Anda di halaman 1dari 19

Konsep Sosiologi Antropologi dan Perannya dalam

Bidang Kesehatan

Disusun oleh:

Intan Suryani (200612635252)


Lintang Okta Herdianingtyas (200612635325)
Putri Nurika Dewi (200612635215)
Rosiana Fadilatul Aini (200612635217)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


MALANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena anugerah dan hidayah yang
diberikan oleh-Nya, sehingga paper dengan judul “Konsep Antropologi dan Perannya dalam
Bidang Kesehatan” dapat selesai dengan baik dan sesuai rencana. Meskipun ada beberapa
hambatan tetapi tidak mempengaruhi semangat kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini dapat terlaksana karena adanya dukungan dan motivasi dari berbagai
pihak yang telah membantu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan terima
kasih kepada pengampu mata kuliah ini dan kedua orang tua yang selalu memberikan
motivasi serta doa untuk keberhasilan penulisan ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan
senang hati penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan agar kami bisa mengevaluasi
dimana letak kesalahannya dan dimana hal-hal yang harus diperbaiki. Kami berharap kritik,
saran, dan masukan pembaca bisa membangun penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 30 Januari 2022

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Definisi Antropologi dan Sosiologi...............................................................................3
2.2 Ruang Lingkup Antropologi dan Sosiologi Kesehatan.................................................4
2.3 Konsep Dasar Antropologi............................................................................................6
2.4 Definisi Antropologi Kesehatan dan Sosiologi Kesehatan............................................7
2.5 Hubungan Antropologi dengan Kesehatan....................................................................9
2.6 Pendekatan dalam Antropologi Kesehatan...................................................................10
2.7 Peran Antropologi dalam Bidang Kesehatan................................................................11
2.8 Penerapan Ilmu Antropologi Kesehatan.......................................................................11
2.9 Isu Antropologi Kesehatan di Masyarakat...................................................................12
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..14
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….. 14
3.2 Saran ………………………………………………………………………………....14
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Latar belakang munculnya antropologi disebabkan karena kenyataan akan adanya


keanekaragaman fisik, adat-istiadat dan cara hidup manusia di berbagai belahan dunia yang
menimbulkan pertanyaan besar mengapa perbedaan tersebut bisa terjadi. Semua hal-hal yang
mengenai manusia serta perbedaan manusia dengan manusia lain akan dibahas di dalam
antropologi. Mulai perbedaan budaya, tradisi, agama, dan lain-lain. Namun, meskipun begitu
memiliki banyak perbedaan, mereka semua tetap dalam suatu wilayah. Antropologi juga
mencoba untuk mencari jawaban siapakah dan apakah makna atau pengertian dari manusia
itu meski tidak dapat didefinisikan secara detail. Antropologi lebih memperhatikan terhadap
sejarah asal, serta perkembangan manusia dilihat dari ciri-ciri tubuhnya secara evolusi yang
dipandang dari segi biologis. Selain itu, juga memperhatikan sejarah terjadinya berbagai
ragam manusia dari segi fisiknya dan mengenai sejarah perbedaan berbagai macam bahasa,
budaya, dan asas-asas kehidupan masyarakat di dunia.
Kesehatan dan penyakit semakin dilihat sebagai fenomena sosial-biologi, tenaga
kesehatan menjadi tertarik dengan antropologi. Hal ini sering diasumsikan bahwa dengan
ilmu budaya antropolog (keyakinan, sikap) mereka berada dalam posisi yang baik untuk
memberikan saran tentang cara untuk mengubah kesalahpahaman, meningkatkan kepatuhan
dan perilaku berisiko pengaruh melalui intervensi sesuai dengan budaya. Antropologi spesifik
ini mempelajari dan memahami masyarakat dengan melakukan penelitian mengenai masalah
kesehatan masyarakat. Penelitiannya untuk mengetahui pemahaman dan sikap penduduk
tentang kesehatan, tentang sakit, dukun, obat-obatan tradisional, kebiasaan dan pantangan
makan. Hasil penelitian yang demikian untuk membantu tenaga kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu antropologi dan sosiologi ?
1.2.2 Apa saja ruang lingkup antropologi dan sosiologi kesehatan ?
1.2.3 Apa saja konsep dasar antropologi ?
1.2.4 Apa itu antropologi kesehatan dan sosiologi kesehatan ?

