Anda di halaman 1dari 91

PENERAPAN METODE IQRO’ DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN

MEMBACA AL-QUR’AN SANTRI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN


BABUSSALAM CAMBAYA KABUPATEN GOWA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar


Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Agama Islam
pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar

Oleh:

MUSLIMAH
NIM: 20100115147

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2021
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Muslimah

Nim : 20100115147

Tempat/Tgl. Lahir : Pangkep, 12 Mei 1996

Jurusan/Fakultas : Pendidikan Agama Islam / Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Pallangga

Judul : Penerapan Metode Iqro’ dalam Peningkatan Kemampuan

Membaca al-Qur’an Santri Taman Pendidikan al-Qur’an

Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa

menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini

merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain sebagian atau

seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 2021

Penyusun,

Muslimah
NIM. 201001151247

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan skripsi Saudari Muslimah, NIM: 20100115147,


mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi
yang bersangkutan dengan judul “Penerapan Metode Iqro’ dalam Peningkatan
Kemampuan Membaca al-Qur’an Santri Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam
Cambaya Kabupaten Gowa” memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi
syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan pada sidang ujian hasil.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut.

Gowa, 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Erwin, Lc., M.Th.I., M.Ed. Dr. Idah Suaidah, S.Ag., M.H.I.
NIP. 19740912 200003 1 002 NIP. 19700715 199903 2 002

Mengetahui,
Ketua Jurusan PAI

H. Syamsuri, S.S., M.A.


NIP. 19721205 200212 1 012

iii
KATA PENGANTAR

‫ف اَأل ْنبِيَا ِء َو ْال ُمرْ َسلِ ْينَ َو َعلَى‬


ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َرب ال َعالَ ِمي ُْن َوالصآلةُ َوالصاَل ُم عَلى أ ْش َر‬
‫صحْ بِ ِه اَجْ َم ِعيْن‬
َ ‫اَلِ ِه َو‬.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. yang telah memberikan begitu

banyak nikmat, yakni nikmat kesehatan dan nikmat kemampuan, begitu pun

limpahan rahmat, dan ilmu-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik. Salawat serta salam senantiasa penyusun haturkan kepada Rasulullah

Muhammad saw., sebagai suri teladan bagi umat manusia dalam menjalankan

segala aktivitas keseharian di atas permukaan bumi ini, juga kepada keluarga

beliau, para sahabatnya, dan orang-orang mukmin yang senantiasa istiqāmah

meniti kehidupan, hingga akhir zaman dengan Islam sebagai satu-satunya agama

yang diridhai Allah swt.

Skripsi dengan judul “Penerapan Metode Iqro’ dalam Peningkatan

Kemampuan Membaca al-Qur’an Santri Taman Pendidikan al-Qur’an


Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa” ini penyusun hadirkan sebagai prasyarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar, sekaligus dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi

perkembangan dunia pengajaran secara khusus dan dunia pendidikan secara

umum, demi peningkatan kecerdasan masyarakat dan bangsa.

Ucapan terima kasih kepada kedua orang tuaku Ayahanda Muhammad

Ramli dan Ibunda Murniati yang tidak pernah bosan memberikan arahan dan

bimbingan dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini sehingga mampu meraih

gelar Sarjana Pendidikan yang Insya Allah sebentar lagi. Penghargaan dan ucapan

terimakasih penyusun sampaikan pula kepada:

iv
1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., Rektor , Prof. Dr. H. Mardan,

M.Ag., Wakil Rektor I, Dr. Wahyudin Naro, M.Hum., Wakil Rektor II, dan

Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag., Wakil Rektor III, dan Dr. H.

Kamaluddin Abu Nawas, M.Ag., Wakil Rektor IV UIN Alauddin Makassar

yang selama ini berusaha memajukan Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar dan atas segala fasilitas yang telah disediakan sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

2. Dr. H. A. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I., Dekan, Dr. M. Sabir U, M.Ag., Wakil

Dekan I, Dr. M. Rusdi, M.Ag., Wakil Dekan II, Dr. H. Ilyas M.Pd., M.Si.,

Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

beserta seluruh stafnya atas segala pelayanan yang diberikan kepada penulis.

3. H. Syamsuri, S.S., M.A. Ketua Jurusan dan Dr. Muhammad Rusmin B,

S.Pd.I., M.Pd.I., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam serta stafnya

atas izin, pelayanan, kesempatan dan fasilitas yang diberikan sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Dr. H. Erwin Hafid, Lc., M.Th.I., M.Ed., Pembimbing I dan Dr. Idah

Suaidah S.Ag., M.H.I., Pembimbing II yang senantiasa meluangkan

waktunya dalam memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyelesain

skripsi ini.

5. Prof. Dr. H. Syahruddin, M.Pd., Penguji I dan H. Syamsuri, S.S., M.A.,

Penguji II yang telah mengarahkan dan selalu memberikan motivasi kepada

penyusun.

6. Dosen dan Karyawan/Karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Alauddin Makassar yang telah memberikan bantuan kepada penyusun.

7. Drs. Ibrahim Nasbi., Kepala Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

serta UIN Alauddin Makassar beserta segenap staf yang telah menyiapkan

v
berbagai literatur dan memberikan kemudahan untuk memanfaatkan

perpustakaan secara maksimal demi penyelesaian skripsi ini.

8. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2015 terkhusus kelas

PAI 7-8, mereka teman perjuangan serta memberikan semangat dan

motivasi.

9. Nuraeni, S.Pd., Guru Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya

Kabupaten Gowa, yang telah membantu selama penyusun penelitian.

10. Santri Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa

yang telah bersedia menjadi responden sekaligus membantu penyusun

dalam pengumpulan data skripsi ini.

11. Sahabatku yang tidak henti-hentinya memberikan berbagai arahan dan

dukungan moral, Nur Rahmi, Intan, Reski Ramadhani, Nur Fuadi, Sri

Rahmawati, Aulia Rahmah, Desi, Satridayanti, serta semua yang tidak dapat

disebutkan namanya, penyusun mengucapkan terima kasih karena

senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan membantu

penyusun dalam penyelesaian segala urusan-urusan penyelesaian.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penyusun menerima saran dan kritik

yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga semua pihak

yang telah memberikan bantuan mendapatkan pahala serta kebaikan disisi Allah

swt. dan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca, terlebih lagi bagi

penyusun.

Gowa,
2021
Penyusun,

vi
Muslimah
NIM. 20100115147
DAFTAR ISI

JUDUL...................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................ vii
PEDOMAN TRANSLITERASI............................................................. ix
ABSTRAK................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1-10
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 4
C. Hipotesis............................................................................. 4
D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian......... 5
E. Kajian Pustaka.................................................................... 6
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian....................................... 9
BAB II KAJIAN TEORETIS............................................................ 11-37
A. Metode Iqro’...................................................................... 11
B. Kemampuan Membaca al-Qur’an...................................... 19
C. Gambaran Umum Taman Pendidikan al-Qur’an
Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa........................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................... 39-43
A. Jenis dan Lokasi Penelitian................................................ 39
B. Populasi dan Sampel.......................................................... 40
C. Metode Pengumpulan Data................................................ 41
D. Instrumen Penelitian.......................................................... 41
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data............................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN................... 44-66
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Penerapan Metode Iqro’ dalam Peningkatan
Kemampuan Membaca al-Qur’an Babussalam
Cambaya Kabupaten Gowa Sebelum............................ 44
2. Deskripsi Hasil Belajar Santri dalam Peningkatan
Kemampuan Membaca al-Qur’an Santri Taman
Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya
Kabupaten Gowa .......................................................... 48
3. Deskripsi Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan
Metode Iqro’ dalam Peningkatan Kemampuan
Membaca al-Qur’an Santri Taman Pendidikan
al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa...... 55
B. Pembahasan........................................................................ 60
BAB V PENUTUP............................................................................. 67-68

vii
A. Kesimpulan........................................................................ 67
B. Implikasi Penelitian............................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 69
LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................... 72
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................ 82

viii
PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

‫ا‬ Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

‫ب‬ Ba B Be

‫ت‬ Ta T Te

‫ث‬ ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

‫ج‬ Jim J Je

‫ح‬ ḥa ḥ ha (dengan titk di bawah)

‫خ‬ Kha Kh ka dan ha

‫د‬ Dal D De

‫ذ‬ Żal Ż zet (dengan titik di atas)

‫ر‬ Ra R Er

‫ز‬ ẓai Z Zet

‫س‬ Sin S Es

‫ش‬ Syin Sy es dan ye

‫ص‬ ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

‫ض‬ ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

ix
‫ط‬ ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

‫ظ‬ ẓa ẓ zet (dengan titk di bawah)

‫ع‬ ‘ain ‘ apostrof terbalik

‫غ‬ Gain G Ge

‫ف‬ Fa F Ef

‫ق‬ Qaf Q Qi

‫ك‬ Kaf K Ka

‫ل‬ Lam L El

‫م‬ Mim M Em

‫ن‬ Nun N En

‫و‬ Wau W We

‫ه‬ Ha H Ha

‫ء‬ Hamzah ʼ Apostof

‫ي‬ Ya Y Ye

Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi

tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda

(‘).

2. Vokal

x
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tungggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,

transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ‫ا‬ fatḥah A A

ِ‫ا‬ Kasrah I I

ُ‫ا‬ ḍammah U U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

‫ى‬
َ fatḥah dan yā’ Ai a dan i

ْ‫ىَو‬ fatḥah dan wau Au a dan u

Contoh:

َ‫َك ْيف‬ : kaifa

‫هَوْ َل‬ : haula

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,

transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan Nama Huruf dan Nama

Huruf Tanda

xi
َ ... | َ‫ا‬
...‫ى‬ fatḥah dan alif atau yā’ Ā a dan garis di atas

‫ى‬ kasrah dan yā’ Ī i dan garis di atas

‫ىو‬ ḍammah dan wau Ū u dan garis di atas

Contoh:

َ‫َمات‬ : māta

‫َر َمى‬ : ramā

‫قِ ْي َل‬ : qīla

ُ ْ‫يَ ُمو‬
‫ت‬ : yamūtu

4. Tā’ Marbūṭah

Transliterasi untuk tā’ marbūṭah ada dua, yaitu: tā’ marbūṭah yang hidup

atau mendapat harkat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, yang transliterasinya adalah

[t]. Sedangkan tā’ marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun,

transliterasinya adalah [h].


Kalau pada kata yang berakhir dengan tā’ marbūṭah diikuti oleh kata yang

menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka tā’

marbūṭah itu transliterasinya dengan ha (h).

Contoh:
ْ ‫ضةُ اَأل‬
‫طفَا ِل‬ َ ْ‫َرو‬ : rauḍah al-atfāl

ِ َ‫اَ ْل َم ِد ْينَةُ ْالف‬


ُ‫اضلَة‬ : al-madīnah al-fāḍilah
ُ‫اَ ْل ِح ْك َمة‬ : al-ḥikmah

5. Syaddah (Tasydid)

xii
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda tasydīd (ّ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan

huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Contoh:

‫َربَّنَا‬ : rabbanā

‫نَ َّج ْينَا‬ : najjainā


ُّ ‫اَ ْل َح‬
‫ق‬ : al-ḥaqq

‫نُ ِّع َم‬ : nu”ima

‫َع ُد ٌّو‬ : ‘aduwuun

Jika huruf ‫ ى‬ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf

kasrah (‫)ىِ ّى‬, maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi ī.

Contoh:

‫َعلِ ٌّى‬ : ‘Alī (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)

‫َع َربِ ٌّى‬ : ‘Arabī (bukan, ‘Arabiyy atau ‘Araby)

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ‫( ال‬alif

lam ma’arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi

seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf

qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang

mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan

dihubungkan dengan garis mendatar (-).

Contoh:

ُ‫اَل َّش ْمس‬ : al-syamsu (bukan asy-syamsu)


ُ‫اَل َّز ْلزَ لَة‬ : al-zalzalah (az-zalzalah)
ُ‫اَ ْلفَ ْل َسفَة‬ : al-falsafah

‫اَ ْلبِالالَ ُد‬ : al-bilādu

xiii
7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof ( ̕ ) hanya berlaku bagi

hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di

awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

َ‫تَْأ ُمرُوْ ن‬ : ta’murūna


ُ ْ‫اَلنَّو‬
‫ع‬ : al-nau’

‫َش ْي ٌء‬ : syai’un


ُ ْ‫ُأ ِمر‬
‫ت‬ : umirtu

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau

kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat

yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau

sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam

dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas.

Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’ān), alhamdulillah, dan munaqasyah.

Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab,

maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:

Fī Ẓilāl al-Qur’ān

Al-Sunnah qabl al-tadwīn

9. Lafẓ al-Jalālah (‫)هللا‬

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya

atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frase nominal), ditransliterasi tanpa huruf

hamzah.

Contoh:

ِ‫ ِديْنُ اهللا‬dīnullāh ِ‫ بِاهلل‬billāh

xiv
Adapun tā’ marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al-jalālah,

ditransliterasi dengan huruf [t].

Contoh:

ِ‫ هُ ْم فِ ْي َرحْ َم ِةهللا‬hum fī raḥmatillāh

10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam

transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf

kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf

kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama dari (orang,

tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri

didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap

huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak

pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf

kapital Al-. Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul

referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks

maupun dalam catatan rujukan (CK,DP, CDK, dan DR). Contoh:

Wa mā Muḥammadun illā rasūl

Inna awwala baitin wuḍi’a linnāsi lallażī bi Bakkata mubārakan

Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fīh al-Qur’ān

Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī

Abū Naṣr al-Farābī

Al-Gazālī

Al-Munqiż min al-Dalāl

xv
Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abū

(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus

disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi.

ABSTRAK

Nama : Muslimah
NIM : 20100115147
Judul Skripsi : Penerapan Metode Iqro’ Terhadap Peningkatan
Kemampuan Membaca al-Qur’an Santri Taman
Pendidikan Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan Penerapan Metode Iqro’


di Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa, 2)
mendeskripsikan Hasil Belajar Santri di Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam
Cambaya Kabupaten Gowa, 3) mendeskripsikan Faktor Pendukung dan
Penghambat pelaksanaan Penerapan Metode Iqro’ dalam Peningkatan
Kemampuan membaca al-Qur’an santri Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam
Cambaya Kabupaten Gowa.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian
expost facto. Populasi dalam penelitian ini adalah santri Taman Pendidikan al-
Qur’an Babussalam yang berjumlah 75 orang, dan sampelnya yaitu 15 orang
santri. Instrumen yang digunakan adalah angket. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis statistik inferensial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penerapan metode iqro’ di Taman
Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa berada pada
kategori sedang dengan nilai rata-rata 66,93 2) Hasil belajar santri di Taman
Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa berada pada
kategori sedang dengan nilai rata-rata 81,67 3) Faktor pendukung dan penghambat
dalam kegiatan ini ada yang terdapat pada santri dan guru. Faktor pendukungnya
adalah pertama, ada dari guru yang selalu istiqomah dan sabar dalam mendidik
santri-santrinya belajar membaca al-Qur’an. Kedua, tersedianya sarana dan
prasarana yang memadai mulai dari buku iqro’, al-Qur’an dan media
pembelajaran. Ketiga, adanya santri yang sangat bersemangat dalam belajar
membaca al-Qur’an. Sedangkan faktor penghambatnya adalah pertama, rasa ingin

xvi
belajar membaca al-Qur’an pada diri santri itu kurang. Kedua, santri kekurangan
motivasi dalam hal mencintai al-Qur’an. Ketiga, adanya santri yang suka
membolos.

