Anda di halaman 1dari 26

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR IPA PADA MATERI LINGKUNGAN SEHAT
DAN LINGKUNGAN TIDAK SEHAT
DI KELAS III SDN LAMBLANG
ACEH BESAR

A. Latar Belakang Masalah

IPA merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan disetiap jenjang

pendidikan sekolah, termasuk di Sekolah Dasar (SD). Selama ini pelajaran IPA lebih

banyak berpusat pada guru sehingga tidak mendorong kreativitas siswa. Keterlibatan

siswa dalam kegiatan belajar mengajar sangat kecil. Ini menyebabkan siswa enggan

untuk berfikir, sehinga timbul perasaan jenuh dan bosan dalam mengikuti pelajaran

matematika. Akibatnya dari sikap siswa tersebut maka dapat dipastikan hasil

belajarnya pun kurang memuaskan.

Keberhasilan pembelajaran merupakan salah satu manfaat yang diperoleh

dalam penggunaan model pembelajaran. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain:

penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan, proses pembelajaran menjadi

lebih menarik, proses belajar siswa dapat menjadi lebih interaktif, kualitas belajar

siswa dapat ditingkatkan, sikap positif siswa terhadap materi dapat ditingkatkan, dan

peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif. Dengan manfaat-

manfat tersebut, maka pembelajaran IPA lebih menarik dan interaktif.

Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang sudah lama

dipelajari di SD. Untuk itu, penulis berusaha menggunakan model pembelajaran

yang tepat untuk lebih menarik perhatian siswa SDN Lamblang Aceh Besar saat

proses belajar mengajar dan membuat siswa merasa senang dalam belajar mata

pelajaran Bahasa Indonesia pada materi menjelaskan lingkungan sehat dan

1
lingkungan tidak sehat. Sesuai dengan karakteristik peserta didik siswa SD yang

masih senang bermain, senang bergerak menemukan hal-hal baru dalam kehidupan.

Berdasarkan fakta yang ada di SDN Lamblang Aceh Besar, sebagian besar

siswa tidak lulus sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 dan dibuktikan

dengan 75% siswa tidak lulus KKM.

Rendahnya minat dan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor,

diantaranya adalah model pembelajaran yang kurang tepat, sering kali membuat

siswa tidak tertarik untuk mempelajari mata pelajaran Bahasa Indonesia. Supaya

pembelajaran menyenangkan bagi siswa, maka tugas guru untuk menciptakan

pembelajaran yang lebih menyenangkan dan dapat membuat siswa lebih tertarik

belajar bahasa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru sangat dituntut untuk

dapat menciptakan kondisi kelas. Hal ini hanya mungkin tercapai jika seorang guru

mampu memahami suasana kelas sehingga ia dapat mengambil keputusan yang tepat

mengenai model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan di kelas. Oleh karena

itu, penulis memilih model kooperatif Tipe NHT sebagai model pembelajaran yang

aka digunakan pada materi lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat di SDN

Lamblang Aceh Besar.

Menurut Cooper dan Heinich (dalam Asma,2006:11) pembelajaran kooperatif

adalah metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang

heterogen dan siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas

akademik bersama sosial. Anggota-anggota kelompok kecil memiliki tanggung

jawab dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.

2
Johar (2006:31) mengatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah salah

satu model dimana aktivitas pembelajaran dilakukan guru dengan menciptakan

kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya proses belajar sesama siswa. Proses

interaksi akan memungkinkan apabila guru mengatur kegiatan pembelajaran dalam

suatu setting siswa bekerjasama dalam suatu kelompok”.

Berdasarkan hasil penelitian Thomson (dalam Asmiati, 2006:2) pembelajaran

kooperatif mempunyai manfaat antara lain sebagai berikut :

(1) Meningkatkan pencurahan pada waktu dan tugas, (2) Meningkatkan rasa harga

diri, (3) Memperbaiki sikap terhadap IPA, guru dan sekolah (4) Memperbaiki

kehadiran, (5) Mengurangi konflik antar pribadi, (6) Saling memahami adanya

perbedaan individu, (7) Mengurangi sifat apatis , (8) Memperdalam pemahaman, (9)

Menigkatkan motivasi, (10) Meningkatkan hasil belajar.

