1 Overview UU HPP
1 OVERVIEW
UU HARMONISASI PERATURAN
PERPAJAKAN
PENCAPAIAN TARGET INDONESIA 2045 MAJU MEMERLUKAN PENGUATAN REFORMASI STRUKTURAL
Reformasi struktural diperlukan untuk penguatan fondasi ekonomi dengan memanfaatkan faktor demografi
Perlindungan Program
2020 Rp 575,8T Sosial Prioritas
(LKPP)
Rp186,6T Rp117,9T
Realisasi: Rp105,4 T (89%)
Realisasi: Rp171 T (92%)
Rp 744,7T Kesehatan
2021
Realisasi
Rp658,6 T (88,4%)
Sementara
Rp215,0 T
Realisasi: Rp198,5 T (92%)
Dukungan Insentif
UMKM dan Usaha
2022 Rp 455,6T Korporasi
Rp62,8 T
(APBN)
Rp162,4 T
Realisasi: Rp116,2 T (72%) Realisasi: Rp67,7 T (108%)
7
INSENTIF PAJAK SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN PENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI
Pemanfaatan insentif pajak sangat baik, mencapai Rp68,32 T atau 112,6% dari target
Insentif Dunia Usaha (PMK-9) yang telah Insentif PMK-21 (PPN DTP Rumah) yang telah
dimanfaatkan WP mencapai Rp62,72 triliun dimanfaatkan WP mencapai Rp0,79 triliun
8,0
• Pertumbuhan ekonomi Q4 2021 diperkirakan
7,1 berada di atas 5,0% didukung oleh menguatnya
aktivitas konsumsi, investasi masih tingginya
ekspor seiring terkendalinya kondisi pandemi
6,0
5,1 5,0
4,0
3,5 Covid-19.
3,0
• Konsumsi rumah tangga menguat, termasuk
2,0
kategori transportasi dan leisure yang tertahan
akibat varian delta di Q3
0,0
Outlook
-0,7
2021 • Aktivitas investasi meningkat seiring
membaiknya supply chain dan penyelesaian
3,5 –
-2,0
23,6
Laju pertumbuhan
21,7
18,8
17,9
16,1
15,2
ekonomi terlihat melambat
12,2
12,0
7,9
7,6
7,6
7,4
7,1
7,1
6,6
6,5
3,51
4,9
4,9
3,3
1,4
a.l. didorong high base di Q2,
outbreak varian Delta, serta
-0,3
-4,5
dampak disrupsi supply.
PHP UK SGP CHN US INA FRA JPN THA MY TUR ARG
Inflasi dalam tren naik di
Inflasi (% yoy) * Pert Q3-2021 Argentina belum dirilis berbagai negara karena
faktor gap supply demand
Mar-21 Jun-21 Oct-21/Nov-21 serta disrupsi supply yang
52,1
50,2
persisten. Turki dan
6,8
42,6
5,4 Argentina mencatat inflasi
4,5
4,2
4,2
4,1
3,4
3,2
2,9
2,7
yang sangat tinggi.
2,6
2,6
2,5
2,4
2,3
1,8
1,7
21,3
1,5
1,4
1,3
1,3
1,3
1,1
1,1
17,5
0,7
16,2
0,4
0,1
Inflasi tinggi di Turki dan
-0,1
-0,4
-0,5
Argentina diikuti depresiasi
PHP UK SGP CHN US INA FRA JPN THA MY
TUR ARG yang sangat tajam. Nilai
Pergerakan nilai tukar year to date bulanan s.d 30 November 2021 (nilai positif = depresiasi) tukar Indonesia relatif stabil.