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Metode memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembelajaran,

sebab metode menjadi preferensi yang menampung materi pembelajaran yang

tersusun dalam ikatan kurikulum dengan harapan dapat dipahami oleh penuntut

ilmu sebagai bekal membentuk karakter dan kepribadian mereka. Selain itu, 1

metode dapat diartikan sebagai seperangkat cara, jalan, dan teknik yang

digunakan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar guna mencapai

kompetensi yang dirumuskan dalam kurikulum, silabus, maupun mata pelajaran.

Metode adalah al-manhaj atau al-wasilah, yakni sistem atau pendekatan

serta sarana yang digunakan untuk mengantar kepada suatu tujuan. Dalam al-

Qur’an terdapat banyak ayat yang menjelaskan tentang pentingnya menerapkan

strategi atau metode dalam menyampaikan pesan atau pengajaran, misalnya dalam

firman Allah swt. QS al-Nahl/16: 125.


ۗ
َ ¼ُ‫ع اِ ٰلى َسبِي ِْل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم¼ ِة َو ْال َموْ ِعظَ¼ ِة ْال َح َس¼نَ ِة َو َج¼ ا ِد ْلهُ ْم بِ¼الَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس¼نُ اِ َّن َربَّكَ ه‬
َ ‫¼و اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
‫ض¼ َّل ع َْن‬ ُ ‫اُ ْد‬

‫َسبِ ْيلِ ٖه َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِدي َ¼ْن‬


Terjemahnya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran
yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk.0
Pada ayat ini Allah swt. menyeru kepada Nabi Muhammad saw. untuk

mengajak atau memberikan pengajaran kepada manusia dengan cara-cara atau

metode yang sesuai dengan kapasitas orang tersebut. Adapun metode yang

1
Melvinda Nesty, “Metode Pendidikan Islam”, Blog Kompasiana.com.
https://www.kompasiana.com/melvindanesty/5e870cf7d541df669d744ce3/metode-pendidikan-
islam (11 Desember 2020).
0
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. 1; Solo: PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2014), h. 112.

1
2

berkaitan dengan metode pembelajaran adalah metode iqro’, metode

baghdadiyah, metode al-barqy, metode qira’ah dan sebagainya

Dari berbagai metode tersebut, tidak semua dijadikan pilihan bagi para guru

mengaji, tergantung metode mana yang mereka anggap lebih mudah untuk

dipahami. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang telah

dirumuskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.0

Dalam rangka membentuk manusia yang bertakwa kepada Tuhan yang

Maha Esa manusia harus memahami kitab sucinya. Salah satu cara untuk

memahami kitab suci bagi umat Islam adalah dengan membacanya. Banyak

metode yang telah ditawarkan dalam mempelajari al-Qur’an, salah satu metode

yang paling populer adalah metode iqro’.

Metode iqro’ lebih banyak digunakan di kalangan masyarakat, baik di

majelis taklim, sekolah, maupun di TPA yang tersebar di berbagai wilayah di

Indonesia. Metode ini dirintis oleh K.H. As’ad Humam, sebagai salah satu tim

Tadarrus AMM Yogyakarta.

Metode iqro’ adalah suatu cara dalam mempelajari al-Qur’an dengan

menggunakan sistem CBSA atau cara belajar santri aktif. 0 Dalam penggunaan

metode ini, guru hanya menyimak apa yang dibaca oleh santri dan tidak

menuntun, kecuali dengan memberikan contoh pada pokok pelajaran.


0
Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sitem
Pendidikan Nasional”, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 7.
0
Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Depag, Pedoman Pengajaran al-Qur’an Bagi Anak-
anak (Jakarta: Proyek Penerangan Depag, 1984), h. 13-14.
3

Dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an dengan baik, tentu

perlu adanya usaha yang efektif yang dilakukan oleh guru yang mengajar. Dalam

hal ini guru harus memiliki metode, agar santri dapat belajar secara efektif dan

efisien, sampai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki

strategi itu adalah harus menguasai teknik penyajian pelajaran atau biasa disebut

metode mengajar. Karena keberhasilan suatu pembelajaran sangat bergantung

kepada metode yang digunakan, tidak terlepas pada penggunaan metode

pembelajaran yang sesuai termasuk pembelajaran tajwid.

Berdasarkan observasi awal pada tanggal 22 Juli 2019 di Taman Pendidikan

al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa, diketahui bahwa metode iqro’

sudah diterapka, namun masih banyak santri yang mengalami permasalahan

dalam membaca al-Qur’an, yaitu belum mampu membaca al-Qur’an dengan

makhrāj, mād dan tajwid yang benar.

Terkait dengan hal ini, Ibu Nuraeni, guru yang mengajar di Taman

Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa mengatakan

bahwa:
Dari 75 orang santri, hanya sekitar 30 orang yang mampu membaca al-
Qur’an dengan baik, selebihnya masih sangat perlu pembinaan khusus
dalam pembelajaran al-Qur’an, bahkan terdapat 3 orang santri yang sama
sekali belum bisa membaca al-Qur’an. Hal ini disebabkan karena metode
Iqro’ belum diterapkan secara maksimal.0

Dari hasil wawancara tersebut, diketahui bahwa masih banyak santri yang

belum mampu membaca al-Quran dengan baik, di mana salah satu faktor

penyebabnya ialah belum diterapkannya metode iqro’ secara maksimal. Oleh

karena itu, saya tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul, “Pengaruh

Penerapan Metode Iqro’ Terhadap Kemampuan Membaca al-Qur’an Santri

Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa”.

0
Nuraeni (27 tahun), Guru Santri Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya
Kabupaten Gowa, Wawancara, Gowa, 2 Juli 2019.
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penyusun merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode iqro’ di Taman Pendidikan al-Qur’an

Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa?

2. Bagaimana hasil belajar santri di Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam

Cambaya Kabupaten Gowa?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat penerapan metode iqro’ dalam

peningkatan kemampuan membaca al-Qur’an santri Taman Pendidikan al-

Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa?

C. Hipotesis

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara atas rumusan masalah

penelitian. Hal ini karena hipotesis dari penelitian ini masih mengacu pada teori

yang memiliki relevansi dengan penelitian ini dan belum mengacu pada fakta-

fakta yang didapatkan melalui metode pengumpulan data.

Di bawah ini dikemukakan hipotesis statistik dari penelitian ini, yaitu:

Ho: Penerapan metode iqro’ tidak efektif dalam peningkatan kemampuan

membaca al-Qur’an santri Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam

Cambaya Kabupaten Gowa.

Ha: Penerapan metode iqro’ efektif dalam peningkatan kemampuan membaca

al-Qur’an santri Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya

Kabupaten Gowa.

D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian


5

1. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan ketimpangan dalam memaknai judul

ini, maka harus didefinisikan. Adapun definisi operasional judul ini sebagai

berikut:

a. Variabel Dependen (metode iqro’)

Metode iqro’ yaitu suatu metode membaca al-Qur’an yang menekankan

langsung pada latihan membaca. Metode iqro’ yang dimaksud dalam skripsi ini

adalah langkah-langkah atau tahap pelaksanaan yang digunakan oleh para ustaz/

ustazah dalam membimbing santri untuk belajar membaca al-Qur’an dengan

menekankan langsung pada latihan membaca al-Qur’an tanpa mengeja.

b. Variabel Independen (kemampuan membaca al-Qur’an)

Kemampuan membaca al-Qur’an adalah kesanggupan atau kecakapan

dalam membaca al-Qur’an secara benar berdasarkan kaidah tajwid, yakni dari sisi

makhārij al-hurūf, mād dan hukum bacaan nūn mati atau tanwin. Kemampuan

membaca al-Qur’an yang dimaksud sebagai berikut:

1) mampu membaca al-Qur’an sesuai dengan makhārij al- hurūf dengan benar;

2) mampu membaca al-Qur’an dengan mād yang benar;

3) mampu membaca al-Qur’an dengan menerapkan hukum bacaan nūn mati

atau tanwin dengan benar.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini membahas prosedur dan langkah-langkah

penerapan metode iqro’, dan untuk melihat kemampuan membaca al-Qur’an pada

santri Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa.

E. Kajian Pustaka
6

Kedudukan penelitian yang akan peneliti lakukan merupakan

pengembangan dari hasil riset sebelumnya. Dari penelusuran terhadap penelitian

yang relevan dengan penelitian ini, ditemukan beberapa hasil penelitian, yakni

sebagai berikut:

Pertama, Ira dengan hasil penelitian berjudul ‘Pengaruh Penerapan Metode

Iqro’ terhadap Peningkatan Kemampuan Membaca al-Qur’an pada Peserta Didik

SMP Negeri Anggeraja di Kabupaten Enrekang’ menunjukkan bahwa penerapan

metode iqro’ berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan membaca al-Qur’an

pada peserta didik SMP Negeri Anggeraja Kabupaten Enrekang. Meskipun

metodeia iqro’ tidak mengalami peningkatan yang tinggi, namun ada sedikit

perubahan yang ditandai berdasarkan tabel distribusi frekuensi dan presentase

hasil pretest dan postest. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan statistik

deskriptif dengan nilai rata-rata pretest adalah 40,65 dan nilai rata-rata postest

adalah 40,73.0

Penelitian di atas sama-sama membahas metode iqro’, akan tetapi memiliki

perbedaan, penelitian di atas ingin melihat pengaruh penerapan metode iqro’

terhadap peningkatan kemampuan membaca al-Qur’an peserta didik, sedangkan

penelitian ini ingin melihat bagaimana pengaruh penerapan metode iqro’ terhadap

kemampuan membaca al-Qur’an santri. Selain itu, lokasi penelitiannya juga

berbeda. Penelitian di atas dilakukan di SMP Negeri 7 Anggeraja Kabupaten

Enrekang, sedangkan penelitian ini dilakukan di Taman Pendidikan al-Qur’an

Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa.

Kedua, Supinah dengan hasil penelitian berjudul ‘Penerapan Metode Iqro’

dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca al-Qur’an pada Siswa Kelas III di

SD Negeri Gebang Kab. Purwarejo’ menujukkan bahwa penerapan metode iqro’


0
Ira, “Pengaruh Penerapan Metode Iqro’ terhadap Peningkatan Kemampuan Membaca al-
Qur’an pada Peserta Didik SMP Negeri 7 Anggeraja Kabupaten Enrekang”, Skripsi (Makassar:
UIN Alauddin Makassar, 2017), h. 61.
7

efektif digunakan di SD Negeri Gebang, Kab. Purwarejo. Hal ini terbukti dengan

adanya peningkatan hasil belajar siswa. Adapun peningkatan hasil belajar siswa

dari tahap prasiklus dengan skor 72,44 hasil pada siklus I menjadi 72,55 dan pada

siklus II menjadi 85,70. Jadi pada aspek keaktifan dan hasil belajar siwa

mengalami peningkatan setiap siklusnya.0

Penelitian di atas sama-sama membahas metode iqro’, akan tetapi memiliki

perbedaan. Penelitian di atas menggunakan penelitian tindakan kelas, sedangkan

penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Selanjutnya lokasi penelitian,

penelitian di atas dilakukan di kabupaten Purwarejo sedangkan penelitian ini

dilakukan di Kabupaten Gowa.

Ketiga, Syaripuddin dengan hasil penelitian berjudul ‘Peningkatan

Kemampuan Baca al-Qur’an Melalui Metode Iqro’ di TPA Raudhatul Fitriyah

Desa Simpang Dua Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan’

menunjukkan bahwa metode iqro’ dapat meningkatkan kemampuan baca al-

Qur’an santri mencapai 8,9%. Penerapan metode iqro’ pada Raudhatul Fitriyah

Desa Simpang Dua Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan berhasil.

Hal tersebut ditunjukkan oleh presentase aktivitas santri maupun ustaz. Aktivitas

santri pada siklus 1 hanya 50% dan meningkat menjadi 83% pada siklus II. Hal

tersebut menunjukkan bahwa Metode Iqro’ berhasil diterapkan pada Raudhatul

Fitriyah Desa Simpang Dua Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan.0

Penelitian di atas sama-sama membahas metode iqro’, akan tetapi memiliki

perbedaan, di mana penelitian di atas menggunakan Penelitian Tindakan Kelas

0
Supinah, “Penerapan Metode Iqro’ dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca al-Qur’an
PadaPeserta Didik Kelas III SDNegeri Gebang Kab. Purwarejo”, Skripsi (Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga, 2014), h. 67.
0
Syaripuddin, “Peningkatan Kemampuan Baca al-Qur’an Melalui Metode Iqro’ di TPA
Raudatul Fitriyah Desa Simpang Dua Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan”, Skripsi
(Aceh: UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, 2017), h. 70.
8

(PTK) atau penelitian tindakan (action rearch) dengan metode kualitatif,

sedangkan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif.

Keempat, Oon Sukron dengan hasil penelitian berjudul ‘Studi Komparatif

Pelaksanaan Bimbingan Baca Tulis al-Qur’an Melalui Metode Ummi dan Metode

Iqro di Sekolah Menengah Kejuruan Cendikia Utama Desa Langseb, Kecamatan

Lebakwangi, Kabupaten Kuningan’ menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan

Baca Tulis al-Qur’an menggunakan Metode Ummi di SMK Cendikia Utama

Kecamatan Lebakwangi Kuningan dalam kategori baik, nilai rata-rata (86,3).

Sedangkan menggunakan Metode Iqro’ dalam kategori cukup, nilai rata-rata

(77,5). Sehingga, penggunaan Metode Ummi lebih efektif digunakan dalam

pembelajaran baca tulis al-Qur’an daripada Metode Iqro’. Hal ini terbukti dari

nilai rata-rata yang dicapai, menggunakan Metode Ummi (86,3) sedangkan

menggunakan Metode Iqro’ (77,5). Selisih perbedaan rata-rata (8,8) atau (9,6%).0

Antara penelitian tersebut dengan penelitian yang akan diteliti sama-sama

membahas tentang pengaruh metode iqro’, namun penelitian tersebut merupakan

studi komparatif (perbandingan) antara metode iqro’ dengan metode ummi

terhadap pelaksanaan bimbingan Baca Tulis al-Qur’an, sedangkan penelitian yang

akan diteliti berfokus pada pengaruh metode iqro’ terhadap kemampuan santri

dalam membaca al-Qur’an.

