunakan harga jual dan bukan harga penggantian
aset, sebagai basis pengukuran.
Chamber mengakui bahwa setiap aset, pada prinsipnya merupakan sebuah nilai tukar
(harga keluar) dan nilai pakai. Nilai pakai (nilai sekarang) pada dasarnya adalah sejumlah nilai
yang dihitung dari harapan sekarang dan Chambers berpendapat bahwa itu merupakan
keyakinan tentang masa depan, bukan fakta sekarang.
14
• Additive
• Konsisten
• Suatu penilaian
• Lebih informatif
4) Additivity
Chambers mempertimbangkan masalah aditif menjadi faktor kunci dalam mendukung
akuntansi CCE. Produk utama dari sistem akuntansi laporan akuntansi - neraca dan laporan
laba rugi. Jika kita memberikan nilai yang berbeda dengan karakteristik yang relatif kecil dari
fakta dan menggunakan skala pengukuran relatif kecil, maka tidak ada arti tertentu atau
komersial dapat dideduksi dari agregat - mereka tidak dapat secara logis ditambahkan bersama-
sama. Sebagai contoh, kita tidak bisa menilai kewajiban sebesar harga perolehan (surat hutang),
beberapa aset sebesar biaya penggantian (persediaan), yang lain sebesar nilai kini (sewa aset)
dan yang lain di setara kas (debitur) dan memperoleh neraca yang sesuai. Juga tidak bisa kita
gunakan untuk mencampuradukan biaya historis pada tanggal yang berbeda dan makna
berbeda pada perhitungan aktiva bersih.
Maka, penilaian dari semua elemen dalam neraca dan laporan laba rugi pada setara uang
mereka (nilai keluar), menyediakan satu aturan yang dapat diterapkan secara konsisten
terhadap perusahaan manapun. Sistem ini berkonsentrasi pada pengukuran kemampuan
keuangan penting - uang dan setara uang. Itu membuat tidak menggunakan karakteristik fisik
atau aset lainnya.
5) Alokasi
Thomas mengeluhkan kenyataan bahwa sistem akuntansi biaya (historical dan current)
sangat bergantung pada alokasi biaya untuk penilaian asset dan penentuan keuntungan. Ia
Berpendapat Exit Price Accounting dimasa mendatang mempunyai laporan keuangan bebas
alokasi. Laporan laba-rugi tidak melaporkan perubahan dalam jumlah yang dialokasikan, tapi
melaporkan arus masuk aktiva dan perubahan nilai-nilai keluar dari aset perusahaan dan
kewajiban dalam suatu periode tertentu. Laba menampilkan jumlah perubahan daya beli riil
dari aktiva bersih, tidak termasuk investasi tambahan oleh dan distribusi kepada pemilik.
15
6) Kenyataan (Reality)
Exit price melibatkan referensi untuk contoh-contoh yang nyata karena, setiap contoh
mengacu pada saat ini, harga pasar sebenarnya. Penyusutan tidak didefinisikan dengan cara
konvensional, namun dalam arti ekonomi penurunan harga pasar. Penyusutan tidak mungkin
terjadi dalam beberapa tahun jika harga naik atau tetap konstan. Jika tidak ada nilai realisasi
dapat dikaitkan dengan item, maka item tersebut akan memiliki saldo nol. Selain itu,
dipertukarkan adalah bagian dari definisi suatu aset sehingga goodwill tidak dapat dijual secara
terpisah, tidak termasuk dari pertimbangan. Dengan dua kendala - dipertukarkan dan adanya
harga jual - semua item pada laporan keuangan dapat dikuatkan dengan bukti nyata.
7) Obyektifitas
Hal ini sering dikatakan bahwa harga pasar saat ini tidak objektif. Namun, beberapa studi
penelitian menunjukkan bahwa harga pasar relatif lebih objektif daripada kebanyakan orang
percaya. Parker melakukan studi penelitian tentang perbandingan relatif dan objektivitas untuk
exit price dan jumlah biaya historis tercatat. Objektivitas didefinisikan sebagai konsensus di
antara penilai. Komparatif didefinisikan sebagai sebuah konsensus dalam pengukuran.
