FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN Kode Dokumen
UPERTIS- YPP/PS-…./F/01/20
1
, triage, pembidaian, balut tekan dan transportasi sesuai dengan standar yang berlaku dengan berfikir
kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektif
Lanjutan RPS;
Mata kuliah ini adalah mata kuliah keahlian keperawatan yang berfokus pada Bantuan hidup dasar, initial
Diskripsi Singkat MK assesment, triage, pembidaian, balut tekan dan transportasi
Mata kuliah ini juga merupakan integrasi dan penerapan dari komunikasi dalam keperawatan, serta membuat
keputusan dalam mempertimbangkan aspek legal dan etik
Kegiatan belajar mahasiswa berorientasi pada pencapaian kemampuan psikomotor, berfikir sistematis, komprehensif
dan kritis dalam mengaplikasikan konsep dengan pendekatan proses keperawatan sebagai dasar penyelesaian
masalah serta mengembangkan sikap profesional ( pengembangan soft skill ) melalui beberapa model belajar yang
relevan
2
Intervensi keperawatan pada tindakan Bantuan hidup dasar, initial assesment ,triage, pembidaian, balut tekan dan
Materi Pembelajaran/ transportasi
Pokok Bahasan
Strategi pratikum Pendekatan pratikum ini adalah pendekatan student center learning. Dimana mahasiswa lebih berperan aktif dalam
proses pembelajaran pratikum. Metode yang digunakan lebih banyak menggunkan metode ISS (Interactive Skill
Station ) dan Problem Base Learning. Interactive skill station diharapkan mahasiswa belajar mencari materi secara
mandiri menggunakan berbagai sumber kepustakaan seperti internet expert dan lain-lain Untuk pertemuan akan
dilakukan pra-pratikum / penjelasan singkat diawal untuk diberikan kerangka fikir dalam diskusi, persiapan laporan
pendahuluan dan pelaksanaan pratikum. Untuk materi keterampilan, metode yang akan dilakukan adalah simulasi ,
demonstrasi dilaboratorium, latihan dan mandiri
Pembimbing Ns. Ida Suryati, M.Kep, Ns. Muhammad Arif, M. Kep, Ns. Aldo Yuliano, S.Kep, MM
- initial assesment
- triage
- Pembidaian
- Balut tekan
- Transportasi
3
2. Mengikuti demonstrasi masing-masing dosen sesuai dengan materi melalui video di e learning
Pustaka Utama:
a. Emergency Nurse Association ( 1991 ). Standart Of Emergency Nursing Practice ( 2 nd
Ed ), Mosby Year
Book. St Louis.
b. Hudak. C M. et. all ( 1997 ). Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
c. Lyne A Thelan, Joseph K D ( 1994 ). Critical Care Nursing Diagnosis and Management. St. Louis : Mosby
d. Lanros N E, Barber J M ( 1997 ). Emergency Nursing With Certification Preparation & review, ( 4 th
Ed ).
Appleton & Lange
e. Sheehy B S ( 1992 ). Emergency Nursing : Principle and Practice ( 3 rd Ed ). Mosby Year Book
Pendukung:
4
Mata Kuliah syarat -
Hari/Tanggal/Waktu Kegiatan/ Intervensi Keperawatan Kelompok Pembimbing
Terlampir
Keterangan:
1. TM: Tatap Muka, BT: Belajar Terstruktur, BM: Belajar Mandiri; Daring : belajar melalui video dan video call
2. 1 SKS : 1 X 170 menit x 14 = 2380 : 60 = 40 jam
3. RPS: Rencana Pembelajaran Semester, RMK: Rumpun Mata Kuliah, PRODI: Program Studi
4. Kriteria dan Bentuk Penilaian: mengunakan Rubrik penilaian psikomotor, deskripsi, holistik individu/kelompok,.
5. Ketentuan diberlakukan pembelajaran daring dan luring : ( daring ( 60 % daring dan 40 luring ) karena adanya edaran walikota dan aturan
upertis pembatasan tatap muka di kota Bukittinggi
PENILAIAN :
1. Laporan pendahuluan : 20%
2. Ujian Pratikum : 60%
3. Ujian Teori : 20%
5
TATA TERTIB :
1. Kehadiran pratikum 100%
2. Berpakaian rapi dan sopan ( tidak memakai sandal, kaos oblong, baju ketat, anting dan rambut gondrong
3. Mengenakan jas laboratorium
4. Mengganti apabila menghilangkan, merusak alat laboratorium
5. Mahasiswa menyiapkan alat sehari sebelum pelaksanaan pratikum’
6
No Hari/Tgl/ Jam Kegiatan Pembimbing Kelompok
Daring
1 Selasa / 8 Februari 2022 Pembuatan laporan pendahuluan Team Semua mahasiswa
Jam 14.00- 19.00 wib
2 Selasa / 8 Februari 2022 Ns. Ida Suryati, M.Kep Semua mahasiswa
Jam 19.00- 21.00 wib Demonstrasi
Bantuan hidup dasar, Triage, transportasi
Rabu/ 9 Februari 2022 Demonstrasi Ns. Muhammad Arif, Semua mahasiswa
Jam 08.00-10.00 wib Airway dan breathing manajemen M.Kep
Rabu/ 9 Februari 20212 Demonstrasi Ns. Aldo Yuliano, S.Kep, Semua mahasiswa
Jam 11.00-13.00 wib Pembidaian, balut tekan, penatalaksanaan MM
syok
3 Kamis / 10 Februari Bimbingan mandiri Bantuan hidup dasar, Ns. Ida Suryati, M.Kep Semua mahasiswa
2022 Triage, transportasi
Jam 08.00-10.00 wib
4 Kamis / 10 Februari Bimbingan mandiri Airway dan breathing Ns. Muhammad Arif, Semua mahasiswa
2022 manajemen M.Kep
Jam 11.00-13.00 wib
Kamis / 10 Februari Bimbingan mandiri Ns. Aldo Yuliano, S.Kep, Semua mahasiswa
2022 Pembidaian, balut tekan, penatalaksanaan MM
Jam 11.00-13.00 wib syok
Kamis / 10 Februari Latihan mandiri Bantuan hidup dasar, Ns. Ida Suryati, M.Kep Semua mahasiswa
2022 Triage, transportasi
7
Jam 11.00-13.00 wib
5 Kamis / 10 Februari Latihan mandiri Airway dan breathing Ns. Muhammad Arif, Semua mahasiswa
2022 manajemen M.Kep
Jam 11.00-13.00 wib
6 Kamis / 10 Februari Latihan mandiri Ns. Aldo Yuliano, S.Kep, Semua mahasiswa
2022 Pembidaian, balut tekan, penatalaksanaan MM
Jam 11.00-13.00 wib syok
Luring
7 Sabtu / 12 Februaru Ujian Bantuan hidup dasar, Triage, Ns. Ida Suryati, M.Kep Semua mahasiswa
2022 transportasi
Jam 14.00-19.00 wib
8 Sabtu / 12 Februaru Ujian Airway dan breathing manajemen Ns. Muhammad Arif, Semua mahasiswa
2022 M.Kep
Jam 14.00-19.00 wib
9 Sabtu / 12 Februaru Ujian Ns. Aldo Yuliano, S.Kep, Semua mahasiswa
2022 Pembidaian, balut tekan, penatalaksanaan MM
Jam 14.00-19.00 wib syok
8
ALNI DEVI ROZA ERNI ELYTA RIKA OKTAVIA PUTRI
