Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS

GAGAL GINJAL

KMB 2 Sistem Urologi

Dosen pengampu : Dian Anggraeni,M.Kep

Oleh :

Nama : Ina Hardiani

Nim : 220061

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan kerunia-Nya
saya dapat menyeleesaikan laporan ini tepat waktu. Saya harap laporan yang saya susun ini dapat
bermanfaat bagi pembaca khususnya tentang penyakit Gagal Ginjal beserta Asuhan
Keperawatannya. Saya menyadari bahwa laporan yang saya buat ini masih banyak kekurangan
maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandung, 12 November 2021


Penulis
KASUS

Tn. A usia 61 tahun datang ke UGD dengan keluhan dyspneu sejak 7 hari yang lalu yang
dirasakan semakin memberat, dengan tanda-tanda vital TD: 190/100 mmHg, nadi: 90x/menit,
RR: 28x/menit suhu afebris Kadang keluhan disertai nyeri dada, Ronkhi (+), mudah lelah,
oliquria, oedem ekstremitas, ada nyeri abdomen yang disertai mual. Tn. A menjalani
pemeriksaan foto thoraks dengan hasil kardiomegali disertai edema paru, efusi pleura bilateral.
Hasil foto BNO didapatkan hasil nefrolitiasis bilateral. Dilakukan pemerisaan darah dengan hasil;
Ureum: 257, kreatinin: 15.63, GDS: 107, Natrium: 139, Kalium: 4.3, HB: 7.9, Hematokrit: 24.6,
Eritrosit: 2.76, Leukosit: 13.510. Pasien direncanakan untuk persiapan HD.

PERTANYAAN YANG TIDAK TERJAWAB

1. Foto BNO

Bless Nier Overzicht (BNO) merupakan pemeriksaan keseluruhan di daerah abdomen


sampai pelvis untuk melihat sistem traktus urinarius dari nier (ginjal) hingga blass
(kandung kemih), dengan foto BNO dapat menentukan ukuran, bentuk, dan posisi serta
dapat membedakan batu.

2. Mengapa pasien direncanakan untuk persiapan HD?

HD adalah hemodialisa yang berarti cuci darah, ini dibutuhkan untuk penderita gagal
ginjal kronis karena cairan, elektrolit, dan limbah akan tertumpuk di tubuh.

3. Mengapa pasien ada nyeri abdomen yang disertai mual?

Mual pada gangguan ginjal bisa jadi merupakan respon dari penumpukan urea di darah
1. LEARNING OBJECTIVE

Gagal Ginjal

1. Definisi Gagal Ginjal

Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi yang progresif dan irreversible dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
menyebabkan uremia (retensi ureadan sampah nitrogen dalam darah).

Gagal ginjal akut bisa menimbulkan cidera permanen (ginjal berhenti berfungsi) atau berakibat
fatal apabila tidak ditangani dengan tepat. Namun, bila ditangani dengan baik dan tepat, maka
bisa pulih sepenuhnya.

2. Patofisiologi Gagal Ginjal

Penurunan fungsi renal menyebabkan penimbunan produk akhir metabolisme tertimbun dalam
darah sehingga terjadi uremia. Selain itu, penurunan dari filtrasi glomeruli juga dapat
menyebabkan klirens kreatinin menurun dan kadar kreatinin serum meningkat. Ginjal tidak
mampu mengkonsentrasikan dan mengencerkan urin secara normal, akibatknya terjadi retensi
cairan dan natrium yang meningkatkan terjadinya edema. penurunan dari fungsi ginjal juga
menyebabkan produksi eritropoetin tidak adekuat menstimulasi sum-sum tulang untuk
menghasilkan sel darah merah dan menyebabkan anemia disertai keletihan, angina, sesak
napas, defisiemsinutrisi dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan gastrointestinal. Selain
itu juga menurunkan kadar serum kalsium dan meningkatkan kadar fosfat serum. Penurunan
kadar kalsium serum menyebabkan sekresi dari parathormon dan kelenjar parathiroid.

Adanya gagal ginjal tubuh tidak berespon terhadap peningkatan parathormon, akibatnya
kalsium ditulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan penyakit tulang.

3. Etiologi Gagal Ginjal

Mayoritas gagal ginjal akut terjadi karena berkurangnya aliran darah ke ginjal. Berikut ini
beberapa hal yang bisaa menurunkan aliran darah ke ginjal:

 Volume darah yang rendah


 Jumlah darah yang dipompa jantung di bawah normal.

 Gangguan pada pembuluh darah.