Kelima, Subhan dan Firia Ningsih dengan hasil penelitian berjudul ‘Analisis

Efektifitas Metode Iqro dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Siswa SD’ menunjukkan bahwa pembelajaran Al-Qur’an dengan metode iqro

yang dilaksanakan sudah sangat efektif dikarenakan guru sudah bisa mengemas

materi pelajaran dengan metode yang sangat menyenangkan. Prestasi yang sudah

0
Oon Sukron, “Studi Komparatif Pelaksanaan Bimbingan Baca Tulis al-Qur’an Melalui
Metode Ummi dan Metode Iqro di Sekolah Menengah Kejuruan Cendikia Utama”, Eduprof:
Islamic Education Journal, vol. 2 no. 2 (September 2020), h. 223-224.
https://iaibbc.e-journal.id/xx/article/view/27 (Diakses 15 Februari 2021).
9

diperoleh peserta didik SD dalam bidang bacaan Al-Qur’an. Prestasi tersebut

berupa tercapainya target pembelajaran, dengan adanya metode iqro rata-rata

bertambahnya kualitas bacaan siswa. Selain itu harus memperhatikan kendala

serta hambatan, hal tersebut sering terjadi pada guru, ada guru yang tidak

menguasai metode iqro, ada juga guru yang masih bertahan menggunakan metode

lama, guru yang tidak bisa menguasai kelas dan sebagainya.0

Antara penelitian tersebut dengan penelitian yang akan diteliti sama-sama

membahas tentang pengaruh metode iqro’ terhadap kemampuan membaca al-

Qur’an. Namun, penelitian tersebut merupakan penelitian kepustakaan dan

sasarannya adalah siswa Sekolah Dasar (SD), sedangkan penelitian yang akan

diteliti merupakan kuantitatif dan menyasar santri Taman Pendidikan al-Qur’an.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk:

a. Mendeskripsikan penerapan metode iqro’ di Taman Pendidikan al-Qur’an

Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa.

b. Mendeskripsikan hasil belajar santri di Taman Pendidikan al-Qur’an

Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa.

c. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat penerapan metode iqro’

dalam peningkatan kemampuan membaca al-Qur’an santri Taman Pendidikan

al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa.

2. Kegunaan Penelitian

0
Subhan dan Firia Ningsih, “Analisis Efektifitas Metode Iqro dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa SD”, Jurnal Pendidikan IPS, vol. 10 no. 2 (Desember
2020), h. 127. https://ejournal.tsb.ac.id/index.php/jpi/article/view/377/237 (Diakses 15 Februari
2021).
10

a. Kegunaan Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi bahan informasi

dan referensi terhadap kemampuan membaca al-Qur’an melalui metode iqro’.

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi santri

Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa. Sebagai

masukan, kritik, dan saran demi perbaikan sistem pengajaran dan pembelajaran

bagi santri dengan menggunakan metode iqro’ yang benar serta santri dapat

meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an dengan praktis dan cepat.

BAB II
11

TINJAUAN TEORETIS

A. Metode Iqro’

Di bawah ini diuraikan beberapa hal terkait dengan metode iqro’ yaitu

sebagai berikut:

1. Pengertian Metode Iqro’

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara sistematis dan

terpikir secara baik untuk mencapai tujuan. 0 Metode adalah rencana menyeluruh

yang berhubungan dengan penyajian bahan pelajaran secara teratur.0

Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang

ingin dicapai. Sedangkan kata (‫ )اِ ﻗُﺮ أ‬iqro’ secara harfiyah berasal dari kata kerja ( َ‫ﻗ‬

‫ )ﺮ أ‬qara’a yang pada mulanya berarti menghimpun. Apabila Anda merangkai

huruf/kata kemudian Anda mengucapkan rangkaian tersebut, maka Anda telah

menghimpunnya, yakni membacanya. Iqro’ adalah buku panduan yang digunakan

untuk lebih praktis dan lebih muda dalam membaca al-Qur’an yang terdiri dari 6

jilid yang tersusun sesuai dengan tingkat kesulitannya.

Metode iqro’ adalah suatu metode membaca al-Qur’an yang menekankan

langsung pada membaca. Adapun buku panduan iqro’ terdiri dari 6 jilid dimulai

dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang

sempurna.0

Metode iqro’ adalah cara cepat belajar membaca al-Qur’an dalam waktu

relatif singkat, dapat dengan mudah mengantarkan anak, remaja, dan orang

dewasa bisa membaca al-Qur’an dengan menggunakan buku panduan Iqro’.

2. Sejarah Munculnya Metode Iqro’

0
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Surabaya: Sulita Jaya), h. 414.
0
Khaeruddin, Metode Baca Tulis al-Quran (Cet.1; Makassar Yogyakarta: Al-Ahkam,
2000), h. 43.
0
Tri Wahyuni Surya Dewi, Metode Pembelajaran Al-Qur’an, Blog Tri Wahyuni Surya
Dewi. http://triwahyunisuryadewi.blogspot.co.id/2015/03/metode-pembelajaran-al-quran.html (18
Mei 2016).
12

KH. As’ad Humam bersama kawan-kawannya yang dihimpun dalam wadah

Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarus AMM)

Yogyakarta, telah mencari bentuk baru bagi s istem pengelolaan dan metode

pembelajaran membaca al-Qur’an. Setelah melalui studi banding dan uji coba,

maka pada tanggal 21 Rajab 1408 H (16 Maret 1988) didirikanlah Taman Kanak-

Kanak al-Qur’an (TKA) “AMM” Yogyakarta.

Setahun kemudian, tepatnya tanggal 16 Ramadan 1409 H (23 April 1989)

didirikan pula Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA) “AMM” Yogyakarta.

Bersamaan dengan didirikannya TKA/TPA. KH. As’ad Humam tekun menulis

dan menyusun buku Iqro’ Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, yang

kemudian lebih dikenal sebagai Metode Iqro’.

Metode Iqro’ ditemukan oleh KH. As’ad Humam dari Balai Litbang LPTQ

Nasional, Team Tadarus “AMM” Kota gede Yogyakarta. Metode ini tersusun

dalam sebuah buku yang dinamai pengarangnya dengan nama buku Iqro’ “Cara

Cepat Membaca al-Qur’an” yang terdiri dari enam jilid. Buku ini disusun secara

praktis dan sistematis yang mendorong siswa menjadi pelajar yang aktif dalam

belajar membaca al-Qur’an. KH. As’ad Humam telah lebih dari lima puluh tahun

mengajar santri membaca al-Qur’an. Berbagai metode pembelajaran telah

diterapkan dan dirasa masih belum sempurna. Oleh sebab itu, Beliau menyusun

metode Iqro’ yang diadaptasi dari metode Qiro’ati karangan Ustadz H. Dachlan

Salim Zarkasyi.0

Atas hasil karya Beliau tersebut, tahun 1991 Menteri Agama RI H. Munawir

Sjadzali M.A, menjadikan TKA/TPA yang didirikan K.H. As’ad Humam di

kampung Selokraman Kotagede Yogyakarta sebagai Balai Bidang LPTQ

Nasional. Dan selanjutnya, perkembangan iqro’ pun meluas tidak hanya di

0
As’ad Humam, Buku Iqra’ I; Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an (Yogyakarta: Balai
Litbang, LPTQ Nasional, 1991), h. ii.
13

Yogyakarta dan Jawa Tengah saja, namun sudah sampai ke pondok-pondok tanah

air dan mancanegara. Bahkan di Malaysia, metode iqro’ ditetapkan sebagai

kurikulum wajib di sekolah.0

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Iqro’

Adapun penjelasan langkah-langkah pembelajaran Iqro’ dalam setiap jilid

dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Petunjuk Mengajar Buku Iqro’ jilid 1

1) Sistem

a) CBSA (Cara Belajar Santri Aktif) guru sebagai penyimak saja, jangan sampai

menuntun. Kecuali hanya memberikan contoh pokok pelajaran;

b) Privat. Penyimakan secara seorang demi seorang;

c) Asistensi, Santri yang lebih tinggi jilidnya dapat membantu menyimak santri

lain.

2) Mengenai judul-judul, guru langsung memberi contoh bacaannya, jadi tidak

perlu banyak komentar.

3) Sekali huruf dibaca betul, tidak boleh/jangan diulang lagi.

4) Bila santri keliru panjang-panjang dalam baca huruf, maka guru harus

dengan tegas memperingatkan (sebab yang betul yang pendek-pendek) dan

membacanya agar terputus-putus agar kedepan, bila perlu ditekan.

5) Bila santri keliru membaca huruf, cukup betulkan huruf-huruf yang keliru

saja.

6) Pelajaran satu ini berisi pengenalan huruf berfathah, maka sebelum dikuasai

benar, jangan naik ke jilid berikutnya.

0
Acidfact, Bahasa Indonesia Sejarah Iqro’ Sebagai Metode Pembelajaran, http//acidfact
web.id/id bahasa-Indonesia-sejarah-iqro’-sebagai-metodepembelajaran-alQuran (19 Mei 2016).
14

7) Bagai santri yang betul-betul menguasai pelajaran dan sekiranya mampu

berpacu dalam menyelesaikan belajarnya, maka membacanya boleh

diloncat-loncatkan, tidak harus utuh sehalaman.

8) Untuk EBTA, sebaiknya ditentukan guru pengujinya.0

Dalam buku Iqro’ I ini, terlihat bahwa pembelajaran ditekankan pada

pengenalan huruf dan pengucapannya dengan benar. Interaksi antara

ustadz/ustadzah dan santri dengan komunikasi dua arah. Artinya, ustadz/ustadzah

menjadi pembimbing santri dalam membaca huruf per huruf. Ustadz/ustadzah

juga bertugas memberikan penilaian terhadap bacaan santri dan yang memutuskan

apakah santri layak melanjutkan ke buku Iqro’ 2 atau harus mengulangi sampai

benar-benar mampu membaca buku Iqro’ 1 tersebut.

b. Petunjuk Mengajar Buku Iqro’ Jilid 2

1) Petunjuk mengajar jilid 1 nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, dan 8 masih berlaku untuk

jilid 2.

2) Bila pada pelajaran yang lalu ada “her” pada huruf-huruf tertentu, maka

dalam pembelajaran jilid 2 ini, bisa sambil menyempurnakan bacaan huruf

yang “her” tersebut.

3) Mengenai judul-judul yang dirangkai, guru tidak perlu menerangkan.

Misalnya: ini ba’ di muka, ini ba’ di tengah, ini ba’ di akhir. Sebab,

biasanya santri paham membacanya. Jadi guru hanya menyimak saja.

4) Mulai halaman 16 bacaan mad/panjang, sementara panjangnya boleh lebih 2

harakat. Yang penting harus jelas beda mana yang pendek dan mana yang

panjang.

5) Membacanya tetap dengan putus-putus saja yaitu walaupun hurufnya

bersambung.
0
As’ad Humam, Buku Iqro’ I; Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, h. iv.
15

6) Mulai halaman 16, bila dengan bacaan putus-putus santri cenderung keliru

baca panjang, yang semestinya 1 harakat, maka membacanya agar dirangkai

saja dengan huruf berikutnya. Bila santri keliru baca panjang (yang

semestinya pendek) guru cukup menegur “mengapa dibaca panjang”?

begitu juga sebaliknya.0

Pada buku Iqro’ 2 ini, santri mulai diarahkan untuk dapat membaca huruf

huruf yang diucapkan panjang pendek (mād) dengan benar, berbeda dengan buku

Iqro’ 1 yang menitiberatkan pada bacaan huruf yang benar.

c. Petunjuk Mengajar Buku Iqro` Jilid 3

1) Petunjuk mengajar jilid 1 nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8 dan jilid 2 nomor 4 dan

masih berlaku untuk jilid 3 ini.

2) Bila santri sering memanjangkan bacaan (yang semestinya pendek) karena

sambil mengingat-ingat huruf di depannya, maka tegurlah dengan

“membacanya putus-putus saja?” dan kalau perlu huruf di depannya di

tutup dulu agar tidak terpikir.

3) Guru boleh memberi contoh satu kalimat yang menimbulkan anak ingin

meniru irama maupun ingin meniru lancarnya si guru. Bila hal ini terjadi

santri akan terbebani berpikir membaca kalimat-kalimat yang panjang,

sehingga membacanya banyak kesalahan (panjang, pendek, mengulang-

ngulang dsb).

4) Bila santri mengulang-ngulang bacaan (karena sambil berpikir bacaan di

depannya).0

Dalam buku iqro’ 3 ini juga ditekankan pada kemampuan santri untuk

membedakan antara huruf yang dibaca panjang atau pendek. Ustadz/ustadzah

0
As’ad Humam, Buku Iqra’ 2; Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, h. ii.
0
As’ad Humam, Buku Iqra’ 3; Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, h. ii.
16

tetap mengontrol setiap bacaan santri yang tidak sesuai dengan petunjuk bacaan

yang terdapat dalam buku tersebut.

d. Petunjuk Mengajar Buku Iqro` Jilid 4

1) Petunjuk mengajar jilid 1 nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8 dan jilid 2 nomor 6 serta

jilid 3 nomor 3 dan 4 masih berlaku untuk jilid 4 ini.

2) Mulai jilid 4 ini sudah boleh dikenalkan nama-nama huruf (lihat jilid 1

halaman 36).

3) Bila santri keliru baca di tengah/di akhir kalimat, maka betulkanlah yang

keliru saja. Kemudian apabila telah selesai sehalaman, agar mengulangi

kalimat yang ada keliru tersebut.

4) Untuk memudahkan ingatan huruf-huruf qolqolah: boleh dengan singkatan

َ َ‫ب ُج ِد ط‬
‫ق‬ َ (ba, ju, di, tho dan qo).
5) Agar menghayati bacaan yang penting dan untuk membuat semarak, baik

andai kata santri diajak membaca bersama-sama/koor, yaitu halaman 3, 9,

11, 19 dan 23.

6) Untuk menentukan bacaan yang betul pada halaman 23 (hamzah, sukūn dst).

Santri diajak membaca dengan harakat fatḥah dulu dengan berulang-ulang

dan baru dimatikan.

7) Pada jilid 4 ini belum ada waqaf, artinya semua dibaca utuh apa adanya.

Pelajaran waqaf dimulai pada jilid 5.0

Dalam buku Iqro’ 4 ini santri dikenalkan dengan huruf-huruf hijaiyah dan

bunyi harakat dalam abjad Arab. Di samping itu, dalam buku ini juga dikenalkan

kepada santri bunyi qalqalah di samping memperhatikan harakat panjang pendek

yang telah dipelajari di buku Iqro’ sebelumnya.

0
As’ad Humam, Buku Iqra’ 4; Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, h. ii.
17

e. Petunjuk Membaca Buku Iqro` jilid 5

1) Petunjuk mengajar jilid 1 nomor 1, 2, 3, 5, 7, 8 dan jilid 2 nomor 6, jilid 3

nomor 3 dan jilid 4 nomor 3 masih berlaku untuk jilid 5 ini.

2) Halaman 23 adalah surat al-Mu’minun ayat 1-11 sebaiknya santri

dianjurkan untuk menghafalkan ayat tersebut.

3) Bila ada beberapa santri yang sama tingkat pelajarannya boleh sistem

tadarus, secara bergiliran membaca sekitar 2 baris, sedangkan yang lainnya

menyimak bacaan tersebut.

4) Santri tidak harus mengenal istilah-istilah tajwid, seperti idghām, ikhfā’ dsb,

yang penting secara praktis betul bacaannya.

5) Agar menghayati bacaan yang penting dan untuk membuat suasana

semarak, baik andai kata santri diajak membaca bersama-sama yaitu

halaman 16-19 (3 baris dari atas).0

Dalam buku Iqro’ 5 ini, santri mulai dikenalkan dengan potongan ayat al-

Qur’an, termasuk awal surat-surat pendek. Hal ini dimaksudkan agar santri

mampu beradaptasi dengan al-Qur’an. Di samping itu juga dikenalkan pada bunyi

idghām dan pengenalan alif lam syamsiyah dan alif lam qamariah. Santri juga

dikenalkan dengan hukum mim mati bertemu dengan ba’ serta kaidah idghām

yang menyertainya. Dengan demikian, perlahan-lahan santri diajarkan kaidah

membaca al-Qur’an dengan benar dan tepat.0

f. Petunjuk Membaca Buku Iqro`Jilid 6

0
As’ad Humam, Buku Iqra’ 5; Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, h. ii.
0
As’ad Humam, Buku Iqro’ 6; Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, h.ii.
18

1) Petunjuk mengajar jilid 1 nomor 1, 2, 3, 5, 7, 8 dan jilid 2 nomor 6, jilid 3

nomor 3, 4 dan jilid 4 nomor 3 serta jilid 5 nomor 3 dan 4 semuanya tetap

berlaku pada jilid 6 ini.