ANDRI DEDI EVITA SATRIA RINI ENDRIANI
ASISWAN FEBRI KARMILA SRI HARTATI
ATRA DESITA GUSNIKARDISON SRI WARNIDA
BENY RAMADANI GUSTANUL SRIWI MARTOSA
DIANA DORA HARI YANTO SYAHRIAL
DIDI YUDHA PERMANA MARLENI VIVI ASRININGSIH
DINA MARSELINA YUSAKH NELA FITRIA YOFIA MARINA
DONA IMELLYA NENENG TARMILAH YULI HARTI
DWI MUCHRANTO NOVIA NELI SANDI ZURIA ANGRAINI
EGI AGUSTIN PERMATA PELIA PELTRESIA PITRAWATI
ELVA MURNI PRO FERDIAN MS DARMAWISNA
EMA ZURAINI RAHMI YULITA LIZA SASMITA
EMI ROSITA
9
RENCANATUGAS MAHASISWA (RTM)
MATA KULIAH Keoerawatan Gawat Darurat
KODE KPE 21311 SKS 1 SEMESTER III
DOSEN Ns. Ida Suryati, M.Kep, Ns. Muhammad Arif, M.Kep, Ns. Aldo Yuliano, S.Kep,MM
PENGAMPU
BENTUK TUGAS:
Pembuatan laporan Pendahuluan
JUDUL TUGAS:
Laporan pendahuluan BHD, Airway breathing manajemen, Pembidaian, balut tekan, dan transportasi, Penatalaksanaan syok
DISKRIPSI TUGAS:
10
Mahasiswa membuat laporan pendahuluan terkait materi pratikum yang akan dilaksanakan mulai dari defenisi, indikasi, kontra
indikasi, tujuan, prosedur
JADWAL PELAKSANAAN:
Sabtu/ 6,13,14 februari 2021
LAIN-LAIN:
DAFTAR RUJUKAN:
11
a. Emergency Nurse Association ( 1991 ). Standart Of Emergency Nursing Practice ( 2 nd Ed ), Mosby Year Book. St Louis.
b. Hudak. C M. et. all ( 1997 ). Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
c. Lyne A Thelan, Joseph K D ( 1994 ). Critical Care Nursing Diagnosis and Management. St. Louis : Mosby
d. Lanros N E, Barber J M ( 1997 ). Emergency Nursing With Certification Preparation & review, ( 4 th Ed ). Appleton & Lange
e. Sheehy B S ( 1992 ). Emergency Nursing : Principle and Practice ( 3 rd Ed ). Mosby Year Book
12
RUBRIK HOLISTIK PENILAIAN MAKALAH INDIVIDU/KELOMPOK
MATA KULIAH Keperawatan kegawatdaruratan
KODE KPE 21311 SKS 3 SEMESTER I
DOSEN Ns. Ida Suryati, M.Kep
PENGAMPU
BENTUK TUGAS:
KELOMPOK/INDIVIDU:
JUDUL TUGAS:
Laporan Pendahuluan 20
Ujian Pratikum 60
Ujian Teori 20
Nilai Akhir 100%
13
14
STANDAR OPERSIONAL PROSEDUR (SOP)
Manajemen Airway, Breathing dan Circulation
1.TUJUAN
2.PENGKAJIAN
15
Pada pasien yang diduga mengalami cedera leher dan kepala hanya dilakukan Jaw
Thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.
2) Membersihkan jalan nafas
- Finger Sweep (sapuan jari)
Dilakukan bila jalan napas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut
belakang atau hipofaring (gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya) dan
hembusan napas hilang.
16
- AbdominalThrust (GentakanAbdomen)
- ChestThrust (PijatanDada)
- BackBlow (TepukanPadaPunggung)
17
b. Dengan Alat
1) Pemasangan Pipa (Tube)
- Dipasang jalan napas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring). Pipa orofaring
digunakan untuk mempertahankan jalan nafas dan menahan pangkal lidah agar tidak
jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan napas terutama pada pasien-pasien tidak
sadar.
