Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KESEHATAN OLAHRAGA LANSIA DAN DISABILITAS


OLAHRAGA GOALBALL BAGI PENYANDANG DISABILITAS
SENSORIK TUNANETRA

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Adena Akhmal Nur Rafli (200612635358)

Dinda Putri Muliani (200612635257)

Linda Widyastuti (200612635290)

Nadiyah Hanun Afifah (200612635276)

Nurul Ramdhani Inzani (200612635212)

Shalma Vinanda Shafira (200612635223)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena anugerah dan hidayah
yang diberikan oleh-Nya, sehingga makalah dengan judul “Olahraga Goalball bagi
Penyandang Disabilitas Sensorik Tunanetra” dapat selesai dengan baik dan sesuai
rencana. Meskipun ada beberapa hambatan tetapi tidak mempengaruhi semangat
kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini dapat terlaksana karena adanya dukungan dan motivasi dari
berbagai pihak yang telah membantu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami
sampaikan terima kasih kepada pengampu mata kuliah ini dan kedua orang tua yang
selalu memberikan motivasi beserta doa untuk keberhasilan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu dengan senang hati kami mengharapkan kritik, saran dan masukan agar kami
bisa mengevaluasi dimana letak kesalahannya dan dimana hal-hal yang harus
diperbaiki. Kami berharap kritik, saran, dan masukan pembaca bisa membangun
penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca sekalian

Malang, 22 November 2021

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................. 2
D. Manfaat................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
A.Latar Belakang Disabilitas Sensorik ................................................................... 3
B. Definisi Disabilitas Sensorik dan Tuna Netra .................................................... 3
C. Prinsip Aktivitas Fisik Pada Penderita Tuna Netra .............................................4
D. Olahraga Goalball untuk Penderita Tuna Netra ................................................. 5
E. Sasaran Olahraga Goalball ..................................................................................6
F. Alasan Memilih Olahraga Goalball untuk Penderita Tuna Netra ........................6
G. Manfaat Olahraga Goalball untuk Penderita Tuna Netra ....................................7
H. FITT Olaharaga Goalball ....................................................................................8
BAB III PENUTUP .................................................................................................9
A. Kesimpulan .........................................................................................................9
B. Saran ....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penyandang diartikan
dengan orang yang menyandang (menderita) sesuatu, sedangkan disabilitas
merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa
Inggris disability yang berarti cacat atau ketidakmampuan. Undang-Undang
No 8 Tahun 2016, Pasal 2 poin D dan F tentang hak yang harus diterima
oleh penyandang disabilitas yaitu hak kesamaan kesempatan dan pelayanan
secara penuh bagi penyandang disabilitas dan hak tersebut perlu diterapkan
dalam segala aspek kehidupan termasuk aspek olahraga. Pasal 5 dan Pasal
15 tentang pelayanan olahraga yang merupakan hak bagi penyandang
disabilitas, salah satunya adalah penyandang disabilitas sensorik. Kondisi
disabilitas sensorik penglihatan atau tunanetra merupakan kondisi
seseorang dimana mengalami kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari
yang menggunakan aktivitas penglihatan. Hal ini disebabkan karena adanya
kerusakan pada mata dan organ-organ lain yang mendukung terjadi proses
melihat (Nurakhmi et al., 2019). Individu dengan tunanetra akan dapat
membedakan orang-orang dilingkungannya melalui suara yang
didengarnya, sentuhan dan mungkin juga aromanya. Hal ini juga yang
dilakukan oleh individu dengan disabilitas netra melakukan eksplorasi atau
memahami apa yang ada disekitar lingkungannya melalui pendengaran,
perabaan, penciuman dan pengecapan. Dengan hal demikian itulah individu
dengan disabilitas netra belajar dan berfungsi (Nurakhmi et al., 2019).
Secara fisik, anak dengan disabilitas netra dapat dilihat pada kondisi bola
mata. Individu dengan disabilitas netra mempunyai fisik mata yang berbeda
dengan individu pada umumnya. Ada beberapa individu yang tidak
mempunyai bola mata, kondisi bola mata yang keruh. Namun demikian ada
beberapa individu yang mempunyai bola mata yang baik seperti individu
lainnya akan tetapi tidak dapat melihat. (Nurakhmi et al., 2019). Kondisi
disabilitas netra terlihat ketika ia berjalan yang berbeda dengan orang
kebanyakan, seperti menabrak-nabrak, kedua tangan diposisikan di depan.
Bagi penyandang tuna netra sudah banyak ditemukan alat modifikasi secara
keseluruhan untuk olahraga, termasuk goal ball.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan disabilitas sensorik secara umum dan
tunanetra?
2. Bagaimana prinsip aktivitas fisik pada penderita tunanetra?
3. Bagaimana olahraga goalball untuk penderita tunanetra?
4. Siapa saja sasaran olahraga goalball?
5. Apa alasan memilih olahraga goalball untuk penderita tunanetra?
6. Apa manfaat olahraga goalball untuk penderita tunanetra?
7. Bagaimana FITT olahraga goalball?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Dari rumusan masalah diatas dapat kita simpulkan bahwa tujuan dari
makalah ini adalah sebagai berikut Mengetahui apa itu disabilitas
sensorik secara umum dan tunanetra.
2. Mengetahui prinsip aktivitas fisik pada penderita tunanetra.
3. Mengetahui olahraga goalball untuk penderita tunanetra.
4. Mengetahui sasaran olahraga goalball.
5. Mengetahui alasan memilih olahraga goalball untuk penderita tunanetra.
6. Mengetahui manfaat olahraga goalball untuk penderita tunanetra.
7. Mengetahui FITT olahraga goalball.

