Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN

PRAKTIKUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN


ACARA-1
DENSITAS LUMPUR PEMBORAN

OLEH :

NAMA : WIDYA ERWANDA


NO. MAHASISWA : 113180094
PLUG :G

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019

4
5

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PRAKTIKUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN

NAMA : WIDYA ERWANDA


NO. MAHASISWA : 113180094
PLUG :G

Disetujui Untuk Laboratorium


Praktikum peragaan peralatan pemboran
Oleh
Asisten Pembimbing

(ABI NUGRAHA PANGESTU)


113150017
6

BAB II
DENSITAS
PADA LUMPUR PEMBORAN

2.1. TUJUAN PERCOBAAN


a. Mengenal material pembentuk lumpur pemboran serta fungsi-fungsi utamanya.
b. Menentukan densitas lumpur pemboran dengan menggunakan alat Mud
Balance.

2.2. DASAR TEORI


2.2.1. Densitas Lumpur
Lumpur sangat besar peranannya dalam menetukan berhasil tidaknya suatu
operasi pemboran, sehingga perlu diperhatikan sifat-sifat dari lumpur tersebut,
seperti densitas, viscositas, gel strength atau filtration loss. Dalam percobaan ini
akan dibahas salah satu sifat saja yaitu densitas.
Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat penting,
karena peranannya berhubungan langsung dengan fungsi lumpur bor sebagai
penahan tekanan formasi. Adanya densitas lumpur bor yang terlalu besar akan
menyebabkan lumpur hilang ke formasi (lost circulation), sedang apabila terlalu
kecil akan menyebabkan “kick” (masuknya fluida formasi ke lubang sumur).
Maka densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan
dibor.
Densitas lumpur dapat menggambarkan gradient hidrostatik dari lumpur bor
dalam psi/ft tetapi dilapangan biasanya dipakai satuan ppg (pound per gallon).
Asumsi-asumsi :
1. Volume setiap material adalah additive:
Vs + Vml = Vmb................................................................................................................................................................. (1)
2. Jumlah berat adalah additive, maka:
ds x Vs + dml x Vml = dmb x Vm........................................................................................................................... (2)
7

Keterangan :
Vs = Volume solid, bbl
Vml = Volume lumpur lama, bbl
Vmb = Volume lumpur baru, bbl
ds = berat jenis solid, ppg
dml = berat jenis lumpur lama, ppg
dmb = berat jenis lumpur baru, ppg
 Dari persamaan (1) dan (2) didapat :
d ml - d mb  x Vml
Vs = d s - d mb  ................................................................................(3)
 Karena zat pemberat (solid) beratnya adalah:
Ws = Vs x ds
 Bila dimasukkan kedalam persamaan (3):
d mb - d ml 
x d x V 
Ws = d s - d mb  s ml ......................................................................(4)
 % Volume solid:
Vs d mb - d ml 
x 100 x 100 %
Vmb = d s - d ml  ...................................................................(5)
 % Berat solid :
d s x Vs
x 100 %
d mb x Vmb .........................................................................................(6)
Maka bila yang digunakan sebagai solid adalah barit dengan SG = 4,3, untuk
menaikkan densitas dari lumpur lama seberat dml ke lumpur baru sebesar dmb
setiap bbl lumpur lama memerlukan berat solid, Ws sebanyak:
d mb - d ml 
684 x
Ws = 35.8 - d mb  .....................................................................................(7)
Keterangan :
Ws = berat solid atau zat pemberat, kg barit/bbl lumpur. Sedangkan jika yang
digunakan sebagai zat pemberat adalah Bentonit dengan SG = 2,5, maka untuk
tiap barrel lumpur diperlukan:
8

d mb - d ml 
684 x
Ws = 20.8 - d mb  ................................................................................(8)
Dimana Ws = kg bentonite/bbl lumpur.
2.3. ALAT DAN BAHAN
2.3.1. ALAT
1. Mud balance
2. Multi Mixer
3. Gelas Ukur 500 cc
2.3.2. BAHAN
1. Bentonite
2. Air Tawar (Aquadest)
9

