Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMERIKSAAN VISUS

Kelompok 1
Areta Feodora Effandi 22.2.048
Dian Klarista 22.2.050
Elma Novika Haryani 22.2.052
Fajar Bahari 22.2.053
Faradina 22.2.054
Inna Radiena 22.2.057
Melania F Alves Manikin 22.2.062
Rido Damanik 22.2.071
Shinta Rambu Atanyungga Taralandu 22.2.076
Stein Mario Aldrich A Quin Amsikan 22.2.079
Taqiah Kamila Az Zahra Sr 22.2.081

STUDI SARJANA TERAPAN ANESTESIOLOGI


POLITEKNIK INSAN HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
kelompok untuk Mata kuliah Ilmu Biomedik Dasar dengan topik Pemeriksaan Visus Pada
anak yang bermain game online.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa banyak bantuan dari pihak yang
dengan tulus memberikan doa, saran dan kritikan, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya
pengetahuan yang kami miliki. oleh karena itu, kami mengharap segala bentuk saran dan
masukan membangun dari berbagai pihak. kami garap sedikit pengetahuan dari makalah kami
dapat diterima dan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Surakarta, 18 November 2022


DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………………………………………………………… 2
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………………………………………. 3
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………………………………………………………. 4
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………………. 4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………………. 4
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………………………………………… 4
BAB II Pembahasan…………………………………………,………………………………………………………………………. 6
A. Nilai Visus dan Kelainan Refraksi……………………………………………..…………………………………. 6

BAB III Kesimpulan…………………………………………………………….………………………………………….…..…… 15


Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………………………..…………. 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penggunaan gadget yang salah seperti frekuensi penggunaan gadget yang berlebihan,
posisi yang tidak benar dan intensitas pencahayaan yang tidak baik, akan berdampak terhadap
penurunan tajam penglihatan

Estimasi jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada tahun
2010 adalah 285 juta orang atau 4,24% populasi, sebesar 0,58% atau 39 juta orang menderita
kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision (Global Data On Visual
Impairment 2010, WHO 2012). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2007 dan 2013
mengumpulkan data mengenai kesehatan indera penglihatan. Untuk tahun 2013, responden
yang dianalisis berjumlah 924.780 orang. Hasilnya prevalensi kebutaan sebesar 0,4%,
validasi perdami 0,6%. Menurut Provinsi, prevalensi kebutaan penduduk umur 6 tahun ke
atas tertinggi ditemukan di Gorontalo (1,1%), diikuti NTT (1,0%), Sulawesi selatan, dan
Bangka Belitung (masing-masing 0,8%). Prevalensi kebutaan terendah ditemukan di Papua
(0,1%) diikuti NTB dan DI Yogyakarta, masing-masing 0,2% (Kemenkes RI, Laporan Hasil
Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013.

Pmeriksaan Visus bertujuan untuk mengetahui kelainan refraksi mata seperti mata
minus ( rabun jauh ), rabun dekat, dan silinder.