45,9%
Sementara di Indonesia,
inflasi masih sangat
terkendali dan akan terus
16,7%
10,0% 10,3% dijaga
4,7% 2,4% 3,5%
1,5%
-1,4% -1,2%
-5,6% -6,3% Sumber: Bloomberg, CEIC diolah
PHP UK SGP CHN US INA EUR JPN THA MY TUR ARG
10
BERBAGAI DINAMIKA GLOBAL AKAN TERUS DIWASPADAI
Tantangan global jangka pendek dan panjang harus diantisipasi untuk menjaga keberlanjutan pembangunan Indonesia
A. PE NDAPATAN NE GARA 1.960,6 0,9 1.647,8 (16,0) 1.743,6 2.003,1 259,4 114,9
▪ Perpajakan
21,6
di atas target seiring pemulihan ekonomi disertai
A. PENDAPATAN NEGARA 1.960,6 0,9 1.647,8 (16,0) 1.743,6 2.003,1 259,4 114,9 21,6 pemberian insentif untuk dunia usaha
a.l. I. Penerimaan Pajak 1.332,7 1,5 1.072,1 (19,6) 1.229,6 1.277,5 47,9 103,9 19,2
a.l. I. Penerimaan Pajak 1.332,7 1,5 1.072,1 (19,6) 1.229,6 1.277,5 47,9 103,9 19,2 ▪ Tren kenaikan harga komoditas mendorong kinerja
II. Kepabeanan & Cukai 213,5 3,9 213,0 (0,2) 215,0 269,0 54,0 125,1 26,3
II. Kepabeanan & Cukai 213,5 3,9 213,0 (0,2) 215,0 269,0 54,0 125,1 26,3 penerimaan kepabeanan dan PNBP SDA
III. PNBP 409,0 (0,1) 343,8 (15,9) 298,2 452,0 153,8 151,6 31,5
III. PNBP 409,0 (0,1) 2.309,3
343,8 (15,9) 298,2 452,0 153,8 151,6 31,5 ▪ PNBP layanan K/L tumbuh positif sejalan dengan peningkatan
B. BE LANJA NE GARA 4,3 2.595,5 12,4 2.750,0 2.786,8 36,7 101,3
aktifitas7,4masyarakat
B. BELANJA NEGARA I. BPP 2.309,3 4,3 1.496,3
2.595,5 12,4
2,8 2.750,0 2.786,8
1.833,0 22,5 36,7 2.001,1
1.954,5 101,3 7,4
46,5 102,4 9,2
❑ Belanja Negara dioptimalkan tetap tumbuh untuk penanganan
I. BPP 1. Belanja K/L 1.496,3 2,8 1.833,0
873,4 22,5
3,2 1.954,5 2.001,1
1.059,6 21,3 46,5 1.189,1
1.032,0 102,4 9,2
157,1 115,2 12,2
covid dan pemulihan ekonomi pusat & daerah
1. Belanja K/L 2. Belanja Non K/L 873,4 3,2 622,9
1.059,6 2,3
21,3 773,3
1.032,0 24,2
1.189,1 922,6 812,0 (110,6)
157,1 115,2 12,2 88,0 5,0
▪ Belanja K/L tumbuh positif dengan fokus untuk penanganan
a.l. Subsidi 201,8 (7,0) 196,2 (2,8) 175,4 243,1 67,7 138,6 23,9
2. Belanja Non K/L 622,9 2,3 773,3 24,2 922,6 812,0 (110,6) 88,0 5,0 covid dan program perlinsos
II. TKDD 813,0 7,3 762,5 (6,2) 795,5 785,7 (9,8) 98,8 3,0
a.l. Subsidi 201,8 (7,0) 196,2 (2,8) 175,4 243,1 67,7 138,6 23,9 ▪ Belanja nonK/L a.l :
C. KE SE IMBANGAN PRIME R (73,1) 536,4 (633,6) 766,4 (633,1) (440,2) 192,9 69,5 (30,5)
II. TKDD 813,0 7,3 762,5 (6,2) 795,5 785,7 (9,8) 98,8 3,0 ✓ Pembayaran bunga utang yang efisien (lebih rendah
D. SURPLUS/(DE FISIT) (348,7) 29,4 (947,7) 171,8 (1.006,4) (783,7) 222,7 77,9Rp29,8T
(17,3) dari APBN) didukung yield & penerbitan utang
C. KESEIMBANGAN PRIMER (73,1) 536,4 (633,6) 766,4 (633,1) (440,2) 192,9 69,5 (30,5)
% thd PDB (2,20) 21,25 (6,14) (5,70) (4,65) yang lebih rendah
D. SURPLUS/(DEFISIT) (348,7) 29,4 (947,7) 171,8 (1.006,4) (783,7) 222,7 77,9 (17,3) ✓ Subsidi
E . PE MBIAYAAN ANGGARAN 402,1 31,5 1.193,3 196,8 1.006,4 868,6 (137,7) 86,3 (27,2) meningkat untuk menjaga daya beli masyarakat
% thd PDB a.l. I. Pembiayaan Utang (2,20) 21,25 (6,14)
437,5 17,6 (5,70) 181,0
1.229,6 (4,65) 1.177,4 867,4 (310,0) ▪73,7 TKDD(29,5)
mendukung daerah dalam penanganan covid dan
E. PEMBIAYAAN ANGGARAN
II. Pembiayaan Investasi 402,1 31,5 1.193,3
(49,4) 196,8
(19,2) 1.006,4 868,6 (184,5)
(104,7) 112,0 (137,7) (142,5)
86,3 (27,2)
42,0 pemulihan
77,2 36,1 ekonomi
III. Pembiayaan Lainnya 437,5
a.l. I. Pembiayaan Utang 17,6 15,2 8.902,5
1.229,6 181,0 70,9 367,3
1.177,4 867,4 15,8
(310,0) 144,4
73,7 (29,5) Pembiayaan
128,7 ❑ 916,7 103,6 utang lebih rendah Rp310 T dengan
SiLPA/(SiKPA)
II. Pembiayaan Investasi (49,4) (19,2) 53,4
