BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Pada suatu proyek konstruksi terdapat berbagai kegiatan yangt dilakukan oleh
orang-orang yang terlibat dalam proyek itu sendiri. Dipohusodo (1996 : 7),
menyatakan proyek adalah suatu upaya yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan,
sasaran, dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta
sumber daya yang tersedia yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.
Soeharto (1995 : 13), menyatakan kegiatan proyek dapat diartikan sebagai
satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan
alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau
deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas. Kegiatan proyek
dalam proses mencapai hasil akhirnya dibatasi oleh anggaran, jadwal, dan mutu
yang harus dipenuhi dibedakan dari kegiatan operasional, hal tersebut karena
sifatnya yang dinamis, non-rutin, multi-kegiatan dengan intensitas yang
berubah-ubah, serta memiliki siklus yang pendek.
Subagya (2000 : 11), mengemukakan proyek adalah suatu pekerjaan yang
memiliki tanda-tanda khusus sebagai berikut, yaitu:
1. Waktu mulai dan selesainya sudah direncanakan;
2. Merupakan suatu kesatuan pekerjaan yang dapat dipisahkan dari yang lain;
3. Biasanya volume pekerjaan besar dan hubungan antar aktifitas kompleks.
3
4
c. Tahap Implementasi
Pada umumnya, tahap implementasi terdiri dari kegiatan desain-engineering
yang rinci dari fasilitas yang hendak dibangun, pengadaan material dan
peralatan, manufaktur atau pabrikasi, dan instalasi atau konstruksi.
Deliverable akhir pada tahap ini adalah produk atau instalasi proyek yang
telah selesai.
d. Tahap Terminasi
Kegiatan pada tahap terminasi antara lain mempersiapkan instalasi atau
produk beroperasi, penyelesaian administrasi dan keuangan lainnya. Deliverable
akhir pada tahap ini adalah produk yang siap beroperasi dan dokumen
pernyataan penyelesaian masalah asuransi, klaim, dan jaminan.
d. Pemilik proyek menerima proposal yang telah ditanda tangani dan memerintahan
untuk pelaksanaan pekerjaan yang telah disebutkan.
e. Perubahan desain;
f. Komunikasi antara konsultan dan kontraktor;
g. Komunikasi antara kontraktor dan pemilik;
h. Jadwal pengiriman materian dan perlatan;
i. Jadwal pekerjaan yang harus diselesaikan;
j. Persiapan atau penetapan rancangan tempat.
6. Keuangan (financial):
a. Pembayaran oleh pemilik;
b. Harga material;
c. Pembayaran gaji tukang;
d. Pembayaran peralatan.
7. Faktor-faktor lainnya (other factor):
a. Intensitas curah hujan;
b. Kondisi ekonomi;
c. Kecelakaan kerja.
Kusjadmikahadi, (2000: 20), menyatakan keterlambatan proyek konstruksi
berarti bertambahnya waktu pelaksanaan penyelesaian proyek yang telah
direncanakan yang tercantum dalam dokumen kontrak. Penyelesaian pekerjaan tidak
tepat waktu adalah kekurangan dari tingkat produktifitas dan tentunya akan
mengakibatkan pemborosan dalam pembiayaan, baik berupa pembiayaan langsung
yang dibelanjakan untuk proyek-proyek pemerintah, maupun berwujud
pembengkakan investasi dan kerugian pada proyek-proyek swasta.
X=
∑ Xi
n .............................................................................................(2.2)
Dimana ;
X = rata-rata (mean) variable X
∑Xi = penjumlahan unsur pada variable X
16
n = jumlah subjek
2. Rata-rata (mean) untuk data berkelompok menggunakan rumus sederhana
sebagai berikut:
X=
∑ Xi xfi ..............................................................................................(2.3)
n
dimana ;
fi = frekuensi relatif tiap kelas interval
n = jumlah subjek
Sugiyono (2003 : 55), menyatakan sebuah sampel adalah bagian dari seluruh
individu yang menjadi objek penelitian. Tujuan penentuan sampel ialah untuk
memperoleh keterangan mengenai objek penelitian dengan cara mengamati hanya
sebagian dari populasi. Tujuan lainnya dari penentuan sampel ialah untuk
mengemukakan sifat-sifat umum dari populasi dan untuk menarik generalisasi dari
hasil penyelidikan.
Para ahli dalam mencari sampel biasa menggunakan suatu sampel yang
ditarik sedemikian rupa, dimana suatu unsur individu dari populasi tidak didasarkan
atas pertimbangan pribadi tetapi tergantung kepada aplikasi kemungkinan
(probabilitas). Besarnya taraf kesalahan bisa 1%, 5% dan 10%. Semakin besar taraf
kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel, begitu pula sebaliknya, Sugiyono
(2003 : 70), untuk menentukan berapa banyak anggota sampel, akan diambil dengan
menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :
N
s = N (e)2 + 1 .....................................................................................(2.4)
dimana :
s = jumlah sampel;
N = jumlah populasi;
17
Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah skala likert.
Sugiyono (2003:90), mendefinisikan skala likert adalah skala yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, persepsi responden terhadap suatu objek. Skala likert
selain dapat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dalam bentuk chek list. Tipe
pengukuran skala likert sangat popular dengan sejumlah keuntungan antara lain :
1. Mempunyai banyak kemudahan.
Menyusun sejumlah pertanyaan mengenai sifat atau sikap tertentu relatif mudah.
Menentukan skor juga mudah karena tiap jawaban diberi nilai berupa angka yang
mudah dijumlahkan.
2. Skala tipe likert mempunyai reliabilitas tinggi dalam mengurutkan manusia
berdasarkan intensitas sikap tertentu.
3. Skala likert ini sangat luwes atau fleksibel, lebih fleksibel daripada teknik
pengukuran lainnya.
Kategori dari penilaian skala likert :
Sangat Berpengaruh :5
Berpengaruh :4
Cukup Berpengaruh :3
Tidak Berpengaruh :2
Sangat tidak Bepengaruh :1
Dimana :
X = nilai setiap pertanyaan
n = Jumlah responden
Y = Nilai total seluruh butir pertanyaan untuk suatu variabel
r = koefisien korelasi
Pada umumnya syarat minimum koefisien korelasi adalah ≥ 0,3. Jika korelasi
antara butir dengan skor kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut
dinyatakan tidak valid.
[
∑ σb
]
2
k
r= 1− 2
(k −1) σ1
............................................................................(2.6)
Dimana :
r = reliabilitas instrumen