1.2 Rumusan Masalah

KASUS I

Menurut Dr. Tjahjono, 2009 bermain video game antara 2,5-4 kali lebih melelahkan di
bandingkan dengan membaca. Anak-anak yang bermain video game secara terus-menerus
akan timbul kelelahan pada syarafnya. Hal ini disebabkan karena syaraf baru akan bekerja
apabila terkena sinar. Jika mata digunakan selama 0,5–7 jam tanpa istirahat dalam waktu 1-
3 tahun mata akan mengalami penurunan nilai visus (tajam penglihatan).Hal tersebut di
tunjang dengan data dari Dinas Kesehatan Kota Malang (2011) yang menyebutkan di wilayah
puskesmas Dinoyo di dapatkan angka kejadian kelainan refraksi dengan adanya tanda
penurunan nilai visus (tajam penglihatan) pada kelompok usia 5-18 tahun 210 orang pada
laki–laki dan 116 pada perempuan. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Malang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk dilakukan penelitian demi mengetahui sejauh
mana dampak perkembangan teknologi khususnya video game yang saat ini semakin marak
terhadap kesehatan khususnya kesehatan mata. Maka penelitian ini di harapkan memberikan
suatu solusi agar anak-anak bisa tetap bermain video game secara sehat. Tujuan Penelitian :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi lama bermain video game pada anak
usia sekolah di wilayah Kelurahan Dinoyo. Mengidentifikasi nilai visus pada anak usia
sekolah di wilayah Kelurahan Dinoyo. Menganalisis pengaruh lama bermain video game
terhadap nilai visus anak usia sekolah di wilayah Kelurahan Dinoyo. Metode: Desain
penelitian korelasi menggunakan konsep retrospektif pendekatan penelitian kasus kontrol
(Case Control).dan tehnik sampling total sampling. Analisa univariat uji homogenitas, analisa
bivariat uji Anova 1 jalur. Hasil: Pada hasil pengujian dengan Uji Anova 1 jalur,
menunjukkan bahwa lama waktu bermain video game dapat mempengaruhi nilai visus. Serta
diantara kelompok kasus dan kelompok kontrol berbeda secara signifikan. Yang ditunjukkan
dengan hasil nilai F hitung adalah sebesar 112,482. Kesimpulan: Lama bermain video game
dapat mempengaruhi nilai visus.Serta tingkat nilai visus yang dimiliki kelompok kasus dan
kelompok kontrol berbeda secara signifikan. Pengaruh lama bermain video game terhadap
nilai visus pada anak usia sekolah berkorelasi kuat.
sumber kasus” https://eprints.umm.ac.id/29851/

1.3 Tujuan Penlitian

Mengetahui bagaimana pemaparan materi dari Nilai Visus dan Kelainan Refraksi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kata kunci
- Nilai Visus
- Kelainan Refraksi

B. Kerangka Konsep

Nilai Visus
Visus adalah ketajaman penglihatan.

Kelainan Refraksi
Kondisi di mana cahaya yang masuk ke
dalam mata tidak dapat difokuskan
dengan jelas.

C. Pertanyaan terkait Nilai Visus dan Kelainan Refraksi


1. Pengertian secara umum Nilai Visus ?
2. Bagaimana Prosuder Pemeriksaan Visus ?
3. Faktor faktor yang mempengaruhi nilai Visus ?
4. Pengertian secara umum Kelainan Refraksi ?
5. Macam macam Kelainan Refraksi ?
6. Bagaimana pemeriksaan Kelainan Refraksi ?

D. Jawaban Nilai Visus dan Kelainan Refraksi


1.) Pengertian secara umum Nilai Visus adalah Kemampuan mata untuk melihat dengan jelas
dan tegas, serta dapat membedakan berbagai bentuk, warna, dan cahaya pada jarak tertentu.
Penglihatan yang optimal hanya dapat dicapai bila terdapat suatu jalur saraf visual yang utuh,
stuktur mata yang sehat serta kemampuan fokus mata yang tepat.

https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/3121-Full_Text.pdf

2.) Pemeriksaan Visus

Pemeriksaan Visus dapat dilakukan dengan Optotip Snellen merupakan susunan huruf yang
sudah disusun secara terukur, untuk memeriksa tajam penglihatan seseorang.

Pada Snellen yang standar, di sisi kanan tiap baris huruf, akan tertera ukuran tajam
penglihatan di baris tersebut dalam satuan FT (feet / kaki) dan M (meter).

Visus optimal pada orang normal adalah 6/6 (meter), atau setara dengan 20/20 (feet). Pada
Snellen yang standar, ukuran visus yang optimal ini pada umumnya terletak di baris ke-8
(diatas garis merah).