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

merupakan model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam suatu kelompok kecil.

Setiap kelompok tersebut diberikan nomor-nomor tertentu. Kelebihan dari

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah setiap siswa

dalam kelompoknya berusaha untuk mengetahui jawaban pertanyaan yang diberikan

(semua siswa aktif), karena setiap nomor akan dipanggil, dan siswa yang pandai

dapat membantu siswa yang kurang pandai, dapat melatih siswa untuk meningkatkan

ketrampilan berkomunikasi mulai dari diskusi kelompok dan presentasi jawaban

suatu pertanyaaan, serta dapat meningkatkan berpikir siswa baik secara individu

maupun kelompok. Sedangkan kelemahannya adalah memungkinkan nomor yang

3
telah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru, dan tidak semua anggota kelompok

dipanggil oleh guru.

Walaupun model pembelajaran NHT terlihat sama seperti model kooperatif

lainnya yaitu berbentuk kelompok-kelompok kecil namun kemampuan individu yang

diutamakan. Berdasarkan hal diatas dapat dikatakan bahwa konsep materi

lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat dapat dikuasai setiap siswa jika guru

menggunakan model pembelajaran NHT. Hal inilah yang menjadi alasan saya

memilih model pembelajaran NHT untuk materi lingkungan sehat dan lingkungan

tidak sehat.

Melihat hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) meningkatkan

hasil belajar siswa, peneliti tertarik untuk menerapkan model kooperatif tipe NHT

pada kelas III SDN Lamblang Aceh Besar dengan tujuan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada materi lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat. Hal inilah

yang mendorong penulis untuk melaksanakan penelitian dengan judul ” Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Materi Lingkungan Sehat Dan

Lingkungan Tidak Sehat di Kelas III SDN Lamblang Aceh Besar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

4
1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa IPA pada materi

lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat di Kelas III SDN Lamblang

Aceh Besar melalui model kooperatif Numbered Heads Together (NHT)?

2. Bagaimanakah aktifitas guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan

penggunaan model kooperatif Numbered Heads Together (NHT) untuk

meningkatkan hasil belajar IPA pada materi materi lingkungan sehat dan

lingkungan tidak sehat di Kelas III SDN Lamblang Aceh Besar?

3. Bagaimanakah aktifitas siswa dengan penggunaan model kooperatif

Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar IPA

pada materi materi lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat di Kelas

III SDN Lamblang Aceh Besar?

C. Tujuan dan Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa IPA pada materi

lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat Di Kelas III SDN Lamblang

Aceh Besar melalui model kooperatif Numbered Heads Together (NHT)

2. Untuk mengetahui aktifitas guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan

penggunaan model kooperatif Numbered Heads Together (NHT) untuk

meningkatkan hasil belajar IPA pada materi lingkungan sehat dan

lingkungan tidak sehat di Kelas III SDN Lamblang Aceh Besar.

3. Untuk mengetahui aktifitas siswa dengan penggunaan model kooperatif

Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar IPA

5
pada materi lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat di Kelas III SDN

Lamblang Aceh Besar.