D. Manfaat Penulisan Makalah


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagi penambah
wawasan dan pengetahuan seputar disabilitas sensorik dan tunanetra dan
juga penambah wawasan dan pengetahuan terkait olahraga goalball bagi
penyandang disabilitas sensorik

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Disabilitas Sensorik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penyandang diartikan


dengan orang yang menyandang (menderita) sesuatu, sedangkan disabilitas
merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa
Inggris disability yang berarti cacat atau ketidakmampuan.
Undang-Undang No 8 Tahun 2016, Pasal 2 poin D dan F tentang hak
yang harus diterima oleh penyandang disabilitas yaitu hak kesamaan
kesempatan dan pelayanan secara penuh bagi penyandang disabilitas dan
hak tersebut perlu diterapkan dalam segala aspek kehidupan termasuk aspek
olahraga. Pasal 5 dan Pasal 15 tentang pelayanan olahraga yang merupakan
hak bagi penyandang disabilitas, salah satunya adalah penyandang
disabilitas sensorik.
Kondisi disabilitas sensorik penglihatan atau tunanetra merupakan
kondisi seseorang dimana mengalami kesulitan melakukan aktivitas sehari-
hari yang menggunakan aktivitas penglihatan. Hal ini disebabkan karena
adanya kerusakan pada mata dan organ-organ lain yang mendukung terjadi
proses melihat (Nurakhmi et al., 2019).
Individu dengan tunanetra akan dapat membedakan orang-orang
dilingkungannya melalui suara yang didengarnya, sentuhan dan mungkin
juga aromanya. Hal ini juga yang dilakukan oleh individu dengan disabilitas
netra melakukan eksplorasi atau memahami apa yang ada disekitar
lingkungannya melalui pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan.
Dengan hal demikian itulah individu dengan disabilitas netra belajar dan
berfungsi (Nurakhmi et al., 2019).
Secara fisik, anak dengan disabilitas netra dapat dilihat pada kondisi
bola mata. Individu dengan disabilitas netra mempunyai fisik mata yang
berbeda dengan individu pada umumnya. Ada beberapa individu yang tidak
mempunyai bola mata, kondisi bola mata yang keruh. Namun demikian ada
beberapa individu yang mempunyai bola mata yang baik seperti individu
lainnya akan tetapi tidak dapat melihat. (Nurakhmi et al., 2019).
Kondisi disabilitas netra terlihat ketika ia berjalan yang berbeda dengan
orang kebanyakan, seperti menabrak-nabrak, kedua tangan diposisikan di
depan. Bagi penyandang tuna netra sudah banyak ditemukan alat modifikasi
secara keseluruhan untuk olahraga, termasuk goal ball.
B. Definisi Disabilitas Sensorik dan Tuna Netra
Disabilitas sensorik adalah terganggunya salah satu fungsi dari
pancera indra antara lain disabilitas netra, disabilitas rungu, dan/atau
disabiltas wicara. Penyandang disabilitas sensorik adalah mereka yang