Prosedur Pemeriksaan Visus

1. Pasang optotip Snellen dalam posisi tegak (tempelkan di dinding)

2. Posisikan penderita dalam jarak 5 - 6 meter dari Optotip Snellen.

3. Mulailah pemeriksaan dari mata kanan. Minta penderita untuk menutup mata kirinya
dengan telapak tangan kiri tanpa menekan bola mata.
4. Dengan menggunakan mata kanan, minta penderita untuk membaca huruf pada Snellen
mulai dari baris atas ke bawah, hingga baris terakhir yang masih dapat dibaca penderita
dengan benar

5. Pada baris tersebut, lihat ukuran yang ada di sebelah kanan huruf. Jika angka menunjukkan
30 meter berarti visus penderita adalah 6/30 (artinya orang normal dapat membaca huruf
tersebut pada jarak 30 meter, sedangkan penderita hanya dapat membaca pada jarak 6 meter).

6. Jika huruf paling atas pada Snellen tidak dapat terbaca oleh penderita, lakukan
pemeriksaan tajam penglihatan dengan cara hitung jari. Acungkan jari tangan dari jarak 1
meter, terus mundur ke belakang 2 meter, 3 meter, dan seterusnya. Jika penderita hanya dapat
menghitung jari dengan tepat maksimal pada jarak 3 meter, berarti visusnya 3/60 (artinya
orang normal dapat melihat jari tangan pada jarak 60 meter, penderita hanya dapat membaca
dari jarak 3 meter).

7. Jika acungan jari dari jarak 1 meter saja tidak dapat terlihat oleh penderita, lakukan
pemeriksaan tajam penglihatan dengan cara goyangan tangan. Goyangkan tangan, ke atas-
bawah atau kanan-kiri dari jarak 1 meter, terus mundur ke belakang 2 meter, 3 meter, dst.
Jika penderita dapat melihat goyangan tangan pada jarak 1 meter, berarti visusnya 1/300
(artinya orang normal dapat melihat goyangan tangan pada jarak 300 meter, penderita hanya
dapat membaca dari jarak 1 meter saja).

8. Jika goyangan tangan dari jarak 1 meter saja tidak dapat terlihat oleh penderita, lakukan
pemeriksaan tajam penglihatan dengan cara menyorotkan lampu. Sorotkan lampu senter di
depan mata penderita. Minta penderita menyebutkan ada sinar atau tidak. Jika penderita
melihat sinar berarti visusnya 1 / ~, jika tidak berarti visusnya 0 (No Light Perception / NLP).

9. Lakukan hal demikian pada mata kiri dengan menutup mata kanan dengan telapak tangan
kanan tanpa tekanan.

10. Visus dikatakan normal jika nilainya 5/5 atau 6/6.

https://myklass-fkik.umy.ac.id/mod/resource/view.php?id=26032

3.) Faktor faktor yang mempengaruhi nilai Visus antara lain :

1. Usia ( Bertambahnya usia menyebabkan lensa kehilangan elastisitasnya )


2. Lama Kerja (Semakin orang melihat secara dekat maka akan semakin mudah terkena
miopi)

3. Sistem persarafan mata

Apabila ada gangguan di salah satu jalur visual (retina-korteks serebri), maka informasi
visual tidak akan tersampaikan dengan baik dan akan menurunkan tajam penglihatan.

4. Masa Kerja

Pertambahan masa kerja yang terakumulasi cukup lama akan mengakibatkan kelelahan pada
otot mata dan otot penggerak bola mata.

5. Jarak pandang kerja

Menurut OSHA disebutkan bahwa jarak mata terhadap layar monitor ( gadget ) sekurang
kurangnya adalah 50-100 cm.

6. Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya juga menentukan jangkauan akomodasi, apabila intensitas cahaya yang
rendah titik jauh bergerak menjauh maka kecepatan dan ketepatan akomodasi bisa berkurang.
Sehingga apabila intensitas cahaya makin rendah maka kecepatan dan ketepatan akomodasi
juga akan berkurang.

https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/3121-Full_Text.pdf

4.) Pengertian secara umum Kelainan Refraksi adalah suatu kondisi ketika sinar datang
sejajar pada sumbu mata dalam keadaan tidak berakomodasi yang seharusnya direfraksikan
oleh mata tepat pada retina sehingga tajam penglihatan maksimum tidak direfraksikan oleh
mata tepat pada retina baik itu di depan, di belakang maupun tidak dibiaskan pada satu titik.
Kelainan ini merupakan bentuk kelainan visual yang paling sering dan dapat terjadi akibat
kelainan pada lensa ataupun bentuk bola mata.

https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/3121-Full_Text.pdf

5. Macam macam Kelainan Refraksi

a) Miopia
Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan
media refraksi terlalu kuat. Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat
menjadi melihat terlalu dekat, sedangkan melihat jauh kabur atau disebut pasien adalah rabun
jauh. Pasien dengan miopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan
juling dan celah kelopak yang sempit seseorang miopia mempunyai kebiasaan menyeringit
matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole.

Koreksi dengan lensa negatif: konkaf

Lensa sferis minus terkecil yang tajam memberikan penglihatan terbaik (misal S -2.50 dan S -
2.75 memberi visus 6/6 dipilih S -2.50)

Contoh:

OD S -2,50 D

OS S -2.00D

b) Hipermetropia

Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata
dimana sinar sejajar tidak jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di
belakang retina. Pada hipermetropia sinar sejajar difokuskan di belakang makula lutea. Gejala
yang ditemukan adalah penglihatan dekat dan jauh kabur, sakit kepala, silau, dan kadang rasa
juling atau lihat ganda. Pasien akan mengeluhkan matanya lelah dan sakit karena terus
menerus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang
makula agar terletak di daerah makula lutea.

Koreksi dengan lensa positif: konveks

Karakteristik: membuat gambaran lebih besar dan lebih dekat sehingga dapat terlihat jelas
oleh mata
Lensa sferis positif terbesar yang memberikan ketajaman penglihatan terbaik (misal S +2.75
dan S +2.50 memberikan visus 6/6, dipilih S +2.75)

Contoh:

OD S +2.75 D

OS S +2.50D

c) Astigmatisme ( silinder )

Pada astigmatisme berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina
akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan
kelengkungan permukaan kornea. Pada mata dengan astigmatisme lengkungan jari-jari
median yang tegak lurus padanya. Keadaan ini dapat dikoreksi dengan kaca mata berlensa
cembung.

-Koreksi dengan lensa silindris atau lensa silindris dan sferis

-Lensa silinder memiliki dua meridian yang tegak lurus satu sama lain

-Meridian yang tidak memiliki kekuatan lensa disebut aksis

-Meridian lainnya memiliki kekuatan lensa

-Derajat astigmatisme sama dengan ukuran lensa silinder negatif yang dipakai sehingga
gambar kipas astigmatisme tampak jelas
3) Presbiopia

Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat kelemahan otot akomodasi dan
lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa. Akibat gangguan
akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun akan memberikan keluhan
setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair, dan sering terasa pedas.

Koreksi dengan lensa bifokal

Karakteristik: memiliki dua kekuatan lensa yang berbeda

Ukuran lensa yang memberikan ketajaman penglihatan dekat sempurna merupakan ukuran
lensa yang diperlukan untuk adisi kacamata baca

Hubungan lensa adisi dan umur biasanya:

40-45 tahun S +1.00 dioptri

45-50 tahun S +1.50 dioptri

50-55 tahun S +2.00 dioptri

55-60 tahun S +2.50 dioptri

> 60 tahun S +3.00 dioptri

Jarak baca biasanya 30 cm sehingga adisi +3.00 D adalah lensa positif terkuat yang dapat
diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi bila membaca
pada jarak 33 cm karena benda yang dibaca terletak pada titik api lensa +3.00 D sehingga
sinar yang keluar akan sejajar.