Menggunakan 148 perusahaan bisnis, Parker menunjukkan bahwa untuk mengukur
objektivitas dan komparatif, exit price mengungkapkan dispersi yang sedikit dari jumlah
tercatat. Penyebab utama dari kurangnya objektivitas nilai tercatat adalah dispersi estimasi
akuntansi di masa manfaat dan nilai sisa.
McKeown juga menerapkan model ruang untuk sebuah perusahaan kontruksi jalan
berukuran sedang, dan menyimpulkan dengan analisa statistik bahwa metode yang digunakan
untuk menentukan exit price adalah objektivitas lebih (diverifikasi) daripada metode
berdasarkan Financial Accounting Standard. Dalam studi lain, McKoewn dibandingkan empat
model (exit price, current replacement, historical cost in specific level, istorical cost in general
level) yang diusulkan dengan metode GAAP untuk objektivitas mereka (verifiability) dan
menyimpulkan bahwa model CCE adalah yang paling objektivitas.
8) Ukuran risiko
Exit price dan perubahan exit price juga bisa menjadi indikasi risiko keuangan pembelian
aset. Misalnya, jika sebuah perusahaan membeli aset dengan exit price yang berbeda secara
signifikan dari entry price, maka aset tersebut adalah proposisi berisiko. Informasi keuangan
menunjukkan bahwa pembelian aset tersebut harus merupakan proposisi jangka panjang
16
dimana nilai ekonomi yang ditemukan oleh nilai pakai. Sebaliknya, jika exit price meningkat
secara drastis, biaya peluang meningkat kembali dan harus dioperasikan dengan lebih efisien.
Untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi posisi risiko dan
kinerja dalam mengelola risiko keuangan yang signifikan dengan rancangan standar akan
membutuhkan:
a. deskripsi dari setiap risiko keuangan yang signifikan dan tujuan perusahaan serta kebijakan
untuk mengelola risiko tersebut.
b. informasi tentang dampak risiko tersebut terhadap laporan posisi keuangan (neraca) dan
laporan kinerja keuangan.
c. informasi mengenai metode dan asumsi utama yang digunakan untuk memperkirakan nilai
wajar instrumen keuangan.
19
dibutuhkan di daerah pegunungan yang berhawa dingin, apalagi di waktu musim salju. Nilai
pakai terdiri dari dua macam, yaitu:
o Nilai pakai subjektif
Adalah nilai/arti yang diberikan oleh seseorang pada suatu barang, sehubungan dengan
kemampuan barang untuk memenuhi/memuaskan kebutuhan. Misalnya Buku pelajaran
ekonomi bagi siswa, buku tulis bagi siswa, tas sekolah bagi siswa, nasi bagi orang yang
lapar.
o Nilai pakai objektif
Adalah kemampuan suatu barang untuk dapat memuaskan kebutuhan manusia pada
umumnya. Misalnya sandang, makanan, perumahan sangat bernilai bagi suatu keluarga,
buku pelajaran sangat bernilai bagi siswa SMA.
Nilai tukar ialah kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan barang lain di
pasar. Misalnya: Buku pelajaran ekonomi, tas sekolah, buku tulis, beras, tekstil, tembakau,
cengkeh, obat-obatan memiliki nilai tukar. Tinggi atau rendahnya nilai tukar suatu barang
ditentukan oleh nilai pakai barang tersebut. Contoh beras memiliki nilai pakai yang lebih besar
daripada pasir, sehingga nilai tukar beras lebih tinggi daripada nilai tukar pasir. Bila suatu
barang semakin tinggi nilai pakainya, maka nilai tukarnya juga akan semakin tinggi. Faktor
lain yang juga ikut menentukan tinggi atau rendahnya nilai tukar suatu barang adalah faktor
persediaan. Makin sedikit persediaan makin tinggi nilai tukarnya. Misalnya: beras, gula pasir,
semen, besi baja, dan lain sebagainya. Nilai tukar terdiri dari dua macam, yaitu:
o Nilai tukar subjektif
Adalah nilai/arti yang diberikan seseorang pada suatu barang, sehubungan kemampuan
suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan barang lain. Seorang petani memberikan
penilaian pada padi yang dihasilkannya menurut ukurannnya sendiri
o Nilai tukar objektif
Adalah kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan barang lain. Hampir
semua barang yang ada di dalam masyrakat mempunyai nilai tukar objektif, karena setiap
manusia tidak membuat sendiri barang-barang yang ia butuhkan. Semakin maju
pembagian kerja dalam masyrakat, makin mudah kita memperoleh barang-barang dengan
jalan pertukaran. Maka dengan sendirinya barang-barang tersebut mempunyai nilai tukar
20
objektif. misalnya: mengganti penggunaan bus menjadi taxi. Hal ini terjadi karena bus
memiliki nilai tukar objektif dengan taxi.