 Pengaruh beberapa obat-obatan tertentu yang bisa menggangu suplai darah ke


ginjal atau bahkan mengganggu ginjal. Contohnya, obat anti inflamasi non-steroid
(OAINS), obat untuk hipertensi, dan antibiotik tertentu.

Selain karena berkurangnya aliran darah ke ginjal, gagal ginjal akut juga bisa dipicu oleh dua
penyebab, yaitu:

 Tersumbatnya saluran urine.

 Kerusakan langsing di ginjal.

4. Klasifikasi Gagal Ginjal

Penurunan fungsi ginjal memiliki beberapa tingkatan sebelum mencapai stadium akhir.
tingkatan ini diukur dari penurinan laju filtrasi glomerulus (LFG) atau bisa juga disebut
Glomerular Filtration Rate (GFR) dengan tingkatan sebagai berikut:

 Stadium 1: Kerusakan pada ginjal dengan GFR yang normal atau di atas 90mL/min/1.73
m².

 Stadium 2: Kerusakan pada ginjal dengan penurunan GFR yang ringan


60-89mL/min/1.73 m².

 Stadium 3: Penurunan pada GFR yang sedang 30-59mL/min/1.75m².

 Stadium 4: Penurunan pada GFR yang parah 15-29mL/min/1.73m².

 Stadium akhir: Dapat dikatakan gagal ginjal kronik apabila GFR kurang dari
15mL/min/1.73m².

5. Komplikasi Gagal Ginjal

 Kadar kalium berlebih (Hiperkalemia)

Hiperkalemia terjadi ketika kadar kalium dalam darah terbilang tinggi. Seseorang yang
mengidap gagal ginjal kronis, organ ginjalnya tidak lagi mampu menyerap dan
mensekresikan kalium. Inilah alasan pengidap hiperkalemia tidak dianjurkan untuk
mengonsumsi buah dan sayuran.

 Cairan Berlebihan

 Osteomalacia

 Metabolik Asidosis

 Dislipidemia

6. Manifestasi Klinik Gagal Ginjal

Manifestasi klinik atau gejala dari gagal ginjal, yaitu:

1. Berkurangnya produksi urin

2. Linglung atau kebingungan

3. Mual dan muntah

4. Sesak napas

5. Penumpukan cairan dalam tubuh atau edema

6. Kelelahan

7. Dehidrasi

8. Sakit di bagian dada

9. Nyeri punggung

10. Sakit perut

11. Hipertensi

12. Gangguan tidur

7. Pengobatan dan Pencegahan Gagal Ginjal

Penyakit gagal ginjal tidak dapat disembuhkan dan kondisi ginjal yang rusak tidak dapat
kembali seperti semula. Penanganan gagal ginjal kronis yang dilakukan dokter bertujuan
untuk memperbaiki gangguan yang terjadi akibat kerusakan ginjal, mengendalikan
penyakit yang menyebabkan gagal ginjal kronis, menghambat perkembangan gagal gi jal
kronis menjadi lebih parah, dan mempertahankan laju filtrasi ginjal sebaik mungkin.

Pemberian Obat-obatan:

 Obat hipertensi

 Suplemen untuk anemia

 Suplemen kalsium dan vitamin D

 Obat diuretik

 Obat kortikosteroid

Terapi Pengganti Ginjal:

Untuk pasien gagal ginjal kronis stadium 5, penanganan yang dapat dilakukan adalah
mengganti tugas ginjal dalam tubuh dengan terapi pengganti ginjal. Terapi ini terdiri
dari:

 Dialisis

Dialisis adalah proses penyaringan limbah dan cairan dalam tubuh. Terdapatdua
jenis dialisis, ada hemodialisis atau dikenal dengan cuci darah dan CAPD (continuous
ambulatory peritoneal dialysis) yaitu dialisis yang dilakukan dengan memasukkan
cairan dialisis ke dalam peruy melalui lubang buatan.

 Transplantasi Ginjal

Transplantasi ginjal dilakukan dengan mengganti ginjal dengan ginjal sehat dari
pendonor. Pasien tidak perlu lagi cucidarah tetapi pasien harus tetap mengonsumsi
obat imunosupresif dalam jangka panjang untuk menghindari resiko penolakan
organ cangkok.