Dari tujuan yang telah penulis uraikan jelaslah bahwa ruang lingkup

permasalahan ini berkisar pada hasil belajar siswa dan aktifitas guru dan aktifitas

siswa yang diajarkan melalui model kooperatif Numbered Heads Together (NHT)

pada materi lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat di Kelas III SDN Lamblang

Aceh Besar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, adapun manfaat dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai bahan masukan bagi guru IPA dalam menentukan alternatif

pendekatan pembelajaran IPA yang sesuai untuk mengimplementasikan

KTSP dikelas dan sebagai informasi bagi siswa bahwa belajar dapat

dilakukan dalam suasana yang variatif dan menyenangkan.

b. Dapat memberikan masukan yang berarti/bermakna pada sekolah dalam

rangka perbaikan atau peningkatan pembelajaran.

c. Sebagai sumbangan pikiran bagi siswa dalam rangka peningkatan

pemahaman terhadap permasalahan IPA.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang digunakan,

maka perlu diberikan penjelasan istilah sebagai berikut:

6
1. Model pembelajaran adalah salah satu perencanaan atau pola yang digunakan

sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan kerjasama

antara sesama siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Numbered Heads Together (NHT) merupakan suatu model pembelajaran

kooperatif yang memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok.

4. Hasil belajar adalah segala sesuatu yang diperoleh oleh siswa sebagai akibat

dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Hasil belajar tidak hanya bersifat

kuantitas atau berupa nilai tetapi dapat juga bersifat proses atau cara yang

dikuasai siswa sepanjang kegiatan belajar berlangsung.

5. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dimaksud dalam penelitian ini adalah

materi lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat yang diajarkan di SD

Kelas VI semester ganjil yang harus dikuasai siswa.

F. Landasan Teoritis

1. Proses Belajar Mengajar IPA

Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tetapi memiliki

makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena

hasil dari pengalaman yang diperoleh sedangkan mengajar adalah kegiatan

menyediakan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa

untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa

perubahan tingkah laku.

Mengajar pada hakekatnya adalah suatu proses yaitu proses mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik sehingga dapat

7
menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan bimbingan atau bantuan

kepada anak didik dalam melakukan proses belajar mengajar.

Dari berbagai pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses

belajar mengajar IPA merupakan suatu proses belajar yang dilakukan dengan sadar

dan terarah dimana individu belajar IPA dengan tujuan agar peserta didik mampu

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya

dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap

masyarakat atau lingkungannya

2. Prinsip dan Syarat Keberhasilan Belajar

Adapun prinsip-prinsip belajar adalah :

a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,

meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan

instruksional

2) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat

megembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif

3) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

b. Sesuai hakikat belajar

1) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut

perkembangannya.

2) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery

3) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu

dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang

8
diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang

diharapkan.

c. Sesuai materi / bahan yang harus dipelajari

1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,

penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap

pengertiannya.

2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan

tujuan instruksional yang harus dicapainya.

Syarat keberhasilan belajar di antaranya:

1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar

dengan tenang.

2) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar

pengertian/keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar, dari sekian banyak

faktor itu secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor intern (dari dalam)

diri si subjek belajar dan faktor ekstern (dari luar) diri si subjek belajar. Faktor-faktor

yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor intern yang

menyangkut faktor-faktor psikologis dan faktor –faktor fisiologis.

Menurut Thomas F. Staton (dalam Sardiman, 2004:39-47) menguraikan enam

macam faktor psikologis itu, yaitu :

9
a. Motivasi

Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada

keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut

dengan motivasi.

Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal : (1) mengetahui apa yang akan

dipelajari; dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Dengan berpijak

pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar.

Sebab tanpa motivasi kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil.

b. Konsentrasi

Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada

suatu situasi belajar. Di dalam belajar mungkin juga ada perhatian sekadarnya, tetapi

tidak konsentrasi, maka materi yang masuk dalam pikiran mempunyai

kecenderungan berkesan tetapi samar- samar di dalam kesadaran.

c. Reaksi

Belajar harus aktif, tidak sekadar apa adanya, menyerah pada lingkungan,

tetapi semua itu harus dipandang sebagai tantangan yang memerlukan reaksi. Jadi,

orang yang belajar harus aktif, bertindak dan melakukannya dengan segala panca

indranya secara optimal.

