Anda di halaman 1dari 55

Suahasil Nazara

Wakil Menteri Keuangan Surabaya, 20 Januari 2022


OUTLINE

1 Overview UU HPP

2 Asas, Tujuan, dan Ruang Lingkup

3 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan


4 Pajak Penghasilan
5 Pajak Pertambahan Nilai
6 Program Pengungkapan Sukarela
7 Pajak Karbon
8 Cukai 2
3

1 OVERVIEW
UU HARMONISASI PERATURAN
PERPAJAKAN
PENCAPAIAN TARGET INDONESIA 2045 MAJU MEMERLUKAN PENGUATAN REFORMASI STRUKTURAL
Reformasi struktural diperlukan untuk penguatan fondasi ekonomi dengan memanfaatkan faktor demografi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4


DI MASA BONUS DEMOGRAFI MENJADI MOMENTUM REFORMASI UNTUK PENGUATAN
FONDASI DAN DAYA SAING
dibutuhkan reformasi struktural yang didukung dengan reformasi fiskal

Meningkatkan REFORMASI FISKAL Melanjutkan akselerasi


kualitas pendidikan, Reformasi perpajakan, pembangunan
kesehatan, dan peningkatan kualitas infrastruktur melalui
Sumber Daya perlinsos yang efektif belanja (spending better) & infrastruktur digital dan Pembangunan
Manusia untuk mendorong pembiayaan inovatif efisiensi logistic, serta Infrastruktur
(Human kualitas SDM konektivitas (Physical
Capital) capital)

Reformasi Sektor Reformasi


Riil Omnibus Law Sektor Keuangan
Penyederhanaan Transformasi
Cipta Kerja Deregulasi
Birokrasi Ekonomi

▪ Mendorong Penciptaan • Peningkatan ekosistem • Pengadaan tanah


Lapangan Kerja investasi • Kawasan ekonomi Pasar keuangan yang mendalam – Depth •
▪ Memudahkan Pembukaan • Perizinan berusaha • Investasi pemerintah pusat & Sektor keuangan yang dapat diakses secara luas – Access •
Usaha Baru • Ketenagakerjaan percepatan PSN Sistem keuangan yang efisien, kuat dan stabil – Efficiency •
▪ Mendukung Pemberantasan • Dukungan UMKM • Administrasi Pemerintahan
Korupsi • Kemudahan berusaha • Pengenaan Sanksi
• Riset & inovasi 5
5
NAMUN DITENGAH UPAYA MEWUJUDKAN INDONESIA MAJU, PANDEMI COVID-19 MENGGUNCANG
PEREKONOMIAN DAN MENIMBULKAN TEKANAN FISKAL YANG SIGNIFIKAN

Terjadi opportunity loss, karena pertumbuhan ekonomi Ketahanan Fiskal mengalami


terkontraksi -2,07% jauh dibawah ekspektasi 5,3% (2020) tekanan yang cukup dalam

Penerimaan perpajakan melemah: hanya


1 mencapai 8,33% PDB dibawah kondisi normal
TERJADI OPPORTUNITY LOSS
10,2% PDB (rata-rata 2015-2019)
KARENA PERTUMBUHAN
EKONOMI TUMBUH JAUH
DIBAWAH EKSPEKTASI Defisit meningkat signifikan: mencapai 6,14%
Pertumbuan ekonomi -2,07% 2 PDB dibawah kondisi normal 2,3% PDB (rata-rata
2015-2019)
VS
APBN 5,3% (2020)
Rasio utang meningkat tajam: mencapai 39,4%
3 PDB dibawah kondisi normal 29,04% PDB (rata-
rata 2015-2019)

APBN TELAH BEKERJA KERAS MENAHAN AGAR


TERHINDAR DARI PEMBURUKAN YANG TERLALU DALAM 6
PROGRAM PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL
Intervensi krusial kepada kesehatan, kesejahteraan, dan stabilitas perekonomian

Perlindungan Program
2020 Rp 575,8T Sosial Prioritas
(LKPP)
Rp186,6T Rp117,9T
Realisasi: Rp105,4 T (89%)
Realisasi: Rp171 T (92%)

Rp 744,7T Kesehatan
2021
Realisasi
Rp658,6 T (88,4%)
Sementara
Rp215,0 T
Realisasi: Rp198,5 T (92%)

Dukungan Insentif
UMKM dan Usaha
2022 Rp 455,6T Korporasi
Rp62,8 T
(APBN)
Rp162,4 T
Realisasi: Rp116,2 T (72%) Realisasi: Rp67,7 T (108%)

7
INSENTIF PAJAK SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN PENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI
Pemanfaatan insentif pajak sangat baik, mencapai Rp68,32 T atau 112,6% dari target

Insentif Dunia Usaha (PMK-9) yang telah Insentif PMK-21 (PPN DTP Rumah) yang telah
dimanfaatkan WP mencapai Rp62,72 triliun dimanfaatkan WP mencapai Rp0,79 triliun

Insentif untuk Meningkatkan daya beli 941 Pengembang


meningkatkan daya 106.118 Pemberi Kerja masyarakat dan mendukung
beli masyarakat Rp5,23 T sektor dengan output PPN Rp0,79 T
multiplier yang tinggi

Insentif untuk RESTITUSI


Insentif PMK-31 (PPnBM DTP Kendaraan Bermotor)
membantu
likuiditas dan
PPN yang telah dimanfaatkan WP mencapai Rp4,63 triliun
kelangsungan 9.747 WP 58.307 WP Meningkatkan utilitas
2.857 WP 6 Pabrikan Kendaraan
usaha kapasitas produksi otomotif PPn
Rp17,87 T Rp26,89 T Rp6,13 T Bermotor
dan sebagai instrumen BM
pengungkit konsumsi Rp4,63 T
Insentif penurunan Seluruh WP Badan
tarif PPh Badan yang 4 Insentif PMK-102 (PPN DTP Sewa Outlet Ritel) yang
berlaku umum Rp5,79 T telah dimanfaatkan WP mencapai Rp0,18 triliun