2) Materi EBTA ini sebaiknya dihafalkan, syukur di mengerti terjemahannya.

3) Walaupun telah menginjak jilid 6 ini, pedoman membaca “Pelan Asal

Benar” tetap berlaku. Jadi tak apalah ada santri yang membacanya sangat

lamban/tersendat-sendat/seperti banyak saktah atau terhenti. Asalkan setiap

yang dibaca itu betul semuanya, maka yang penting adalah benar.

4) Santri jangan diajarkan dengan bacaan berlagu walaupun dengan irama

murottal kecuali bagi yang telah benar-benar lancar dalam bertadarrus al-

Qur’an. Jadi tidak untuk mengajar buku Iqro’.

5) Mengenai pelajaran tanda waqaf, disederhanakan dan pengenalannya

disatukan di awal (halaman 21).0

Pada buku Iqro’ 6 ini, santri dikenalkan semua istilah-istilah tajwid, juga

santri diarahkan untuk dapat membaca potongan ayat al-Qur’an juga contoh

fawatihush shuwar dengan baik dan benar. Untuk memotivasi santri,

diperbolehkan untuk membaca secara beramai-ramai baik dengan berirama

ataupun dengan cara murattal. Di samping itu santri dikenalkan dengan tanda-

tanda waqof/berhenti atau harus menyambung ayat yang lazimnya terdapat dalam

al-Qur’an.

Demikianlah pengajaran buku Iqro’ dari buku Iqro’ I sampai dengan Iqro’ 6

Dengan pengajaran seperti ini, diharapkan ustadz dan santri memiliki petunjuk

pelaksanaan pembelajaran untuk menggapai hasil yang diinginkan.

0
As’ad Humam, Buku Iqro’ 6; Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, h. ii.
19

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Iqro’

1) Kelebihan Metode Iqro’:

a) Guru hanya sebagai pengamat;

b) Setiap santri mendapatkan perhatian yang penuh, sehingga betul-betul lancar

membaca;

c) Bila santri keliru membaca, cukup betulkan huruf yang keliru saja tidak perlu

banyak komentar langsung memberi contoh bacaannya;

d) Santri yang sudah mampu membaca dengan baik, dapat membantu menyimak

santri lainnya.

2) Kekurangan dari Metode Iqro’:

a) Memerlukan waktu yang cukup lama;

b) Hanya bisa digunakan pada kelas tinggi;

c) Pembelajarannya berfokus pada tajwid al-Qur’an.

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan tersebut, metode iqro’ dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan peningkatan kemampuan santri untuk membaca

al-Qur’an dengan baik dan benar. Dalam pengajaran membaca al-Qur’an dengan

menggunakan metode iqro’, siswa diajak untuk berlatih memperhatikan tanda

baca dalam al-Qur’an.

B. Kemampuan Membaca al-Qur’an

1. Pengertian Kemampuan Membaca al-Qur’an

Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, sanggup

melakukan sesuatu; dapat.0 Berdasarkan dari kata dasar mampu, dapat diartikan

bahwa kemampuan sebagai suatu keadaan atau kondisi yang menunjukkan

sanggup atau dapat melakukan sesuatu.

0
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/mampu, (diakses tanggal 13 Desember 2020).
20

Kata kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang mendapat awalan ke-

dan akhiran -an yang berarti kesungguhan, kecakapan, kekuatan.0 Selanjutnya

membaca dipahami sebagai usaha mendapat sesuatu yang ingin diketahui,

mempelajari sesuatu yang akan dilakukan atau mendapat kesenangan,

pengalaman, dan melihat serta memahami isi dari apa yang ditulis dengan

melisankan atau hanya dihati.

Membaca adalah mengeja atau melafalkan sesuatu yang ditulis dan

mengucapkannya. Membaca merupakan perkembangan keterampilan yang

bermula dari kata berlanjut kepada membaca kritis. Membaca juga merupakan

suatu proses psikologis dan sensoris.0

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit melibatkan banyak hal,

tidak hanya sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,

berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca

merupakan proses menerjemahkan simbol tulisan (huruf) ke dalam kata-kata lisan.

Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata,

pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif.0

Prinsip dalam membaca adalah memahami apa yang dibaca. Selain

memahami masalah suatu topik atau bacaan, membaca juga merupakan suatu

kegiatan untuk memecahkan kode-kode atau makna yang ada dalam bacaan

tersebut. Dengan demikian kita mampu mengetahui berhasil atau tidaknya

seseorang dalam membaca.

Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

media atau bahasa tulis, komunikasi ini dapat dikatakan berhasil jika tercapainya

0
Tim Penyusun, Kamus Pusat Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 623.
0
Harjasujana dan Mulyati, Pemahaman Membaca (Bandung: PT. Kiblat Buku Utama,
1996), h. 25.
0
Sri Prastisi, Membaca, (Semrang: Griya Jawi, 2009), h. 2.
21

kesamaan pengetahuan antara pembaca dengan penulis. Komunikasi ini sangat

tergantung pada pemahaman yang diperoleh pembaca selama proses membaca.

Kemampuan membaca adalah kemampuan reseptif bahasa tulis, membaca

suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau maka yang

terkandung dalam bahasa tulis. Membaca sebagai suatu proses yang dilakukan

serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak

disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.0

Zawawie menuliskan bahwa keinginan membaca al-Qur’an dapat terlaksana

secara kontinu apabila ada motivasi sebagai motor penggerak. Dalam hal ini,

motivasi umat Islam dalam membaca al-Qur’an adalah anjuran Rasulullah saw.

untuk setiap orang Islam agar senantiasa membaca al-Qur’an. Beliau juga

memotivasi orang Islam yang telah mahir membaca al-Qur’an dengan

menjanjikan adanya pahala yang besar. Bagi para pemula masih terbata-bata

dalam membaca al-Qur’an, Rasulullah saw. memberikan motivasi agar terus

belajar dengan baik dengan menjanjikan dua pahal sekaligus, yaitu pahala

membaca al-Quran dan pahala atas jerih payahnya.0

Rasulullah saw. menganjurkan agar umat Islam membaca al-Qur’an baik

dengan keras ataupun pelan, dan juga sendirian ataupun bersama-sama. Rasulullah

saw. juga memberikan dukungan bagi orang Islam yang sudah mahir maupun

orang yang masih berusaha membaca dengan benar. Membaca al-Quran juga

dianjurkan untuk dilakukan di rumah, di masjid bahkan di jalan. al-Quran

dianjurkan agar menjadi bacaan rutin umat Islam dalam hidupnya sehari-hari.0

Kata membaca memiliki beberapa arti sebagai berikut:

0
Henri Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung:
Angkasa Bandung, 2008), h. 7.
0
Mukhlishoh Zawawie, Pedoman Membaca, Mendengar, dan Menghafal Al-Qur’an, h. 25.
0
Mukhlishoh Zawawie, Pedoman Membaca, Mendengar, dan Menghafal Al-Qur’an h. 26-
32.
22

a. Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau

hanya dalam hati). Membaca dalam pengertian ini melibatkan dua aktifitas,

yaitu melihat dan memahami. Aktivitas membaca berarti melihat tulisan

kemudian memahami arti, maksud atau makna apa yang dibaca. Objek yang

dibaca dalam hal ini adalah tulisan yang dapat dipahami oleh orang yang

membaca, oleh sebab itu, seseorang yang dapat membaca teks tanpa

memahami makna atau artinya tidak termasuk membaca. Seseorang dapat saja

membaca beberapa kata dalam bahasa Inggris, namun bila ia tidak mengerti

artinya, aktivitas tersebut tidak disebut dengan membaca. Contohnya: dia

jangan diganggu, karena sedang membaca buku.

b. Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Aktivitas membaca pada pengertian

kedua ini hanya melibatkan aktivittas mengeja atau melafalkan saja, tanpa

melibatkan pemahaman makna. Sebagai contoh, mengeja atau melafalkan al-

Qur’an yang merupakan tulisan berbahasa tanpa tahu maknanya sudah dapat

disebut membaca dalam arti yang sederhana. Walau demikian, aktivitas

membaca al-Qur’an disertai pemahaman arti dan makna tentu saja lebih baik

dan lebih utama.

c. Mengucapkan. Membaca dalam pengertian ini bermakna mengucapkan sesuatu

yang sudah dihafal, sehingga tidak melibatkan adanya teks tertulis yang dilihat

oleh indra penglihatan. Sebagai contoh adalah kata “membaca mantra,

membaca doa.

d. Mengetahui. Membaca dapat berarti mengetahui atau meramalkan. Hal ini

terlihat apabila kata membaca diterapkan dalam kata ia dapat membaca suratan

tangan (garis garis pada telapak tangan).


23

e. Memperhitungkan, memahami. Kata membaca diartikan sebagai

memperhitungkan atau memahami. Hal tersebut dapat dilihat apabila kata

membaca dilekatkan dalam kalimat berikut: seorang pemain yang baik harus

pandai membaca permainan lawan.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa pengertian “membaca” yang sesuai dengan topik kajian penelitian ini

adalah “mengeja atau melafalkan apa yang tertulis.” Hal tersebut karena kata

membaca yang dimaksud dilekatkan dengan kata al-Qur’an yang merupakan

sebuah materi pembelajaran di sekolah dasar. Pemahaman akan makna tulisan

yang dibaca.

Tujuan pembelajaran membaca al-Qur’an hanya agar siswa mampu mengeja

dan melafalkan teks dalam bahasa Arab, sehingga sebagai muslim mereka

memiliki kemampuan dasar dalam membaca al-Qur’an. al-Qur’an adalah sumber

ajaran Agama Islam yang paling utama. al-Qur’an adalah tujuan dan pedoman

hidup umat manusia dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Ali

mengartikan al-Qur’an sebagai kitab suci yang memuat firman-firman Allah swt.

yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. Sedikit demi

sedikit selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari mula-mula di Mekah kemudian di

Madinah.0

Apabila kita mengambil kitab suci al-Qur’an, maka kita akan mengetahui

bahwa kitab tersebut terbagi dalam 30 juz, dan 114 surah. Berdasarkan penjelasan

tersebut, maka membaca al-Qur’an diartikan sebagai mengeja atau melafalkan apa

yang tertulis di dalam al-Qur’an, yaitu kitab suci yang memuat firman-firman

Allah swt. yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw.

sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari mula-mula di Mekah

0
As’ad Humam. Buku Iqro’ Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, h. 1-4.
24

kemudian di Madinah.0 Membaca al-Qur’an saja dalam Islam sudah merupakan

ibadah yang bernilai pahala di sisi Allah. Oleh sebab itu, kaum muslim terdorong

untuk berlomba-lomba untuk belajar membaca al-Qur’an dengan baik.

Adapun yang peneliti maksud dari kemampuan membaca al-Qur’an di sini

adalah kesanggupan atau kecakapan dalam membaca al-Qur’an secara benar

sesuai dengan hukum tajwidnya.

2. Kaidah-Kaidah dalam Membaca al-Qur’an

Membaca kitab suci al-Qur’an merupakan sebuah ibadah apabila hal itu

dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan.

a. Makhārij al-Ḥurūf

Makhārij al-ḥurūf adalah tempat-tempat keluarnya huruf saat huruf itu

dibunyikan. Cara mengetahui tempat keluarnya huruf adalah dengan mensukun

atau mentasydid huruf dimaksud, kemudian menambahkan satu huruf hidup di

belakangnya, kemudian dibaca. Jika suara tertahan, maka tampaklah makhraj

huruf dari huruf bersangkutan.0

Makhārij al-ḥurūf terbagi atas 17 makhrāj yang dikelompokkan ke dalam

lima tempat, yaitu:

1) Al-Jauf, artinya rongga tenggorokan dan mulut. Dari rongga tenggorokan

dan mulut ini muncul satu makhrāj yang dikenal dengan makhrāj al-jauf.

Dan dari makhrāj al-jauf ini keluar tiga huruf mād. Yaitu alif (‫)ا‬, waw (‫)و‬,

dan ya’ (‫ )ي‬yang bersukun.

2) Al-Ḥalq, artinya tenggorokan. Maksudnya, tempat keluarnya huruf yang

terletak pada tenggorokan. Dari al-ḥalq ini keluar tiga makhrāj yang

0
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 93.
0
Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid (Cet. 2; Surabaya: Hali Jaya 2008), h. 28.
25

digunakan untuk tempat keluarnya 6 (enam) huruf. Ketiga makhrāj tersebut

antara lain:

a) Aqṣol ḥalq adalah pangkal tenggorokan atau tenggorokan bagian dalam. Dari

makhrāj ini keluar huruf ḥamzah (‫ )ء‬dan ha’ (‫)ﻩ‬

b) Wasṭul ḥalq adalah tenggorokan bagian tengah. Dari makhrāj ini keluar huruf

‘ain (‫ )ع‬dan kha’ (‫)ح‬

c) Adnal ḥalq adalah tenggorokan bagian luar atau ujung tenggorokan. Dari

makhrāj ini keluar huruf kho’ (‫ )خ‬dan gain (‫)غ‬.

3) Al-Lisān, artinya lidah. Maksudnya tempat keluarnya huruf yang terletak

pada lidah. Jumlah huruf hijaiyah yang keluar dari makhrāj ini berjumlah 18

huruf dan terbagi atas 10 makhrāj.

a) Pangkal lidah (dekat tenggorokan) bertemu dengan langit-langit (anak tekak),

hurufnya yaitu: ‫ق‬

b) Pangkal lidah diturunkan agak ke depan, hurufnya yaitu: ‫ك‬

c) Pertengahan lidah bertemu dengan langit-langit. Yaitu: ‫ ش –ج‬-‫ي‬

d) Salah satu tepi (sisi) lidah atau keduanya bertemu dengan gigi geraham atas.