1
1.2.5 Bagaimana hubungan antropologi dengan kesehatan ?
1.2.6 Apa saja pendekatan dalam antropologi Kesehatan ?
1.2.7 Bagaimana peran antropologi dalam bidang kesehatan ?
1.2.8 Bagaimana penerapan ilmu antropologi kesehatan ?
1.2.9 Apa saja contoh isu antropologi kesehatan yang menarik di masyarakat ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mendeskripsikan antropologi dan sosiologi
1.3.2 Mengetahui apa saja ruang lingkup antropologi dan sosiologi kesehatan
1.3.3 Mengetahui apa saja konsep dasar antropologi
1.3.4 Mendeskripsikan antropologi kesehatan dan sosiologi kesehatan
1.3.5 Mengetahui hubungan antropologi dengan kesehatan
1.3.6 Mengetahui apa saja pendekatan dalam antropologi kesehatan
1.3.7 Mengetahui peran antropologi dalam bidang kesehatan
1.3.8 Mengetahui penerapan ilmu antropologi kesehatan
1.3.9 Mengetahui contoh isu antropologi kesehatan yang menarik di masyarakat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Antropologi dan Sosiologi


Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia, terutama masyarakat dan adat
istiadat atau ilmu struktur dan evolusi manusia sebagai binatang dalam kamus Oxford. Secara
etimologi, antropologi berasal bahasa Yunani, anthropos berarti manusia dan logos berarti
pemahaman ilmu (Hafidhah, n.d.). Dalam antropologi, manusia dipandang sebagai sesuatu
yang kompleks dari segi fisik, emosi, sosial, dan kebudayaannya. Antropologi sering pula
disebut sebagai ilmu tentang manusia dan kebudayaannya.
Menurut Prof. Harsojo, antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang umat manusia sebagai makhluk masyarakat. Menurutnya, perhatian antropologi
tertuju pada sifat khusus badani dan cara produksi, tradisi serta nilai-nilai yang akan
membedakan cara pergaulan hidup yang satu dengan pergaulan hidup yang lainnya (N.
Hashim, 2013).
Menurut Koentjaraningrat, ilmu antropologi memperhatikan 5 (lima) buah masalah
mengenai makhluk hidup yaitu :
 Masalah pada perkembangan manusia sebagai makhluk biologis.
 Masalah pada sejarah terjadinya aneka bentuk makhluk manusia, dipandang dari
sudut ciri – ciri tubuhnya.
 Masalah pada sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran, berbagai macam bahasa
di seluruh dunia.
 Masalah persebaran dan terjadinya keanekaragaman kebudayaan manusia di seluruh
dunia.
 Masalah pada dasar – dasar dan keanekaragaman kebudayaan manusia dalam
kehidupan masyarakat – masyarakat dan suku bangsa yang tersebar di seluruh penjuru
bumi pada zaman sekarang ini.
Sosiologi berasal dari dua kata dasar, yakni socius dari bahasa Latin yang berarti
teman atau sesame dan logos dari bahasa Yunani yang berarti ilmu (Abercombie, 1984:232).
Secara harfiah sosiologi berarti ilmu tentang hidup bersama atau ilmu tentang hidup
bermasyarakat. Tetapi definisi ini tentu saja tidak bisa memuaskan (Sumarmi, 2017)semua
orang karena sosiologi tidak Cuma membuat studi tentang masyarakat yang bersifat makro

3
melainkan juga tentang tindakan-tindakan dan perilaku-perilaku sosial yang bersifat mikro
(Raho, 2016).
Menurut Max Weber (1864 – 1920), sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang
berusaha untuk memahami tindakan sosial secara interpretatif supaya diperoleh kejelasan
mengenai arah, maksud, dan akibat dari tindakan tersebut. Dalam definisinya, Weber
membawa dua konsep yakni tentang tindakan sosial dan pemahaman interpretatif.
Sosiologi menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi adalah ilmu yang
mempelajari struktur sosial (keseluruhan jalinan antara unsur–unsur sosial yang pokok yaitu
kaidah–kaidah atau norma–norma sosial, lembaga–lembaga sosial, kelompok–kelompok serta
lapisan–lapisan sosial) dan proses–proses sosial (pengaruh timbal balik antara berbagai segi
kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dan
segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi
kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya), termasuk perubahan –
perubahan sosial (Dr. Mahendra Wijaya & Siti Zunariyah, S.Sos., 2002).