2.4 GAMBAR ALAT

1 2
3 4 5 6

Keterangan:
1. Lid
2. Cup
3. Base
4. Rider
5. Balance Arm
6. Calibration screw

Gambar 2.4.1 Mud Balance


(http://ofite.com/products/Drilling/Balances/115-00.htm)
10

Keterangan:
1. Cup Mixer
2. Multi Mixer
11

2.4. PROSEDUR PERCOBAAN


2.4.1 Densitas Lumpur
1. Mengkalibrasi peralatan mud balance sebagai berikut:
a. Membersihkan peralatan mud balance.
b. Mengisi cup dengan air hingga penuh, lalu menutup dan membersihkan
bagian luarnya. Mengeringkan dengan kertas tissue.
c. Meletakkan kembali mud balance pada kedudukannya semula.
d. Menempatkan Rider pada skala 8,33 ppg.
e. Mengecek pada level glass, bila tidak seimbang, atur calibration srew
sampai seimbang.
2. Menimbang beberapa zat yang digunakan, sesuai petunjuk asisten.
3. Menakar air 350 cc dan mencampur dengan 22,5 gr betonite. Caranya
memasukkan air kedalam benjana, lalu memasang pada multi mixer dan
memasukkan bentonite sedikit demi sedikit setelah multi mixer menjalankan
multi mixer, selang beberapa menit setelah mencampur, mengambil benjana
dan mengisi cup mud balance dengan lumpur yang telah dibuat.
4. Menutup cup dan membersihkan lumpur yang melekat pada dinding bagian
luar sampai bersih.
5. Meletakkan balance arm pada kedudukannya semula, lalu mengatur rider
hingga seimbang. Membaca densitas yang ditunjukkan oleh skala.
6. Mengulangi Langkah 5 untuk komposisi campuran yang diberikan oleh
asisten.
Hal-hal yang perlu dicatat selama pengujian berlangsung, adalah :
1. % volume minyak = ml minyak x 10
2. % volume air = ml air x 10
3. % volume padatan = 100 – (ml minyak + ml air) x 10
4. gram minyak = ml minyak x 0,8
5. gram lumpur = lb/gall lumpur x 1,2
12

6. gram padatan = gram lumpur – (gram minyak + gram air)


7. ml padatan = 10 – (ml minyak + ml air)
8. SG padatan rata-rata = gram padatan /ml padatan
9. % berat padatan = (gram padatan/gram lumpur) x 100 %

2.5. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN


2.5.1 HASIL PERCOBAAN

Tabel II-1
Tabel Pengukuran Densitas pada Lumpur Pemboran

Lumpur Dasar Additive


Densitas
Plug

Air Barite
Bentonite (gr) tinner (ml) (ppg)
(ml) (gr)
A 22,5 350 5 - 8,8
B 22,5 350 10 - 8,8
C 22,5 350 15 - 9,2
D 22,5 350 20 - 9,1
E 22,5 350 25 - 9,1
F 22,5 350 30 - 9,2
G 22,5 350 35 - 9,25
H 22,5 350 2,5 8,6
I 22,5 350 5 8,52
J 22,5 350 7,5 8,15
K 22,5 350 10 8,25
L 22,5 350 12,5 8,2
M 22,5 350 18,5 8,1
13

2.5.2 PERHITUNGAN
I. Pengukuran Densitas Lumpur Pemboran
 Bahan Dasar Lumpur
22.5 gr Bentonite + 350 ml Air + 35gr barite
 Densitas Pengukuran = 9,25 ppg
 Densitas lumpur teoritis :
m air+ mbentonite +m barite
: ρ= v air+ v bentonite + v barite
350+22,5+35
350+9+7,8125
407 , 5
¿
366,8125
gr
¿ 1,11
ml
¿ 9,18 ppg
14