3
memiliki hambatan terutama terkait dengan panca indra. Disabilitas
sensorik dibagi menjadi dua yaitu tuna netra dan tuna rungu wicara. Tuna
netra adalah mereka yang memiliki gangguan daya penglihatan berupa
kebutaan yang menyeluruh atau sebagian. Walaupun telah diberi
pertolongan dengan alat khusus, penyandang disabilitas sensorik netra
masih tetap memerlukan pendidikan secara khusus. Keterbatasan dalam
konsep dan pengalaman baru, keterbatasan dalam berinteraksi dengan
lingkungan, dan keterbatasan dalam mobilitas (gerak).

Bila Dibagi Berdasarkan Ketajaman Penglihatan


• Low vision/ kurang lihat/ kurang awas yaitu mereka yang jarak
pandangnya sekitar 6 meter, apabila lebih dari 6 meter mereka akan
kesulitan melihat
• Blind/ buta bukan berarti dia tidak bisa melihat, hanya saja dia memiliki
daya penglihatan namun dijarak kurang dari 5 meter
• Buta total yaitu tidak memiliki sisa penglihatan/ tidak mampu melihat
sama sekali, yang bisa dilihatnya adalah warna gelap dan terang

Berdasarkan Faktor Terjadinya Ketunaan


• Sebelum/ sesudah bayi lahir yaitu ketika bayi didalam kandungan
sebenarnya dia sudah memiliki gejala ketunaan, terjadinya proses
kelahiran bisa saja menjadi alasan bayi mengalami tuna netra
• Disaat bayi berusia 3 tahun/ batita yaitu usia rentan mengalami ketunaan
• Pada usia balita 5 tahun, usia mas dimana pada usia ini balita memiliki
masa pertumbuhan yang luar biasa namun ketika penglihatan
mengalami kendala maka perkembangannyapun mengalami kendala
• Usia sekolah, usia remaja, dan usia disaat dewasa
Faktor Internal:
keturunan dan gen

Faktor Eksternal :
• Penyakit tertentu, misal rubela, cifilis, glukoma, retinopati diabetes
• Kekurangan mineral dan vitamin, seperti vitamin A
• Kecelakaan

C. Prinsip Aktifitas Fisik pada Penderita Tuna Netra


Pada dasarnya tunanetra dibagi menjadi 2 kelompok , yaitu buta total dan
kurang penglihatan (low visison)
1. Buta total
Buta total bila tidak dapat melihat dua jari di mukanya atau hanya
melihat sinar atau cahaya yang lumayan dapat dipergunakan untuk

4
orientasi mobilitas. Mereka tidak bisa menggunakan huruf lain selain
brailer.
2. Low Vision
Low vision adalah mereka yang bila melihat sesuatu, mata harus
didekatkan, atau mata harus dijauhkan dari objek yang diliatnya, atau
mereka yang memiliki pandangan kabur ketika objek. Untuk mengatasi
permasalahan penglihatannya, para penderita low vision ini
menggunakan kacamata atau kontak lensa.

Ciri-Ciri Disabilitas Tuna Netra


- Mereka tidak mampu melihat
- Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter, ada kerusakan
nyata pada kedua mata
- Sering meraba-raba dan tersandung di saat berjalan
- Mereka mengalami kesulitan mengambil benda kecil disekitarnya
- Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh dan kadang-kadang
bersisik atau kering
- Terdapat peradangan hebat pada kedua bola matanya