2.2 Ruang Lingkup Antropologi dan Sosiologi Kesehatan


2.2.1 Ruang lingkup antropologi
(A. Dumatubun, 2000)Adapun yang menjadi ruang lingkup antropologi adalah :
1. Asal usul manusia
2. Evolusi fisik manusia
3. Keragaman bentuk fisik manusia dan ras
4. Kebudayaan, termasuk unsur-unsur kebudayaan, perkembangan dan
penyebarannya
5. Berbagai kemampuan manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya
Dalam mengkaji manusia, antropologi bekerja sama dengan ilmu-ilmu sosial
lainnya terutama sejarah, geografi, geologi ekonomi, bahasa, sosiologi, psikologi,
politik, dan ilmu hukum serta kesehatan masyarakat.
Seperti yang pernah diungkapkan Koentjaraningrat bahwa ruang lingkup dan
dasar antropologi belum mencapai kemantapan dan bentuk umum yang seragam di
semua pusat ilmiah di dunia. Menurutnya, cara terbaik untuk mencapai pengertian
akan hal itu adalah dengan mempelajari ilmu – ilmu yang menjadi pangkal dari
antropologi, dan bagaimana garis besar proses perkembangan yang mengintegrasikan
ilmu–ilmu pangkal tadi, serta mempelajari bagaimana penerapannya di beberapa
negara yang berbeda (Ruswanto, 1997).

4
2.2.2 Ruang lingkup antropologi kesehatan
(Kusuma & Surakarta, 2018)Penyakit muncul tidak bersamaan dengan kemunculan
manusia, tetapi sebagimana dikemukakan oleh Sigerit, penyakit adalah bagian dari kehidupan
yang ada di bawah kondisi yang berubah–ubah. Menurut Foster dan Anderson terdapat
hubungan antara penyakit, obat–obatan, dan kebudayaan. Menurut Landy antropologi
kesehatan adalah suatu studi tentang konfrontasi manusia dengan penyakit serta rasa sakit dan
rencana adaptif yaitu sistem pengobatan dan obat – obatan yang dibuat oleh kelompok
manusia berkaitan dengan ancaman yang akan datang.
a. Akar antropologi Kesehatan
1) Antropologi fisik, terdiri atas asli – ahli antropologi fisik yang belajar melalui
penelitian di sekolah-sekolah kedokteran, sehingga mayoritasnya adalah
dokter.
2) Etnomedisin, merupakan bagian yang mempelajari tentang pengobatan
tradisional, dan juga praktek yang secara oral diturunkan selama berabad -
abad
3) Studi – studi tentang kebudayaan dan kepribadian
2.2.3 Ruang lingkup sosiologi kesehatan
Mechanic berpendapat tugas medis hanya dapat dilaksanakan secara efektif manakala
yang dipertimbangkan baik factor biologis maupun faktor sosial dan psikologis. Mulai
dikajinya peran faktor sosial-budaya dalam keberhasilan pelaksanaan tugas medis menjadi
dasar bagi tumbuh dan berkembangnya sosiologi medis. Straus membedakan antara sosiologi
mengenai bidang medis dan sosiologi dalam bidang medis. Menurutnya sosiologi mengenai
bidang medis terdiri atas kajian sosiologis terhadap faktor di bidang medis yang dilaksanakan
oleh ahli sosiologi yang menempati posisi mandiri di luar bidang medis dan bertujuan
mengembangkan sosiologi serta untuk menguji prinsip dan teori sosiologi. Menurut Kendall
dan Reader, sosiologi mengenai bidang medis mengulas masalah yang menjadi perhatian
sosiologi profesi dan sosiologi organisasi. Menurut Straus sosiologi dalam bidang medis
merupakan penelitian dan pengajaran bersama yang sering melibatkan pengintegrasian
konsep, teknik dan personalia dari berbagai disiplin, dimana sosiologi digunakan sebagai
pelengkap bidang medis. Dalam perkembangan selanjutnya perhatian sosiologi medis meluas
ke berbagai masalah kesehatan di luar bidang medis. Dengan demikian, berkembanglah
bidang sosiologi kesehatan. Para ahli pun membedakan antara sosiologi mengenai kesehatan
dan sosiologi dalam Kesehatan (National & Pillars, n.d.).