Grafik Densitas vs Barite


10

9.8

9.6

9.4

9.2
Densitas (ppg)

8.8

8.6

8.4

8.2

8
0 5 10 15 20 25 30 35 40

Barite (gr)

Additive Barite vs Density Linear (Additive Barite vs Density)


Additive Thinner vs Density Linear (Additive Thinner vs Density)
15

2.6 PEMBAHASAN
Pada saat praktikum kita membuat lumpur dasar untuk menentukan densitas
lumpur. Tujuan dari praktikum ini adalah kita bisa mengenal material pembentuk
lumpur pemboran serta fungsi-fungsi utama nya , kita juga bisa menentukan
densitas lumpur pemboran dengan menggunakan alat yang namanya mud
balance. Sedangkan untuk mrmbuat lumpur dasar itu sendiri memiliki komposisi
bentonite sebesar 22,5 gr ditambah dengan air sebanyak 350 ml.
Pada keadaan sebenarnya di lapangan, lumpur pemboran dapat bercampur
dengan bentonite atau barite, pasir dan minyak. Dalam hal ini bentonite atau
barite adalah zat additive lumpur pemboran yang dapat digunakan untuk
menambah densitas lumpur itu sendiri. Sedangkan untuk menurunkan densitas
lumpur dapat digunakan zat addictive yaitu tinner. Penambahan densitas lumpur
pemboran ini dimaksudkan untuk menambah tekanan hidrostatik (Ph) lumpur agar
lebih besar dari tekanan formasi (Pf). Namun apabila densitas lumpur bor yang
terlalu besar akan menyebabkan lumpur hilang ke formasi (Loss Circulation),
sedangkan apabila terlalu kecil akan menyebabkan intrusi fluida formasi ke
lubang sumur (Kick).
Dari percobaan pengukuran densitas didapatkan nilai densitas lumpur
sebesar 9,25 ppg, dimana lumpur yang dipakai yaitu lumpur dasar ditambahkan
air sebesar 350 ml. Dalam percobaan perolehan densitas dapat dapat dibuat grafik
additve (bentonite) vs densitas. Dari grafik, didapat hubungan yang saling
berbanding lurus, dimana semakin banyak additive yang ditambahkan terhadap
lumpur, maka semakin besar pula densitas lumpur tersebut. Akan tetapi hubungan
yang didapat dari air vs densitas, diperoleh hasil yang sebaliknya atau berbanding
terbalik. Dimana semakin banyak air yang ditambahkan terhadap lumpur, maka
semakin kecil densitas lumpur tersebut
Aplikasi lapangan dari ketiga percobaan ini diantaranya adalah untuk
menentukan densitas lumpur, mengetahui tekanan hidrostatik (Ph) lumpur.
16

Diharapkan tekanan hidrostatik lumpur tidak lebih besar dari tekanan rekah
formasi (Ph < Prf), untuk mencegah terjadinya loss circulation. Dan Tekanan
hidrostatik ini juga diharapkan lebih besar dari tekanan formasi (Ph > Pf) untuk
mencegah terjadinya kick yang dapat berujung Blow Out.
UBD ( Under balance drilling ) adalah suatu teknik pemboran dimana
tekanan hidrostatik (Ph) lumpur pemboran lebih kecil dibandingkan tekanan
formasi (Pf). Sehingga sewaktu melakukan pemboran tersebut akan ada influx
dari formasi. OBD (over balance drilling ) adalah kebalikan dari UBD, dimana
tekanan hidrostatik lumpur pemboran lebih besar dibandingkan dengan tekanan
formasi. Sehingga akan ada filtrat lumpur bor yang masuk ke formasi. Differential
pressure yang biasanya digunakan adalah 100-200 psi. Untuk UBD kita harus
mempunyai densitas lumpur yang lebih rendah dari pada air (= 8.33 ppg). Hal ini
bisa dilakukan dengan menginjeksikan nitrogen. UBD kita gunakan jika tekanan
formasi terlalu rendah, atau kita tidak ingin terjadi lost circulation dalam
pemboran. Selain itu juga UBD bisa meminimalkan damage akibat filtrat lumpur
pemboran jika kita menggunakan teknik OBD. Ini tentu cocok untuk payzone,
karena kita tidak mau merusak reservoir. Apalagi jika kita membor horizontal.
Over-balanced drilling dilakukan sebagai bagian primer dari well control,
dimana hydrostatic head dari lumpur bor yang digunakan dapat menahan /
mengatasi tekanan formasi sehingga ‘kick’ atau bahkan ‘uncontrolled blow out’
dapat dihindari selama operasi pengeboran dilakukan. Kekurangan dari over-
balanced drilling antara lain:

– formation damage, yang disebabkan oleh lumpur pengeboran, sehingga


mengurangi atau bahkan menghalangi laju alir fluida pada saat sumur ditest atau
diproduksi.

– memperlambat drilling penetration rate, karena drill cuttings cenderung


ngumpul di bottom hole dan lambat naik ke atas waktu ngebor dan sirkulasi.
17

– pada saat mata bor menembus lapisan yang mempunyai low formation
pressure, loss circulation problem akan mudah terjadi. Apalagi dengan tambahan
(ECD = equivalent circulating density) yang terjadi pada saat ngebor dan
sirkulasi. Loss circulation akan tambah parah jika pressure yang terexposed di
bottom hole melebih fracture pressure dari formasi/ lapisan yang bersangkutan.
(Bila mata bor menembus high/abnormal formation pressure zone, aliran fluida
dari formasi akan terjadi atau kick. Kalau ini terjadi, barulah Blow Out Preventer
atau BOP system atau secondary well control diaktifkan).

Dalam hal under-balanced drilling (dengan lumpur bor yang ringan, foam,
atau gas, etc), hydrostatic head dari fluida pengeboran sengaja dibuat lebih rendah
dari formation pressure, sehingga fungsi well control tidak lagi menggunakan
hydrostatic head dari lumpur bor, namun digunakan ‘rotating head’ untuk
mengontrol aliran dari formasi ke permukaan(controlled and closed circulating
system). Under-balanced drilling ini biasanya digunakan untuk jenis2 formasi
yang rentan terhadap formation damage yang disebabkan oleh lumpur bor, dan
atau dilakukan untuk menambah drilling penetration rate.
18

2.7 KESIMPULAN
1. Tujuan dari praktikum ini adalah kita harus mengenal material pembuat
lumpur , alatnya dan mengatahui fungsinya serta kita dapat menghitung
densitas lumpur itu sendiri.
2. Lumpur dasar dibuat dari campuran bentonite 22,5gr ditambah dengan
350 ml air.
3. Dari pecobaan diperoleh data-data :Densitas lumpur : 9,25 ppg..
4. Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur bor sebagai
penahan/pengontrol tekanan formasi.
5. Kita bisa menggunakan zat addictive seperti bentonite dan barite untuk
menaikkan densitas suatu lumpur pemboran untuk menghindari
terjadinnya loss circulation dan kita juga bisa menggunakan tinner untuk
menurunkan densitas lumpur pemboran untuk menghindari terjadinya
“kick”
6. Aplikasi lapangan dari praktikum ini adalah Dengan mengetahui
densitas lumpur, kita dapat mengetahui tekanan hidrostatik (Ph) lumpur
bor yang kita sirkulasikan sudah tepat atau belum
7. UBD ( Under balance drilling ) adalah suatu teknik pemboran dimana
tekanan hidrostatik (Ph) lumpur pemboran lebih kecil dibandingkan
tekanan formasi (Pf). Sehingga sewaktu melakukan pemboran tersebut
akan ada influx dari formasi.
8. OBD (over balance drilling ) adalah kebalikan dari UBD, dimana tekanan
hidrostatik lumpur pemboran lebih besar dibandingkan dengan tekanan
formasi. Sehingga akan ada filtrat lumpur bor yang masuk ke formasi
19