(104,7) 112,0 245,6
(184,5) (142,5) 42,0 84,9 36,1
77,2 mengoptimalkan SKB III dan SAL, sedangkan pembiayaan
investasi utamanya untuk mendukung infrastruktur
III. Pembiayaan Lainnya 15,2 8.902,5 70,9 367,3 15,8 144,4 128,7 916,7 103,6
❑ SiLPA 2021 Rp84,9 T dampak defisit yang lebih rendah dan
SiLPA/(SiKPA) 53,4 245,6 84,9
pembiayaan anggaran yang lebih efisien 12
PENERIMAAN PAJAK 2021 Pajak Penghasilan mencapai Rp696,5 T (101,9% thd APBN) 17,3%
MENCAPAI 103,9% DARI PPh non migas ditopang oleh aktivitas ekonomi yang tumbuh positif dan
PPh migas didukung kenaikan harga komoditas minyak bumi
TARGET APBN MENJADI
CERMINAN PULIHNYA Total PPh
772,3 Total PPh
Total PPh
AKTIVITAS EKONOMI
696,5
594,0
3,0 17,3
(23,1)
Netral
16
2
ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP
17
ASAS DAN TUJUAN
Pertumbuhan
Asas Keadilan Meningkatkan pertumbuhan dan mendukung
percepatan pemulihan perekonomian
18
KLASTER PERUBAHAN
UU KUP
Pajak Karbon
Berlaku mulai tanggal
UU PPh diundangkan Berlaku mulai 1 April 2022
UU PPN
UU Cukai
Program Pengungkapan
Berlaku mulai 1 April 2022 Sukarela Berlaku mulai tanggal
diundangkan
1 Januari s.d. 30 Juni 2022
19
3
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA
PERPAJAKAN
20
KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN
1 2 3 4 5
Penegakan Hukum Pidana
Penggunaan NIK sebagai Besaran sanksi pada saat
Pajak Internasional Kuasa Wajib Pajak Pajak dengan
NPWP Pribadi pemeriksaan dan sanksi
mengedepankan Pemulihan
dalam upaya hukum
Kerugian Pendapatan
Negara
21
PENGGUNAAN NIK SEBAGAI NPWP PRIBADI
sebagai NPWP
administrasi perpajakan sehingga mempermudah WP Orang
Pribadi melaksanakan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan.
22
BESARAN SANKSI
KUP
Uraian UU HPP Uraian KUP Lama UU HPP
Lama
Sanksi bunga per bulan sebesar suku bunga
PPh kurang dibayar 50% acuan ditambah uplift factor 20% (maksimal 24 Keberatan 50% 30%
bulan)
Sanksi bunga per bulan sebesar suku bunga
PPh kurang dipotong 100% acuan ditambah uplift factor 20% (maksimal 24 Banding 100% 60%
bulan)
23
PAJAK INTERNASIONAL
“Menyesuaikan international best practice
dan perkembangan digital economy”
Pemberian Bantuan
Pemberian Bantuan
Penagihan Pajak kepada
Penagihan
Negara / Yurisdiksi Mitra
Asistensi Penagihan
Pajak Global
Permintaan Bantuan
Permintaan
Penagihan Pajak kepada
Bantuan Penagihan
Negara / Yurisdiksi Mitra
25
PENEGAKAN HUKUM PIDANA PAJAK
26
4
PAJAK PENGHASILAN
27
www.pajak.go.id
PAJAK PENGHASILAN
“Keberpihakan kepada masyarakat
berpenghasilan menengah ke bawah”
Bagi OP Pengusaha yang Batas peredaran bruto Pemberian natura membiayakan natura yang
menghitung PPh dengan tarif final tidak dikenai pajak bagi kepada pegawai dapat diberikan kepada pegawai
WP OP dibiayakan oleh dan merupakan penghasilan
0,5% (PP 23/2018) dan memiliki pemberi kerja
peredaran bruto Rp 500 juta bagi pegawai
28
Pengenaan Pajak atas Natura
“Lebih mencerminkan keadilan dan
lebih tepat sasaran”
29
Perubahan Lapisan Tarif PPh Orang Pribadi
“Untuk melindungi masyarakat berpenghasilan menengah bawah sekaligus memberikan
kesempatan berkontribusi lebih kepada masyarakat berpenghasilan tinggi”
Penghitungan pajak penghasilan orang pribadi diterapkan atas penghasilan yang jumlahnya melebihi batas Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP). Dalam UU HPP, besaran PTKP tidak berubah yaitu bagi orang pribadi lajang sebesar Rp4,5 juta per
bulan atau Rp54 Juta per tahun. Tambahan sebesar Rp4,5 juta diberikan untuk Wajib Pajak yang kawin dan masih ditambah
Rp4,5 juta untuk setiap tanggungan maksimal 3 orang.