5
Menurut Wilson (dalam Sunarto, 2014:1.12) sosiologi mengenai kesehatan terdiri atas
pengamatan dan analisis dengan mengambil jarak, yang terutama dimotivasi oleh suatu
masalah sosiologis (detached observation, and analysis, motivated primarily by a sense of
sociological problem) sedangkan sosiologi dalam kesehatan mempelajari penelitian dan
pengajaran yang lebih bercirikan keintiman, terapan dan kebersamaan yang terutama
didorong oleh adanya masalah kesehatan (more intimate, applied ang conjoint research and
teaching, motivated primarily by a sense of health problem). Artinya rumusan sosiologi
mengenai kesehatan oleh Wilson mengacu pada kepentingan para sosiolog dalam
Pengembangan teori dan konsep sosiologi, sedangkan rumusan mengenai sosiologi dalam
Kesehatan jelas mengacu pada kepentingan bidang kesehatan. Sunarto (2014) memberikan
contoh perbedaan antara sosiologi mengenai kesehatan dan sosiologi dalam kesehatan
sebagai berikut : Apabila dalam rangka upaya penanggulangan HIV/AIDS Departemen
Kesehatan RI menugaskan sosiolog dan ahli ilmu sosial lain (seperti antropolog, psikolog dan
ahli kesehatan masyarakat) untuk melakukan suatu telaah cepat (rapid assessment) di tempat-
tempat prostitusi dimana telah ditemukan sejumlah kasus HIV/AIDS untuk mengetahui faktor
sosial-budaya yang mendorong penyebarluasan HIV/AIDS. Agar temuannya dapat dijadikan
masukan bagi kebijakan pemerintah maka kegiatan ini termasuk dalam bidang sosiologi
dalam kesehatan. Namun, bilamana penelitian terhadap orang yang berperilaku berisiko
tinggi terhadap penularan HIV/AIDS serta jaringan sosial yang terjalin antara mereka dengan
berbagai pihak yang terlibat di dunia prostitusi tersebut dilakukan dengan tujuan memberikan
sumbangan bagi pengembangan konsep dan teori sosiologi mengenai organisasi sosial atau
mobilitas sosial maka kegiatan ini merupakan kegiatan sosiologi mengenai kesehatan.

2.3 Konsep Dasar Antropologi


Konsep dasar antropologi meliputi:
1. Kebudayaan
2. Tradisi → yaitu kebiasaan-kebiasaan yang terpolakan secara budaya di masyarakat.
Kebiasaan yang dikonsepkan sebagai tradisi ini, karena telah berlangsung turun -
temurun, sukar untuk terlepas dari masyarakat
3. Pengetahuan → kumulasi dari pengalaman dan hal-hal yang kita ketahui
4. Ilmu → pengetahuan yang telah tersistematisasikan (tersusun) yang berkarakter
tertentu sesuai dengan objek yang dipelajari, ruang lingkup telaahannya, dan metode
yang dikembangkan serta diterapkannya

6
5. Teknologi → penerapan ilmu dalam kehidupan untuk memanfaatkan sumber daya
bagi kepentingan manusia
6. Norma → ukuran dan aturan kehidupan yang berlaku di masyarakat
7. Lembaga
8. Seni
9. Bahasa → makna dan nilai bahasa sebagai suatu konsep terletak pada kedudukannya
sebagai alat mengungkapkan perasaan, pikiran dan komunikasi dengan pihak atau
orang lain. Bahasa merupakan alat untuk saling mengerti bagi berbagai pihak
sehingga mampu mengembangkan hidup dan kehidupan ke tingkat atau taraf yang
lebih sejahtera
10. Lambang → lambang seperti bahasa, bendera bagi suatu bangsa, tanda pangkat dan
tanda jabatan bagi suatu angkatan, monumen bagi suatu kelompok masyarakat atau
bangsa. Bendera bagi suatu bangsa, nilainya tidak hanya terletak pada secarik kain itu,
melainkan terletak pada makna kesatuan bangsa, semangat perjuangan bangsa, dan
lain-lain sebagainya
11. Dan banyak hal serta fenomena yang dapat kita sendiri menggalinya

2.4 Definisi Antropologi Kesehatan dan Sosiologi Kesehatan


Antropologi Kesehatan
Antropologi kesehatan merupakan studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya
terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono, 1993).
Antropologi sendiri tidak terbatas hanya melihat penghayatan masyarakat dan pengaruh unsur
budaya saja, tetapi lebih luas lagi dari itu. Koentjaraningrat mengatakan bahwa ilmu
antropologi mempelajari manusia dari aspek fisik, sosial, budaya (1984;76). Pengertian
Antropologi kesehatan yang diajukan Foster/Anderson merupakan konsep yang tepat karena
termaktub dalam pengertian ilmu antropologi seperti disampaikan Koentjaraningrat di atas.
Menurut Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan
penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya (Haryono,
2012).
1. Pokok Perhatian Kutub Biologi :
- Pertumbuhan dan perkembangan manusia
- Peranan penyakit dalam evolusi manusia
- Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba
2. Pokok Perhatian Kutub Sosial-budaya :

7
- Sistem medis tradisional (etnomedisin)
- Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan professional mereka
- Tingkah laku sakit
- Hubungan antara dokter pasien
- Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada
masyarakat tradisional