LAPORAN
PRAKTIKUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN
ACARA-2
SAND CONTENT DAN KADAR MINYAK DIDALAM
LUMPUR PEMBORAN

OLEH :

NAMA : WIDYA ERWANDA


NO. MAHASISWA : 113180094
PLUG :G
20

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PRAKTIKUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN

NAMA : WIDYA ERWANDA


NO. MAHASISWA : 113180094
PLUG :G

Disetujui Untuk Laboratorium


Praktikum peragaan peralatan pemboran
Oleh
Asisten Pembimbing
21

(ABI NUGRAHA PANGESTU)


113150017

BAB III
SAND CONTENT DAN KANDUNGAN MINYAK
DALAM LUMPUR PEMBORAN

3.1 TUJUAN PERCOBAAN


a).Menentukan kandungan pasir dalam lumpur pemboran.
b).Mengetahui besarnya kadar pasir (%) yang terkandung dalam lumpur bor.
c.)Menentukan kadar minyak dan padatan yang terdapat dalam lumpur bor
(emulsi).

3.2 DASAR TEORI


3.2.1 Sand Content
Tercampurnya serpihan-serpihan formasi (cutting) kedalam pemboran
akan membawa pengaruh pada operasi pemboran. Serpihan-serpihan pemboran
yang biasanya berupa pasir akan dapat mempengaruhi karakteristik lumpur yang
disirkulasikan, dalam hal ini akan menambah densitas lumpur yang telah
mengalami sirkulasi. Bertambahnya densitas lumpur yang tersirkulasi ke
permukaan akan menambah beban pompa sirkulasi lumpur. Oleh karena itu
setalah lumpur disirkulasikan harus mengalami proses pembersihan terutama
menghilangkan partikel-partikel yang masuk ke dalam lumpur selama sirkulasi,
Alat-alat ini, yang biasanya disebut “Conditioning Equitment “, adalah :
 Shale Shaker
Fungsinya menbersihkan lumpur dari serpihan-serpihan atau cutting
yang berukuran besar.
22

 Degasser
Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari gas yang mungkin
masuk ke lumpur pemboran.
 Desander
Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari partikel-partikel
padatan yang berukuran kecil yang bisa lolos dari shale shaker.
 Desiliter
Fungsinya sama dengan desander, tetapi desiliter dapat
membersihkan lumpur dari partikel-partikel yand berukuran lebih kecil.
Penggambaran sand content dari lumpur pemboran adalah merupakan
prosen volume dari partikel-partikel yang diameternya lebih besar dari 74 mikron.
Hal ini dilakukan melalui pengukuran dengan saringan tertentu. Jadi rumus untuk
menentukan kandungan pasir (sand content) pada lumpur pemboran adalah :
Vs
Vm
n= x 100................................................................................................(9)
dimana :
n = kandungan pasir.
Vs = volume pasir dalam lumpur.
Vm = volume lumpur.

3.2.2 KANDUNGAN MINYAK DALAM LUMPUR


Jika suatu lumpur telah terkontaminasi minyak maka berarti kita telah
mecapai zona produktif .
23

3.3 ALAT DAN BAHAN


3.3.1 ALAT
 Retort kit
 Multi Mixer
 Sand Content set
 Gelas Ukur 500 cc
 Sieve
 Funnel
 Saringan
3.3.2 BAHAN
 Minyak
 Bentonite
 Air Tawar (Aquadest)
 Wetting agent
24

3.4 GAMBAR ALAT

Keterangan:
1. Cup Mixer
2. Multi Mixer
25

Gambar 2.4.2 Multi Mixer


(http://ofite.com/products/Drilling/Mixers/152-20.htm)

1 2 3

Keterangan:
1. Kondensor
2. Wetting Agent
3. Insulator Block
26

Gambar 2.4.3 Retort Kit


(http://ofite.com/products/Drilling/Retorts/165-80-2.htm)
2.5. PROSEDUR PERCOBAAN