Insentif untuk PPh FINAL


Mengurangi beban sektor 893 Pedagang
membantu UMKM PP-23 138.635 UMKM
ritel yang sangat terdampak PPn Ritel
UMKM Rp0,80 T oleh PPKM
BM
Rp0,18 T
Catatan: Tidak termasuk Insentif BM DTP
8
DJP secara berkala melakukan validasi data atas permohonan dan laporan WP sehingga data pemohon dan realisasi dapat berubah (naik ataupun turun) dari waktu ke waktu
MOMENTUM PEMULIHAN EKONOMI DOMESTIK TERUS MENGUAT

8,0
• Pertumbuhan ekonomi Q4 2021 diperkirakan
7,1 berada di atas 5,0% didukung oleh menguatnya
aktivitas konsumsi, investasi masih tingginya
ekspor seiring terkendalinya kondisi pandemi
6,0
5,1 5,0
4,0
3,5 Covid-19.
3,0
• Konsumsi rumah tangga menguat, termasuk
2,0
kategori transportasi dan leisure yang tertahan
akibat varian delta di Q3
0,0
Outlook
-0,7
2021 • Aktivitas investasi meningkat seiring
membaiknya supply chain dan penyelesaian
3,5 –
-2,0

-2,2 proyek strategis nasional (PSN)


-4,0
-3,5 4,0% • Ekspor dan Impor diperkirakan masih tumbuh
tinggi hingga Q4 2021, terutama kinerja ekspor
-6,0
-5,3 non-migas
-8,0 • Selain risiko varian Omicron, risiko global juga
meningkat, terutama terkait percepatan tapering-
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2019 2020 2021
S umber: B P S , estima si K ementeria n K eua nga n off AS, meningkatnya tekanan inflasi global, serta
perlambatan ekonomi di China 9
BERBAGAI NEGARA MENGALAMI TREN PERTUMBUHAN EKONOMI YANG
MELAMBAT DI Q3, SEMENTARA INFLASI CENDERUNG MENINGKAT
Pertumbuhan Ekonomi Negara G-20 & ASEAN (% yoy)
Q2-20 Q3-20 Q4-20 Q1-21 Q2-21 Q3-21

23,6
Laju pertumbuhan

21,7
18,8

17,9
16,1
15,2
ekonomi terlihat melambat

12,2
12,0

di berbagai negara pada Q3,

7,9

7,6

7,6

7,4
7,1

7,1
6,6

6,5

3,51
4,9

4,9

3,3

1,4
a.l. didorong high base di Q2,
outbreak varian Delta, serta

-0,3

-4,5
dampak disrupsi supply.
PHP UK SGP CHN US INA FRA JPN THA MY TUR ARG
Inflasi dalam tren naik di
Inflasi (% yoy) * Pert Q3-2021 Argentina belum dirilis berbagai negara karena
faktor gap supply demand
Mar-21 Jun-21 Oct-21/Nov-21 serta disrupsi supply yang

52,1
50,2
persisten. Turki dan

6,8

42,6
5,4 Argentina mencatat inflasi
4,5

4,2

4,2
4,1

3,4
3,2

2,9
2,7
yang sangat tinggi.
2,6

2,6
2,5

2,4

2,3

1,8

1,7

21,3
1,5
1,4
1,3
1,3

1,3
1,1
1,1

17,5
0,7

16,2
0,4

0,1
Inflasi tinggi di Turki dan

-0,1
-0,4
-0,5
Argentina diikuti depresiasi
PHP UK SGP CHN US INA FRA JPN THA MY
TUR ARG yang sangat tajam. Nilai
Pergerakan nilai tukar year to date bulanan s.d 30 November 2021 (nilai positif = depresiasi) tukar Indonesia relatif stabil.
45,9%
Sementara di Indonesia,
inflasi masih sangat
terkendali dan akan terus
16,7%
10,0% 10,3% dijaga
4,7% 2,4% 3,5%
1,5%

-1,4% -1,2%
-5,6% -6,3% Sumber: Bloomberg, CEIC diolah
PHP UK SGP CHN US INA EUR JPN THA MY TUR ARG
10
BERBAGAI DINAMIKA GLOBAL AKAN TERUS DIWASPADAI
Tantangan global jangka pendek dan panjang harus diantisipasi untuk menjaga keberlanjutan pembangunan Indonesia

RISIKO PEREKONOMIAN DUNIA TERKINI POTENSI TRANSMISI DAMPAK


Peningkatan volatilitas pasar keuangan
TAPERING OFF DI RISIKO-RISIKO
US TAPERING OFF
EU & UK LAINNYA • Risiko capital outflow ke safe haven asset
• Penguatan Dollar AS
• Depresiasi mata uang EM termasuk Rupiah
Tekanan inflasi tinggi, Keberlanjutan •
Tekanan inflasi tinggi Kenaikan imbal hasil termasuk SBN
Tapering oleh ECB dan BOE Pandemi Covid-19 • Penurunan harga saham

Percepatan tapering & Perlambatan pertumbuhan global


potensi kenaikan suku Labor shortages Scarring effect
bunga • Terganggunya supply chain di dalam negeri,
berdampak pada sektor manufaktur
• Perlambatan pertumbuhan global, khususnya AS &
CHINA SWITCHING SUPPLY DISRUPTION Tensi Geopolitik Tiongkok,
• Penurunan permintaan terhadap barang ekspor
POLICY & POTENSI STAGFLASI mitra dagang kedua negara
Kenaikan Harga Komoditas Debt
Menuju pertumbuhan Energi (akibat krisis energi Tiongkok Sustainability in Potensi inflasi impor
berkualitas dan winter)
EMs
Kelangkaan Input, Kenaikan • Kenaikan harga komoditas energi dan pangan
Upah & Biaya Shipping berpotensi mendorong inflasi dan subsidi
Menuju ke Green Economy Naiknya ongkos produksi & Climate Change • Naiknya biaya input (terutama yang masih harus
Risiko Stagflasi diimpor)
• Kenaikan producer price → kenaikan biaya impor 11
PELAKSANAAN APBN 2021 MENCATATKAN KINERJA POSITIF
Pendapatan Negara melebihi target, Belanja Negara optimal, Pembiayaan Anggaran yang lebih efisien di tahun 2021 menjadi
modal positif untuk transisi menuju konsolidasi fiskal tahun 2023
Realisasi Defisit APBN 2021 sekitar 4,65% PDB lebih rendah
2019 2020
2019 2021
2020 2021 Rp222,7 T dari target APBN 2021 (5,70% PDB):
Uraian Uraian Growth Growth
Growth Growth
Realisasi Selisih Realisasi
% thd Selisih ❑%Pendapatan
Growth thd Growth Negara 114,9% target APBN (melebihi pra
(triliun rupiah)LKPP LKPP
LKPP LKPP
APBN Sementara APBN Sementara thd APBN APBN
(triliun rupiah) (%) (%)(%) (%) thd APBN APBN (%) pandemi) (%)