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan adalah disiplin


yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku
manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya di sepanjang sejarah
kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia
(Foster/Anderson, 1986; 1-3). Dari definisi-definisi yang dibuat oleh ahli-ahli antropologi,
maka dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan mencakup:
1. Mendefinisi secara komprehensif dan interpretasi berbagai macam masalah tentang
hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia dimasa lalu dan masa
kini dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada
penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut;
2. Partisipasi profesional mereka dalam program-program yang bertujuan memperbaiki
derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara
gejala bio-sosial budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat
kearah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik (Haryono, 2012).
Sosiologi Kesehatan
Cabang ilmu dari sosiologi yang membahas masalah kesehatan masyarakat. Robert
Straus mengklasifikasikan sosiologi medis menjadi dua, yaitu sosiologi mengenai bidang
medis dan sosiologi dalam bidang medis. Sosiologi mengenai bidang medis menyajikan
kajian sosiologis terhadap factor bidang medis. Para sosiolog melakukan kajian ini dengan
tujuan pengembangan ilmu dan teori sosiologi. Posisi para sosiolog dalam hal ini ada di luar
bidang medis. Sedangkan sosiologi dalam bidang medis menurut Robert merupakan
penerapan keahlian sosiolog maupun ahli sosial lain di dalam bidang medis.
Sosiolog kesehatan juga membedakan antara sosiologi mengenai kesehatan dan
sosiologi dalam kesehatan. Sosiologi mengenai kesehatan adalah pengamatan dan analisis
dengan motif masalah sosiologi, sedangkan sosiologi dalam kesehatan merupakan penelitian
dan pengajaran yang dimotivasi oleh adanya masalah kesehatan. Masalah kesehatan selain

8
dipelajari oleh ilmu sosiologi juga dipelajari oleh ilmu lain seperti antropologi (antropologi
medis) dan ilmu ekonomi (ekonomi kesehatan).

2.5 Hubungan Antropologi dengan Kesehatan

(Husaini et al., 2017)Saat ini antropologi kesehatan menjadi spesialisasi terbesar


dalam antropologi sosial dan budaya, serta mayoritas doktor antropologi Amerika saat ini
bekerja di luar dunia akademik. Sedangkan, masalah pokok dalam antropologi adalah
keanekaragaman manusia. Menurut sebuah teori menyebutkan bahwasannya masing –
masing ras manusia memiliki kapasitas inheren tertentu sehingga menciptakan bentuk –
bentuk budaya dan lembaga – lembaga sosial sendiri, baik yang canggih maupun kurang
canggih.
Antropologi kesehatan lahir karena ahli – ahli antropologi yang mulai tertarik untuk
mempelajari faktor – faktor biologis, dan sosial budaya yang mempengaruhi kesehatan dan
munculnya penyakit pada masa sekarang dan sepanjang sejarah kehidupan manusia
dipengaruhi oleh keinginan untuk memahami perilaku sehat manusia dalam manifestasi yang
luas dan berkaitan segi praktis.
Menurut Foster dan Anderson aspek kajian antropologi kesehatan dibagi menjadi dua :
a. Kutub biologis, perhatiannya pada pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia,
peranan penyakit dalam evolusi manusia, adaptasi biologis terhadap perubahan
lingkungan alam, dan pola penyakit dikalangan manusia purba.
b. Kutub sosial budaya perhatiannya pada sistem kesehatan tradisional yang mencakup
aspek – aspek etiologis, terapi, ide, dan praktik pencegahan penyakit, serta peranan
praktisi medis tradisional, masalah perawatan kesehatan biomedik, perilaku
kesehatan, peran pasien, perilaku sakit, interaksi dokter dengan pasien, dan masalah
inovasi kesehatan.

Menurut Foster dan Anderson ada empat hal utama yang dapat disumbangkan oleh
antropologi terhadap ilmu kesehatan :
a. Perspektif antropologi Terdapat dua konsep dalam perspektif antropologi bagi ilmu
kesehatan yaitu :
1) Pendekatan holistik, pendekatan ini memahami gejala sebagai suatu sistem,
dimana suatu pranata tidak dapat dipelajari sendiri – sendiri lepas dari
hubungannya dengan pranata lain dalam keseluruhan sistem.

9
2) Relativisme budaya, standar penilaian budaya sangatlah relatif, terkadang
yang dinilai baik, pantas dilakukan mungkin saja nilainya tidak baik dan tidak
pantas bagi masyarakat lainnya.
b. Perubahan terencana, perubahan terencana akan berhasil apabila perencanaan
program bertolak dari konsep budaya, maka akan timbul program pembaharuan
kesehatan dalam upaya mengubah perilaku kesehatan tidak hanya memfokuskan diri
pada hal yang tampak, tetapi seharusnya pada aspek psiko-budaya
c. Metodologi penelitian, suatu metode penelitian yang longgar tetapi efektif untuk
menggali serangkaian masalah teoritis dan praktis yang dihadapi dalam berbagai
program kesehatan
d. Premis, premis merupakan asumsi atau dalil yang mendasari atau dijadikan pedoman
individu atau kelompok dalam memilih alternatif tindakan. Beberapa premis dari ahli
antropologi kesehatan antara lain :
1) Penyakit dalam beberapa bentuk merupakan fakta umum dari kehidupan
manusia.
2) Seluruh kelompok manusia, telah mengembangkan metode dan aturan, sesuai
dengan sumber daya dan strukturnya, untuk mengatasi atau merespon terhadap
penyakit.