30
ILUSTRASI PENGHITUNGAN PPh OP
Penghasilan /
5 Juta 9 Juta 10 Juta 15 Juta
Bulan
Penghasilan /
60 Juta 108 Juta 120 Juta 180 Juta
Tahun
Penghasilan Kena
Pajak (PKP) 6 Juta 54 Juta 66 Juta 126 Juta
UU Saat Ini UU HPP UU Saat Ini UU HPP UU Saat Ini UU HPP UU Saat Ini UU HPP
15% x 6 Juta = 15% x 16 Juta = 15% x 6 Juta = 15% x 76 Juta = 15% x 66 Juta =
- - -
600 ribu 2,4 Juta 900 ribu 11,4 Juta 9,9 Juta
Total PPh Terutang 300 ribu 300 ribu 3,1 Juta 2,7 Juta 4,9 Juta 3,9 Juta 13,9 Juta 12,9 Juta
31
Tarif PPh Badan
32
Batas Peredaran Bruto
“Penetapan Batasan Tidak dikenai Pajak Penghasilan bagi Orang Pribadi Pengusaha yang
menghitung PPh dengan tarif final 0,5% berdasarkan PP-23/2018 dan
Omzet sebagai bentuk memiliki peredaran bruto sampai Rp500 Juta setahun.
Feb
100 Juta
100 Juta
100 Juta
200 Juta
0
0
0
0
500 ribu
500 ribu
Agu 100 Juta 800 Juta 100 Juta 500 ribu 500 ribu
Dengan berlakunya UU HPP maka Sep 100 Juta 900 Juta 100 Juta 500 ribu 500 ribu
beban pajak yang harus dibayar Tuan A Okt 100 Juta 1 Milyar 100 Juta 500 ribu 500 ribu
menjadi berkurang Rp2,5 Juta. Nov 100 Juta 1,1 Milyar 100 Juta 500 ribu 500 ribu
Des 100 Juta 1,2 Milyar 100 Juta 500 ribu 500 ribu
33
5
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
34
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
Objek PPN
Pengecualian Objek PPN
35
PENGECUALIAN OBJEK DAN FASILITAS PPN
A. Barang kebutuhan pokok, jasa kesehatan, jasa pendidikan, jasa pelayanan sosial, dan beberapa jenis jasa lainnya,
diberikan fasilitas pembebasan PPN, sehingga masyarakat berpenghasilan menengah dan kecil tetap tidak perlu
membayar PPN atas konsumsi kebutuhan pokok, jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan layanan sosial.
B. Pengurangan atas pengecualian dan fasilitas PPN agar lebih mencerminkan keadilan dan tepat sasaran, serta dengan
tetap menjaga kepentingan masyarakat dan dunia usaha.
C. Pengaturan ini dimaksudkan bahwa perluasan basis PPN dilakukan dengan tetap mempertimbangkan asas keadilan,
asas kemanfaatan khususnya dalam memajukan kesejahteraan umum dan asas kepentingan nasional, sehingga
optimalisasi penerimaan negara diselenggarakan dengan tetap mewujudkan sistem perpajakan yang berkeadilan dan
berkepastian hukum.
36
TARIF UMUM PPN
UU PPN
10%
Tarif yang saat ini berlaku
hingga bulan Maret 2022.