A. PE NDAPATAN NE GARA 1.960,6 0,9 1.647,8 (16,0) 1.743,6 2.003,1 259,4 114,9
▪ Perpajakan
21,6
di atas target seiring pemulihan ekonomi disertai
A. PENDAPATAN NEGARA 1.960,6 0,9 1.647,8 (16,0) 1.743,6 2.003,1 259,4 114,9 21,6 pemberian insentif untuk dunia usaha
a.l. I. Penerimaan Pajak 1.332,7 1,5 1.072,1 (19,6) 1.229,6 1.277,5 47,9 103,9 19,2
a.l. I. Penerimaan Pajak 1.332,7 1,5 1.072,1 (19,6) 1.229,6 1.277,5 47,9 103,9 19,2 ▪ Tren kenaikan harga komoditas mendorong kinerja
II. Kepabeanan & Cukai 213,5 3,9 213,0 (0,2) 215,0 269,0 54,0 125,1 26,3
II. Kepabeanan & Cukai 213,5 3,9 213,0 (0,2) 215,0 269,0 54,0 125,1 26,3 penerimaan kepabeanan dan PNBP SDA
III. PNBP 409,0 (0,1) 343,8 (15,9) 298,2 452,0 153,8 151,6 31,5
III. PNBP 409,0 (0,1) 2.309,3
343,8 (15,9) 298,2 452,0 153,8 151,6 31,5 ▪ PNBP layanan K/L tumbuh positif sejalan dengan peningkatan
B. BE LANJA NE GARA 4,3 2.595,5 12,4 2.750,0 2.786,8 36,7 101,3
aktifitas7,4masyarakat
B. BELANJA NEGARA I. BPP 2.309,3 4,3 1.496,3
2.595,5 12,4
2,8 2.750,0 2.786,8
1.833,0 22,5 36,7 2.001,1
1.954,5 101,3 7,4
46,5 102,4 9,2
❑ Belanja Negara dioptimalkan tetap tumbuh untuk penanganan
I. BPP 1. Belanja K/L 1.496,3 2,8 1.833,0
873,4 22,5
3,2 1.954,5 2.001,1
1.059,6 21,3 46,5 1.189,1
1.032,0 102,4 9,2
157,1 115,2 12,2
covid dan pemulihan ekonomi pusat & daerah
1. Belanja K/L 2. Belanja Non K/L 873,4 3,2 622,9
1.059,6 2,3
21,3 773,3
1.032,0 24,2
1.189,1 922,6 812,0 (110,6)
157,1 115,2 12,2 88,0 5,0
▪ Belanja K/L tumbuh positif dengan fokus untuk penanganan
a.l. Subsidi 201,8 (7,0) 196,2 (2,8) 175,4 243,1 67,7 138,6 23,9
2. Belanja Non K/L 622,9 2,3 773,3 24,2 922,6 812,0 (110,6) 88,0 5,0 covid dan program perlinsos
II. TKDD 813,0 7,3 762,5 (6,2) 795,5 785,7 (9,8) 98,8 3,0
a.l. Subsidi 201,8 (7,0) 196,2 (2,8) 175,4 243,1 67,7 138,6 23,9 ▪ Belanja nonK/L a.l :
C. KE SE IMBANGAN PRIME R (73,1) 536,4 (633,6) 766,4 (633,1) (440,2) 192,9 69,5 (30,5)
II. TKDD 813,0 7,3 762,5 (6,2) 795,5 785,7 (9,8) 98,8 3,0 ✓ Pembayaran bunga utang yang efisien (lebih rendah
D. SURPLUS/(DE FISIT) (348,7) 29,4 (947,7) 171,8 (1.006,4) (783,7) 222,7 77,9Rp29,8T
(17,3) dari APBN) didukung yield & penerbitan utang
C. KESEIMBANGAN PRIMER (73,1) 536,4 (633,6) 766,4 (633,1) (440,2) 192,9 69,5 (30,5)
% thd PDB (2,20) 21,25 (6,14) (5,70) (4,65) yang lebih rendah
D. SURPLUS/(DEFISIT) (348,7) 29,4 (947,7) 171,8 (1.006,4) (783,7) 222,7 77,9 (17,3) ✓ Subsidi
E . PE MBIAYAAN ANGGARAN 402,1 31,5 1.193,3 196,8 1.006,4 868,6 (137,7) 86,3 (27,2) meningkat untuk menjaga daya beli masyarakat
% thd PDB a.l. I. Pembiayaan Utang (2,20) 21,25 (6,14)
437,5 17,6 (5,70) 181,0
1.229,6 (4,65) 1.177,4 867,4 (310,0) ▪73,7 TKDD(29,5)
mendukung daerah dalam penanganan covid dan
E. PEMBIAYAAN ANGGARAN
II. Pembiayaan Investasi 402,1 31,5 1.193,3
(49,4) 196,8
(19,2) 1.006,4 868,6 (184,5)
(104,7) 112,0 (137,7) (142,5)
86,3 (27,2)
42,0 pemulihan
77,2 36,1 ekonomi
III. Pembiayaan Lainnya 437,5
a.l. I. Pembiayaan Utang 17,6 15,2 8.902,5
1.229,6 181,0 70,9 367,3
1.177,4 867,4 15,8
(310,0) 144,4
73,7 (29,5) Pembiayaan
128,7 ❑ 916,7 103,6 utang lebih rendah Rp310 T dengan
SiLPA/(SiKPA)
II. Pembiayaan Investasi (49,4) (19,2) 53,4
(104,7) 112,0 245,6
(184,5) (142,5) 42,0 84,9 36,1
77,2 mengoptimalkan SKB III dan SAL, sedangkan pembiayaan
investasi utamanya untuk mendukung infrastruktur
III. Pembiayaan Lainnya 15,2 8.902,5 70,9 367,3 15,8 144,4 128,7 916,7 103,6
❑ SiLPA 2021 Rp84,9 T dampak defisit yang lebih rendah dan
SiLPA/(SiKPA) 53,4 245,6 84,9
pembiayaan anggaran yang lebih efisien 12
PENERIMAAN PAJAK 2021 Pajak Penghasilan mencapai Rp696,5 T (101,9% thd APBN) 17,3%
MENCAPAI 103,9% DARI PPh non migas ditopang oleh aktivitas ekonomi yang tumbuh positif dan
PPh migas didukung kenaikan harga komoditas minyak bumi
TARGET APBN MENJADI
CERMINAN PULIHNYA Total PPh
772,3 Total PPh
Total PPh