1 2
3

Keterangan :
1. Filter
2. Funnel
3. Tube
27

Gambar 2.4.4 Sand Content Set


(http://www.durhamgeo.com/misc/images/DE-11600.htm)

3.5 PROSEDUR PERCOBAAN


3.5.1 Sand Content
1. Mengisi tabung gelas ukur dengan lumpur pemboran lalu menandai.
Menambahkan air pada batas berikutnya. Menutup mulut tabung dan
meggoncangnya dengan kuat.
2. Menuangkan campuran tersebut kedalam saringan. Membiarkan cairan
mengalir keluar melalui saringan. Mengulangi hingga tabung menjadi bersih.
Mencuci pasir yang tersaring pada saringan untuk melepaskan dari sisa-sisa
lumpur yang melekat.
3. Memasang funnel tersebut pada sisi atas dari sieve. Dengan perlahan-lahan
membalik rangkaian peralatan tersebut dan memasukkan ujung funnel ke
dalam gelas ukur. Menghanyutkan pasir ke dalam tabung dengan
menyemprotkan air melalui saringan hinnga semua pasir tertampung dalam
gelas ukur. Membiarkan pasir mengendap. Dari skala yang ada pada tabung,
membaca prosen volume dari pasir yang mengendap.
4. Mencatat sand content dari lumpur dalam prosen volume.

3.5.2Penentuan Kadar Cairan Tapisan


1. Mengambil himpunan retort keluar dari insulator block, mengeluarkan mud
chamber dari retort.
2. Mengisi upper chamber dengan steel wall.
3. Mengisi mud chamber dengan lumpur dan menempatkan kembali tutupnya,
membersihkan lelehan lumpurnya.
4. Menghubungkan mud chamber dengan upper chamber, kemudian
menempatkan kembali ke dalam insulator.
28

5. Menambahkan setetes wetting agent pada gelas ukur dan menempatkan


dibawah kondensator.
6. Memanaskan lumpur sampai tak terjadi kondensasi lagi yang ditandai dengan
matinya lampu indikator.

3.6 HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN


3.6.1 HASIL PERCOBAAN
Tabel III-1
Tabel Pengukuran Sand Content dan Kadar Minyak dalam Lumpur
Pemboran

Lumpur Dasar Sand content


Minyak Kadar
Plug

Air
Bentonite (gr) (gr) (%) (ml) minyak
(ml)
(%)
A 22,5 350 4 0,66 5 2
B 22,5 350 5 0,4 10 5,5
C 22,5 350 6 0,5 15 3
D 22,5 350 7 0,5 20 2
E 22,5 350 8 0,7 25 4
F 22,5 350 9 0,125 30 3
G 22,5 350 10 1 35 5
H 22,5 350 11 1,5 40 8
I 22,5 350 12 1,3 45 6
J 22,5 350 13 1,51 50 10
K 22,5 350 14 2 55 10
L 22,5 350 15 1 60 9
M 22,5 350 16 2,5 65 8
29

II. Pengukuran Sand Content


 Bahan Dasar Lumpur
22.5 gr Bentonite + 350 ml Air + 10 gr Pasir
Hasil Percobaan = 1 %

III. Pengukuran Kadar Minyak


 Bahan Dasar Lumpur
22.5 gr Bentonite + 350 ml Air + 35 ml OBM
1. % Volume Minyak = ml minyak x 10
= 0,5 x 10
= 5%
30

Grafik kadar pasir vs pasir

2.5

2
Kadar Pasir (%)

1.5

0.5

0
4 6 8 10 12 14 16 18 20

Pasir (gr)

Solid vs Sand Content Linear (Solid vs Sand Content)


19

Grafik OBM vs Oil control

12

10
Kadar Minyak (%)

0
0 10 20 30 40 50 60 70

Minyak (ml)