- Bila dengan pemasangan jalan napas tersebut pernapasan belum juga baik, dilakukan
pemasangan pipa endotrakhea (ETT/endotracheal tube). Pemasangan pipa
endotrakhea akan menjamin jalan napas tetap terbuka, menghindari aspirasi dan
memudahkan tindakan bantuan pernapasan.
18
2) Penghisapan Benda Cair (Suctioning)
- Bila terdapat sumbatan jalan napas karena benda cair maka dilakukan
penghisapan (suctioning). Penghisapan dilakukan dengan menggunakan alat bantu
pengisap (penghisap manual portabel, pengisap dengan sumber listrik).
B.
- Membersihkan benda asing padat dalam jalan napas: Bila pasien tidak sadar dan
terdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring yang tidak mungkin diambil
dengan sapuan jari, maka digunakan alat bantuan berupa laringoskop, alat
penghisap (suction) dan alat penjepit (forceps).
C. 3)MembukaJalanNafasDengaNKrikotirotomi
Bila pemasangan pipa endotrakhea tidak mungkin dilakukan, maka dipilih tindakan
krikotirotomi dengan jarum. Untuk petugas medis yang terlatih dan trampil, dapat
dilakukan krikotirotomi dengan pisau .
19
B. PENGELOLAAN FUNGSI PERNAFASAN (BREATHING
MANAGEMENT)
1. TUJUAN
Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara membersihkan pernafasan buatan untuk
menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
2. PENGKAJIAN
Gangguan fungsi pernafasan dikaji dengan melihat tanda-tanda gangguan pernafasan
dengan metode LLF dan telah dilakukan pengelolaan jalan nafas tetapi tetap tidak ada
pernafasan.
3. TINDAKAN
a. Tanpa Alat
Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hidung
sebanyak 2 (dua) kali tiupan dan diselingi ekshalasi.
b.DenganAlat
- Memberikan pernafasan buatan dengan alat “Ambu Bag” (self inflating bag). Pada
alat tersebut dapat pula ditambahkan oksigen. Pernapasan buatan dapat pula diberikan
dengan menggunakan ventilator mekanik.
20
- Memberikan bantuan nafas dan terapi oksigen dengan menggunakan masker, pipa
bersayap, balon otomatis (self inflating bag dan valve device) atau ventilator mekanik.
1. TUJUAN
Mengembalikan fungsi sirkulasi darah.
2. PENGKAJIAN
Gangguan sirkulasi dikaji dengan meraba arteri besar seperti arteri femoralis dan
arteri karotis. Perabaan arteri karotis sering dipakai untuk mengkaji secara cepat. Juga
melihat tanda-tanda lain seperti kulit pucat, dingin dan CRT (capillary refill time) > 2
detik.
Gangguan sirkulasi dapat disebabkan oleh syok atau henti jantung. Henti jantung
mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terhenti dan menyebabkan kematian
dengan segera.
21
3. TINDAKAN
Tindakan untuk mengembalikan sirkulasi darah dilakukan dengan eksternal chest
compression (pijat jantung) untuk mengadakan sirkulasi sistemik dan paru. Sirkulasi
buatan (artificial circulation) dapat dihasilkan dengan intermitten chest compression.
22
BANTUAN HIDUP DASAR
BHD diberikan pada korban yang mengalami gangguan sumbatan jalan nafas, henti nafas dan
henti nadi.Beberapa keadaan korban dibawah ini dapat menyebabkan terjadinya henti nafas :
1. Tenggelam
2. Stroke
3. Obstruksi jalan nafas
4. Epiglotitis
5. Overdosis obat – obatan
6. Tersengat listrik
7. Infark miokard
8. Tersambar petir
9. Koma akibat bertbagai macam kasus
TATA LAKSANA
Kejadian gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga sulit memprediksi
kapan terjadinya.Langkah terbaik untuk situasi ini adalah waspada dan melakukan upaya
kongkrit untuk mengantisipasinya.Harus dipikirkan satu bentuk mekanisme bantuan kepada
korban dari awal tempat kejadian, selama perjalanan menuju sarana kesehatan, bantuan di
fasilitas kesehatan sampai pasca kejadian cedera.Tercapainya kualitas hidup penderita pada
akhir bantuan harus tetap menjadi tujuan dari seluruh rangkai pertolongan yang diberikan.
Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik yang bertujuan
:
23
Survei Sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis dan
paramedis terlatih dan merupakan lanjutan dari survei
SURVEI PRIMER
Dalam survei primer difokuskan pada bantuan napas dan bantuan sirkulasi serta defibrilasi.
Untuk dapat mengingatkan dengan mudah tindakan survei primer dirumuskan dengan abjad
A, B, C, dan D, yaitu :
airway (jalan napas)
breathing (bantuan napas)
circulation (bantuan sirkulasi)
Sebelum melakukan tahapan A(airway), harus terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada
korban / pasien, yaitu :
1. Memastikan keamanan lingkungan bagi
1. Meminta pertolongan
Jika ternyata korban / pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera minta
bantuan dengan cara berteriak “Tolong !!!” untuk mengaktifkan sistem pelayanan medis
yang lebih lanjut. penolong dapat meminta bantuan kepada orang di sekitarnya untuk
menghubungi panggilan darurat/ rumah sakit terdekat supaya dapat mengirimkan bantuan
tenaga kesehatan yang lebih ahli.
1. Memperbaiki posisi korban / pasien
Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban / pasien harus dalam posisi terlentang
dan berada pada permukaan yang rata dan keras.Jika korban ditemukan dalam posisi miring
atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi terlentang.Ingat !penolong harus
membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala, leher dan bahu digerakkan secara
24
bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban harus dipertahankan pada posisi
horisontal dengan alas tidur yang keras dan kedua tangan diletakkan di samping tubuh.
tindakan :
25
dan hidung korban / pasien, sambil tetap mempertahankan jalan napas tetap terbuka.Prosedur
ini dilakukan tidak boleh melebihi 10 detik.
1. Memberikan bantuan
Jika korban / pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut,
mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara
memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap
kali hembusan adalah 1,5–2 detik dan volume udara yang dihembuskan adalah 400 -500 ml
(10 ml/kg) atau sampai dada korban / pasien terlihat mengembang.
Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai
volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16–
17%.Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban / pasien setelah diberikan
bantuan napas.
Mulut ke mulut
Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara yang cepat dan efektif
untuk memberikan udara ke paru–paru korban / pasien.
Pada saat dilakukan hembusan napas dari mulut ke mulut, penolong harus mengambil napas
dalam terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup seluruhnya mulut korban
dengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat menghembuskan napas dan juga penolong
harus menutup lubang hidung korban / pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk
mencegah udara keluar kembali dari hidung. Volume udara yang diberikan pada kebanyakan
orang dewasa adalah 400 – 500 ml (10 ml/kg).
Volume udara yang berlebihan dan laju inspirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara
memasuki lambung, sehingga terjadi distensi lambung.
Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak memungkinkan,
misalnya pada Trismus atau dimana mulut korban mengalami luka yang berat, dan sebaliknya
jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup mulut korban / pasien.
26
C (CIRCULATION) Bantuan sirkulasi
Terdiri dari 2 tahapan :
Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban dengan
melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk menilai pernapasan korban /
pasien.Jika tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan
napas.
Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan atau kiri
sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).
Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas.
Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong dalam
memberikan bantuan
Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan
diatas telapak tangan yang lainnya, hindari jari–jari tangan menyentuh dinding dada
korban / pasien, jari–jari tangan dapat diluruskan atau
Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban dengan tenaga
dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali dengan kedalaman penekanan
berkisar antara 1,5–2 inci (3,8–5 cm).
Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan mengembang
kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada. Selang waktu yang
dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat melakukan
kompresi. (50% Duty Cycle).