Hurufnya yaitu: ‫ض‬

e) Salah satu sisi lidah yang dekat keujungnya bertemu dengan langit-langit yang

sejajar dengannya. Hurufnya yaitu: ‫ل‬

f) Tepi ujung lidah bertemu dengan gusi depan atas, suara menekan ke langit-

langit sampai ke rongga hidung. Hurufnya yaitu: ‫ن‬

g) Ujung lidah bagian luar bertemu dengan gusi depan atas yang sejajar

dengannya, suara agak bergetar. Hurufnya yaitu: ‫ر‬

h) Ujung atas lidah bertemu dengan pangkal gigi depan (seri) atas. Hurufnya

yaitu: ‫–د‬ ‫ت–ط‬


26

i) Ujung atas lidah bertemu dengan rongga antara gigi atas dan gigi bawah (lebih

dekat ke bawah ). Hurufnya yaitu: ‫ز–س‬ -‫ص‬


j) Ujung lidah bertemu dengan ujung gigi seri atas. Hurufnya: ‫ذ‬- ‫ ث‬-‫ظ‬

4) Asy-Syafatān artinya dua bibir. Maksudnya, tempat keluarnya huruf yang

terletak pada dua bibir. Bibir atas dan bibir bawah Asy-syafatān ini terbagi

atas dua makhrāj, yaitu:

a) Perut (bagian dalam) bibir bawah atau bagian tengah bibir bawah dengan ujung

dua buah gigi seri yang atas. Perut bibir bawah dirapatkan dengan ujung gigi

seri yang atas. Hurufnya ‫ف‬

b) Kedua bibir atas dan bawah bersama-sama, jika kedua bibir tersebut rapat

keluarlah huruf mim ‫ م‬dan ba’ ‫ ب‬lebih rapat dari pada mim. Di antara kedua

bibir dalam keadaan tertutup. Hurufnya ‫ ف‬-‫ م‬-‫ب –و‬

5) Al-Khoisyum, artinya Aqṣal Anfi (pangkal hidung). Dari al-khoisyum ini

keluar satu makhrāj, yaitu al-ghunnah (sengau/dengung) sehingga dari

makhrāj inilah keluar segala bunyi dengung/sengau, bunyi sengau ini terjadi

pada:

a) Nūn sakinah atau tanwin ketika dibaca idghām bigunnah, ikhfa’ dan ketika nūn

itu bertasydid.

b) Mim sakinah ketika dibaca idghām (mitslain) ikhfa’ (syafawiy) dan ketika mim

itu bertasydid.0

b. Tajwid

0
Ahmad Syams Madyan, Peta Pembelajaran al-Qur’an (Cet.1; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar: 2008), h. 105.
27

Dalam membaca ayat al-Qur’an, terdapat beberapa aturan yang harus

diperhatikan dan dilaksanakan bagi pembacanya, di antara peraturan-peraturan itu

adalah memahami kaidah- kaidah ilmu tajwid.

Ilmu tajwid adalah ilmu cara baca al-Qur’an secara tepat, yaitu dengan

mengeluarkan bunyi huruf dari asal tempat keluarnya (makhrāj), sesuai dengan

karakter bunyi (sifat) dan konsekuensi dari sifat yang dimiliki huruf tersebut,

mengetahui di mana harus berhenti (waqaf) dan di mana harus memulai

bacaannya kembali (ibtidā’)0. Jadi, ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang

mengajarkan tentang tata cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang

baik dan benar yang terdapat dalam kitab suci al-Qur’an. Sedangkan hukum

mempelajari ilmu tajwid adalah farḍu kifāyah, sedangkan mengamalkannya farḍu

‘ain. Hal ini sesuai firman Allah swt. dalam QS al-Muzzammil/73: 4.


ۗ ‫اَوْ ِز ْد َعلَ ْي ِه َو َرتِّ ِل ْالقُرْ ٰانَ تَرْ تِ ْياًل‬

Terjemahnya:
Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.0
Ayat di atas menunjukkan bahwa di dalam membaca al-Qur’an harus

dengan perlahan-lahan atau tartil. Perlahan-lahan yang dimaksud ayat ini adalah

baik dan benar. Hal itu karena membaca al-Qur’an dengan tartil dapat membantu

untuk mentadabburi dan memikirkan maknanya, menggerakkan hati. Sesuai

dengan firman Allah swt. QS al-Furqān/26: 32.

َ ِ‫َّاح َدةً ۛ ك َٰذل‬


‫ك ۛ لِنُثَبِّتَ بِ ٖه فَُؤادَكَ َو َرتَّ ْل ٰنهُ تَرْ تِ ْياًل‬ ِ ‫ال الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا لَوْ اَل نُ ِّز َل َعلَ ْي ِه ْالقُرْ ٰانُ ُج ْملَةً و‬
َ َ‫َوق‬

Terjemahnya:
Dan orang-orang yang kafir berkata, “Mengapa al-Qur’an itu tidak
diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah supaya Kami memperteguh
hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil
(berangsur-angsur, perlahan-lahan dan benar).0

0
Ahmad Syams Madyan, Peta Pembelajaran al - Qur’an, h. 106.
0
Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 574.
0
Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 362.
28

al-Qur’an yang mulia merupakan alat peneguh yang paling utama, dan

merupakan tali Allah yang kuat, cahaya yang menerangi siapa yang berpegang

teguh dengannya maka Allah akan melindunginya. Allah menurunkan al-Qur’an

secara berangsur-angsur dengan tujuan untuk mendatangkan keteguhan.

Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya,

maka pembahasan tajwid di sini hanya dibatasi dari segi Makhārij al-hurūf,

hukum nūn sukūn dan tanwin, hukum mim sukūn, dan mād.

1) Hukum Nūn Sukūn (( ْ‫ ن‬atau Tanwin (‫)ًــٍــٌـ‬

a) Ikhfa’, artinya bacaan ringan dan nyaring atau dengan kata lain “meringankan

bacaan dan mendengungkan”. Huruf-huruf yang masuk dalam kategori ikhfa’

berjumlah 15 buah, yaitu:

‫تثجدذزسشصضطظفقك‬

Tanda-tandanya ialah apabila nūn sukūn atau tanwin bertemu dengan salah satu

dari huruf-huruf di atas, maka hukumnya ikhfa. Contoh:

‫ِمنْ َذ َك ِر ـــ َواُ ْنثَى ـــ اِنْ ُك ْنتُ ْم‬

b) Iẓhār, artinya jelas atau nyata. Maksudnya, menyatakan bunyi nūn sukūn atau

tanwin, tetapi tidak mendengungkan huruf-huruf yang masuk dalam kategori

Iẓhār berjumlah 6 buah, yaitu:

‫ا ح ج ع غ هـ‬

Tanda-tandanya ialah apabila nūn sukūn atau tanwin bertemu dengan salah satu

dari huruf-huruf di atas, maka hukumnya Iẓhār. Contoh:


ٌ‫َمنْ اَ َمنَ ـــ ِمنْ َخ ْي ٍر ـــ نَا ٌر َحا ِميَة‬

c) Idgām bi Gunnah, berarti meleburkan dan mendengungkan. Maksudnya, bunyi

nūn sukūn atau tanwin dileburkan masuk ke dalam huruf idgām bi Gunnah di
29

sertai dengan dengung. Huruf-huruf yang masuk dalam kategori idgām bi

Gunnah berjumlah 4 buah, yaitu:

‫ي ؤ م ن = يؤ من‬

Tandanya ialah nūn sukūn atau tanwin bertemu dengan salah satu dari huruf-

huruf tersebut. Contoh:

ِ ‫س ْو ٌل ِمنَ ا هَّلل‬
ُ ‫َمنْ يَشَاء ـــ َجنَّتٌ نَ ِع ْي ٌم ـــ َر‬

d) Idgām bilā Gunnah, artinya meleburkan tanpa mendengungkan. Maksudnya

ialah meleburkan nūn sukūn atau tanwin masuk ke dalam huruf Idgām bilā

Gunnah tetapi tidak mendengungkan. Huruf yang masuk ke dalam kategori

Idgām bilā Gunnah berjumlah 2 buah, yaitu:

‫لر‬

Tandanya ialah nūn sukūn atau tanwin bertemu dengan huruf tersebut. Contoh:

‫س ْو ُل اهللاِ ـــ ِمنْ َربِّ ِه ْم ـــ ِحالً لِبَنِ ْى‬


ُ ‫ُم َح َّم ٌد َر‬

e) Iqlāb, artinya memalingkan atau menukarkan. Maksudnya, memalingkan bunyi

nūn sukūn atau tanwin menjadi mim karena nūn sukūn atau tanwin tersebut

bertemu dengan huruf ‫ ب‬Contoh:

ٍ ‫ِمنْ بَ ْع ِد ِه ْم ـــ لَيُ ْنبَ َذنَّ ـــ بِثَ َم ٍن بَ ِخ ْي‬


‫س‬

2) Hukum Mim Sukūn (‫)م‬

a) Ikhfa’ Syafawi, dapat berarti suara yang samar-samar keluar dari mulut (bibir).

Tandanya ialah (mim sukūn) bertemu dengan huruf ‫ ب‬. Cara membacanya

didengungkan 3-4 harakat. Contoh

‫س ْلتُ ْم بِ ِه ـــ ظَنَ ْنتُ ْم بِ َربِّ ُك ْم‬


ِ ‫َو َما ُه ْم بِ ُمْؤ ِمنِيْنَ ـــ اُ ْر‬
30

b) Iẓhār Syafawi, artinya suara yang jelas keluar dari mulut (bibir). Tandanya

ialah mim sukūn bertemu selain huruf ‫ م‬dan huruf ‫ ب‬. Cara membacanya ialah

memperjelas bunyi mim sukūn tetapi tidak mendengungkan. Contoh:

َ ُ‫ُه ْم يُ ْوقِنُ ْونَ ـــ لَ ُه ْم فِ ْي َها ـــ اَ ْنف‬


‫س ُه ْم َو َما‬

c) Idgām Mimi, ialah bertemunya mim sukūn dengan huruf ‫ م‬. Cara membacanya

ialah kedua huruf ‫ م‬menyatu disertai dengan dengung. Lama berdengung 3-4

harakat. Contoh:

ٌ ‫سَأ ْلتُ ْم ـــ ِم ْن ُه ْم َم ْغفِ َرةً ـــ فِى قُلُ ْوبِ ِه ْم َم َر‬
‫ض‬ َ ‫َولَ ُك ْم َما‬
3) Mād

Mād berarti bacaan (bunyi) huruf yang harus dipanjangkan, yang bentuk dan

sifatnya bervariasi.

a) Mād Ṭabi’iy (mād aṡli)

Mād ini berpangkal pada tiga, yaitu ‫ ى و ا‬panjang bacaannya satu alif atau dua

harakat. Tanda-tandanya ialah:

- Alif Mād (‫ )ا‬didahului baris fatḥah. Contoh:

‫قَا َل ـــ َما َكانَ ـــ َما َذا‬

- Waw ( ْ‫ )و‬sukūn didahului baris ḍammah. Contoh:

‫سى ـــ اَ َمنُ ْوا ـــ ُك ْونُ ْو‬


َ ‫ُم ْو‬
- Ya (‫ )ي‬sukūn didahului baris kasrah. Contoh:

ٌ ‫ِديْنٌ ـــ قَ ِر ْي‬


‫ب ـــ نَ ِع ْي ٌم‬

- Baris Mād (‫ )ــــ‬tegak di atas huruf. Contoh:

‫ه ِذ ِه ـــ ملِ ِك ـــ ا َمنَّا‬

- Baris Mād (‫ )ــــ‬tegak di bawah huruf. Contoh:

ُ ‫قَ ْو ِمه ـــ َوبِه ـــ‬


‫س ْوقِه‬

- Baris ḍammah yang terbalik ( ). Contoh:

‫س ْولُه ـــ َم َعه‬


ُ ‫سلَه ـــ َر‬
َ ‫اَ ْر‬
31

b) Mād Wājibul Muttaṣil

Panjang bacaannya 5-6 harakat (tiga alif). Tanda-tandanya ialah:

- Alif Mād mendatangi hamzah dalam satu perkataan. Contoh:

َ ‫َمنْ يَّشَا ُء ـــ اِ َذ‬


‫اجا َء ـــ ِمنْ َما ٍء‬

- Ya ( ْ‫ )ى‬sukūn yang didahului baris kasrah mendatangi hamzah dalam satu

kata. Contoh:

ِ‫َو ِجيَْئ ـــ تَفِيَْئ اِلَى اَ ْم ِراهللا‬


- Waw sukūn ( ْ‫ )و‬yang didahului baris ḍammah mendatangi hamzah dalam satu

perkataan. Contoh:

ِ ‫س ْو َءا ْل َع َذا‬
‫ب‬ ُّ ‫َع ِملُ ْواال‬
ُ ‫س ْو َءبِ َج َهالَ ٍة ـــ‬
c) Mād Jāizul Munfaṣil

Mād ini dibaca panjang antara 3-5 harakat. Tanda-tandanya adalah:

- Alif Mād mendatangi hamzah dalam dua perkataan. Contoh:

‫َو َمااَد َْرا َك ـــ فَ َم َح ْونَااَيَةً ـــ يَااَيُّ َهاالَّ ِذي‬

- Ya sukūn ( ْ‫ )ى‬yang didahului baris kasrah mendatangi alif dalam dua

perkataan. Contoh:

ِ ُ‫َوفِ ْى اَ ْم َوالِ ِه ْم ـــ َوفِ ْى اَ ْنف‬


‫س ِه ْم ـــ لِى اَ ْجنِ َح ٍة‬

d) Mād Lāzim Musyaqqal Kalimiy

Mād ini dibaca panjang antara 5-6 harakat. Tandanya ialah alif mād bertemu

dengan huruf yang ber-tasydid. Contoh:

‫ضاالًّفَ َهدَى‬
َ ‫ضالِّيْنَ ـــ َو َو َج َد َك‬
َّ ‫َوالَال‬
e) Mād Lazim al-Mukhaffaf al-Kalimy

Mād ini dibaca panjang 5-6 harakat. Contoh:

ْ َ‫االَنَ َوقَ ْد ُك ْنتُ ْم بِ ِه ت‬


َ‫ستَ ْع ِجلُ ْون‬
f) Mād Istifhām
32

Mād ini dinamakan istifhām karena didalamnya terkandung (bersifat)

pertanyaan. Contoh:

‫ قُ ِل هللاُ اَنْ اَ ِذنَ لَ ُك ْم‬.‫سيَ ْي ِن‬ َّ ‫قُ ْل‬


َ ‫االذ َك َر ْي ِن َح َّر َم اَ ِم االُ ْن‬

g) Mād Āriḍ Li al-Sukūn

Mād ini dibaca panjang antara 4-6 harakat. Tandanya adalah Mād ṭabi’iy

mendatangi huruf yang dibaca sukūn karena hendak berhenti (waqaf). Contoh:
َ ‫ُهدًى لِّ ْل ُمتَّقِيْنَ ـــ قَ ْو ًم‬
َ‫اآخ ُر ْون‬
h) Mād Lin

Mād ini dibaca antara 2-4 harakat. Tandanya ialah waw (‫ )و‬atau ya (‫ )ى‬yang

didahului oleh baris fatḥah bertemu dengan huruf yang di sukūn -kan karena

hendak berhenti (waqaf). Contoh:

ِ ‫ب َه َذاا ْلبَ ْي‬


‫ت‬ َّ ‫َخ ْي ٌر ِمنَ النَّ ْو ِم ـــ َر‬
i) Mād ‘Iwaḍ

Mād ini dibaca panjang satu alif (dua harakat). Tandanya ialah huruf berbaris

ganda (fatḥahtayn) bertemu dengan alif mād, tetapi harus dibaca fatḥah/tidak

bertemu dengan alif mād, tetapi harus dibaca fatḥah (tidak nyaring) karena hendak

berhenti (waqaf). Contoh:


ً‫اح ِك ْي ًما ـــ َو ْعدًا َم ْف ُع ْوال‬
َ ‫َعلِ ْي ًم‬
j) Mād Ṣilah

Jenis dari mād ini ada dua macam, yaitu:

- Mād Ṣilah Qaṣirah, dibaca panjang satu alif dua harakat. Tandanya ialah ha

ḍamir (‫)ه‬, disebut ha bundar pada ujung kata yang didahului oleh huruf yang

tidak berbaris sukūn. Contoh:

ِ ‫ستَ ِع ْينُه ـــ اِنَّهُ ـــ نَ ْف‬


‫سه‬ ْ َ‫َوبِ ِه ن‬
33

- Mad Ṣilah Ṭawilah, dibaca panjang selama 5 harakat. Tandanya ialah ha

ḍamir (ha bundar) pada ujung kata bertemu dengan alif pada kata yang lain.