2.6 Pendekatan dalam Antropologi dan Sosiologi Kesehatan

1. (National & Pillars, n.d.)(Wirastuti et al., n.d.)Pendekatan emic, merupakan


pendekatan yang dirumuskan oleh komunitas atau populasi yang menjadi sasaran
program inovasi kesehatan. Dalam hal ini, pendekatan emic menguraikan suatu gejala
sosial sesuai dengan pandangan si pelaku sendiri, memahami perilaku individu /
masyarakat dari sudut pandang si pelaku. Misalnya : ada orang yang menggunakan
pengobatan alternatif dengan menggunakan cara metafisika, maka makna dan akurasi
dari pengobtan tersebut bukan menurut peneliti, melainkan harus diungkap menurut
pengguna atau pelaku pelayanan pengobatan tradisional.
2. (National & Pillars, n.d.)(Wirastuti et al., n.d.)Pendekatan etic, merupakan pendekatan
yang dirumuskan oleh orang luar (seperti Perancana, pelaksana, praktisioner medis
dari program inovasi kesehatan) berdasarkan observer (menganalisa perilaku atau
gejala sosial dari pandangan orang luar serta membandingkannya dengan budaya lain)
Jika seseorang sedang melakukan pengamatan ilmiah, maka hasil dari pengamatan

10
tersebut dapat dijadikan sebagai alat ukur atau standar dalam menjelaskan masalah
interaksi sosial.

2.7 Peran Antropologi dalam Bidang Kesehatan

1. (Wirastuti et al., n.d.)Dapat menjelaskan hubungan timbal balik biobudaya, yakni


antara tingkah laku manusia di masa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan
penyakit sehingga mampu menentukan pola penyakit berdasarkan perubahan
budayanya, menerangkan berkembangnya dan bertahannya hingga punahnya suatu
penyakit, dan sebagai suatu faktor dasar dalam mengkaji kausalitas penyakit.
2. Sebagai landasan teori dalam menjalankan program – program yang bertujuan
memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih luas tentang hubungan
antar gejala bio- sosio- budaya dengan kesehatan serta melalui perubahan tingkah
laku.

2.8 Penerapan Ilmu Antropologi dan Sosiologi Kesehatan

1. (A. E. Dumatubun, 2002)Penerapan antropologi kesehatan dalam pembangunan


masyarakat Papua
Artinya dalam hal ini adalah peranan antropologi kesehatan dalam menjalankan
program-program pembangunan yang direncanakan dan disesuaikan dengan kondisi
ekologis di sana untuk memberikan perawatan kesehatan yang lebih baik pada
masyarakat Papua. Contoh program–program yang dijalankan guna meningkatkan
derajat kesehatan di sana ialah :
a. Pembangunan daerah berwawasan kesehatan
b. Profesionalisme tenaga kesehatan (program sumber daya kesehatan)
c. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat
d. Desentralisasi
e. Mempertahankan keadaan kesehatan dan gizi masyarakat dari dampak buruk
krisis ekonomi (program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat)
f. Peningkatan kesehatan lingkungan (program lingkungan sehat)
g. Peningkatan kemampuan dalam menyusun kebijakan dan manajemen
pembangunan kesehatan (program upaya kesehatan
h. Peningkatan pengetahuan dan teknologi
2. Pengobatan tradisional