AKTIVITAS EKONOMI
696,5
594,0

3,0 17,3
(23,1)

2019 2020 2021


Migas non Migas Growth PPh (%)
1.332,7
1.277,5
1.072,1
19,2 PPN mencapai Rp551,0 T (106,3% thd APBN) 22,3%
1,5
(19,6)
Didorong PPN Dalam Negeri (aktivitas ekonomi yang kembali normal)
dan PPN Impor (kegiatan impor meningkat signifikan)
531,6 551,0
2019 2020 2021 450,3
Pajak (Rp triliun) Growth (%) 22,3
(1,1) (15,3)
Penerimaan Pajak 2021 mencapai Rp1.277,5 T
(103,9% thd APBN) 2019 2020 2021
PPN (Rp triliun) Growth (%)
Didorong oleh :
• membaiknya penerimaan dari mayoritas sektor PBB dan Pajak Lainnya mencapai Rp30,1 T (110,2% thd APBN) 8,3%
utama penyumbang penerimaan pajak sebagai didorong oleh dampak penyesuaian tarif Bea Meterai
dampak penguatan pemulihan ekonomi, yang 30,1
28,8
diikuti pemanfaatan stimulus pajak oleh dunia 27,7
8,3
usaha. 10,5
(3,7)
-

• Penerimaan PPN sudah melampaui level pra 2019 2020 2021


pandemi. PBB dan lainnya (Rp triliun) Growth (%) 13
APBN JANGKA MENENGAH PERLU KEMBALI DISEHATKAN
Mengembalikan defisit APBN di bawah 3 persen pada tahun 2023

UU APBN TA 2022 belum mengakomodasi UU HPP


yang berpotensi meningkatkan penerimaan negara 14
MENDORONG SISTEM PERPAJAKAN ADIL, SEHAT, EFEKTIF, DAN AKUNTABEL

Pajak tidak menciptakan distorsi yang berlebihan


dalam perekonomian

Netral

Mampu beradaptasi dengan Efisiensi Biaya untuk patuh pajak


Fleksibilitas
perubahan struktur, teknologi (compliance cost) dan memungut
dan aktivitas dunia usaha pajak seminimal mungkin
Sistem
Perpajakan

Sistem perpajakan harus efekstif Efektif dan Penerimaan perpajakan harus


sebagai instrumen kebijakan dan Adil Stabilitas memadai, terjaga, dan terus
mampu menciptakan keadilan berkelanjutan
Kepastian dan
Kesederhanaan

Administrasi perpajakan yang mudah, simple


15
dan menjamin kepastian hukum
SISTEMATIKA UU HARMONISASI PERPAJAKAN

BAB I BAB 2 BAB III BAB IV


ASAS, TUJUAN DAN KETENTUAN UMUM DAN PAJAK PAJAK
RUANG LINGKUP TATA CARA PERPAJAKAN PENGHASILAN PERTAMBAHAN NILAI
(Pasal 1) (Pasal 2) (Pasal 3) (Pasal 4)

BAB V BAB VI BAB VIII BAB VIII BAB IX


PROGRAM PAJAK CUKAI PERATURAN PENUTUP
PENGUNGKAPAN KARBON (Pasal 14) PERALIHAN (Pasal 16-19)
SUKARELA (Pasal 13) (Pasal 15)
(Pasal 5 -12)

16
2
ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

17
ASAS DAN TUJUAN

Pertumbuhan
Asas Keadilan Meningkatkan pertumbuhan dan mendukung
percepatan pemulihan perekonomian

Asas Kesederhanaan Penerimaan Negara


Mengoptimalkan penerimaan negara

Asas Efisiensi Berkeadilan


Mewujudkan sistem perpajakan yang berkeadilan dan
berkepastian hukum
Asas Kepastian Hukum
Perluasan Basis Pajak
Melaksanakan reformasi administrasi, kebijakan perpajakan
Asas Kemanfaatan yang konsolidatif, dan perluasan basis pajak

Asas Kepentingan Nasional Kepatuhan Sukarela


Meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak

18
KLASTER PERUBAHAN

UU KUP
Pajak Karbon
Berlaku mulai tanggal
UU PPh diundangkan Berlaku mulai 1 April 2022

Berlaku tahun pajak 2022

UU PPN
UU Cukai
Program Pengungkapan
Berlaku mulai 1 April 2022 Sukarela Berlaku mulai tanggal
diundangkan
1 Januari s.d. 30 Juni 2022

19
3
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA
PERPAJAKAN

20
KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN

1 2 3 4 5
Penegakan Hukum Pidana
Penggunaan NIK sebagai Besaran sanksi pada saat
Pajak Internasional Kuasa Wajib Pajak Pajak dengan
NPWP Pribadi pemeriksaan dan sanksi
mengedepankan Pemulihan
dalam upaya hukum
Kerugian Pendapatan
Negara

21
PENGGUNAAN NIK SEBAGAI NPWP PRIBADI

“Untuk kemudahan dan kesederhanaan


pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan”

“Penggunaan NIK Demi kesederhanaan administrasi dan kepentingan nasional,


dilakukan integrasi basis data kependudukan dengan sistem

sebagai NPWP
administrasi perpajakan sehingga mempermudah WP Orang
Pribadi melaksanakan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan.

tidak serta merta


menyebabkan Penggunaan NIK sebagai NPWP tidak serta merta menyebabkan orang
orang pribadi pribadi membayar pajak. Pembayaran pajak dilakukan apabila penghasilan
dalam setahun di atas batasan PTKP atau apabila orang pribadi merupakan
membayar pajak” pengusaha yang menggunakan PP 23 (pembayaran pajak dilakukan jika
peredaran bruto di atas Rp500 Juta setahun.