Contoh:

‫يَ َره اَ َح ٌد ـــ ِمنْ ِع ْل ِم ِه اِالَّبِ َماشَا َء‬

k) Mād Lāzim Mukhaffaf al- Ḥarfiy

Mād ini dibaca panjang selama dua harakat saja. Huruf-hurufnya hanya lima

buah yang merupakan huruf muqatta’ah yang terdapat pada awal dari beberapa

surah al-Qur’an. Huruf-huruf yang dimaksud ialah: ‫ح ى ط ه ر‬

Contoh:

‫الر ـــ كهيعص ـــ حم ـــ يس ـــ طه‬

l) Mād Muṡaqqal al-Ḥarfiy

Huruf-huruf dari mād tersebut juga adalah huruf muqatta’ah yang terdapat

pada awal surah tertentu dalam al-Qur’an. Huruf-huruf tersebut dibaca sesuai

dengan sebutannya di dalam huruf hijaiyah. Panjang bacaannya 6 harakat. Huruf-

hurufnya berjumlah 8 buah, yaitu:‫ك ل ق ع ص س م ن‬

Contoh:

‫ن والقلم ـــ الم ـــ حم ـــ عسق ـــ طسم‬

m) Mād Tamkin

Mād ini dibaca panjang satu alif (dua harakat) jika tidak berhenti. Tetapi

apabila berhenti pada kalimat itu, maka statusnya berubah menjadi mād ‘āriḍ li al-

sukūn dan dibaca panjang 3 alif (6 harakat), kecuali pada kata “‫”حييتم‬. Tandanya

ialah huruf ya (‫ )ي‬ber-tasydid kasrah mendatangi ya (‫)ي‬


ْ sukūn dalam satu
perkataan. Contoh:

َ‫َوالنَّبِيَّيْنَ ـــ ُحيِّ ْيتُ ْم ـــ اُ ِّميِّيْن‬


34

n) Mād Badal

Mād ini memadukan dua huruf alif (hamzah) alif yang pertama berbaris fatḥah,

kasrah, dan, ḍammah, dan yang ke dua baris sukūn. Contoh:

َ‫ ا َمن‬dibaca َ‫اَْأ َمن‬


‫ اُ ْوت ُْوا‬dibaca ‫اُْؤ ت ُْوا‬

3. Adab dalam Membaca al-Qur’an

al-Qur’an sebagai kitab suci, wahyu Ilahi, mempunyai adab tersendiri bagi

orang-orang yang membacanya. Adab itu sudah diatur dengan sangat baik untuk

penghormatan dan keagungan al-Qur’an. Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya

Ulumuddin menguraikan dengan jelas bagaimana hendaknya tata cara membaca

al-Qur’an. Imam al-Ghazali membagi adab membaca al-Qur’an menjadi adab

yang mengenai batin dan mengenai lahir.

Adab yang mengenai batin diperinci lagi menjadi arti memahami asal

kalimat, cara hati membesarkan kalimat Allah, menghadirkan hati kala membaca

sampai ke tingkat memperluas, memperhalus perasaan dan membersihkan jiwa.

Dengan demikian, kandungan al-Qur’anyang dibaca dengan perantara lidah, dapat

bersemi dalam jiwa dan meresap ke dalam hati.

Adapun mengenai adab secara lahir dalam membaca al-Qur’an, selain dalam

kitab Ihya Ulumuddin, juga terdapat dalam kitab al-Itqan karya Jalaluddin as-

Suyuthi.

a. Disunnahkan membaca al-Qur’an sesudah berwudhu, dalam keadaan bersih,

karena yang dibaca merupakan wahyu Allah. Kemudian hendaklah mengambil

al-Qur’an dengan tangan kanan; sebaiknya memegangnya dengan kedua belah

tangan.
35

b. Disunnahkan membaca al-Qur’an di tempat yang bersih, seperti: di rumah,

surau, musalah, dan di tempat-tempat lain yang dianggap bersih. Yang paling

utama adalah di masjid.

c. Disunnahkan membaca al-Qur’an menghadap kiblat, membacanya dengan

khusyuk dan tenang; sebaiknya dengan berpakaian yang pantas.

d. Ketika membaca al-Qur’an, mulut hendaknya bersih, tidak berisi makanan.

e. Sebelum membaca al-Qur’an, disunnahkan membaca ta’awudz sebagai bentuk

permintaan perlindungan dari Allah agar terjauh dari tipu daya setan, sehingga

hati dan pikiran tetap tenang di waktu membaca al-Qur’an.

f. Disunnahkan membaca al-Qur’an dengan tartil, yaitu dengan bacaan yang

pelan dan tenang, sesuai dengan firman Allah swt. QS al-Muzzammil/73: 4.


ۗ ‫اَوْ ِز ْد َعلَ ْي ِه َو َرتِّ ِل ْالقُرْ ٰانَ تَرْ تِ ْياًل‬

Terjemahnya:
Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-
lahan.0

g. Bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat al-Qur’an,

disunnahkan membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat-

ayat yang dibacanya itu dan maksudnya.

h. Dalam membaca al-Qur’an, hendaklah benar-benar diresapkan arti dan

maksudnya, terlebih saat sampai pada ayat-ayat yang menggambarkan nasib

orang-orang yang berdosa, dan bagaimana hebatnya siksaan yang disediakan

bagi mereka.

i. Disunnahkan membaca al-Qur’an dengan suara yang bagus dan merdu.

0
Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 574.
36

j. Ketika membaca al-Qur’an, jangan memutuskan hanya karena hendak

berbicara dengan orang lain. Hendaknya pembacaan diteruskan sampai ke

batas yang telah ditentukan. Juga dilarang tertawa dan bermain-main.0

4. Keutamaan Membaca al-Qur’an

Keutamaan dalam membaca al-Qur’an adalah sebagai berikut:

a. Orang yang membaca al-Qur’an akan mendapat pahala yang berlimpah.

b. Membaca al-Qur’an merupakan sebagai obat (terapi) jiwa yang gundah.

Membaca al-Qur’an efektif mengobati penyakit hati atau mental, juga

efektif dalam mengobati berbagai penyakit fisik. Karena sekian penyakit fisik

awalnya banyak dipicu oleh gangguan kejiwaan seperti pikiran kacau, panik,

cemas dan sebagainya.0

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca al-Qur’an

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca al-Qur’an

terutama dikalangan remaja, adalah sebagai berikut:

a. Orientasi berfikir

Pengaruh modernisasi banyak mempengaruhi arah pemikiran seseorang.

Kemajuan teknologi dengan segala hasil yang disumbangkannya bagi kemudahan

hidup manusia, banyak mengalihkan perhatian orang untuk hidup lebih erat

dengan alam kebendaan. Hal ini mendorong mereka untuk menuntut ilmu yang

diperkirakan dapat membantu kearah pemikiran pengetahuan praktis dan

menunjang prestise kehidupan.

0
Khadim al Haramain asy Syarifain Raja Fahd ibn ‘Abd al-‘Aziz Al-Sa’ud, Al-Qur’an dan
Terjemahnya (Madinah: Mujamma’ al Malik Fahd li thiba’at al Mush-haf asy Syarif, 2010), h.
105-107.
0
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak, Menulis, dan Mencintai al-Qur’an (Jakarta: Gema
Insani, 2004), h. 47.
37

Pengetahuan tentang al-Qur’an dan kala membacanya kalah bersaing dalam

pemikiran kebanyakan kaum muslimin, hingga hampir diabaikan. Padahal bidang

tersebut merupakan disiplin ilmu tersendiri hingga untuk menguasainya

diperlukan sistem dan metode tersendiri pula disamping ketentuan dan waktu

yang cukup lama.

b. Kesempatan dan tenaga

Arah berpikir yang materialistis telah mendukung status wajib belajar al-

Qur’an ke posisi yang lebih kecil. Pengaruh ini telah menimbulkan kondisi asal-

asalan. Akibatnya terjadi kelangkaan penyediaan kesempatan dan kelangkaan

tenaga. Waktu yang disediakan untuk belajar al-Qur’an sangat sedikit jika

dibandingkan dengan waktu mereka gunakan untuk menuntut ilmu pengetahuan

lainnya. Akhirnya tenaga pengajar tersedia tidak sempat berkembang seimbang

dengan kebutuhan.

c. Metode

Perkembangan teknologi telah merubah kecenderungan masyarakat untuk

menuntut pengetahuan secara lebih mudah dan cepat. Untuk menampung minat

ini dalam berbagai disiplin ilmu, para ahli telah memanfaatkan jasa teknologi

dalam media pendidikan baik media visual, audio-visual, komputer dengan cara

yang semakin tepat guna.

Khusus dalam pendidikan al-Qur’an juga sudah banyak dilaksanakan di

jenjang pendidikan walaupun masih banyak yang belum memahaminya. Metode

lama dalam beberapa seginya mungkin sudah kurang sesuai dengan keinginan dan

kecenderungan tepat guna ini. Akibatnya metode yang demikian berangsur kurang

diminati.

d. Aksara
38

Kitab suci al-Qur’an ditulis dengan aksara dan bahasa Arab. Faktor ini

menyulitkan bagi mereka yang berpendidikan non pesantren/madrasah karena

pengetahuan itu tidak dikembangkan secara khusus di sekolah umum. Akibatnya,

pelajar yang berpendidikan umum sebagian besar buta aksara kitab sucinya.

Kebutaan aksara ini membuat jarak makin lama makin jauh antara mereka dengan

kitab sucinya.0

C. Gambaran Umum Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya

Kabupaten Gowa

Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya dengan nomor statistik

411273060276 berlokasi di Desa/Kelurahan Julukanaya, Kecamatan Pallangga,

Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Saat ini, Taman Pendidikan al-

Qur’an Babussalam Cambaya Gowa dipimpin oleh Ibu Nuraeni dengan periode

kepemimpinan 2020-2023.

Adapun tenaga pendidik/pengajar Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam

Cambaya Gowa berjumlah 4 orang, yaitu 2 orang laki-laki dan 2 orang

perempuan. Kemudian untuk santri Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam

Cambaya Gowa berjumlah 75 orang, yakni 28 orang laki-laki dan 47 orang

perempuan.

Untuk jadwal mengaji atau membaca al-Qur’an Taman Pendidikan al-

Qur’an Babussalam Cambaya Gowa dibagi menjadi dua sesi, yakni setelah salat

Ashar sekitar pukul 15.30 – 17.30 WITA, kemudian di sesi kedua setelah salat

Magrib sampai setelah salat Isya. Adapun fasilitas yang disediakan berupa meja

belajar, papan tulis, dan buku iqro’ serta al-Qur’an

0
Abdurrahman Hafid, Studi al-Qur’an (Jakarta: Nurul Huda, 2013), h. 23.
39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian ex-post facto yang meneliti hubungan sebab

akibat yang tidak di manipulasi atau tidak diberi perlakuan oleh peneliti. Pnelitian

sebab akibat dilakukan terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah

berlangsung atau telah terjadi. Adanya hubungan sebab akibat didasarkan atas

kajian teoretis, bahwa sesuatu variabel disebabkan atau dilatarbelakangi oleh

variabel tertentu atau mengakibatkan variabel tertentu. Jenis Penelitian ini juga

tidak memerlukan waktu yang lama.

Penelitian ini adalah rencana penelitian yang dipergunakan oleh peneliti

guna mencapai tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Ditunjukkan pada

gambar berikut ini:

X Y

Keterangan:

X : Penerapan Metode Iqro’

Y : Kemampuan Membaca al-Qur’an

Penelitian ini dilakukan di Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam

Cambaya Desa Julukanaya Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.

Alasan memilih lokasi ini diantaranya adalah sebagai berikut: lebih dekat

dengan tempat tinggal, menghemat waktu dan biaya, mudah dijangkau dan

ekonomis.
40

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti baik berupa manusia,

benda, maupun peristiw gejala-gejala yang terjadi. Populasi dapat diartikan

sebagai wilayah generelisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh santri Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya

Kabupaten Gowa.
Tabel 1.1
Jumlah Santri Iqro’ 1-6
Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kab.Gowa
Tahun Ajaran 2020-2021
No Tingkatan Jumlah Santri

1 Iqro’ 1 9

2 Iqro’ 2 13

3 Iqro’ 3 12

4 Iqro’ 4 10

5 Iqro’5 16

6 Iqro’ 6 15

Jumlah 75
41

Tabel 1.2
Jumlah Sampel
Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya
Kab.Gowa
Tahun Ajaran 2020-2021
No Tingkatan Jumlah

1. Iqro’ 6 15

Total 15

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapat data yang valid dan reliabel, maka harus sesuai dan bisa

dipercaya kebenarannya serta menggunakan metode yang sesuai pula. Adapun

metode pengumpulan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, yaitu:

Metode Kuesioner (Angket). Kusioner angket merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk memperoleh


atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau

menanggapi tujuan penelitian. Jika data yang didapat tidak akurat/valid maka

keputusan yang diambilpun tidak tepat. Berikut instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Angket/Kuesioner

Angket/kuisioner adalah lembaran yang berisi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya agar memperoleh

informasi. Jawaban setiap item dari positif ke negatif, adapun jawaban penulis

yang digunakan yaitu:

a. Jawaban Ya mendapat nilai : 5


42

b. Jawaban Tidak mendapat nilai : 2

F. Teknik Analisis Data

Kegiatan yang dilakukan dalam analisis data adalah mengelompokkan data

berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel

dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, menghitung

agar rumusan masalah terjawab, dan menghitung untuk uji hipotesis. Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan

statistik inferensial.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah suatu teknik pengolahan data yang tujuannya

untuk menuliskan dan manganalisis kelompok data tanpa membuat atau menarik

kesimpulam atas populasi yang diamati. Statistik jenis ini memberikan cara untuk

mengurangi jumlah data kedalam bentuk yang dapat diolah dan m

enggambarkannya dengan tepat mengenai rata-rata, perbedaan, hubungan-

hubungan, dan sebagainya.0 Hasil analisis deskriptif tersebut berfungsi

mendapatkan gambaran yang lebih jelas untuk menjawab permasalahan yang ada

dengan menggunakan statistik deskriptif.

a. Menghitung rentang kelas, yakni data terbesar dikurangi data terkecil

R = Xt – Xr

Keterangan:

R = Rentang

Xt= Data terbesar dalam kelompok

0
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin, Evaluasi Program Pendidikan Pedoman
Teoritis Bagi Praktis Pendidikan, h. 107
43

Xr= Data terkecil Dalam kelompok

b. Menghitung jumlah kelas interval (K)


K=1+ (3,3 ) logn

Keterangan:

K = Jumlah kelas interval

n = Banyaknya data atau jumlah sampel.