27
Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi tangan pada saat
melepaskan
Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2 dilakukan baik oleh 1 atau 2
penolong jika korban / pasien tidak terintubasi dan kecepatan kompresi adalah 100 kali
permenit (dilakukan 4 siklus permenit), untuk kemudian dinilai apakah perlu dilakukan
siklus berikutnya atau tidak.Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai
tekanan sistolik 60–80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah
jantung (cardiac output) hanya 25% dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari
menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan
sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.
1. Penilaian korban.
Tentukan kesadaran korban / pasien (sentuh dan goyangkan korban dengan lembut dan
mantap), jika tidak sadar, maka
Jika korban / pasien dewasa tidak sadar dengan napas spontan, serta tidak adanya trauma
leher (trauma tulang belakang) posisikan korban pada posisi mantap (Recovery position),
dengan tetap menjaga jalan napas tetap
28
Jika korban / pasien dewasa tidak sadar dan tidak bernapas, lakukan bantuan napas. Di
Amerika Serikat dan dinegara lainnya dilakukan bantuan napas awal sebanyak 2 kali,
sedangkan di Eropa, Australia, New Zealand diberikan 5 kali. Jika pemberian napas awal
terdapat kesulitan, dapat dicoba dengan membetulkan posisi kepala korban / pasien, atau
ternyata tidak bisa juga maka dilakukan :
Untuk orang awam dapat dilanjutkan dengan kompresi dada sebanyak 30 kali dan 2
kali ventilasi, setiap kali membuka jalan napas untuk menghembuskan napas,
sambil mencari benda yang menyumbat di jalan napas, jika terlihat usahakan
Untuk petugas kesehatan yang terlatih dilakukan manajemen obstruksi jalan napas
oleh benda
Pastikan dada pasien mengembang pada saat diberikan bantuan
Setelah memberikan napas 8-10 kali (1 menit), nilai kembali tanda – tanda adanya
sirkulasi dengan meraba arteri karotis, bila nadi ada cek napas, jika tidak bernapas
lanjutkan kembali bantuan
1. Sirkulasi (CIRCULATION)
Periksa tanda–tanda adanya sirkulasi setelah memberikan 2 kali bantuan pernapasan dengan
cara melihat ada tidaknya pernapasan spontan, batuk atau pergerakan. Untuk petugas
kesehatan terlatih hendaknya memeriksa denyut nadi pada arteri Karotis.
Jika ada tanda–tanda sirkulasi, dan ada denyut nadi tidak dilakukan kompresi dada,
hanya menilai pernapasan korban / pasien (ada atau tidak ada pernapasan)
Jika tidak ada tanda–tanda sirkulasi, denyut nadi tidak ada lakukan kompresi dada :
Letakkan telapak tangan pada posisi yang benar.
Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali dengan kecepatan 100 kali per
Buka jalan napas dan berikan 2 kali bantuan
Letakkan kembali telapak tangan pada posisi yang tepat dan mulai kembali
kompresi 30 kali dengan kecepatan 100 kali per
1. Penilaian Ulang
Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi (+2Menit) kemudian korban dievaluasi kembali,
Jika tidak ada nadi dilakukan kembali kompresi dan bantuan napas dengan rasion 30 : 2.
Jika ada napas dan denyut nadi teraba letakkan korban pada posisi
Jika tidak ada napas tetapi nadi teraba, berikan bantuan napas sebanyak 8-10 kali
permenit dan monitor nadi setiap
29
Jika sudah terdapat pernapasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar jalan
napas tetap terbuka kemudian korban / pasien ditidurkan pada posisi sisi yang benar.