Berlaku sampai dengan
Maret 2022
UU HPP
Tarif ini mulai berlaku
sejak tanggal 1 April 2022 Berlaku mulai 1 April 2022
11%
UU HPP
Tarif ini paling lambat
diberlakukan tanggal
1 Januari 2025
12% Paling lambat diberlakukan
1 Januari 2025
37
TARIF KHUSUS
38
6
PROGRAM
PENGUNGKAPAN
SUKARELA
39
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA
40
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA
Perserta TA dapat
mengungkapkan harta yang belum
diungkap dalam TA dengan
Membayar PPH Final sebesar:
KEBIJAKAN I
a. Wajib Pajak yang telah memperoleh surat keterangan tidak dikenai sanksi administratif sebesar 200% [Sanksi
Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak].
b. Data dan informasi yang bersumber dari surat pemberitahuan pengungkapan harta dan lampirannya yang
diadministrasikan oleh Kementerian Keuangan atau pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan Undang-Undang
ini tidak dapat dijadikan sebagai dasar penyelidikan, penyidikan, dan/atau penuntutan pidana terhadap Wajib
Pajak.
KEBIJAKAN II
a. tidak diterbitkan ketetapan pajak atas kewajiban perpajakan untuk Tahun Pajak 2016 -2020, kecuali ditemukan data
dan/atau informasi lain mengenai harta yang belum atau kurang diungkapkan dalam surat pemberitahuan
pengungkapan harta.
b. kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud dalam huruf a meliputi PPh orang pribadi, PPh atas pemotongan
dan/atau pemungutan, dan PPN, kecuali atas pajak yang sudah dipotong /dipungut tetapi tidak disetorkan.
c. Data dan informasi yang bersumber dari surat pemberitahuan pengungkapan harta dan lampirannya yang
diadministrasikan oleh Kementerian Keuangan atau pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan Undang-Undang
ini tidak dapat dijadikan sebagai dasar penyelidikan, penyidikan, dan/atau penuntutan pidana terhadap Wajib
Pajak.
43
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA
Sanksi Kurang Ungkap Harta Pada Kebijakan I
Bagi peserta TA (OP atau Badan) yang sampai dengan Program Pengungkapan Sukarela berakhir (30 Juni 2022) masih
terdapat harta belum dilaporkan dalam Surat Pernyataan Harta (SPH) pada saat mengikuti TA 2016
Bagi orang pribadi peserta Program Pengungkapan Sukarela Kebijakan II yang Masih Terdapat Harta 2016-2020
Yang Tidak Diungkap Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan Pengungkapan Harta (SPPH)
30 Sept 2028 46
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA
INVESTASI HARTA BERSIH HILIRISASI SDA & RENEWABLE ENERGY
*Keterangan :
penentuan sektor dilakukan dengan pembahasan bersama BKF,
DJP, KEMENPERIN, KEMENTERIAN ESDM, BKPM, dan BAPPENAS
47
7
PAJAK KARBON
48
PAJAK KARBON
Belakang
yang menyebabkan kenaikan suhu permukaan bumi sehingga akan
menurunkan risiko perubahan iklim dan bencana di Indonesia.
49
PAJAK KARBON
Tarif pajak karbon ditetapkan lebih tinggi atau sama dengan harga
karbon di pasar karbon dengan minimal tarif Rp30,00 per kilogram
karbon dioksida ekuivalen (CO2e).
50
PETA JALAN PAJAK KARBON
51
8
CUKAI
52
CUKAI
Penambahan / Pengurangan
Penguatan Mekanisme
BKC
Penetapan BKC
Pertimbangan Pemerintah dalam hal ini adalah:
Penambahan / pengurangan jenis Barang • Kondisi aktual dalam menghadapi pandemi
Kena Cukai disampaikan oleh Pemerintah COVID-19,
kepada DPR RI untuk dibahas dan • Langkah penanganan dan pemulihan ekonomi,
disepakati dalam penyusunan RAPBN. • Kebijakan di bidang kesehatan, lingkungan dan
kebijakan lainnya secara berkelanjutan.
53
BESARAN SANKSI
Pemulihan Kerugian
UU Cukai UU HPP
Pendapatan Negara
Sanksi administratif berupa denda sebesar 4 (empat) kali dari nilai cukai yang seharusnya dibayar dinilai cukup untuk
memberikan penjeraan dan merupakan wujud keseimbangan antara restorative justice dan fiscal recovery.
www.pajak.go.id