22
BESARAN SANKSI

“Penurunan sanksi untuk Keadilan & Kepastian


Hukum, selaras dengan UU Ciptaker”
A. Sanksi pemeriksaan dan WP tidak menyampaikan SPT / membuat B. Sanksi setelah upaya hukum namun keputusan keberatan/
pembukuan pengadilan menguatkan ketetapan DJP

KUP
Uraian UU HPP Uraian KUP Lama UU HPP
Lama
Sanksi bunga per bulan sebesar suku bunga
PPh kurang dibayar 50% acuan ditambah uplift factor 20% (maksimal 24 Keberatan 50% 30%
bulan)
Sanksi bunga per bulan sebesar suku bunga
PPh kurang dipotong 100% acuan ditambah uplift factor 20% (maksimal 24 Banding 100% 60%
bulan)

PPh dipotong tetapi tidak Peninjauan Kembali - 60%


100% 75%
disetor

PPN & PPnBM kurang


100% 75%
dibayar

23
PAJAK INTERNASIONAL
“Menyesuaikan international best practice
dan perkembangan digital economy”

Pemberian Bantuan
Pemberian Bantuan
Penagihan Pajak kepada
Penagihan
Negara / Yurisdiksi Mitra
Asistensi Penagihan
Pajak Global
Permintaan Bantuan
Permintaan
Penagihan Pajak kepada
Bantuan Penagihan
Negara / Yurisdiksi Mitra

Jika pelaksanaan prosedur persetujuan bersama belum


Mutual Agreement menghasilkan persetujuan bersama sampai dengan Putusan
Banding atau Putusan Peninjauan Kembali diucapkan, Direktur
Procedure (MAP) Jenderal Pajak tetap melanjutkan perundingan, dalam hal materi
sengketa yang diputus dalam Putusan Banding atau Putusan
Peninjauan Kembali bukan merupakan materi yang diajukan
prosedur persetujuan bersama.
Pemerintah berwenang untuk membentuk dan/atau melaksanakan
Konsensus perjanjian dan/atau kesepakatan di bidang perpajakan dengan
pemerintah negara mitra atau yurisdiksi mitra secara bilateral
Pemajakan Global maupun multilateral dalam rangka:
A. penghindaran pajak berganda dan pencegahan pengelakan
pajak;
B. pencegahan penggerusan basis pemajakan dan pergeseran laba;
C. pertukaran informasi perpajakan;
D. bantuan penagihan pajak; dan
E. kerjasama perpajakan lainnya
24
KUASA WAJIB PAJAK
“Lebih mencerminkan keadilan,
kemudahan, dan kepastian hukum”

Kuasa Wajib Pajak dapat dilakukan oleh


siapapun, sepanjang memenuhi persyaratan
kompetensi menguasai bidang perpajakan.
Pengecualian syarat diberikan jika kuasa
yang ditunjuk merupakan suami, istri, atau
keluarga sedarah / semenda 2 (dua) derajat.

25
PENEGAKAN HUKUM PIDANA PAJAK

“Mengedepankan pemulihan kerugian pada


pendapatan negara (Ultimum Remedium)

hingga tahap persidangan, Wajib Pajak diberikan kesempatan untuk


mengembalikan kerugian pada pendapatan negara dengan membayar
pokok pajak dan sanksi, sebagai pertimbangan untuk dituntut tanpa
penjatuhan pidana penjara (ultimum remedium).

Perbuatan UU KUP UU HPP

Membayar pokok pajak +


Pidana pajak
sanksi 1x pajak kurang
Penegakan Hukum kealpaan
dibayar
Pidana Pajak dengan
mengedepankan Perubahan sanksi Pidana pajak
Membayar pokok pajak + Membayar pokok pajak +
sanksi 3x pajak kurang sanksi 3x pajak kurang
Pemulihan Kerugian yang harus dibayar: kesengajaan
dibayar
dibayar
Pendapatan Negara
Pidana pajak
Membayar pokok pajak +
pembuatan faktur
sanksi 4x pajak kurang
pajak / bukti potong
dibayar
PPh fiktif

26
4
PAJAK PENGHASILAN

27
www.pajak.go.id
PAJAK PENGHASILAN
“Keberpihakan kepada masyarakat
berpenghasilan menengah ke bawah”

Tarif PPh OP Tarif PPh Badan


Perubahan tarif dan bracket Tarif PPh Badan ditetapkan
Tarif dan Penyederhanaan Tarif
Pajak Penghasilan Orang bracket PPh Pajak Penghasilan menjadi 22%, yang berlaku
Pribadi, agar lebih Orang Pribadi Badan untuk tahun pajak 2022 dan
mencerminkan keadilan seterusnya

Batas Pajak atas Natura


Peredaran Bruto Pemberi kerja dapat

Bagi OP Pengusaha yang Batas peredaran bruto Pemberian natura membiayakan natura yang

menghitung PPh dengan tarif final tidak dikenai pajak bagi kepada pegawai dapat diberikan kepada pegawai
WP OP dibiayakan oleh dan merupakan penghasilan
0,5% (PP 23/2018) dan memiliki pemberi kerja
peredaran bruto Rp 500 juta bagi pegawai

setahun tidak dikenai PPh

28
Pengenaan Pajak atas Natura
“Lebih mencerminkan keadilan dan
lebih tepat sasaran”

Pemberian natura kepada pegawai dapat


dibiayakan oleh Pemberi Kerja dan
merupakan penghasilan bagi pegawai.
“Perlengkapan kerja
seperti laptop dan
Natura tertentu bukan merupakan penghasilan bagi
penerima, yaitu: ponsel tidak menjadi
A. Penyediaan makan/minum bagi seluruh pegawai, objek pajak penghasilan
B. Natura di daerah tertentu, bagi karyawan dan
C. Natura karena keharusan pekerjaan, contoh : alat merupakan biaya bagi
keselamatan kerja atau seragam, perusahaan”
D. Natura yang berasal dari APBN/APBD,
E. Natura dengan jenis dan Batasan Tertentu.