D. Olahraga Goal Ball Untuk Penderita Tuna Netra


Goalball adalah olahraga tim yang dirancang khusus untuk orang
yang memiliki hambatan penglihatan, awalnya dirancang pada tahun 1946
oleh Austria Hanz Lorenzen dan Jerman Sepp Reindle sebagai sarana untuk
membantu rehabilitasi para pejuang tuna netra di Perang Dunia II. Goalball
secara bertahap berkembang menjadi permainan yang kompetitif selama
tahun 1950 dan 1960-an, dan akhirnya dinominasikan sebagai olahraga
demonstrasi di Musim Panas 1976 Paralimpiade di Toronto. Goal Ball jika
dikembangkan secara kreatif bisa jadi olahraga alternatif untuk terapi
kepekaan dan ketangkasan ketika dalam keadaan gelap gulita. Hanya
mengandalkan pendengaran, dan tentu dengan tritmen-tritmen tertentu
secara psikologis, Goal ball bisa menjadi alternatif hiburan yang
menyenangkan. Meskipun dalam hal ini tuna netra akan menjadi ahlinya,
namun bukan hal sepele ketika orang biasa dapat melakukannya untuk
mengasah empati dan mengasah ketangkasan dalam keadaan yang sangat
minimal.
Di dalam Satu tim dianggotai tiga orang pemain, dengan kacamata
yang sudah digelapkan. Mereka bermain di sebuah arena dengan luas 18 x
9 meter, dan gawang sepanjang 9 meter di kedua sisinya dengan tinggi 130
meter. Saat menyerang, tim itu tidak boleh melebihi batas pelemparan bola
yakni 9 meter. Saat diserang, tim lawan mesti menghadang bola dan tidak
diperkenankan maju sampai 3 meter. Adapun bola yang digunakan yaitu
bola karet kempes sebesar bola basket yang telah diisi lonceng. Goal Ball

5
melarang pemain dan penonton untuk bersuara. Jika ada pemain atau
penonton yang mengeluarkan suara, maka wasit tidak akan memulai
pertandingan. Peraturan itulah yang menyebabkan koordinasi antar pemain
dilakukan dengan sandi berupa tepukan tangan ke lapangan.

E. Sasaran Olahraga Goalball


Sasaran olahraga Goalball yaitu orang yang memiliki hambatan
penglihatan atau penyandang tunanetra baik putra maupun putri. Cabang
olahraga ini mengandalkan keterampilan, kecepatan, dan akurasi. Untuk
dapat bermain di cabang olahraga Goalball ini, terdapat klasifikasi yang
ditentukan. Olahraga Goalball ini memiliki tiga klasifikasi yaitu B1, B2, dan
B3.
1. B1
Buta total, artinya pemain yang boleh bermain adalah mereka yang
termasuk tunanetra total. Pada kelas ini pemain memiliki kemampuan
penglihatan yang sangat rendah dan atau tidak memiliki persepsi cahaya
sama sekali.
2. B2
Area penglihatan kurang dari 5 derajat, artinya mereka hanya bisa
melihat samar-samar jika ada cahaya. Pada kelas ini pemain memiliki
kemampuan penglihatan yang lebih tinggi daripada pemain yang
bersaing di kelas B1 .
3. B3
Area penglihatan kurang dari 20 persen, artinya untuk mereka yang
mempunyai penglihatan terbatas (low vision). Biasanya mereka hanya
mampu melihat pada jarak 2-6 meter saja. Pemain kelas B3 (atau yang
setara) memiliki gangguan penglihatan paling rendah. Mereka memiliki
kemampuan penglihatan tertinggiUntuk memastikan kompetisi yang
adil antara tim, semua pemain harus mengenakan penutup mata selama
pertandingan sehingga pemain yang tidak memiliki kebutaan total tidak
diuntungkan

F. Alasan Memilih Olahraga Goalball Untuk Penderita Tunanetra


Goalball adalah olahraga tim yang dirancang khusus untuk
penyandang tunanetra. Olahraga Goalball ini dilakukan dengan cara
melempar dan menangkap bola Goalball. Melempar dan menangkap bola
Goalball berguna meningkatkan respon atau motorik kasar yang tidak
bekerja atau bergerak lamban pada penyandang tunanetra yang mengalami
gangguan visual. Bagi penyandang tunanetra melakukan melempar bola dan
menangkap bola juga sangat mempengaruhi perkembangan otot besarnya
atau pada motorik kasarnya. Menangkap bola Goalball memiliki beberapa
tujuan antara lain untuk melatih ketepatan dalam menangkap, melatih