d. Organisasi

Belajar dapat juga dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata

atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran kedalam suatu kesatuan

pengertian. Dalam hal ini dibutuhkan ketrampilan mental untuk mengorganisasikan

stimulus (fakta-fakta, ide-ide). Untuk membantu siswa agar cepat dapat

10
mengorganisasikan fakta atau ide-ide dalam pikirannya, maka diperlukan perumusan

tujuan yang jelas dalam belajar. Dengan demikian akan terjadi proses yang logis.

e. Pemahaman

Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan

pikiran. Pemahaman tidak sekedar tahu, tetapi juga menghendaki agar subjek belajar

dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipahami.

f. Ulangan

Dengan adanya ulangan siswa akan mengulangi atau memeriksa kembali apa

yang sudah dipelajari, maka kemungkinan untuk mengingat menjadi lebih besar.

4. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi berasal dari kata “evolution” yang berarti menilai (tetapi dilakukan

dengan mengukur terlebih dahulu). Ralph Tyler (dalam Arikunto 1950) mengatakan

bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan

sejauh mana, dalam hal apa, dan bagai mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika

belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya.

Di dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan, penilaian

mempunyai makna ditinjau dari beberapa segi.

a. Makna bagi siswa

Dengan diadakannya penilaian, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana

telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.

1) Memuaskan

Siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih

giat, agar lain kali mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi.

11
2) Tidak memuaskan

Siswa akan berusaha agar lain kali keadaan itu tidak akan terulang lagi.

b. Makna bagi guru

1) Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau

belum.

2) Dari hasil penilaian guru akan dapat memusatkan perhatiannya kepada

siswa-siswa yang belum berhasil menguasai bahan pelajaran yang telah

diajarkan.

3) Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi

siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan datang

tidak perlu diadakan perubahan.

c. Makna bagi sekolah

1) Dapat diketahui apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah

sudah sesuai dengan harapan atau belum.

2) Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu

dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk

masa-masa yang akan datang.

3) Dapat dijadikan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh

sekolah sudah memenuhi standar atau belum.

5. Model Pembelajaran Kooperatif

5.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang

sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah

12
direncanakan. Oleh karena itu dalam pemilihan berbagai metode, strategi,

pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut

Eggen dan Kauchak (1993), model pembelajaran adalah pedoman berupa program

atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran.

Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan

mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan

adanya kerjasama, yakni kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan

diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan

pembelajaran kooperatif adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara

anggota kelompok melalui diskusi.

Selanjutnya, Thompson dan Smith (dalam Gerson, 2004:130) mengemukakan

bahwa dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja sama dalam kelompok kecil

untuk mempelajari materi akademik dan ketrampilan antar pribadi. Anggota-anggota

bertanggung jawab atas ketuntasan tugas-tugas kelompok dan untuk mempelajari

materi itu sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk

meningkatkan prestasi akademik siswa dengan cara saling membantu dalam

mempelajari sesuatu serta saling menghargai satu sama lain, dan yang penting adalah

dapat mengembangkan ketrampilan sosialnya.

13
5.2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson, prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif adalah

sebagai berikut:

1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab
yang sama diantara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Adapun karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah:

1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai


kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda-
beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing
individu.
(http://yusti-arini.blogspot.com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html,
diakses 25 Juni 2014).

5.3. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Agar pembelajaran kooperatif dapat lebih efektif, ada unsur-unsur yang perlu

diperhatikan, Nurhadi (dalam Johar, dkk 2006:33-34) adalah sebagai berikut:

a. Saling ketergantungan positif


b. Interaksi tatap muka
c. Akuntabilitas individual
d. Kemampuan menjalin hubungan antar pribadi
e. Tanggang rasa, saling menghargai, bersikap sopan, tidak mendominasi
orang lain, mengkritik ide, dan bukan mengkritik pribadi teman, harus
dipupuk.

14
6. Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

dikembangkan oleh spencher kagan (dalam Ibrahim, 2000:28), dengan melibatkan

para siswa dalam melihat kembali bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan

mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut.