Volume Minyak vs Oil Content


Linear (Volume Minyak vs Oil Content)
20

3.7 PEMBAHASAN
Tujuan dari percobaan ini adalah kita mampu menentukan kandungan
pasir didalam lumpur pemboran, mengetahui kadar pasir dalam lumpur
pemboran , menetukan kadar minyak dan padatan yang terdapat didalam lumpur
pemboran.
Sand content adalah proses percobaan yang dapat digunakan untuk
menentukan kadar pasir yang terkandung didalam lumpur bor , alat yang
digunakan adalah sand content set , alat berupa saringan yang dapat menyaring
pasir dan padatan lainnya yang terkandung didalam lumpur bor .Pasir sendiri
merupakan zat pengotor yang dapat menambah densitas lumpur pemboran ,
sedangkan apabila minyak telah masuk kedalam lumpur karena berasal dari dalam
formasi yang kita tembus, berarti kita telah berhasil mencapai zona produktif
( zona dimana hidrokarbon terkandung ).
Dari percobaan sand content didapat bahwa % volume sand content = 1 %.
Hal ini berarti 1% dari volume lumpur adalah pasir. Dalam keadaan sebenarnya %
sand content yang diharapkan seminimal mungkin dan apabila ada, semaksimal-
maksimalnya 2 %. Apabila pasir terdapat terlalu banyak pada lumpur, secara
langsung pasir tersebut akan menaikkan densitas lumpur sehingga menambah
beban pompa lumpur. Kandungan pasir di lumpur juga dapat mengakibatkan
korosi pada alat-alat pemboran, karena pasir bersifat abrasive
Untuk percobaan kadar minyak dalam lumpur, alat yang digunakan adalah
retort kit. Hasil percobaan diperoleh kadar minyak dalam lumpur sebesar 5 %.
Pada penjelasan grafik additive vs sand content, terjadi peningkatan sesuai
dengan fungsinya sebagai weighting agent. Sedangkan plug yang menggunakan
additive air, mengalami penurunan, tetapi dari beberapa plug ada yang mengalami
peningkatan. Peningkatan densitas terjadi karena kesalahan (Human Error) dalam
melakukan percobaan. Pada grafik pasir vs sand content dan volume minyak vs
kadar minyak cenderung mengalami peningkatan, namun dari beberapa plug ada
yang mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena kesalahan (Human Error)
pada praktikan dan pada alat, bahan, yang digunakan sudah tidak berfungsi
dengan baik.
21

Selain itu aplikasi lapangan pada percobaan sand content agar kita dapat
mengantisipasi apabila densitas lumpur naik akibat adanya pasir dalam lumpur.
Untuk aplikasi lapangan pada percobaan kadar tapisan minyak dalam lumpur
adalah untuk mengetahui apakah lumpur yang kita sirkulasikan sudah bercampur
dengan minyak atau belum. Apabila lumpur yang kita sirkulasikan sudah
bercampur dengan minyak, itu berarti bahwa lumpur yang kita sirkulasikan sudah
menembus formasi produktif.
22

3.8 KESIMPULAN
 Lumpur dasar dibuat dari campuran bentonite 22,5gr ditambah dengan 350
ml air, ditambah 10gr pasir dan 35 ml OBM
 Dari pecobaan diperoleh data-data sebagai berikut :
.1 Persentase sand content : 0,75 %.
.2 Persentase kadar minyak : 10 %.
 Penentuan kadar air, minyak, dan padatan (pasir) dalam lumpur
dimaksudkan agar pengontrolan lumpur pemboran yang disirkulasikan
dapat dilakukan dengan tepat.
 Aplikasi lapangan praktikum ini adalah :.
Dengan mengetahui kadar persen minyak pada lumpur, kita dapat mengetahui
apakah lumpur yang kita sirkulasikan sudah menembus lapisan formasi atau
belum. Dan kita juga bisa menetukan cara menanggulangi apabila densitas
lumpur pemboran naik akibat kadar pasir yang terkandung di dalam lumpur
pemboran.
23

Anda mungkin juga menyukai