6
konsentrasi melalui indera pendengaran, kecerdasan dalam memilih posisi
yang tepat untuk menangkap, dan tentunya melatih gerak motorik kasar
penyandang tunanetra. Melempar bola Goalball memiliki beberapa tujuan
antara lain untuk melatih ketepatan dalam melempar bola Goalball, melatih
berpikir sebelum bertindak, dan juga meningkatkan motorik kasar
penyandang tunanetra.
Dengan diterapkannya olahraga Goalball pada penyandang tunanetra, maka
mereka dapat mengerti pentingnya aktivitas fisik, melalui olahraga Goalball
juga dapat memberikan kepercayaan diri yang tinggi serta juga menambah
daya peka atau motorik kasar melalui indra pendengar penyandang
tunanetra yang sejauh ini masih lemah.

G. Manfaat Olahraga Goalball


Olahraga Goalball merupakan olahraga yang hanya melakukan
lemparan dan tangkapan bola, goalball juga berguna meningkatkan respon
atau motorik kasar yang tidak bekerja atau bergerak lamban pada
penyandang tunanetra yang mengalami gangguan visual. dan juga dapat
memberikan kepercayaan diri yang tinggi serta juga menambah daya peka
atau motorik kasar melalui indera pendengar tunanetra yang mungkin masih
lemah. Serta dapat membantu tunanetra meningkatkan kemampuan
mobilitas seperti bergerak, berpindah tempat, berjalan mandiri dan aktivitas
kemandirian lainnya. Dalam melakukan aktivitas bergerak, berpindah
tempat, berjalan mandiri, penyandang tunanetra senantiasa memanfaatkan
indera yang masih berfungsi atau koordinasi antara indera yang masih
berfungsi untuk merespon rangsangan dari lingkungan sekelilingnya. Oleh
karena itu, diharapkannya oalahraga Goalball sebagai salah satu kegiatan
untuk melatih motorik kasar dan mobilitas penyandang tunanetra dalam
menjalankan kegiatan sehari-harinya.

Dari beberapa manfaat tersebut terdapat juga manfaat lain dari


olahraga Goalball seperti meningkatkan daya kekuatan otot dan sendi dari
melakukan gerakangerakan pada olahraga Goalball. Goalball jika
dikembangkan secara kreatif bisa jadi olahraga alternatif untuk terapi
kepekaan dan ketangkasan ketika dalam keadaan gelap gulita. Hanya
mengandalkan pendengaran, dan tentu dengan tritmen-tritmen tertentu
secara psikologis, Goal ball bisa menjadi alternatif hiburan yang
menyenangkan. Meskipun dalam hal ini tuna netra akan menjadi ahlinya,
namun bukan hal sepele ketika orang biasa dapat melakukannya untuk
mengasah empati dan mengasah ketangkasan dalam keadaan yang sangat
minimal. Dengan olahraga Goalball ini tentunya jika bisa di buat sepopuler
mungkin akan bisa menepis tahayul tentang aktivasi otak tengah.

