GAGAL GINJAL
Oleh :
Nim : 220061
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan kerunia-Nya
saya dapat menyeleesaikan laporan ini tepat waktu. Saya harap laporan yang saya susun ini dapat
bermanfaat bagi pembaca khususnya tentang penyakit Gagal Ginjal beserta Asuhan
Keperawatannya. Saya menyadari bahwa laporan yang saya buat ini masih banyak kekurangan
maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Tn. A usia 61 tahun datang ke UGD dengan keluhan dyspneu sejak 7 hari yang lalu yang
dirasakan semakin memberat, dengan tanda-tanda vital TD: 190/100 mmHg, nadi: 90x/menit,
RR: 28x/menit suhu afebris Kadang keluhan disertai nyeri dada, Ronkhi (+), mudah lelah,
oliquria, oedem ekstremitas, ada nyeri abdomen yang disertai mual. Tn. A menjalani
pemeriksaan foto thoraks dengan hasil kardiomegali disertai edema paru, efusi pleura bilateral.
Hasil foto BNO didapatkan hasil nefrolitiasis bilateral. Dilakukan pemerisaan darah dengan hasil;
Ureum: 257, kreatinin: 15.63, GDS: 107, Natrium: 139, Kalium: 4.3, HB: 7.9, Hematokrit: 24.6,
Eritrosit: 2.76, Leukosit: 13.510. Pasien direncanakan untuk persiapan HD.
1. Foto BNO
HD adalah hemodialisa yang berarti cuci darah, ini dibutuhkan untuk penderita gagal
ginjal kronis karena cairan, elektrolit, dan limbah akan tertumpuk di tubuh.
Mual pada gangguan ginjal bisa jadi merupakan respon dari penumpukan urea di darah
1. LEARNING OBJECTIVE
Gagal Ginjal
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi yang progresif dan irreversible dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
menyebabkan uremia (retensi ureadan sampah nitrogen dalam darah).
Gagal ginjal akut bisa menimbulkan cidera permanen (ginjal berhenti berfungsi) atau berakibat
fatal apabila tidak ditangani dengan tepat. Namun, bila ditangani dengan baik dan tepat, maka
bisa pulih sepenuhnya.
Penurunan fungsi renal menyebabkan penimbunan produk akhir metabolisme tertimbun dalam
darah sehingga terjadi uremia. Selain itu, penurunan dari filtrasi glomeruli juga dapat
menyebabkan klirens kreatinin menurun dan kadar kreatinin serum meningkat. Ginjal tidak
mampu mengkonsentrasikan dan mengencerkan urin secara normal, akibatknya terjadi retensi
cairan dan natrium yang meningkatkan terjadinya edema. penurunan dari fungsi ginjal juga
menyebabkan produksi eritropoetin tidak adekuat menstimulasi sum-sum tulang untuk
menghasilkan sel darah merah dan menyebabkan anemia disertai keletihan, angina, sesak
napas, defisiemsinutrisi dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan gastrointestinal. Selain
itu juga menurunkan kadar serum kalsium dan meningkatkan kadar fosfat serum. Penurunan
kadar kalsium serum menyebabkan sekresi dari parathormon dan kelenjar parathiroid.
Adanya gagal ginjal tubuh tidak berespon terhadap peningkatan parathormon, akibatnya
kalsium ditulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan penyakit tulang.
Mayoritas gagal ginjal akut terjadi karena berkurangnya aliran darah ke ginjal. Berikut ini
beberapa hal yang bisaa menurunkan aliran darah ke ginjal:
Selain karena berkurangnya aliran darah ke ginjal, gagal ginjal akut juga bisa dipicu oleh dua
penyebab, yaitu:
Penurunan fungsi ginjal memiliki beberapa tingkatan sebelum mencapai stadium akhir.
tingkatan ini diukur dari penurinan laju filtrasi glomerulus (LFG) atau bisa juga disebut
Glomerular Filtration Rate (GFR) dengan tingkatan sebagai berikut:
Stadium 1: Kerusakan pada ginjal dengan GFR yang normal atau di atas 90mL/min/1.73
m².