29
Perubahan Lapisan Tarif PPh Orang Pribadi
“Untuk melindungi masyarakat berpenghasilan menengah bawah sekaligus memberikan
kesempatan berkontribusi lebih kepada masyarakat berpenghasilan tinggi”

PTKP TIDAK BERUBAH

Penghitungan pajak penghasilan orang pribadi diterapkan atas penghasilan yang jumlahnya melebihi batas Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP). Dalam UU HPP, besaran PTKP tidak berubah yaitu bagi orang pribadi lajang sebesar Rp4,5 juta per
bulan atau Rp54 Juta per tahun. Tambahan sebesar Rp4,5 juta diberikan untuk Wajib Pajak yang kawin dan masih ditambah
Rp4,5 juta untuk setiap tanggungan maksimal 3 orang.

30
ILUSTRASI PENGHITUNGAN PPh OP
Penghasilan /
5 Juta 9 Juta 10 Juta 15 Juta
Bulan
Penghasilan /
60 Juta 108 Juta 120 Juta 180 Juta
Tahun

PTKP (TK/0) 54 Juta 54 Juta 54 Juta 54 Juta

Penghasilan Kena
Pajak (PKP) 6 Juta 54 Juta 66 Juta 126 Juta

UU Saat Ini UU HPP UU Saat Ini UU HPP UU Saat Ini UU HPP UU Saat Ini UU HPP

5% x 6 Juta = 5% x 6 Juta = 5% x 50 Juta = 5% x 54 Juta = 5% x 50 Juta = 5% x 60 Juta = 3 5% x 50 Juta = 5% x 60 Juta = 3


Penghitungan PPh 300 ribu 300 ribu 2,5 Juta 2,7 Juta 2,5 Juta Juta 2,5 Juta Juta
Terutang

15% x 6 Juta = 15% x 16 Juta = 15% x 6 Juta = 15% x 76 Juta = 15% x 66 Juta =
- - -
600 ribu 2,4 Juta 900 ribu 11,4 Juta 9,9 Juta

Total PPh Terutang 300 ribu 300 ribu 3,1 Juta 2,7 Juta 4,9 Juta 3,9 Juta 13,9 Juta 12,9 Juta

• Asumsi penghitungan PPh untuk status WP OP lajang (TK/0),


• Perubahan tarif ini tidak menambah beban Pajak Penghasilan bagi Orang Pribadi yang berpenghasilan s.d. Rp5 Miliar setahun.

31
Tarif PPh Badan

“Tarif 22% relatif setara dengan negara lain”

UU PPh (Perppu 1/2020 jo. UU 2/2020) UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan

Tahun Pajak Tarif Tahun Pajak Tarif

Tahun 2020 dan 2021 22% - -

Tahun 2022 20% Tahun 2022 dst. 22%

32
Batas Peredaran Bruto

“Penetapan Batasan Tidak dikenai Pajak Penghasilan bagi Orang Pribadi Pengusaha yang
menghitung PPh dengan tarif final 0,5% berdasarkan PP-23/2018 dan
Omzet sebagai bentuk memiliki peredaran bruto sampai Rp500 Juta setahun.

keberpihakan Pemerintah Peredaran Usaha


Peredaran Usaha Peredaran Bruto Peredaran Usaha
PPh Final
Terutang
PPh Final
Terutang
Bulan Kumulatif (juta Tidak Kena Kena Pajak
kepada masyarakat dan (juta Rp)
Rp) Pajak (juta Rp) (juta Rp)
Setelah UU HPP
(Rp)
Sebelum UU
HPP (Rp)

usaha kecil” Jan

Feb
100 Juta

100 Juta
100 Juta

200 Juta
0

0
0

0
500 ribu

500 ribu

Mar 100 Juta 300 Juta 0 0 500 ribu


Ilustrasi penghitungan pajak Tuan A
Apr 100 Juta 400 Juta 0 0 500 ribu
pengusaha tempat kopi kekinian Mei 100 Juta 500 Juta 0 0 500 ribu
pada Tahun Pajak 2022. Jun 100 Juta 600 Juta 100 Juta 500 ribu 500 ribu
500 Juta
Jul 100 Juta 700 Juta 100 Juta 500 ribu 500 ribu

Agu 100 Juta 800 Juta 100 Juta 500 ribu 500 ribu
Dengan berlakunya UU HPP maka Sep 100 Juta 900 Juta 100 Juta 500 ribu 500 ribu
beban pajak yang harus dibayar Tuan A Okt 100 Juta 1 Milyar 100 Juta 500 ribu 500 ribu

menjadi berkurang Rp2,5 Juta. Nov 100 Juta 1,1 Milyar 100 Juta 500 ribu 500 ribu

Des 100 Juta 1,2 Milyar 100 Juta 500 ribu 500 ribu

Jumlah 1,2 Milyar 700 Juta 3,5 Juta 6 Juta

33
5
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

34
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Objek PPN
Pengecualian Objek PPN

Fasilitas PPN Tarif PPN


Pengurangan atas Tarif Umum dan Tarif
pengecualian dan fasilitas Khusus PPN
PPN

35
PENGECUALIAN OBJEK DAN FASILITAS PPN

“Lebih mencerminkan keadilan dan kebijakan yang tepat sasaran”

“Barang kebutuhan pokok, jasa kesehatan,


jasa pendidikan, jasa pelayanan sosial, dan
beberapa jenis jasa lainnya, diberikan
fasilitas pembebasan PPN”

A. Barang kebutuhan pokok, jasa kesehatan, jasa pendidikan, jasa pelayanan sosial, dan beberapa jenis jasa lainnya,
diberikan fasilitas pembebasan PPN, sehingga masyarakat berpenghasilan menengah dan kecil tetap tidak perlu
membayar PPN atas konsumsi kebutuhan pokok, jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan layanan sosial.