Setiap barang memiliki value in use dan value in exchange. Perbedaan mengenaivalue in
use dan value in exchange pertama kali dikemukakan oleh Adam Smith. AdamSmith
mengatakan bahwa harga dan utilitas tidak dapat dihubungkan, karena hargaberhubungan
dengan faktor produksi sedangkan utilitas merupakan perspektif penggunabarang tersebut.
Adam Smith mengatakan bahwa value in exchange suatu barang dapat jauhlebih tinggi dari
value in use -nya. Solomons mempertahankan pendapatnya bahwa nilaikegunaan bagi pemilik
barang merupakan pendekatan yang paling relevan, karena aset yang disimpan (tidak dijual)
oleh pemiliknya pasti memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai jualnya (exit
price). Hal ini berpengaruh besar untuk barang-barang yang jarang diperdagangkan (non-
marketable), karena untuk barang seperti ini bisa saja nilai jual barang tersebut sangat murah
karena tidak ada yang membutuhkan barang tersebut selain pemiliknya, padahal bagi
pemiliknya barang tersebut sangat bermanfaat dan memiliki nilai utilitas tinggi.
Pada intinya, perusahaan dapat menilai suatu aset dari nilai kegunaan dan manfaatyang
diberikan barang tersebut kepada perusahaan ataupun dari nilai jual dan nilai sinergi yang
didapat barang tersebut. Keduanya memiliki kegunaan yang berbeda dalam penggunaannya.
Pendekatan value in use biasanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan berbasis produksi,
dimana perusahaan seperti ini tidak terlalu mementingkan likuiditas dan lebih fokus kepada
arus kas di masa depan yang didapatkan dari proses produksi. Perusahaan seperti ini biasanya
memiliki aset-aset yang spesifik untuk produksinya sehingga harga jualaset tersebut bisa saja
sangat rendah. Yang diharapkan dari penggunaan pendekatan iniadalah mendapatkan efisiensi
dari penggunaan aset yang dimiliki. Pendekatan value inexhange biasanya dari sudut pandang
internal manajer suatu perusahaan yang membutuhkanlikuiditas tinggi (perusahaan yang
memiliki hutang, perusahaan yang memperdagangkan tradeable goods, dsb). Di perusahaan
seperti ini, short-term performance lebih dipentingkan agar dapat beradaptasi dengan kondisi
pasar saat ini.
Pendekatan value-in-use menggunakan investor eksternal atau badan yang berorientasi
pada produksi sebagai pembanding yang relevan. Seperti investor (perusahaan) jarang berfokus
pada nilai likuidasi saat ini tetapi tertarik pada prospekarus kas masa depan, yang lebih akurat
diprediksi oleh laba operasi dari pada arus kas saat ini. Pendekatan ini berfokus pada
mendapatkan hasil yang paling efisien dari asset yang digunakan dan tidak mempertimbangkan
adaptasi sebagai pilihan.
21
Sebaliknya, exit price sebagai pendekatan value-in-exchange mengambil sudut pandang
manajer internal atau kreditur yang harus membuat keputusan yang berkaitan dengan likuiditas
perusahaan dan daya beli saat ini. Kinerja jangka pendekd ari perusahaan adalah lebih penting.
Pendekatan ini sangat penting untuk perusahaan dengan masalah likuiditas atau perusahaan
yang bergerak dibidang barang-barang diperdagangkan dan yang dapat dengan cepat
beradaptsi operasi mereka dengan kondisi pasar.