Adisi untuk membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan jarak pasien pada waktu
membaca. Pemeriksaan sangat subjektif sehingga angka-angka di atas bukanlah angka yang
tetap.
Contoh:

OD S -0,75 D

OS S -1.00D

TAMBAH S +2.00 D

https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/3121-Full_Text.pdf

6.) Pemeriksaan kelainan Refraksi

Gambar 2. Trial Lens


Cara melakukan pemeriksaan pinhole dan koreksi kacamata :

1. Penderita duduk 5 atau 6 meter dari kartu Optotip Snellen.

2. Tutup mata kiri dengan telapak tangan kiri tanpa tekanan.

3. Periksa visus mata kanan.

4. Jika visus tidak mencapai 6/6, lakukan pemeriksaan dengan pinhole

5. Pasang lempeng pinhole pada mata kanan dan minta penderita tetap menutup mata kiri
dengan telapak tangan kiri tanpa tekanan

6. Jika didapatkan hasil visus membaik setelah pemeriksaan pinhole, berarti terdapat
gangguan refraksi pada penderita ini, maka kita perlu melakukan koreksi dengan kacamata

7. Jika kita curiga miopia (rabun jauh), maka lakukan koreksi kacamata dengan mulai
memasang lensa sferis negatif dari angka terkecil terus naik ke angka yang lebih besar sampai
tercapai visus 6/6 atau visus optimum.

8. Catat macam lensa dan ukuran terkecil yang memberikan tajam penglihatan terbaik.

9. Lakukan hal demikian pada mata kiri dengan menutup mata kanan dengan telapak tangan
kanan tanpa tekanan.

10. Lakukan koreksi kacamata dengan lensa sferis positif jika kita curiga hipermetropi (rabun
dekat), dengan mulai memasang lensa sferis positif dari angka yang terkecil terus naik ke
angka yang lebih besar sampai tercapai visus 6/6 atau visus optimum.

11. Catat macam lensa dan ukuran terbesar yang memberikan tajam penglihatan terbaik

12. Jika dengan lensa sferis negatif maupun positif belum maksimal, maka astigmatisme

Pemeriksaan astigmatisma

13. Lakukan teknik fogging, pasang lensa S+0,50 di depan mata yang akan diperiksa
astigmatisma

14. Minta penderita untuk melihat kipas astigmatisma (astigmat dial), minta penderita
menyebutkan garis mana yang paling jelas atau paling tebal

15. Pasang lensa C-0,50D dengan aksis dipasang tegak lurus dengan garis yang paling jelas.
16. Tambah power lensa silinder secara bertahap sampai dengan semua garis terlihat jelas.

17. Penderita kembali diminta melihat Snellen, bila visus belum 6/6 lensa fogging dicabut.

18. Catat macam lensa, ukuran, dan axis yang memberikan tajam penglihatan terbaik.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Nilai Visus adalah Kemampuan mata untuk melihat dengan jelas dan tegas, serta dapat
membedakan berbagai bentuk, warna, dan cahaya pada jarak tertentu.

Pemeriksaan Visus dapat dilakukan dengan Optotip Snellen merupakan susunan huruf yang
sudah disusun secara terukur, untuk memeriksa tajam penglihatan seseorang.

Faktor yang mempengaruhi Nilai Visus antara lain : Usia, Lama kerja, Sistem Persyarafan
mata, Masa kerja, Jarak Pandang Kerja, Intensitas Cahaya.

Kelainan Refraksi adalah suatu kondisi ketika sinar datang sejajar pada sumbu mata dalam
keadaan tidak berakomodasi yang seharusnya direfraksikan oleh mata tepat pada retina
sehingga tajam penglihatan maksimum tidak direfraksikan oleh mata tepat pada retina baik
itu di depan, di belakang maupun tidak dibiaskan pada satu titik.

Kelainan Refraksi antara lain : Miopi, Hipermetropi, astigmatisma ( Silinder ), dan Presbiopi
( Rabun Senja )
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umm.ac.id/id/eprint/29851

Anda mungkin juga menyukai