11
Sistem pengobatan tradisional dewasa ini banyak mendapat perhatian karena
sistem ini dalam realitanya di tengah masyarakat yang sudah sedemikian modern, dan
juga berkembang berdampingan dengan sistem pengobatan modern. Khususnya jamu
yang telah menjadi sistem pengobatan sejak ratusan tahun lalu bahkan saat ini bisa
memiliki perusahaan besar seperti Sido Muncul, Air mancur, Jamu Jago dan
perusahaan lainnya. Berdasarkan hasil riskesdas 2007 tentang pemanfaatan jamu oleh
masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa 35,7% masyarakat menggunakan jamu
dan lebih dari 85% diantaranya mengakui bahwa jamu bermanfaat bagi kesehatan.
Pengobatan tradisional di Indonesia masih memiliki eksistensi yang tinggi karena
adanya kepercayaan masyarakat yang masih kuat terhadapnya yakni teori Health
Belief Model. Meski demikian, banyak pula oknum yang memanfaatkan kemunculan
pengobatan tradisional menjadi sebuah kedok kriminal seperti penipuan. Oleh sebab
itu, masyarakat juga perlu berhati – hati dan teliti sebelum memilih dan menentukan
pengobatan tradisional atau alternatif yang akan dijalani (Anwar, 2020).
3. Penerapan Model Sosio Ekologi perilaku kesehatan dan pendekatan continuum of
Care dalam menurunkan AKI di Jawa Timur yang mana pada program ini diharapkan
dapat menjangkau setiap level masyarakatnya. Pendekatan continuum of care program
diupayakan untuk menangani masalah kesehatan ibu dan anak saat pra-konsepsi
hingga masa kehamilan dan pasca persalinan sebagai suatu kesatuan antara ibu dan
anak (Sumarmi, 2017).

2.9 Isu Antropologi dan Sosiologi Kesehatan di Masyarakat

(Hidayana, 2014)Isu antropologi kesehatan di masyarakat yang seringkali menarik


perhatian adalah mengenai masalah kesehatan reproduksi yang meliputi 3 unsur pokok yaitu
kemampuan bereproduksi, keberhasilan bereproduksi dan keamanan dalam proses
reproduksi. Misalnya, apabila sepasang suami-isteri belum memiliki anak setelah menikah
beberapa lama, secara medis belum tentu mereka tidak mampu bereproduksi. Namun secara
sosial, pasangan tersebut bisa dianggap mandul (infertilitas) dan seringkali si istrilah yang
‘dituduh’ tidak mampu memberikan keturunan sehingga sang suami sering dituntut untuk
menikah lagi atau mencari pasangan baru. Sebaliknya bila pasangan tersebut segera
mendapatkan keturunan, maka si istri dianggap ‘berhasil’ melakukan tugas budayanya dan
status sebagai ibu dipandang lebih tinggi daripada status sebagai istri.
Beberapa contoh isu antropologi dan sosiologi dalam bidang kesehatan di masyarakat :

12
1. Perilaku reproduksi orang Krui di Lampung yang dipengaruhi oleh pandangan atau
konsepsi mereka mengenai organ reproduksi. Konsepsi orang Krui mengenai organ
reproduksi terwujud melalui perilaku kawin muda dan sikap pronatalis (fertilitas
tinggi). Kenyataan ini jelas memiliki korelasi yang kuat dengan tingginya angka
kematian bayi dan balita. Secara budaya, orang Krui mengatasi mortalitas bayi dan
balita dengan kawin muda dan mengembangkan sikap pronatalis.
2. Kebersihan dalam proses kelahiran dan perawatan bayi di kalangan orang Kerinci,
Jambi. Dapur dipilih sebagai tempat untuk melahirkan karena dianggap sebagai
ruangan antara ruangan bersih (bagian depan dan tengah rumah) dan ruangan kotor
(bagian belakang rumah dan tempat sampah). Proses kelahiran akan menghasilkan
sisa-sisa yang harus dibuang karena dianggap kotor, seperti darah dan plasenta. Dapur
juga merupakan arena sosial bagi kaum perempuan Kerinci karena mereka
menghabiskan sebagian besar kegiatannya di ruangan tersebut. Melahirkan
merupakan tugas budaya perempuan dan di dapurlah sesama perempuan menolong
ibu yang bersalin.
3. Ada sejumlah aktivitas yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang perempuan
hamil. Sebagai contoh, tidak boleh ke luar rumah pada saat senja atau malam hari,
tidak boleh masuk hutan, tidak boleh menyiksa atau membunuh binatang dan lain-
lain.
4. Penyakit hipertensi yang banyak diderita masyarakat pesisir (Desa Percut Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara) akibat faktor sosio
demografi dan konsumsi makan masyarakat disana yang tidak seimbang (Susanti et
al., 2020).
5. Kemiskinan yang dialami oleh nelayan wilayah pesisir lebih menonjol dari pada
petani sebab tantangan alam yang dihadapi nelayan sangat berat sehingga untuk
bertahan hidup ia mengandalkan kekayaan alam sekitarnya. Jika terlalu banyak
mengkonsumsi garam maka dapat berdampak buruk bagi kesehatan (Sabarisman,
2017) (Syatori, 2014)(Budaya, 2019).
6. Era bioteknologi karena adanya kemajuan kemajuan penelitian dalam segala bidang
sehingga dapat menghasilkan berbagai produk rekayasa termasuk dalam dunia
kesehatan (Supangat, 2015).