Staubus menunjukkan bahwa sejumlah factor yang umum untuk setiap view point :
1. Pengamatan harga pasar lebih relevan untuk pengambilan keputusan keuangan
2. Keandalan yang dibutuhkan olehsistem pengukuran, yaitu penilaian tidak bergantung pada
alokasi subjektif
3. Adiktif (pengukuran) dari fenomena ekonomi adalah dibuat dalam satuan yang sama,
disesuaikan dengan pergerakan inflasi harga.
22
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem pengukuran akuntansi ada tiga yakni Historical Cost Accounting, Current Cost
Accounting, dan Exit Price Accounting. Tujuan biaya historis menekankan pada sebuah
hubungan kontrak konservatif antara perusahaan dan mereka yang menyediakan sumber daya
untuk itu dengan membuat manajemen bertanggung jawab atas input dari aset operasional dan
output berikutnya pada nilai bersih dari ekuitas operasi. Dengan demikian, laporan laba rugi
adalah mekanisme komunikasi kunci. Sedangkan Akuntansi biaya sekarang (CCA) adalah
sistem akuntansi dimana aset dinilai berdasarkan harga pasar saat membelidan laba ditentukan
oleh alokasi berdasarkan pada biaya saat ini. Tujuan dari current cost perlunya pertimbangan
manajer dihadapkan dengan keputusan dalam menjalankan bisnis. Satu asumsi kita bisa buat
adalah bahwa manajer dari suatu perusahaan ingin mengetahui bagaimana mereka harus
mengalokasikan sumber daya perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan.
Serta Exit price accounting merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga jual
pasar untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan. Memiliki dua hal
utama dari biaya historis konvensional: nilai aktiva non-moneter disesuaikan untuk mengukur
perubahan harga jual pasar khusus untuk aktiva dan mereka dimasukkan dalam pendapatan
sebagai keuntungan yang belum direalisasi dan perubahan daya beli umum uang
dipertimbangkan ketika mengukur modal keuangan dan hasil usaha.
Current Cost Accounting ini telah, atau direkomendasikan untuk digunakan, pada tahap
tertentu yaitu selama tahun 1970-an dan 1980-an diAmerika Serikat, United Kingdom dan
Australia dan kemudian ditinggalkan. Kebanyakan sistem didasarkan pada modal fisik dan
tidak mengakui holding gains sebagai pendapatan. Pemeriksaan IFRS menunjukkan bahwa
historical cost accounting umum dipakai dan masih berlaku umum dari beberapa jenis nilai
standar akuntansi yang berlaku.
Namun, metode pengukuran tidak secara fundamental didorong oleh prinsip-prinsip
yang nyata dan terakhir IASB standar akuntansi telah mengambil pendekatan sedikit demi
sedikit untuk penilaian. Pengukuran yang berbeda digunakan untuk nilai aktiva dan kewajiban
menurut situasi yang spesifik. Pengatur standar telah dikompromikan dalam masalah ini
dengan mendukung definisi yang tidak jelas dari "nilai wajar" daripada merekomendasikan
satu metode akuntansi mencakup semua pengukuran. Ini tercermin dalam konsep pengukuran
23
yang berbeda yang digunakan dalam standar dan beberapa berpendapat bahwa hal itu
mencerminkan pengukuran dari konsep teoritis pemeliharaan modal.
Menurut Horton dan Macve, IASB bergerak menuju pendekatan nilaikeluar (exit price)
dan pada tahun 2004, mengusulkan sistem yang didasarkan pada akuntansi nilai wajar di mana
semua kenaikan nilai wajar akan dianggap menjadi bagian dari laporan laba rugi. Namun, pada
tahap saat ini, pendekatan IASB dapat dilukiskan sebagai pendekatan penilaian dicampur
dengan fair value accounting kadang-kadang didefinisikan sebagai current market entry cost
prices tetapi juga sebagai nilai historis, harga jual dan discounted cash flow masa depan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, Jayne. Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton and Scott Holmes. 2010.
Accounting Theory 7th Edition. Singapore: Craft Print International Ltd.
Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan (Ed-3). BPFE:
Yogyakarta.
25