Log : Logaritma

c. Menghitung panjang kelas interval (P)


R
P=
K
Keterangan:

P = Panjang kelas interval

R = Rentang nilai

K = banyaknya kelas0

d. Rata-rata (Mean)

Skor rata-rata mean dapat diartikan sebagai jumlah nilai kelompok data

dibagi dengan jumlah nilai responden. Rumus rata-rata adalah:


∑ ʄᵢxᵢ
x=
∑ ʄᵢ

Keterangan:

x= Rata-rata
∑ f i = Jumlah data/sampel

ʄᵢxᵢ=¿Produk perkalian antara fi pada tiap interval data dengan tanda kelas

(x ᵢ). Tanda kelas (x ᵢ) adalah rata-rata dari nilai terendah dan tertinggi setiap

interval data.¯

0
Sayfruddin Siregar, Statistik Terapan Untuk Penelitian, h. 24
44

e. Standar Deviasi

Keterangan:

SD : Standar Deviasi

ʄᵢ : frekuenai untuk variabel

x ᵢ: tanda kelas interval variabel

x : Rata-ra /Mean

n : jumlah populasi

f. Presentase (%) nilai rata-rata


ʄ
P= N 𝑥 100%

Keterangan:

P : Angka persentase

f : Frekuensi yang dicari persentasenya

N : Jumlah responden.

g. Kategorisasi

Kompetensi leadership guru Pendidikan Agama Islam di dalam kelas

(variabel X) dan kecerdasan komunikasi interpersonal peserta didik (variabel Y).

Untuk menentukan kategorisasi akan digunakan rumus sebagai berikut:

Pada analisis deskriptif ini, peneliti menggunakan kategorisasi kompetensi

leadership guru Pendidikan Agama Islam terhadap kecerdasan komunikasi

interpersonal peserta didik dengan rumus sebagai berikut:

a) Rendah : x ˂( ) − 1,0

b) Sedang : − 1,0 + 1,0

c) Tinggi : + 1,0 .70


2
Σ fi( xi−x )
S =
2
n−1

2. Analisis statistik inferensial


45

Statistik inferensial adalah tekhnik statistik yang digunakan untuk

menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik

yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan dan membuat

kesimpulan dari data yang telah disusun dan diolah. Adapun rumus yang

digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian ini adalah adalah sebagai

berikut:

a. Analisis Regresi Sederhana

Regresi linear sederhana memperkirakan satu variabel terikat berdasarkan

satu variabel bebas. Variabel terikat diberi notasi Y dan variabel bebas diberi

notasi X, sehingga bentuk yang dicari adalah regresi Y atas X.

Dengan menggunakan persamaan:

Y = a + bX

Keterangan :

Y = Nilai yang diprediksikan

a = Koefisien regresi X

b = Koefisien regresi Y

X = Nilai variable independen

Untuk koefisien-koefisien regresi a dan b dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan :

X = Nilai variabel independen

Y = Nilai variabel dependen

a = Koefisien regresi a

b = Koefisien regresi b

n = Jumlah sampel
46

b. Uji Normalitas

Uji normalitas data yang dimaksud tentang apakah data-data yang

digunakan berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian tersebut digunakan

rumus Chi-kuadrat yang dirumuskan sebagai berikut :

∑ ( 0−fh ) 2
X2hitung = fh
Keterangan :

X2 = Nilai Chi-kuadrat Hitung

fo = Frekuensi hasil pengamatan

fh = Frekuensi harapan

kriterian pengujian normal bila X2hitung lebih kecil dari X2tabel,

sementara X2tabel diperoleh dari daftar X2 dengan dk = (k-1) pada taraf signifikan

α = 0,05.

c. Uji Linearitas (Kelinieran Persamaan Regresi)

Uji lineritas adalah uji yang memastikan apakah data yang kita miliki

sesuai dengan garis linear atau tidak. Uji linearitas digunakan untuk

mengkonfirmasikan apakah sifat linear antara dua variabel yang diidentifikasikan

secara teori sesuai atau tidak dengan hasil observasi yang ada. Rumus uji

linearitas adalah sebagai berikut:


RJK ( TC)
Fhitung = RJK (E)

Dengan taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan pembilang n-1 serta

derajat kebebasan penyebut n-1, maka jika diperoleh Fhitung ≤ Ftabel berarti data

linear.

d. Uji Signifikan (Uji-t)

Uji t ini digunakan untuk menguji dan mengetahui adanya faktor

pendukung dan penghambat penerapan metode iqra’ terhadap peningkatan


47

kemampuan membaca al-Qur’an santri Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam

Cambaya Kabupaten Gowa. Sebelum dilanjutkan dengan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Penerapan Metode Iqro’ di Taman Pendidikan al-Qur’an

Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan di Taman

Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa, disusun dalam

bentuk angket sebagai instrumen penelitian sehingga diperoleh data sebagai hasil
48

penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut. Selanjutnya

gambaran penerapan metode iqro’ di Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam

Cambaya Kabupaten Gowa.

Tabel 1.3
Statistik deskriptif penerapan metode iqro’

Jumlah Sampel 15

Skor Maksimum 82
Skor Minimum 46

Rata-rata 66,93
Standar Deviasi 11.92

Varians 142,07
Range 36

Berdasarkan Tabel 1.3 terlihat bahwa, skor maksimum untuk penerapan

metode iqro’ pada santri adalah 82 dan skor minimum yaitu 46 dengan nilai rata-

rata 66,93 dan standar deviasi 11,92 dengan jumlah sampel 15 orang. Pada tabel

1.3 juga diperoleh nilai varians sebesar 142,07 dan range sebesar 36. Selanjutnya
kemampuan membaca al-Qur’an santri Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa

disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 1.4

Kategorisasi penerapan metode iqro’

No. Kategori Interval Frekuensi Persentase

(%)

1. Rendah X < 55,01 4 26,7 %


2. Sedang 55,01≤ X < 78,85 9 60 %

3. Tinggi 78,85 ≤ X 2 13,3 %


49

Jumlah 15 100 %
Sumber Data: Analisis Angket Kemampuan membaca al-Qur’an

Data pada tabel 1.4 menunjukkan bahwa terdapat 4 orang responden

berada pada kategori rendah dengan persentase 26,7 %, 9 orang responden berada

pada kategori sedang dengan persentase 60 %, dan 2 orang responden berada pada

tinggi dengan persentase 13,3 %. Berdasarkan nilai rata-rata penerapan metode

iqro’ pada santri Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa sebesar berada 66,93

pada kategori sedang. Selanjutnya sajian penerapan metode iqro’ terdapat pada

gambar 1.5 histogram berikut ini :

Frekuensi
10
9
8
7
6 Frekuensi
5
4
3
2
1
0
Rendah Sedang Tinggi

Berdasarkan bagan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode

iqro’ di Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa

berada pada kategori sedang.


50

2. Deskripsi hasil belajar santri di Taman Pendidikan al-Qur’an

Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan di Taman Pendidikan

al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa, disusun dalam bentuk angket

sebagai instrumen penelitian sehingga diperoleh data sebagai hasil penelitian yang

disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut. Selanjutnya gambaran hasil belajar

santri di Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.5
Statistik deskriptif hasil belajar santri

Jumlah Sampel 15

Skor Maksimum 100


Skor Minimum 60

Rata-rata 81,67
Standar Deviasi 10,13

Vari ans 102,52


Range 40

Berdasarkan Tabel 1.5 terlihat bahwa, skor maksimum untuk hasil belajar

pada santri adalah 100 dan skor minimum yaitu 60 dengan nilai rata-rata 81,67

dan standar deviasi 10,13 dengan jumlah sampel 15 orang. Pada tabel 1.5 juga
51

diperoleh nilai varians sebesar 102,52 dan range sebesar 40. Selanjutnya hasil

belajar santri di Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten

Gowa disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 1.6

Kategorisasi penerapan metode iqro’

No. Kategori Interval Frekuensi Persentase

(%)

1. Rendah X < 76,54 4 26,7 %


2. Sedang 76,54≤ X < 96,8 10 66,7 %

3. Tinggi 96,8 ≤ X 1 6,6 %


Jumlah 15 100 %
Data pada tabel 1.4 menunjukkan bahwa terdapat 4 orang responden

berada pada kategori rendah dengan persentase 26,7 %, 9 orang responden berada

pada kategori sedang dengan persentase 60 %, dan 2 orang responden berada pada

tinggi dengan persentase 13,3 %. Berdasarkan nilai rata-rata penerapan metode

iqro’ pada santri Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa sebesar berada 66,93

pada kategori sedang. Selanjutnya sajian penerapan metode iqro’ terdapat pada
52

gambar 1.5 histogram berikut ini :

Berdasarkan bagan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar santri di

Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa berada pada

kategori sedang.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Metode Iqro’

di Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten

Gowa

a. Uji Normalitas

Sebelum melakukan pengolahan data lebih lanjut dilakukan pengujian

prasyarat penelitian, yaitu Uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk

mengetahui apakah penelitian penerapan metode iqro’ dalam peningkatan

kemampuan membaca al-Qur’an. Berdistribusi normal atau tidak. Dalam

melakukan uji normalitas, digunakan pengujian normalitas Kolmogorov Smirnov

dan Shapiro Wilk, serta dihitung dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 20 for

windows dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 jika angka signifikan

(sig.) ˂ 0,05 maka data tidak terdistribusi normal. Jika angka signifikan (sig.)
53

˃0,05 maka data berdistribusi normal. Berikut hasil uji normalitas yang

didapatkan.

Tabel 1.6
Hasil Uji Normalitas

Variabel K-Smirnov Shapiro-Wilk Keterangan


Penerapan 0,103 0,073 Normal

Hasil belajar 0,168 0,484 Normal

Berdasarkan tabel 1.6, hasil uji normalitas penerapan metode iqro’ pada

santri di Taman Pendidikan al-Qur’an diketahui nilai Kolmogorov-Smirnov

signifikansi sebesar 0,103 dan nilai Shapiro-Wilk signifikansi sebesar 0,073

dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Nilai signifikansi yang diperoleh

tersebut lebih besar dari (0,103 ˃ 0,05). Kemudian hasil uji normalitas hasil

belajar santri diketahui nilai Kolmogorov-Smirnov signifikansi sebesar 0,168 dan

nilai Shapiro-Wilk signifikansi sebesar 0,484 dengan menggunakan taraf

signifikansi 0,05. Nilai signifikan yang diperoleh tersebut lebih besar dari (0,168

˃ 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh skor penerapan metode iqro’

dan hasil belajar santri di Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya

Kabupaten Gowa berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji prasyarat yang kedua adalah uji linearitas. Uji linearitas untuk
mengetahui hasil belajar santri di Taman Pendidikan al-Qur’an (Y) dengan
menggunakan penerapan metode iqro’ (X) linear atau tidak. Uji linearitas pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 20 for
Windows. Hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
54

Tabel 1.7
Hasil Uji Linearitas

Sum of df Mean F Sig.


Squares Square

(Combined) 1324.000 9 147.111 6.607 .026

Linearity 847.960 1 847.960 38.082 .002


Between Groups
Deviation
HASILBELAJAR *
from 476.040 8 59.505 2.672 .147
PENERAPAN
Linearity

Within Groups 111.333 5 22.267

Total 1435.333 14

Uji linearitas persamaan garis regresi diperoleh dari baris Deviation from
Linearity, yaitu Fhit (Tc) = 2.672 dengan p-value = 0,147 > 0,05. Hal ini berarti H0
diterima atau persamaan regresi Y atas X adalah linear atau berupa garis linear.
Dan juga p-value = 0,147/2 = 0,07 > 0,05 atau nilai signifikasi lebih besarl dari
taraf kesalahan yang ditentukan.

c. Uji Korelasi

Tabel 1.8

Hasil Uji Korelasi

PENERAPAN HASIL BELAJAR

Pearson Correlation 1 .769**

PENERAPAN Sig. (2-tailed) .001

N 15 15

HASILBELAJAR Pearson Correlation .769** 1

Sig. (2-tailed) .001


55

N 15 15

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Untuk mengetahui besarnya nilai korelasi dan besarnya presentase adanya

faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan metode iqro’, dapat dilihat

pada nilai Pearson Correlation penerapan metode iqro’ dan hasil belajar santri

sebesar = 0,769, yang artinya besarnya presentase penerapan metode iqro’ adalah

76,9 % berada pada kategori korelasi kuat, sedangkan sisanya sebesar 23,1%

dipengaruhi oleh variable lain.

Adapun faktor pendukung dari penerapan metode iqro’ adalah Pertama,

guru yang selalu istiqomah dalam mendidik santri-santrinya belajar membaca al-

Qur’an, Kedua, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai mulai dari buku

iqro’, al-Qur’an dan media pembelajaran untuk mendukung kegiatan belajar al-

Qur’an, Ketiga adanya santri yang sangat bersemangat dalam belajar membaca al-

Qur’an. Hal ini menjadikan kegiatan tersebut menjadi lebih berwarna, karena jiwa

santrinya semangat belajar, gurunya pun semangat untuk mendidiknya.

Adapun faktor penghambat dari penerapan metode iqro’ adalah pertama,

rasa ingin belajar membaca al-Qur’an pada diri santri kurang, sehingga

menjadikan santri tersebut malas untuk mengikuti kegiatan tersebut. Kedua, santri

kekurangan motivasi dalam hal mencintai al-Qur’an, ketika keluarga kurang

menanamkan cinta al-Qur’an sejak dini ditambah lagi lingkungan masyarakat

yang kurang mengenal al-Qur’an, hal ini menyebabkan santri kekurangan

motivasi dalam belajar membaca al-Qur’an.


56

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis statistic yang dilakukan , akan dikemukakan

penelitian yang didapatkan. Berhubung dengan hasil observasi tentang penerapan

metode iqro’ dalam peningkatan kemampuan membaca al-Qur’an santri Taman

Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa adalah efektif,

karena dengan penerapan metode iqro’ mampu meningkatkan kemampuan santri

dalam membaca al-Qur’an. Hal ini dapat dilihat pada analisis deskriptif sebagai

berikut:

1. Deskripsi penerapan metode iqro’ di Taman Pendidikan al-Qur’an

Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa.

Berdasarkan analisis data dari hasil penerapan metode iqro’ diperoleh

nilai rata-rata sebesar 66,93. Nilai ini membuktikan bahwa penerapan metode

iqro’ berada dalam kategori sedang dengan presentase sebesar 60 % dari 15 santri.

Sehingga dapat digambarkan bahwa terdapat 4 responden berada pada

kategori rendah dengan persentase 26,7%, dan 9 responden berada pada kategori

sedang dengan persentase 60%, sedangkan 2 responden berada pada kategori

tinggi dengan persentase 13,3%. Jadi, penerapan metode iqro’ di Taman

Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa berada pada

kategori sedang dengan nilai rata-rata sebesar 66,93. Hal tersebut dapat dilihat

bahwa penerapan metode iqro’ di Taman Pendidikan al-Qur’an berarti tidak

rendah dan tidak tinggi pula, sehingga masih perlu ditingkatkan.

Pada penerapan metode iqro’ di Taman Pendidikan al-Qur’an

Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa, masih banyak santri yang tidak mampu

membaca al-Qur’an secara tajwid. Selain itu, masih ada santri yang belum mampu

membedakan panjang dan pendek (Maad) serta tanda waqof pada bacaan al-

Qur’an.
57

2. Deskripsi hasil belajar santri di Taman Pendidikan al-Qur’an

Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa.