B. Pengurangan atas pengecualian dan fasilitas PPN agar lebih mencerminkan keadilan dan tepat sasaran, serta dengan
tetap menjaga kepentingan masyarakat dan dunia usaha.

C. Pengaturan ini dimaksudkan bahwa perluasan basis PPN dilakukan dengan tetap mempertimbangkan asas keadilan,
asas kemanfaatan khususnya dalam memajukan kesejahteraan umum dan asas kepentingan nasional, sehingga
optimalisasi penerimaan negara diselenggarakan dengan tetap mewujudkan sistem perpajakan yang berkeadilan dan
berkepastian hukum.

36
TARIF UMUM PPN

UU PPN

10%
Tarif yang saat ini berlaku
hingga bulan Maret 2022.
Berlaku sampai dengan
Maret 2022

UU HPP
Tarif ini mulai berlaku
sejak tanggal 1 April 2022 Berlaku mulai 1 April 2022
11%
UU HPP
Tarif ini paling lambat
diberlakukan tanggal
1 Januari 2025
12% Paling lambat diberlakukan
1 Januari 2025

37
TARIF KHUSUS

Tarif PPN 'final'

Untuk kemudahan dalam


pemungutan PPN, atas jenis 1%
barang/jasa tertentu atau
sektor usaha tertentu
diterapkan tarif PPN 'final',
2%
misalnya 1%, 2% atau 3% dari
peredaran usaha, yang diatur 3%
dengan PMK.

38
6
PROGRAM
PENGUNGKAPAN
SUKARELA

39
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA

“Pemberian kesempatan kepada Wajib Pajak untuk melaporkan atau


mengungkapkan kewajiban perpajakan yang belum dipenuhi secara sukarela”

Pemberian kesempatan kepada Wajib Pajak untuk melaporkan atau mengungkapkan


kewajiban perpajakan yang belum dipenuhi secara sukarela melalui:
1. Pembayaran Pajak Penghasilan berdasarkan pengungkapan harta yang tidak atau
belum sepenuhnya dilaporkan oleh peserta program Pengampunan Pajak; dan
2. Pembayaran Pajak Penghasilan berdasarkan pengungkapan harta yang belum
dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan orang pribadi Tahun Pajak 2020.

Program dilaksanakan selama 6 bulan


(1 Januari 2022 – 30 Juni 2022)

40
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA

Perserta TA dapat
mengungkapkan harta yang belum
diungkap dalam TA dengan
Membayar PPH Final sebesar:

Catatan: Tata Cara Pelaksanaan Program Sukarela telah diatur dalam


Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 196/PMK.03/2021 41
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA

Wajib pajak orang pribadi dapat


mengungkapkan harta yang diperoleh dari
tahun 2016 s.d. 2020, namun
belum dilaporkan dalam SPT Tahunan 2020
dengan membayar PPh Final sebesar:

Catatan: Tata Cara Pelaksanaan Program Sukarela telah diatur dalam


Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 196/PMK.03/2021 42
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA
Fasilitas

KEBIJAKAN I
a. Wajib Pajak yang telah memperoleh surat keterangan tidak dikenai sanksi administratif sebesar 200% [Sanksi
Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak].
b. Data dan informasi yang bersumber dari surat pemberitahuan pengungkapan harta dan lampirannya yang
diadministrasikan oleh Kementerian Keuangan atau pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan Undang-Undang
ini tidak dapat dijadikan sebagai dasar penyelidikan, penyidikan, dan/atau penuntutan pidana terhadap Wajib
Pajak.

KEBIJAKAN II
a. tidak diterbitkan ketetapan pajak atas kewajiban perpajakan untuk Tahun Pajak 2016 -2020, kecuali ditemukan data
dan/atau informasi lain mengenai harta yang belum atau kurang diungkapkan dalam surat pemberitahuan
pengungkapan harta.
b. kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud dalam huruf a meliputi PPh orang pribadi, PPh atas pemotongan
dan/atau pemungutan, dan PPN, kecuali atas pajak yang sudah dipotong /dipungut tetapi tidak disetorkan.
c. Data dan informasi yang bersumber dari surat pemberitahuan pengungkapan harta dan lampirannya yang
diadministrasikan oleh Kementerian Keuangan atau pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan Undang-Undang
ini tidak dapat dijadikan sebagai dasar penyelidikan, penyidikan, dan/atau penuntutan pidana terhadap Wajib
Pajak.

43
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA
Sanksi Kurang Ungkap Harta Pada Kebijakan I

Bagi peserta TA (OP atau Badan) yang sampai dengan Program Pengungkapan Sukarela berakhir (30 Juni 2022) masih
terdapat harta belum dilaporkan dalam Surat Pernyataan Harta (SPH) pada saat mengikuti TA 2016

DJP Menemukan Harta


Lainnya (s.d 2015)
1. Dikenai PPh Final dari Harta Bersih Tambahan
dengan tarif :
HARTA BARU
a. 25% (Badan);
(KURANG /
b. 30% (OP);
BELUM) c. 12,5% (WP Tertentu)
DIUNGKAP 2. Aset yang kurang diungkap dikenai sanksi 200%
[Pasal 18 ayat (3) UU TA].

(Tarif PP-36/2017 x Harta Baru) +


Sanksi UU TA
44
KEMENTERIAN KEUANG AN REPUBLIK INDONESIA
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA
Sanksi Kurang Ungkap Harta Pada Kebijakan II

Bagi orang pribadi peserta Program Pengungkapan Sukarela Kebijakan II yang Masih Terdapat Harta 2016-2020
Yang Tidak Diungkap Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan Pengungkapan Harta (SPPH)

DJP Menemukan Harta Lainnya


(2016-2020)
1. Dikenai PPh Final dari Harta Bersih Tambahan dengan
HARTA BARU tarif 30%
(KURANG / [Pasal 11 ayat (2) UU HPP].
BELUM) 2. Aset yang kurang diungkap dikenai sanksi bunga per
DIUNGKAP bulan ditambah uplift factor 15%
[sanksi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Pasal 13 ayat (2) UU KUP].