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari makhluk manusia (anthropos).
Secara etimologi, antropologi berasal dari kata anthropos berarti manusia dan logos
berarti ilmu. Dalam antropologi, manusia dipandang sebagai sesuatu yang kompleks
dari segi fisik, emosi, sosial, dan kebudayaannya. Antropologi sering pula disebut
sebagai ilmu tentang manusia dan kebudayaannya.
2. Ruang lingkup Antropologi diantaranya Asal usul manusia, Evolusi fisik manusia,
Keragaman bentuk fisik manusia dan ras, Kebudayaan, Berbagai kemampuan
manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
3. Konsep dasar antropologi meliputi kebudayaan, tradisi, pengetahuan, dan lain-lain.
4. Antropologi kesehatan merupakan studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya
terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono,
1993).

3.2 Saran
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan pada masyarakat
berpengaruh kepada adat, keyakinan, dan kebiasaan. Oleh karena itu harus bersikap bijak dan
selektif dalam memfiltrasi kebudayaan-kebudayaan yang ada di sekitar. Jika kita memilih
kebudayaan yang baik maka akan membentuk perilaku yang baik pula.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S. (2020). Pengobatan Tradisional Perspektif Antropologi Kesehatan. Tawshiyah,


15(1), 1–13.
Budaya, J. I. (2019). Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 16, No. 1 Agustus Tahun 2019. 16(1), 63–84.
Dr. Mahendra Wijaya, M. S., & Siti Zunariyah, S.Sos., M. S. (2002). Pendekatan Sosiologi.
Aneka Pendekatan Studi Agama, 267–310.
Dumatubun, A. (2000). Antropologi dan Konsep Kebudayaan. Jurnal Antropology Papua,
1(1), 1–33.
Dumatubun, A. E. (2002). Kebudayaan , Kesehatan Orang Papua Dalam Perspektif
Antropologi Kesehatan [Culture, Health Papua’s People in Health Antrophology
Perspective]. Antropologi Papua, 1(1), 1–20.
Hafidhah, B. (n.d.). Suku Anak Dalam dan Rokok : Kebiasaan atau Budaya ?
Haryono, T. J. S. (2012). Pengantar Antropologi (Issue March).
Hidayana, I. (2014). Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks Budaya.
Antropologi Indonesia, 0(57), 124–127. https://doi.org/10.7454/ai.v0i57.3351
Husaini, Rahman, F., Marlinae, L., & Rahayu, A. (2017). Buku Ajar Antropologi Sosial
Kesehatan. Antropologi Sosial Kesehatan, 1–226.
Kusuma, S., & Surakarta, H. (2018). Modul ajar antropologi kesehatan. Prodi D3
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
N. Hashim, A. J. et all. (2013). “Traffic light control system for emergency vehicles using
radio frequency”, IOSR journal of engineering, Vol. 3, Issue. 7, pp. 43-52, July.
National, G., & Pillars, H. (n.d.). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健
康関連指標に関する共分散構造分析 Title.
Raho, B. (2016). Bernard Raho, SVD 2016. 63–67.
Ruswanto, W. (1997). Ruang Lingkup Ilmu Antropologi. Ruang Lingkup Antropologi, 1(2),
1–46. http://repository.ut.ac.id/4295/1/ISIP4210-M1.pdf
Sabarisman, M. (2017). Identifikasi Dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pesisir. Sosio
Informa, 3(3), 216–235. https://doi.org/10.33007/inf.v3i3.707
Sumarmi, S. (2017). Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan Dan Pendekatan Continuum of
Care Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu. The Indonesian Journal of Public
Health, 12(1), 129. https://doi.org/10.20473/ijph.v12i1.2017.129-141
Supangat, A. (2015). Pendidikan dan Perubahan Iklim. 63–93.

15
http://dnpi.go.id/portal/id/component/content/article/179-bahasa/lumbung-
pengetahuan/publikasi/paper/240-pendidikan-dan-perubahan-iklim
Susanti, N., Siregar, P. A., & Falefi, R. (2020). Determinan Kejadian Hipertensi Masyarakat
Pesisir Berdasarkan Kondisi Sosio Demografi dan Konsumsi Makan. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 2(1), 43–52. https://doi.org/10.36590/jika.v2i1.52
Syatori, A. (2014). Ekologi Politik Masyarakat Pesisir (Analisis Sosiologis Kehidupan
Sosial-ekonomi dan Keagamaan Masyarakat Nelayan Desa Citemu Cirebon ). Jurnal
Holistik, 15(2), 241.
Wirastuti, K., Kes, M., & Sp, S. (n.d.). dr. Ken Wirastuti, M.Kes, Sp.S, KIC.

16

Anda mungkin juga menyukai