Sebagai ganti pertanyaan langsung kepada siswa. Hal ini sesuai dengan Janibah

(2007:3) yaitu :

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)


merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengruhi interaksi siswa dan menghendaki siswa belajar saling
membantu dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 orang siswa yang
heterogen. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk lebih aktif pada
proses pembelajaran. Siswa tidak hanya menerima materi yang diberikan
guru, tetapi siswa akan berusaha memahami sendiri dengan bekerjasama
sesama anggota kelompok.

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah

sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Keenam langkah tersebut adalah

sebagai berikut:

Langkah 1. Persiapan: Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran

dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja

Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT (Numbered Heads Together).

Langkah 2. Pembentukan kelompok: Dalam pembentukan kelompok disesuaikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads

Together). Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 3 sampai 5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada

setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.

15
Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari jenis

kelamin dan kemampuan belajar.

Langkah 3. Diskusi masalah: Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS

kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan diajari. Dalam kerja

kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan

meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan

yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh

guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat

umum.

Langkah 4. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban: Dalam tahap

ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari setiap kelompok

dengan nomor yang sama menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 5. Memberi kesimpulan: Guru memberikan kesimpulan atau jawaban

akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang

disajikan.

Langkah 6. Memberikan penghargaan: Pada tahap ini, guru memberikan

penghargaan berupa kata-kata pujian pada siswa dan memberi nilai yang

lebih tinggi.

Kelebihan model pembelajaran tipe NHT (Numbered Heads Together) adalah:

a. Setiap siswa menjadi siap semua.


b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
d. Interaksi antara siswa sering dengan peningkatan kemampuan mereka dalam
berpendapat.

Kelemahan model pembelajaran tipe NHT (Numbered Heads Together) adalah:

16
a. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan
waktu yang lama.
b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
http://alief-hamsa.blogspot.com/2009/05/numbered-heads-together-nht.html.
diakses 25 Juni 2014).

7. Tinjauan Terhadap Materi

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP:2006), pokok

bahasan dalam materi lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat di Kelas III SDN

Lamblang Aceh Besar semester ganjil adalah sebagai berikut:

1. Perbedaan antara Lingkungan Sehat dengan Lingkungan Tidak Sehat.

2. Penyebab Pencemaran Lingkungan.

3. Pengaruh Pencemaran Lingkungan terhadap Kesehatan.

4. Cara Menjaga Kesehatan Lingkungan

G. Metode Penelitian

1. Metodelogi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif. Menurut Moleong (2008:6) penelitian kuallitatif adalah penelitian yang

bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah.

Penggunaan penelitian kualitatif tersebut menuntut keterlibatan peneliti

secara langsung (partisipasi aktif) baik pada awal pembelajaran maupun yang terjadi

setelah diterapkannya tindakan di lapangan.

Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom

Action Research), sebagaimana menurut Kemmis, (2010:49) "penelitian tindakan

17
kelas (PTK) adalah upaya menguji cobakan ide-ide ke dalam praktek untuk

memperbaiki atau merubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 1 Lamblang Aceh Besar

yang berjumlah 25 orang siswa yang terdiri dari 8 laki-laki dan 17 perempuan.

Penelitian ini melibatkan 1 guru sebagai pengamat selama proses pembelajaran

berlangsung

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan

dengan cara sebagai berikut:

a. Tes.

Tes dilakukan pada setiap akhir proses pembelajaran dengan menggunakan

Instrumen soal atau tes tertulis. Soal yang diberikan adalah soal choice yang

terdiri dari 10 soal. Tes dilakukan untuk melihat peningkatan kemampuan

siswa dengan penerapan model NHT.

b. Observasi.