Pencegahan Gagal Ginjal:

 Menerapkan gaya hidup sehat dengan banyak minum air putih, tidak merokok,
menghindari asap rokok,tidak minum minuman beralkohol, dan rajin
berolahraga

 mengonsumsi makanan sehat dan menjauhi makanan penyebab gagal ginjal


 melakukan pemeriksaan kesehatan dengan rutin

 menghindari mengonsumsi obat-obatan, suplemen kesehatan, atau obat herbal


secara berlebihan

8. Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Nama : Tn.A

Jenis kelamin : Laki – laki

Umur : 61 tahun

Agama :

Status perkawinan :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir :

Alamat :

No. CM

Diagnosa medik : Gagal Ginjal

Tanggal Masuk rs :

Tanggal pengkajian :

B. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Keperawatan

a. Keluhan Utama

Pasien mengatakan sesak sejak 7hari yang lalu dan semakin memberat

b. Riwayat Penyakit Sekarang


kadang keluhan disertai nyeri dada, ronkhi (+), mudah lelah, oliguria, oedem
ektremitas, ada nyeri abdomen yang disertai mual

c. Riwayat Penyakit Masa Lalu

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Kesadaran : compos mentis

Kondisi secara umum : sesak dan mual

TTV

TD : 190/100mmHg

Nadi : 90x/mnt

RR : 28x/mnt

Suhu : afebris

2. Pemeriksaan Head to Toe

Paru-paru : oedem paru

Ekstremitas : oedem ekstremitas

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

NO TANGGAL PEMERIKSAAN HASIL

1 Ureum 257

Kreatinin 15,63

GDS 107

Natrium 139

Kalium 4,3

Hb 7,9
Hematokrit 24,6

Eritrosit 2,76

Leukosit 13,510

E. ANALISA DATA

DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : sesak nafas sejak 7 Oedema Bersihan jalan nafas


hari yang lalu dan semkin berhubungan
memberat disertai nyeri ↓ dengan spasme
dada. jalan nafas (ditandai
Sesak napas dengan suara nafas
DO : Pemeriksaan foto tambahan (ronkhi),
thorax dengan hasil ↓ perubahan frekuensi
kardiomegali disertai nafas dan dypnea)
oedem paru Karena ada tekan pada

TD :190/100 mmhg organ paru

N : 90 x / menit ↓

RR : 28x / menit
Bersihan jalan nafas
Suhu : apebris

2. DS : klien mengatakan Kerusakan fungsi ginjal Kelebihan volume


oliguria cairan b.d

penurunan volume
DO : TTV :
Kerusakan glomerulus cairan

TD : 190 / 100 mmhg ↓ (ditandai retensi


Nadi 90 x/mnt urin)
Filtrasi glomerulus
menurun
RR : 28 x/mnt

suhu afebris Retensi cairan

Oedem ekstremitas ↓

Edema

Kelebihan cairam volume

3. DS : Klien mengatakan Hipertensi Perfusi jaringan


tekanan darah tinggi rental tidak efektif
↓ berhubungan
DO : dengan perubahan
Kecinya pembuluh darah afterload (ditandai
Keadaan umum : lemas dengan oliguria dan
↓ perubahan tekanan
Kesadaran : compos darah)
Suplai oksigen
mentis

TTV : TD : 190 / 100
mmhg, Nadi 90 x/mnt, Hipoperfusi ketidak
RR : 28 x/mnt suhu efektifan perfusi renal
afebris

Pada saat dikaji tekanan
Produksi hormo rennin
darah 190 / 100 mmHg

 Kardiomegali
Aktifnya angiotensin
 Odema paru

Vasokontriksi

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan nafas (ditandai dengan
suara nafas tambahan (ronkhi), perubahan frekuensi nafas dan dypnea)

2. Keletihan volume cairan berhubungan dengan penurunam volume cairan (ditandai


retensi urin)

3. Perfusi jaringan rental tidak efektif berhubungan dengan perubahan afterload


(ditandai dengan oliguria dan perubahan tekanan darah)

G. INTERVENSI

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI IMPLEMENTAS


O I

1 Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Memonitor


napas b.d tindakan TTV
spasme jalan keperawatan, 2. Catat gaya dan
diharapkan bersihan 2. Mencatat gaya
napas fluktuasi yang
jalan napas dapat dan fluktuasi
(ditandai luas pada tekanan yang luas pada
dengan suara teratasi, dengan:
darah tekanan darah
napas Kriteria hasil:
tambahan 3. Monitor pola 3. Memonitor
(ronkhi), - Frekuensi
pola pernapasan
pernapasan
perubahan pernafasan dari abnormal
frekuensi abnormal
deviasi berat dari
napas,dan 4. Memonitor
kisaran normal (1) 4. Monitor suara suara paru-paru
dyspnea)
menjadi deviasi paru-paru
5. Memonitor
sedang dari kisaran
5. Monitor irama irama dan laju
normal (3) pernapasan
dan laju
- Tes faal paru dari pernapasan 6. Memonitor
deviasi berat dari tekanan darah,
6. Monitor denyut nadi, dan
kisaran normal (1)
tekanan darah, pernapasan
menjadi deviasi sebelum, selama,
denyut nadi,dan
sedang dari kisaran dan setelah
pernapasan beraktivitas
normal (3)
sebelum, selama,
- Suara nafas dan setelah dengan tepat
tambahan dari sangat beraktivitas
7.
berat (1) menjadi dengan tepat Mengindentifikasi
cukup (3) kemungkinan
7. Identifikasi penyebab
- Dypnea dengan kemungkinan
perubahan TTV
aktivitas ringan dari penyebab
sangat berat (1) perubahan TTV
menjadi cukup (3)