Stadium akhir: Dapat dikatakan gagal ginjal kronik apabila GFR kurang dari
15mL/min/1.73m².
Hiperkalemia terjadi ketika kadar kalium dalam darah terbilang tinggi. Seseorang yang
mengidap gagal ginjal kronis, organ ginjalnya tidak lagi mampu menyerap dan
mensekresikan kalium. Inilah alasan pengidap hiperkalemia tidak dianjurkan untuk
mengonsumsi buah dan sayuran.
Cairan Berlebihan
Osteomalacia
Metabolik Asidosis
Dislipidemia
4. Sesak napas
6. Kelelahan
7. Dehidrasi
9. Nyeri punggung
11. Hipertensi
Penyakit gagal ginjal tidak dapat disembuhkan dan kondisi ginjal yang rusak tidak dapat
kembali seperti semula. Penanganan gagal ginjal kronis yang dilakukan dokter bertujuan
untuk memperbaiki gangguan yang terjadi akibat kerusakan ginjal, mengendalikan
penyakit yang menyebabkan gagal ginjal kronis, menghambat perkembangan gagal gi jal
kronis menjadi lebih parah, dan mempertahankan laju filtrasi ginjal sebaik mungkin.
Pemberian Obat-obatan:
Obat hipertensi
Obat diuretik
Obat kortikosteroid
Untuk pasien gagal ginjal kronis stadium 5, penanganan yang dapat dilakukan adalah
mengganti tugas ginjal dalam tubuh dengan terapi pengganti ginjal. Terapi ini terdiri
dari:
Dialisis
Dialisis adalah proses penyaringan limbah dan cairan dalam tubuh. Terdapatdua
jenis dialisis, ada hemodialisis atau dikenal dengan cuci darah dan CAPD (continuous
ambulatory peritoneal dialysis) yaitu dialisis yang dilakukan dengan memasukkan
cairan dialisis ke dalam peruy melalui lubang buatan.
Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal dilakukan dengan mengganti ginjal dengan ginjal sehat dari
pendonor. Pasien tidak perlu lagi cucidarah tetapi pasien harus tetap mengonsumsi
obat imunosupresif dalam jangka panjang untuk menghindari resiko penolakan
organ cangkok.
Menerapkan gaya hidup sehat dengan banyak minum air putih, tidak merokok,
menghindari asap rokok,tidak minum minuman beralkohol, dan rajin
berolahraga
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 61 tahun
Agama :
Status perkawinan :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Alamat :
No. CM
Tanggal Masuk rs :
Tanggal pengkajian :
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak sejak 7hari yang lalu dan semakin memberat
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
TTV
TD : 190/100mmHg
Nadi : 90x/mnt
RR : 28x/mnt
Suhu : afebris
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Ureum 257
Kreatinin 15,63
GDS 107
Natrium 139
Kalium 4,3
Hb 7,9
Hematokrit 24,6
Eritrosit 2,76
Leukosit 13,510
E. ANALISA DATA
DATA
N : 90 x / menit ↓
RR : 28x / menit
Bersihan jalan nafas
Suhu : apebris
Oedem ekstremitas ↓
Edema
Vasokontriksi
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan nafas (ditandai dengan
suara nafas tambahan (ronkhi), perubahan frekuensi nafas dan dypnea)
G. INTERVENSI
5. Auskultasi 4. Mengauskultasi
suara nafas, catat suara nafas
area dimana
setelah tindakan,
terjadi penurunan
atau tidak adanya untuk dicatat
ventilasi dan
keberadaan suara 5. Mengauskultasi
nafas tambahan suara nafas, catat
area dimana
terjadi penurunan
atau tidak adanya
ventilasi dan
keberadaan suara
nafas tambahan