Lembar observasi pengamat diberikan kepada pengamat untuk

mengamati setiap kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar

observasi terdiri dari:

a. Lembar Observasi Kemampuan Guru (LOKG)

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa (LOAS)

18
4. Teknik Pengolahan Data

a. Tes

Tes disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan

untuk mengukur hasil belajar siswa pada materi lingkungan sehat dan lingkungan

tidak sehat. Tes ini diberikan setiap akhir pembelajaran, bentuk tes yang diberikan

adalah tes tertulis berbentuk choice. Validasi data didapat dari:

Menurut Sudijono (2005:43) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa

dengan menggunakan model kooperatif Numbered Heads Together (NHT) di

gunakan rumus persentase jawaban benar siswa dengan rumus sebagai berikut:

postest− pretest
P = pretest x 100%

Keterangan :

P : Persentasi Peningkatan

postest : Nilai rata-rata setelah tindakan

Pretest : Nilai rata-rata sebelum tindakan

b. Observasi

Lembar observasi diberikan pengamat untuk mengamati setiap kegiatan

selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi kemampuan guru

digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran. Lembar observasi

diberikan kepada pengamat, yaitu guru IPA yang mengajar di kelas yang diteliti

untuk diisi dengan cara menulis ceklis ( ) sesuai dengan keadaan yang diamati.

Menurut Hasratuddin (2010:32) sebagai berikut:

19
1,00 TKG 1,50 tidak baik

1,50 TKG 2,50 kurang

2,50 TKG 3,50 cukup

3,50 TKG 4,50 baik

4,50 TKG 5,00 sangat baik

Keterangan:

TKG = Tingkat Kemampuan Guru

Untuk mengetahui aktivitas gurudan siswa dianalisis dengan menggunakan

persentase. Adapun rumus persentase menurut Sudijono (2005:43) adalah:

f
P= x 100%
N

Keterangan:

P = angka persentasi

f = frekuensi aktivitas guru

N = Jumlah aktivitas keseluruhan guru

Selanjutnya kategori penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa dengan

menggunakan persentase yang dikemukakan oleh Sudijono (2005:4) sebagai berikut:

Tabel 3.1
Kriteria klasifikasi persentase aktivitas guru dan siswa

No Persentase Kategori Penilaian

1. 81% - 100% Sangat baik


2. 61% - 80% Baik
3. 41% - 60% Cukup
4. 21% - 40% Kurang
5. 0% - 20% Sangat kurang

20
5. Validasi Data

Validasi data meliputi validasi hasil belajar dan validasi proses pembelajaran.

1.Validasi Hasil Belajar

Validasi hasil belajar dikenakan pada instrumen penelitian yang berupa tes.

Validasi ini meliputi validasi teoritis dan validasi empiris. Validasi teoritis artinya

mengadakan analisis instrumen yang terdiri atas face validity (tampilan tes), content

validity (validitas isi) dan construct validity (validitas konstruksi). Sedangkan

validitas empiris artinya analisis terhadap butir-butir tes, yang dimulai dari

pembuatan kisi-kisi soal, penulisan butir-butir soal, kunci jawaban dan kriteria

pemberian skor.

2. Validitas Proses Pembelajaran

Validitas proses pembelajaran dilakukan dengan teknik triangulasi yang

meliputi triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan

denga observasi terhadap subjek penelitian yaitu siswa III SDN Lamblang Aceh

Besar dan kolaborasi dengan guru lain yang mengajar bidang studi IPA.

Sedangakan triangulasi metode dilakukan dengan penggunaan metode

dokumentasi selain metode observasi. Metode dokumentasi digunakan untuk

memperoleh data pendunkung yang diperlukan dalam proses pembelajaran IPA.

6. Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

deskriptif, yang meliputi :

21
1) Analisis deskriptif komparatif hasil belajar dengan cara membandingkan hasil

belajar pada siklus I dengan siklus II dan membandingkan hasil belajar dengan

indikator pada siklus I dan siklus II.

2) Analisis deskriptif kualitatif hasil observasi dengan cara membandingkan hasil

observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II.

7. Indikator Kinerja Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan :

1. Terjadi peningkatan hasil belajar sebanyak >65% siswa mencapai

ketuntasan belajar.