30
SYOK DAN PENANGANANNYA
PENGERTIAN:
Sindrom gangguan pathofisiologi berat yang berhubungan dengan metabolisme selluler yang
abnormal, kegagalan sirkulasi Syok atau renjatan dapat diartikan sebagai keadaan terdapatya
pengurangan yang sangat besar dan tersebar luas pada kemampuan pengangkutan oksigen
serta unsur- unsur gizi lainnya secara efektif ke berbagai jaringan sehingga timbul cidera
seluler yang mula- mula reversible dan kemudian bila keadaan syok berlangsung lama
menjadi irreversible.(Isselbacher, dkk, 1999, hal 218)
DERAJAT SYOK Berat dan ringannya syok menurut Tambunan Karmel, dkk, (1990,
hal 2).
1) Syok Ringan Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan prgan non-vital seperti
kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relative dapat hidup lebih lama
dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang menetap
(irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau anya sedikit
menurun, asidosis metabolic tidak ada atau ringan.
2) Syok Sedang Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus,
ginjal, dan lainnya). Organ- organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih
lama seperti lemak, kulit, dan otot. Oligouria bisa terjadi dan asidosis metabolic.
Akan tetapi kesadaran relative masih baik.
3) Syok Berat Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi
syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok
lanjut terjadi vasokonstriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi oligouria dan
asidosis berat, ganguan kesadaran dan tanda- tanda hipoksia jantung (EKG
Abnormal, curah jantung menurun).
2 Fase Hipodinamik:
a. Tekanan vena sentral menurun
b. Hipotensi
c. Curah jantung berkurang
d. Vasokonstriksi perifer
e. Daerah akral dingin
f. Asam laktat meninggi
g. Keluaran urin berkurang
3. Syok Neurogenik Tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bradikardi, sesudah
pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Pengumpulan darah di dalam
arteriol, kapiler, dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan.
4. Syok Kardiogenik
a. Pasien tidak sadar atau hilangnya kesadaran secara tiba- tiba.
b. Sianosis akibat dari aliran perifer berhenti
c. Dingin (Skeet Muriel.,1995, 70)
2. Pertahankan Respirasi
a. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau muntah.
b. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas
(Gudel/oropharingeal airway).
c. Berikan oksigen 6 liter/menit d. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat,
berikan oksigen dengan pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.
d. Pertahankan Sirkulasi Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu
infus. Pantau nadi, tekanan darah, warna kulit, isi vena, produksi urin, dan
(CVP).
36
d. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan
jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama
dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar.
Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan
berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian
volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan volume 3–4 kali
volume perdarahan yang hilang, sedang bila menggunakan larutan koloid
memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang. Telah
diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang dikombinasi dengan larutan
ringer laktat sama efektifnya dengan darah lengkap. 6) Pemantauan tekanan
vena sentral penting untuk mencegah pemberian cairan yang berlebihan.
2) 7) Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian cairan
berlebihan yang akan membebani jantung. Harus diperhatikan oksigenasi darah
dan tindakan untuk menghilangkan nyeri.
3) 8) Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat, mengingat
pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ majemuk (Multiple Organ
Disfunction). Diperlukan pemantauan alat canggih berupa pemasangan CVP,
“Swan Ganz” kateter, dan pemeriksaan analisa gas darah.
37
c) Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi
cairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya
diberikan per infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan yang
cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin output untuk
menilai respon terhadap terapi.
d) Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat
vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan
seperti ruptur lien) :
3 Dopamin: Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10 mcg/kg/menit,
berefek serupa dengan norepinefrin. Jarang terjadi takikardi.
4 Norepinefrin: Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan tekanan
darah. Epinefrin. Efek vasokonstriksi perifer sama kuat dengan pengaruhnya
terhadap jantung Sebelum pemberian obat ini harus diperhatikan dulu bahwa
pasien tidak mengalami syok hipovolemik. Perlu diingat obat yang dapat
menyebabkan vasodilatasi perifer tidak boleh diberikan pada pasien syok
neurogenik
5 Dobutamin: Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan oleh
menurunnya cardiac output. Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah
melalui vasodilatasi perifer.
38