7
H. FIIT Olahraga Goalball
- Frekuensi : Frekuensi latihan atlet Goalball 4-6 kali dalam satu minggu
secara teratur dan dapat diterapkan pada penyandang tunetra lain dengan
frekuensi lebih rendah dan teratur . Latihan sebelum pertandingan
dimulai dapat dengan latihan pengolahan dua macam napas, yaitu napas
halus dan napas kasar, kedua napas ini memiliki fungsi yang berbeda,
Pengolahan napas halus dalam GoalBall berguna untuk meningkatkan
kepekaan, fokus dan ketenangan para atlet. Sedangkan pengolahan nafas
kasar berguna untuk kekuatan fisik.
- Intensitas : Olahraga Goalball memiliki intensitas sedang hingga tinggi,
Permainan dimulai dengan lemparan bola dari team area. Para pemain
akan diizinkan pemanasan di lapangan dengan satu lapangan dibagi
menjadi dua bagian untuk kedua tim. Tim tidak akan diizinkan untuk
melempar bola ke arah setengah lapangan tempat pemanasan tim lain.
Saat pemain melakukan lemparan, bola harus mengenai landing area,
jika tidak maka akan terjadi penalti. Satu pemain yang sama tidak boleh
melempar lebih dari empat kali secara berturut-turut. Jika wasit sudah
menginstruksikan play tapi pemain masih belum melempar dalam waktu
10 detik, maka akan terjadi pelanggaran dan penalti. Jika ada pemain
berteriak sebanyak 2x, dianggap pelanggaran dan pemain tersebut harus
keluar lapangan. Permainan Goalball berdurasi 2×12 menit. Ketika ada
gangguan suara, wasit dapat menghentikan pertandingan sementara.
Kesempatan untuk melakukan pergantian pemain sebanyak 3 kali untuk
setiap tim.
- Type : Jenis olahraga Goalball adalah olahraga kepekaan dan
ketangkasan. Olahraga Goalball menggunakan konsep latihan kekuatan
otot dengan kebutuhan khusus melalui pola gerak tertentu yang
memungkinkan otot-otot tubuh dapat dilatih untuk dapat dikendurkan
atau ditegangkan khususnya yang menunjang persendian tubuh dan
kepekaan respon indera pendengar.
- Time : Pertandingan berlangsung selama 24 menit dan dibagi menjadi 2
babak dengan waktu 12 menit setiap babak. Setiap babak setidaknya
paling lama 5 menit untuk waktu tambahan. Sebuah peringatan akan
dimulainya pertandingan akan diberikan 5 menit sebelum dimulainya
pertandingan. Half time akan berdurasi 3 menit. Semua tim dan pemain
harus siap untuk memulai ketika wasit mengucapkan ‟time‟. Jika tidak
mematuhi peraturan tersebut akan mengakibatkan penundaan
pertandingan dan hukuman bagi tim atau pemain itu sendiri. Setiap
setengah pertandingan akan dianggap selesai pada akhir pertandingan.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tunanetra merupakan kondisi seseorang dimana mengalami
kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari yang menggunakan aktivitas
penglihatan. Seseorang yang mengalami tunanetra harus tetap melakukan
aktifitas fisik untuk menunjang kesehatannya. Salah satu olahraga untuk
penyandang tunanetra adalah Goalball. Goalball merupakan sebuah
olahraga tim yang dirancang khusus untuk orang yang memiliki hambatan
penglihatan dengan memanfaatkan bola. Olahraga ini didesain khusus
dengan harapan memberikan manfaat bagi tunanetra, diantaranya yaitu
untuk meningkatkan respon atau motorik kasar yang tidak bekerja atau
bergerak lamban pada penyandang tunanetra yang mengalami gangguan
visual, memberikan kepercayaan diri yang tinggi, meningkatkan
kemampuan mobilitas seperti bergerak, berpindah tempat, berjalan mandiri
dan aktivitas kemandirian lainnya, meningkatkan daya kekuatan otot dan
sendi, serta menjadi olahraga alternatif untuk terapi kepekaan dan
ketangkasan ketika dalam keadaan gelap gulita.
B. Saran
Saran yang kami berikan adalah dalam setiap permainan Goalball
hendaknya selalu didampingi oleh pengawas atau pelatih yang ahli. Selain
itu, bagi penonton yang ingin melihat pertandingan ini diharapkan untuk
mematuhi peraturan yang ada, seperti tidak membuat suara berisik ketika
permainan sedang berlangsung.

9
DAFTAR PUSTAKA
Ashadi, Kunjung. 2019. Olahraga Disabilitas. Edited by Khusnul Khotimah.
Surabaya: Uwais Inspirasi Indonesia.

Saputra, Hery. 2015. “Efektivitas Pelaksanaan Olahraga Goalball Terhadap


Peningkatan Ketrampilan Motorik Kasar Pada Anak Tunanetra SLB Negeri
Semarang.” Universitas Negeri Semarang.

International Blind Sport Federation (IBSA). 2010. IBSA Goalball Rules.

Somantri, Sutjihat, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: PT Refika Aditama,


2012.

Rena, M.M. and Jakarta, U.S.H. (no date) ‘Permainan Orientasi Mobilitas Untuk
Anak Tunanetra’, p. 11.

Nurakhmi, Riksma dkk. 2019. Menemukenali dan Menstimulasi Anak

Penyandang Disabilitas. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak

10

Anda mungkin juga menyukai