(30% x Harta Baru) + Sanksi KUP


45
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA
Mekanisme dan Instrumen SBN

Mekanisme Instrumen SBN


• Pembelian SBN seri khusus di pasar perdana dengan
transaksi Private Placement ✓ SBN seri khusus (SUN & SBSN)
• Pembelian dilakukan melalui Dealer Utama secara periodik.
• Dengan Harga Pasar/market yield
Ditawarkan dalam bentuk range yield. Single yield akan ✓ Fixed Rate (Kupon Tetap)
ditetapkan pada saat transaksi

1 Jan 2022 ✓ Tenor:


Periode Pengungkapan Harta • Jk menengah : 6 s.d. 10 tahun
• Jk Panjang : >10 s.d. 20 tahun
30 Jun 2022
Batas akhir WP melakukan ✓ Currency :
pengalihan harta ke dalam 30 Sept 2022 Pembelian SBN ditawarkan secara
wilayah Indonesia periodik setiap bulan, dengan seri • Rupiah
yang ditawarkan bergantian antara • USD - hanya atas pengungkapan harta
SUN & SBSN. dalam valas (bukan konversi dari aset
Batas akhir WP rupiah)
30 Sept 2023
menginvestasikan harta

Pembelian SBN ditawarkan periodik 3 ✓ Tradable (dapat diperdagangkan)


bulan/6 bulan sekali

30 Sept 2028 46
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA
INVESTASI HARTA BERSIH HILIRISASI SDA & RENEWABLE ENERGY

Kegiatan Usaha Sektor


Pengolahan SDA dan Energi
Terbarukan sebagai tujuan
HILIRISASI investasi harta bersih akan ENERGI
SDA ditetapkan oleh Menteri TERBARUKAN
Keuangan
pengolahan bahan baku
sumber daya alam pengusahaan sektor
melalui:
menjadi barang setengah energi yang dihasilkan
1.Pendirian usaha baru
jadi atau barang jadi yang dari sumber daya yang
2.Penyertaan modal:
menambah nilai bahan dapat terus diperbarui
▪ IPO
baku sumber daya alam ▪ Right Issue
tersebut

*Keterangan :
penentuan sektor dilakukan dengan pembahasan bersama BKF,
DJP, KEMENPERIN, KEMENTERIAN ESDM, BKPM, dan BAPPENAS
47
7
PAJAK KARBON

48
PAJAK KARBON

“Komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK)”

Latar Perlu pengendalian peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer

Belakang
yang menyebabkan kenaikan suhu permukaan bumi sehingga akan
menurunkan risiko perubahan iklim dan bencana di Indonesia.

Komitmen Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca


(GRK) sebanyak 29% (dengan usaha sendiri) pada tahun 2030 sesuai dengan
konvensi perubahan iklim yang sudah disepakati.

Mitigasi perubahan iklim di Indonesia membutuhkan pembiayaan

Mengubah perilaku pelaku aktivitas ekonomi yang berpotensi


menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

49
PAJAK KARBON

“Komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK)”

Pengaturan Pajak Karbon akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan


roadmap yang akan memperhatikan perkembangan pasar karbon,

dalam pencapaian target NDC, kesiapan sektor dan kondisi ekonomi.

UU HPP Penerapan pajak karbon akan mengedepankan prinsip keadilan (just)


dan keterjangkauan (affordable) dengan memperhatikan iklim
berusaha dan masyarakat kecil.

Tarif pajak karbon ditetapkan lebih tinggi atau sama dengan harga
karbon di pasar karbon dengan minimal tarif Rp30,00 per kilogram
karbon dioksida ekuivalen (CO2e).

Implementasi pertama kali 1 April 2022 pada sektor PLTU Batubara


dengan skema cap and tax yang searah dengan implementasi pasar
karbon yang sudah mulai berjalan di sektor PLTU Batubara.

50
PETA JALAN PAJAK KARBON

51
8
CUKAI

52
CUKAI

Penambahan / Pengurangan
Penguatan Mekanisme
BKC
Penetapan BKC
Pertimbangan Pemerintah dalam hal ini adalah:
Penambahan / pengurangan jenis Barang • Kondisi aktual dalam menghadapi pandemi
Kena Cukai disampaikan oleh Pemerintah COVID-19,
kepada DPR RI untuk dibahas dan • Langkah penanganan dan pemulihan ekonomi,
disepakati dalam penyusunan RAPBN. • Kebijakan di bidang kesehatan, lingkungan dan
kebijakan lainnya secara berkelanjutan.

Ultimum Remedium Besaran Sanksi


Menerapkan prinsip pemberlakuan sanksi Penyesuaian besaran sanksi administratif
pidana sebagai upaya terakhir dalam ultimum remedium terhadap pelanggaran
pidana di bidang cukai adalah sebagai berikut:
pelanggaran pidana di bidang cukai atas
pelanggaran perizinan, pengeluaran Barang
Kena Cukai, Barang Kena Cukai tidak
dikemas, Barang Kena Cukai yang berasal
dari tindak pidana, dan jual beli pita cukai.

53
BESARAN SANKSI

Pemulihan Kerugian
UU Cukai UU HPP
Pendapatan Negara

Membayar pokok Cukai +


Saat Penelitian Belum diatur
sanksi 3x Cukai kurang dibayar

Membayar pokok Cukai + sanksi 4x Membayar pokok Cukai +


Saat Penyidikan
Cukai kurang dibayar sanksi 4x Cukai kurang dibayar

Sanksi administratif berupa denda sebesar 4 (empat) kali dari nilai cukai yang seharusnya dibayar dinilai cukup untuk
memberikan penjeraan dan merupakan wujud keseimbangan antara restorative justice dan fiscal recovery.

Sekedar Pembanding Sanksi UU Cukai Pasal 50, 52, 54, 56, 58


Pidana Penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikit 2 (dua) kali
nilai cukai dan paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang seharusnya dibayar
54
TERIMA KASIH

www.pajak.go.id

Anda mungkin juga menyukai