2. Terjadi peningkatan pelaksanaan proses belajar mengajar yang diseleng

garakan oleh guru.

8. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom actin research)

yang ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus.

Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

1. Siklus I

a) Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan:

1. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP);

2. Penyiapan skenario pembelajaran.

b) Pelaksanaan (action), terdiri atas kegiatan:

1. Pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal,

22
2. Proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif

tipe NHT pada materi lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat,

secara klasikal menjelaskan strategi dalam pembelajaran kooperatif

tipe NHT.

3. Memodelkan strategi dan langkah-langkah pembelajaran kooperatif

tipe NHT

4. Mengadakan observasi tentang proseS pembelajaran,

5. Mengadakan tes tertulis,

6. Penilaian hasil tes tertulis.

c) Pengamatan (observing), yaitu mengamati proses pembelajaran dan

menilai hasil tes sehingga diketahui hasilnya. Atas dasar hasil tersebut

digunakan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.

d) Refleksi (reflecting), yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan

pada siklus I.

2. Siklus II

a) Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan:

1. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP);

2. Penyiapan skenario pembelajaran.

b) Pelaksanaan (action), terdiri atas kegiatan:

1. Pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal,

2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT pada lanjutan materi lingkungan

sehat dan lingkungan tidak sehat untuk menerapkan strategi

pembelajaran kooperatif tipe NHT,

23
3. Mengadakan observasi tentang proses pembelajaran,

4. Mengadakan tes tertulis,

5. Penilaian hasil tes tertulis.

c) Pengamatan (observing), yaitu mengamati proses pembelajaran dan

menilai hasil tes sehingga diketahui hasilnya.

d) Refleksi (reflecting), yaitu menyimpulkan pelaksanaa hasil tindakan pada

siklus II.

H. Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan selesai dalam 5 bulan dengan perincian sebagai

berikut :

Penelitian ini direncanakan selesai dalam waktu 5 bulan dengan perincian

sebagai berikut:

Waktu Penelitian
Nov-
No Kegiatan
Juli 2014 Agus-14 Sep-14 Okt-14 14
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3
Penyusunan
1
proposal
Penyusunan
2 rancangan
penelitian
Pelaksanaa
3
siklus I
Analisa hasil
4
siklus I
Pelaksanaa
5
siklus II
Analisa hasil
6
siklus II
Penulisan hasil
7
penelitian
Catatan :

Jadwal penelitian sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan kondisi lapangan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan


Nasional:Jakarta

Asmiati, Rina. 2006. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Segi Empat di Kelas VII
SMP Negeri 8 Banda Aceh”.Skripsi tidak diterbitkan. Banda Aceh. FKIP
Unsyiah.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah dan


Aliyah. Jakarta: Depdiknas.

Eggen, Paul. D & Kauchak, Donal. P. (1993). Strategies for Teacher. Teaching
content and thinking skills. Allyn and Bacon: USA.

Fajri, Nur. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan TPS
berbasis kontekstual Pada Materi Bangun Rang Dikelas IX SMP Negeri 13
Banda Aceh tahun pelajaran 2010/2011. Skripsi. Banda Aceh: Universitas
syiah kuala.

Gerson. P, Tanwey. 2004. Belajar dan pembelajaran. Unesa university press.

Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa Press.

Johar, rahmah dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh: Unsyiah.

Meutia, Hifzi. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan NHT pada
Materi Persamaan Trigonometri di Kelas X SMA Negeri 3 Banda Aceh.
Skripsi. Banda Aceh:Univesitas syiah kuala.

Ratumanan. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press.

Sardiman. 2004. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta Utara: Rajawali
Pers.

Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

25
Universitas syiah kuala. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas keguruan dan
Ilmu Pendidikan Syiah Kuala.

(http://yusti-arini.blogspot.com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html,
diakses 25 Juni 2014).

(http://alief-hamsa.blogspot.com/2009/05/numbered-heads-together-nht.html, diakses
25 Juni 2014)

26

Anda mungkin juga menyukai