2 Kelebihan Setelah dilakukan 1. kaji adanya 1. Mengkaji


volume cairan tindakan edema pada adanya edema
b.d keperawatan bagian pada bagian
penurunan diharapkan kelebihan ekstremitas ekstremitas
volume cairan volume cairan dapat
dikurangi, dengan: 2. Monitor tanda- 2. Memonitor
(ditandai tanda vital tanda tanda vita
Kriteria hasil:
retensi urin) 3. monitor intake
3. Memonitor
- klien bebas dari cairan dan output
intake cairan dan
edema
4. Lakukan output
- keseimbangan hemodialisis
4. Melakukan
asupam dan
pengeluaran 5. bantu aktivitas hemodialisis
sehari hari sesuai
- urin dalam batas dengan kebutuhan 5. Membantu
normal aktivitas sehari
hari sesuai
dengan
kebutuhan

3 Perfusi Setelah di Manajemen Memanajemen


jaringan rental lakukannya tindakan Elektrolit: Elektrolit:
tidak efektif
diharapkan Hiperkalemia Hiperkalemia
berhubungan
dengan penurunan curah
1. Monitor TTV 1. Memonitor
perubahan jantung teratasi,
afterload TTV
dengan kriteria 2. Monitor
(ditandai
dengan hasil : penyebab 2. Memonitor
oliguria dan terjadinya penyebab
perubahan - Tingkat pernapasan peningkatan terjadinya
tekanan darah) deviasi berat dari tingkat kalium peningkatan
kisaran normal (1) serum (misalnya : tingkat kalium
menjadi deviasi gagal ginjal, serum (misalnya :
sedang dari kisaran asupan yang gagal ginjal,
normal (3) berlebih) asupan yang
berlebih)
- Tekanan darah 3. Monitor akibat
sistolik dari deviasi hiperkalemia 3. Memonitor
berat dari kisaran terhadap jantung akibat
normal (3) menjadi (misalnya : hiperkalemia
deviasi sedang dari Penurunan curah terhadap jantung
kisaran normal (3) jantung, blok (misalnya :
jantung) Penurunan curah
- Tekanan darah
jantung, blok
diastolik dari deviasi 4. Monitor akibat
jantung)
berat dari kisaran hiperkalemia
normal (1) menjadi terhadap 4. Memonitor
deviasi sedang dari gastrointestinal akibat
kisaran normal (3) (misalnya : mual, hiperkalemia
kolik usus) terhadap
- Tidak ada edema
gastrointestinal
paru Monitor
(misalnya : mual,
pernafasan
- Tidak ada kelelahan kolik usus)
1. Monitor
Memonitor
kecepatan, irama,
pernafasan
kedalaman dan
kesulitan bernafas 1. Memonitor
kecepatan, irama,
2. Monitor suara
kedalaman dan
nafas tambahan
kesulitan bernafas
seperti ngorok
atau mengi 2. Memonitor
3. Monitor suara nafas
keluhan sesak tambahan seperti
nafas pasien, ngorok atau
termasuk kegiatan mengi
yang
3. Memonitor
meningkatkan
keluhan sesak
atau
nafas pasien,
memperburuk
termasuk kegiatan
sesak nafas
yang
tersebut
meningkatkan
4. Auskultasi atau
suara nafas memperburuk
setelah tindakan, sesak nafas
untuk dicatat tersebut

5. Auskultasi 4. Mengauskultasi
suara nafas, catat suara nafas
area dimana
setelah tindakan,
terjadi penurunan
atau tidak adanya untuk dicatat
ventilasi dan
keberadaan suara 5. Mengauskultasi
nafas tambahan suara nafas, catat
area dimana
terjadi penurunan
atau tidak adanya
ventilasi dan
keberadaan suara
nafas tambahan

Anda mungkin juga menyukai