Berdasarkan hasil peneltian yang telah dilakukan tehadap peserta didik di

Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa berjumlah

15 responden dengan hasil belajar dapat digambarkan bahwa terdapat 4 responden

berada pada kategori rendah dengan persentase 26,7%, dan 10 responden berada

pada kategori sedang dengan persentase 66,7%, sedangkan 1 responden berada

pada kategori tinggi dengan persentase 6%.

Jadi, Hasil belajar santri di Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam

Cambaya Kabupaten Gowa berada pada kategori sedang dengan nilai rata-rata

81,67. Nilai ini membuktikan bahwa hasil belajar santri berarti tidak rendah dan

tidak tinggi pula, namun dapat dilihat bahwa dari hasil belajar santri sudah mampu

membaca al-Qur’an dengan memperhatikan hokum-hukum bacaan meskipun

masih ada yang terbata-bata.

3. Faktor pendukung dan penghambat penerapan metode iqro’ dalam

peningkatan kemampuan membaca al-Qur’an santri Taman

Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya Kabupaten Gowa.

Faktor pendukung dari penerapan metode iqro’ adalah Pertama, guru

yang selalu istiqomah dalam mendidik santri-santrinya belajar membaca al-

Qur’an, Kedua, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai mulai dari buku

iqro’, al-Qur’an dan media pembelajaran untuk mendukung kegiatan belajar al-

Qur’an, Ketiga adanya santri yang sangat bersemangat dalam belajar membaca al-

Qur’an. Hal ini menjadikan kegiatan tersebut menjadi lebih berwarna, karena jiwa

santrinya semangat belajar, gurunya pun semangat untuk mendidiknya.

Adapun faktor penghambat dari penerapan metode iqro’ adalah pertama,

rasa ingin belajar membaca al-Qur’an pada diri santri kurang, sehingga
58

menjadikan santri tersebut malas untuk mengikuti kegiatan tersebut. Kedua, santri

kekurangan motivasi dalam hal mencintai al-Qur’an, ketika keluarga kurang

menanamkan cinta al-Qur’an sejak dini ditambah lagi lingkungan masyarakat

yang kurang mengenal al-Qur’an, hal ini menyebabkan santri kekurangan

motivasi dalam belajar membaca al-Qur’an.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca al-

Qur’an pada penerapan metode iqro’ efektif dalam peningkatan kemampuan

membaca al-Qur’an pada santri Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam

Cambaya Kabupaten Gowa.

BAB V

PENUTUP
59

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Penerapan metode iqro’ di Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam

Cambaya Kabupaten Gowa berada pada kategori sedang dengan nilai rata-

rata yaitu 66,93.

2. Hasil belajar santri di Taman Pendidikan al-Qur’an Babussalam Cambaya

Kabupaten Gowa berada pada kategori rendah dengan nilai rata-rata yaitu

81,67.

3. Faktor pendukung penerapan metode iqro’ adalah Pertama, guru yang

selalu istiqomah dalam mendidik santri-santrinya belajar membaca al-

Qur’an, Kedua, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai mulai dari

buku iqro’, al-Qur’an dan media pembelajaran untuk mendukung kegiatan

belajar al-Qur’an, Ketiga adanya santri yang sangat bersemangat dalam

belajar membaca al-Qur’an. Adapun faktor penghambat dari penerapan

metode iqro’ adalah pertama, rasa ingin belajar membaca al-Qur’an pada

diri santri kurang, sehingga menjadikan santri tersebut malas untuk

mengikuti kegiatan tersebut. Kedua, santri kekurangan motivasi dalam hal

mencintai al-Qur’an, ketika keluarga kurang menanamkan cinta al-Qur’an

sejak dini ditambah lagi lingkungan masyarakat yang kurang mengenal al-

Qur’an, hal ini menyebabkan santri kekurangan motivasi dalam belajar

membaca al-Qur’an.

B. Implikasi Penelitian
60

Setelah melaksanakan penelitian, maka ada beberapa implikasi dari

penelitian ini, yang oleh penyusun perlu untuk disampaikan, diantaranya:

1. Jika guru menerapkan metode iqro’ dalam pembelajaran al-Qur’an sesuai

dengan langkah-langkah metode iqro’, maka santri akan mudah membaca

al-Qur’an dengan baik dan benar.

2. Agar santri dapat membaca al-Qur’an dengan baik, sebaiknya guru di

sekolah tersebut harus mempertegas pengajaran pada penyebutan huruf-

huruf yang hampir sama penyebutannya dan mengajarkan dasar-dasar ilmu

tajwid.

3. Agar metode iqro’ bisa diterapkan dengan baik untuk peningkatan

kemampuan membaca al-Qur’an pada santri, guru harus menguasai teknik

pengajaran al-Qur’an dengan memahami sifat-sifat dari metode iqro’.

4. Kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan santri, maka

diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam

pembelajaran al-Qur’an.
61

DAFTAR PUSTAKA

Acidfact. Bahasa Indonesia Sejarah Iqro’ Sebagai Metode Pembelajaran,


http//acidfact web.id/id bahasa-Indonesia-sejarah-iqro’-sebagai-
metodepembelajaran-alquran (19 Mei 2016).

Ali, Atabik dan Zuhdi Muhdlor. Kamus Kontemporer Arab Indonesia.


Yogyakarta:
Multi Karya Grafika, 1998.

al-Bukhari, Shohih. Juz 5, Semarang: Toha Putra.

Anwar, Desi. Kamus Bahasa Indonesia Modern. Surabaya: Amelia Surabaya,


2002.

Arifin, Syamsul. Belajar membaca. Bandung: PT Sinar Jaya, 2013.

Daud, Mohammad Ali. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

Dewi, Tri Wahyuni Surya. Metode Pembelajaran Al-Qur’an. Blog Tri Wahyuni
Surya Dewi. http://triwahyunisuryadewi.blogspot.co.id/2015/03/metode-
pembelajaran-al-quran.html (18 Mei 2016).

Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Depag. Pedoman Pengajaran Alqur’an Bagi
Anak anak. Jakarta: Proyek Penerangan Depag, 1984.

Hafid, Abdurrahman. Studi al-Qur’an. Jakarta: Nurul Huda, 2013.

Humam, As’ad. Buku Iqra Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an. edisi revisi,
Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus AMM, 2000.

Ira. “Pengaruh Penerapan Metode Iqro’ terhadap Peningkatan Kemampuan


Membaca al-Qur’an pada Peserta Didik SMP Negeri 7 Anggeraja
Kabupaten Enrekang”. Skripsi. Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2017.

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya. Cet. 1; Solo: PT Tiga


Serangkai Pustaka Mandiri, 2014.

Khadim al Haramain asy Syarifain Raja Fahd ibn ‘Abd al-‘Aziz Al-Sa’ud. Al-
Qur’an dan Terjemahnya. Madinah: Mujamma’ al Malik Fahd li thiba’at
al Mush-haf asy Syarif, 2010.

Khaeruddin, Metode baca tulis al-Qur’an, Cet. 1; Yayasan al-Ahkam 1990.

Mulyati dan Harjasujana. Pemahaman Membaca. Bandung: PT. Kiblat Buku


Utama, 1996.

Moh. Wahyudi. Ilmu Tajwid. Cet. 2; Surabaya: Hali Jaya, 2008.

McConnel, James V. dalam Ramayulis. Metodologi Pengajaran Agama Islam.


Jakarta: Kalam Mulia, 1990.
62

Nesty, Melvinda. “Metode Pendidikan Islam”, Blog Kompasiana.com.


https://www.kompasiana.com/melvindanesty/5e870cf7d541df669d744ce3/
metode-pendidikan-islam (11 Desember 2020).
Nurhadi. Teknik Membaca. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2016.

Prastisi, Sri. Membaca. Semarang: Griya Jawi, 2009.

Ruslan, Rosadi. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta:


Rajawali Press, 2003.

Soenarto. Pelajaran Tajwid. Jakarta: Bintang Terang, 1999.

Subhan dan Firia Ningsih. “Analisis Efektifitas Metode Iqro dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa SD”, Jurnal Pendidikan IPS, vol.
10 no. 2 (Desember 2020).
https://ejournal.tsb.ac.id/index.php/jpi/article/view/377/237 (Diakses 15
Februari 2021).

Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru


Algesindo, 2004.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Cet. XXII Bandung: Alfabeta, 2015.

Sukron, Oon. “Studi Komparatif Pelaksanaan Bimbingan Baca Tulis al-Qur’an


Melalui Metode Ummi dan Metode Iqro di Sekolah Menengah Kejuruan
Cendikia Utama”, Eduprof: Islamic Education Journal, vol. 2 no. 2
(September 2020). https://iaibbc.e-journal.id/xx/article/view/27 (Diakses
15 Februari 2021).

Sulthon, Muhajir. al-Barqy. Cet. 1; CV. Pena Suci, 1999.

Supinah. “Penerapan Metode Iqro’ dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca


al-Qur’an Pada Peserta Didik Kelas III SD Negeri Gebang Kab.
Purwarejo”. Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014.

Suriadi, Andi. Buku Qira’ah Metode Kilat Membaca al-Qur’an (Cara Belajar
Santri Super Aktif). Cet. VII; Sul-sel: Yayasan FOSLAMIC, 2006.

Syarifuddin, Ahmad. Mendidik Anak, Menulis, dan Mencintai al-Qur’an. Jakarta:


Gema Insani, 2004.

Syaripuddin. Peningkatan Kemampuan Baca al-Qur’an Melalui Metode Iqro’ di


TPA Raudatul Fitriyah Desa Simpang Dua Kecamatan Kluet Tengah
Kabupaten Aceh Selatan. Skripsi. Aceh: UIN Ar-Raniry Darussalam
Banda Aceh, 2017.

Tarigan, Henri Guntur. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa Bandung, 2008.

Tekan, Ismail. Tajwid al-Qur’anul Karim, Pembahasan Secara Praktis, Populer


dan Sistematis. Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2008.
63

Tim Penyusun. Kamus Pusat Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Republik Indonesia. Undang-Undang RI Nompr 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Zawawie, Mukhlishoh. Pedoman Membaca, Mendengar, dan Menghafal Al-
Qur’an. Solo: Tinta Medina, 2011.
64

L
A
M
P
I
R
A
N
65

TABEL SPSS VERSI 20

RUMUSAN MASALAH 1

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

PENERAPAN 15 36 46 82 66.93 11.92 142.07


Valid N (listwise) 15

No. Kategori Interval Frekuensi Presentase (%)

2 Rendah X < 55,01 4 26,7%

3 Sedang 55,01 ≤ X < 78,85 9 60%

4 Tinggi 78,85 ≤ X 2 13,3%

Frekuensi
10
9
8
7
6 Frekuensi
5
4
3
2
1
0
Rendah Sedang Tinggi
66

RUMUSAN MASALAH 2

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

HASILBELAJAR 15 40 60 100 81.67 10.13 102.52


Valid N (listwise) 15

No. Kategori Interval Frekuensi Presentase (%)

1 Rendah X < 76,54 4 26,7%

2 Sedang 76,54 ≤ X < 96,8 10 66,7%

3 Tinggi 96,8 ≤ X 1 6,6%

JUMLAH 15 100%

Frekuensi
12

10

8
Frekuensi
6

0
Rendah Sedang Tinggi
67

RUMUSAN MASALAH 3

A. UJI NORMALITAS
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

PENERAPAN .202 15 .103 .892 15 .073


HASILBELAJAR .168 15 .200 *
.947 15 .484

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

B. UJI LINEARITAS
ANOVA Table

Sum of Squares df Mean F Sig.


Square

(Combine
1324.000 9 147.111 6.607 .026
d)

Linearity 847.960 1 847.960 38.082 .002


Between Groups
HASILBELAJAR * Deviation
PENERAPAN from 476.040 8 59.505 2.672 .147
Linearity

Within Groups 111.333 5 22.267

Total 1435.333 14

C. UJI KORELASI
Correlations

PENERAPAN HASILBELAJAR

Pearson Correlation 1 .769**

PENERAPAN Sig. (2-tailed) .001

N 15 15
Pearson Correlation .769** 1

HASILBELAJAR Sig. (2-tailed) .001

N 15 15

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


68

ANGKET PENERAPAN METODE IQRO’

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

1. Baca pernyataan di bawah ini dengan teliti


2. Beri tanda (silang) pada jawaban yang sesuai dengan keadaanmu yang
sesungguhnya
3. Alternatif jawabanmu dijamin dirahasiakan

DAFTAR INSTRUMEN

NO PERNYATAAN YA TIDAK

1. Santri memahami bacaan tajwid

2 Memahami hukum bacaan nun sukun


bertemu dengan huruf “wa”
3 Memahami hukum bacaan nun sukun
bertemu dengan “ya”
4 Memahami hukum bacaan nun sukun/tanwin,
bertemu dengan huruf “mim” dan huruf “ba”
5 Memahami tanda-tanda waqaf pada bacaan
al-Qur’an
6 Memahami bacaan huruf Qalqalah

7 Memahami huruf-huruf awal pembuka surah


al-Qur’an
8 Memahami harakat-harakat bacaan al-Qur’an

9 Santri mengulang-ngulang bacaan bacaan


yang sudah diajarkan oleh guru
10 Santri mengetahui pedoman membaca “pelan
asal benar”

NILAI ANGKET PENERAPAN METODE IQRO’


69

N NAMA SANTRI NILAI


O

1 MUHAMMAD NAUFAL 80

2 MUHAMMAD FATHUR 76

3 SALMAN 76

4 ZULKAIDAN 55

5 ZULFAHMI 76

6 ASRI 75

7 MUHAMMAD JIHAN 46

8 MIFTAHUL KHAERA 52

9 AULIA IZZATUNNISA 46

10 NURUL HIJRIAH 70

11 FATIMAH AZ-ZAHRA 64

12 MIFTAHUL RAHMA 70

13 NURUL ASIYA 70

14 NURHIKMAH 82

15 NUR ANNISA 66
70

NILAI HASIL BELAJAR SANTRI DI TAMAN PENDIDIKAN

AL-QUR’AN

N NAMA SANTRI NILAI


O

1 MUHAMMAD NAUFAL 100

2 MUHAMMAD FATHUR 79

3 SALMAN 89

4 ZULKAIDAN 82

5 ZULFAHMI 77

6 ASRI 82

7 MUHAMMAD JIHAN 66

8 MIFTAHUL KHAERA 75

9 AULIA IZZATUNNISA 60

10 NURUL HIJRIAH 89

11 FATIMAH AZ-ZAHRA 75

12 MIFTAHUL RAHMA 89

13 NURUL ASIYA 85

14 NURHIKMAH 89

15 NUR ANNISA 88
71

DOKUMENTASI
72
73
74

RIWAYAT HIDUP

Muslimah, lahir di Pangkep Sulawesi Selatan pada

tanggal 12 Mei 1996. Sejak kecil hingga penulis

menjalani pendidikan di perguruan tinggi, di didik

dan dibesarkan oleh orang tua bernama Muhammad

Ramli dan Murniati. Alamat penulis di Cambaya,

Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Penulis

menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Inpres

Sogaya Gowa, kemudian di tahun 2008 melanjutkan

jenjang pendidikan tingkat menengah pertama dan tingkat menengah atas di

Pesantren Sultan Hasanuddin dan lulus di tahun 2014. Pada tahun 2015, penulis

melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dengan mendaftar jalur Mandiri di

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar dan diterima serta tercatat

sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Alauddin Makassar dan selesai pada tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai