OLEH :
4
5
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PRAKTIKUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN
BAB II
DENSITAS
PADA LUMPUR PEMBORAN
Keterangan :
Vs = Volume solid, bbl
Vml = Volume lumpur lama, bbl
Vmb = Volume lumpur baru, bbl
ds = berat jenis solid, ppg
dml = berat jenis lumpur lama, ppg
dmb = berat jenis lumpur baru, ppg
Dari persamaan (1) dan (2) didapat :
d ml - d mb x Vml
Vs = d s - d mb ................................................................................(3)
Karena zat pemberat (solid) beratnya adalah:
Ws = Vs x ds
Bila dimasukkan kedalam persamaan (3):
d mb - d ml
x d x V
Ws = d s - d mb s ml ......................................................................(4)
% Volume solid:
Vs d mb - d ml
x 100 x 100 %
Vmb = d s - d ml ...................................................................(5)
% Berat solid :
d s x Vs
x 100 %
d mb x Vmb .........................................................................................(6)
Maka bila yang digunakan sebagai solid adalah barit dengan SG = 4,3, untuk
menaikkan densitas dari lumpur lama seberat dml ke lumpur baru sebesar dmb
setiap bbl lumpur lama memerlukan berat solid, Ws sebanyak:
d mb - d ml
684 x
Ws = 35.8 - d mb .....................................................................................(7)
Keterangan :
Ws = berat solid atau zat pemberat, kg barit/bbl lumpur. Sedangkan jika yang
digunakan sebagai zat pemberat adalah Bentonit dengan SG = 2,5, maka untuk
tiap barrel lumpur diperlukan:
8
d mb - d ml
684 x
Ws = 20.8 - d mb ................................................................................(8)
Dimana Ws = kg bentonite/bbl lumpur.
2.3. ALAT DAN BAHAN
2.3.1. ALAT
1. Mud balance
2. Multi Mixer
3. Gelas Ukur 500 cc
2.3.2. BAHAN
1. Bentonite
2. Air Tawar (Aquadest)
9
1 2
3 4 5 6
Keterangan:
1. Lid
2. Cup
3. Base
4. Rider
5. Balance Arm
6. Calibration screw
Keterangan:
1. Cup Mixer
2. Multi Mixer
11
Tabel II-1
Tabel Pengukuran Densitas pada Lumpur Pemboran
Air Barite
Bentonite (gr) tinner (ml) (ppg)
(ml) (gr)
A 22,5 350 5 - 8,8
B 22,5 350 10 - 8,8
C 22,5 350 15 - 9,2
D 22,5 350 20 - 9,1
E 22,5 350 25 - 9,1
F 22,5 350 30 - 9,2
G 22,5 350 35 - 9,25
H 22,5 350 2,5 8,6
I 22,5 350 5 8,52
J 22,5 350 7,5 8,15
K 22,5 350 10 8,25
L 22,5 350 12,5 8,2
M 22,5 350 18,5 8,1
13
2.5.2 PERHITUNGAN
I. Pengukuran Densitas Lumpur Pemboran
Bahan Dasar Lumpur
22.5 gr Bentonite + 350 ml Air + 35gr barite
Densitas Pengukuran = 9,25 ppg
Densitas lumpur teoritis :
m air+ mbentonite +m barite
: ρ= v air+ v bentonite + v barite
350+22,5+35
350+9+7,8125
407 , 5
¿
366,8125
gr
¿ 1,11
ml
¿ 9,18 ppg
14
9.8
9.6
9.4
9.2
Densitas (ppg)
8.8
8.6
8.4
8.2
8
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Barite (gr)
2.6 PEMBAHASAN
Pada saat praktikum kita membuat lumpur dasar untuk menentukan densitas
lumpur. Tujuan dari praktikum ini adalah kita bisa mengenal material pembentuk
lumpur pemboran serta fungsi-fungsi utama nya , kita juga bisa menentukan
densitas lumpur pemboran dengan menggunakan alat yang namanya mud
balance. Sedangkan untuk mrmbuat lumpur dasar itu sendiri memiliki komposisi
bentonite sebesar 22,5 gr ditambah dengan air sebanyak 350 ml.
Pada keadaan sebenarnya di lapangan, lumpur pemboran dapat bercampur
dengan bentonite atau barite, pasir dan minyak. Dalam hal ini bentonite atau
barite adalah zat additive lumpur pemboran yang dapat digunakan untuk
menambah densitas lumpur itu sendiri. Sedangkan untuk menurunkan densitas
lumpur dapat digunakan zat addictive yaitu tinner. Penambahan densitas lumpur
pemboran ini dimaksudkan untuk menambah tekanan hidrostatik (Ph) lumpur agar
lebih besar dari tekanan formasi (Pf). Namun apabila densitas lumpur bor yang
terlalu besar akan menyebabkan lumpur hilang ke formasi (Loss Circulation),
sedangkan apabila terlalu kecil akan menyebabkan intrusi fluida formasi ke
lubang sumur (Kick).
Dari percobaan pengukuran densitas didapatkan nilai densitas lumpur
sebesar 9,25 ppg, dimana lumpur yang dipakai yaitu lumpur dasar ditambahkan
air sebesar 350 ml. Dalam percobaan perolehan densitas dapat dapat dibuat grafik
additve (bentonite) vs densitas. Dari grafik, didapat hubungan yang saling
berbanding lurus, dimana semakin banyak additive yang ditambahkan terhadap
lumpur, maka semakin besar pula densitas lumpur tersebut. Akan tetapi hubungan
yang didapat dari air vs densitas, diperoleh hasil yang sebaliknya atau berbanding
terbalik. Dimana semakin banyak air yang ditambahkan terhadap lumpur, maka
semakin kecil densitas lumpur tersebut
Aplikasi lapangan dari ketiga percobaan ini diantaranya adalah untuk
menentukan densitas lumpur, mengetahui tekanan hidrostatik (Ph) lumpur.
16
Diharapkan tekanan hidrostatik lumpur tidak lebih besar dari tekanan rekah
formasi (Ph < Prf), untuk mencegah terjadinya loss circulation. Dan Tekanan
hidrostatik ini juga diharapkan lebih besar dari tekanan formasi (Ph > Pf) untuk
mencegah terjadinya kick yang dapat berujung Blow Out.
UBD ( Under balance drilling ) adalah suatu teknik pemboran dimana
tekanan hidrostatik (Ph) lumpur pemboran lebih kecil dibandingkan tekanan
formasi (Pf). Sehingga sewaktu melakukan pemboran tersebut akan ada influx
dari formasi. OBD (over balance drilling ) adalah kebalikan dari UBD, dimana
tekanan hidrostatik lumpur pemboran lebih besar dibandingkan dengan tekanan
formasi. Sehingga akan ada filtrat lumpur bor yang masuk ke formasi. Differential
pressure yang biasanya digunakan adalah 100-200 psi. Untuk UBD kita harus
mempunyai densitas lumpur yang lebih rendah dari pada air (= 8.33 ppg). Hal ini
bisa dilakukan dengan menginjeksikan nitrogen. UBD kita gunakan jika tekanan
formasi terlalu rendah, atau kita tidak ingin terjadi lost circulation dalam
pemboran. Selain itu juga UBD bisa meminimalkan damage akibat filtrat lumpur
pemboran jika kita menggunakan teknik OBD. Ini tentu cocok untuk payzone,
karena kita tidak mau merusak reservoir. Apalagi jika kita membor horizontal.
Over-balanced drilling dilakukan sebagai bagian primer dari well control,
dimana hydrostatic head dari lumpur bor yang digunakan dapat menahan /
mengatasi tekanan formasi sehingga ‘kick’ atau bahkan ‘uncontrolled blow out’
dapat dihindari selama operasi pengeboran dilakukan. Kekurangan dari over-
balanced drilling antara lain:
– pada saat mata bor menembus lapisan yang mempunyai low formation
pressure, loss circulation problem akan mudah terjadi. Apalagi dengan tambahan
(ECD = equivalent circulating density) yang terjadi pada saat ngebor dan
sirkulasi. Loss circulation akan tambah parah jika pressure yang terexposed di
bottom hole melebih fracture pressure dari formasi/ lapisan yang bersangkutan.
(Bila mata bor menembus high/abnormal formation pressure zone, aliran fluida
dari formasi akan terjadi atau kick. Kalau ini terjadi, barulah Blow Out Preventer
atau BOP system atau secondary well control diaktifkan).
Dalam hal under-balanced drilling (dengan lumpur bor yang ringan, foam,
atau gas, etc), hydrostatic head dari fluida pengeboran sengaja dibuat lebih rendah
dari formation pressure, sehingga fungsi well control tidak lagi menggunakan
hydrostatic head dari lumpur bor, namun digunakan ‘rotating head’ untuk
mengontrol aliran dari formasi ke permukaan(controlled and closed circulating
system). Under-balanced drilling ini biasanya digunakan untuk jenis2 formasi
yang rentan terhadap formation damage yang disebabkan oleh lumpur bor, dan
atau dilakukan untuk menambah drilling penetration rate.
18
2.7 KESIMPULAN
1. Tujuan dari praktikum ini adalah kita harus mengenal material pembuat
lumpur , alatnya dan mengatahui fungsinya serta kita dapat menghitung
densitas lumpur itu sendiri.
2. Lumpur dasar dibuat dari campuran bentonite 22,5gr ditambah dengan
350 ml air.
3. Dari pecobaan diperoleh data-data :Densitas lumpur : 9,25 ppg..
4. Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur bor sebagai
penahan/pengontrol tekanan formasi.
5. Kita bisa menggunakan zat addictive seperti bentonite dan barite untuk
menaikkan densitas suatu lumpur pemboran untuk menghindari
terjadinnya loss circulation dan kita juga bisa menggunakan tinner untuk
menurunkan densitas lumpur pemboran untuk menghindari terjadinya
“kick”
6. Aplikasi lapangan dari praktikum ini adalah Dengan mengetahui
densitas lumpur, kita dapat mengetahui tekanan hidrostatik (Ph) lumpur
bor yang kita sirkulasikan sudah tepat atau belum
7. UBD ( Under balance drilling ) adalah suatu teknik pemboran dimana
tekanan hidrostatik (Ph) lumpur pemboran lebih kecil dibandingkan
tekanan formasi (Pf). Sehingga sewaktu melakukan pemboran tersebut
akan ada influx dari formasi.
8. OBD (over balance drilling ) adalah kebalikan dari UBD, dimana tekanan
hidrostatik lumpur pemboran lebih besar dibandingkan dengan tekanan
formasi. Sehingga akan ada filtrat lumpur bor yang masuk ke formasi
19
LAPORAN
PRAKTIKUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN
ACARA-2
SAND CONTENT DAN KADAR MINYAK DIDALAM
LUMPUR PEMBORAN
OLEH :
BAB III
SAND CONTENT DAN KANDUNGAN MINYAK
DALAM LUMPUR PEMBORAN
Degasser
Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari gas yang mungkin
masuk ke lumpur pemboran.
Desander
Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari partikel-partikel
padatan yang berukuran kecil yang bisa lolos dari shale shaker.
Desiliter
Fungsinya sama dengan desander, tetapi desiliter dapat
membersihkan lumpur dari partikel-partikel yand berukuran lebih kecil.
Penggambaran sand content dari lumpur pemboran adalah merupakan
prosen volume dari partikel-partikel yang diameternya lebih besar dari 74 mikron.
Hal ini dilakukan melalui pengukuran dengan saringan tertentu. Jadi rumus untuk
menentukan kandungan pasir (sand content) pada lumpur pemboran adalah :
Vs
Vm
n= x 100................................................................................................(9)
dimana :
n = kandungan pasir.
Vs = volume pasir dalam lumpur.
Vm = volume lumpur.
Keterangan:
1. Cup Mixer
2. Multi Mixer
25
1 2 3
Keterangan:
1. Kondensor
2. Wetting Agent
3. Insulator Block
26
1 2
3
Keterangan :
1. Filter
2. Funnel
3. Tube
27
Air
Bentonite (gr) (gr) (%) (ml) minyak
(ml)
(%)
A 22,5 350 4 0,66 5 2
B 22,5 350 5 0,4 10 5,5
C 22,5 350 6 0,5 15 3
D 22,5 350 7 0,5 20 2
E 22,5 350 8 0,7 25 4
F 22,5 350 9 0,125 30 3
G 22,5 350 10 1 35 5
H 22,5 350 11 1,5 40 8
I 22,5 350 12 1,3 45 6
J 22,5 350 13 1,51 50 10
K 22,5 350 14 2 55 10
L 22,5 350 15 1 60 9
M 22,5 350 16 2,5 65 8
29
2.5
2
Kadar Pasir (%)
1.5
0.5
0
4 6 8 10 12 14 16 18 20
Pasir (gr)
12
10
Kadar Minyak (%)
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Minyak (ml)
3.7 PEMBAHASAN
Tujuan dari percobaan ini adalah kita mampu menentukan kandungan
pasir didalam lumpur pemboran, mengetahui kadar pasir dalam lumpur
pemboran , menetukan kadar minyak dan padatan yang terdapat didalam lumpur
pemboran.
Sand content adalah proses percobaan yang dapat digunakan untuk
menentukan kadar pasir yang terkandung didalam lumpur bor , alat yang
digunakan adalah sand content set , alat berupa saringan yang dapat menyaring
pasir dan padatan lainnya yang terkandung didalam lumpur bor .Pasir sendiri
merupakan zat pengotor yang dapat menambah densitas lumpur pemboran ,
sedangkan apabila minyak telah masuk kedalam lumpur karena berasal dari dalam
formasi yang kita tembus, berarti kita telah berhasil mencapai zona produktif
( zona dimana hidrokarbon terkandung ).
Dari percobaan sand content didapat bahwa % volume sand content = 1 %.
Hal ini berarti 1% dari volume lumpur adalah pasir. Dalam keadaan sebenarnya %
sand content yang diharapkan seminimal mungkin dan apabila ada, semaksimal-
maksimalnya 2 %. Apabila pasir terdapat terlalu banyak pada lumpur, secara
langsung pasir tersebut akan menaikkan densitas lumpur sehingga menambah
beban pompa lumpur. Kandungan pasir di lumpur juga dapat mengakibatkan
korosi pada alat-alat pemboran, karena pasir bersifat abrasive
Untuk percobaan kadar minyak dalam lumpur, alat yang digunakan adalah
retort kit. Hasil percobaan diperoleh kadar minyak dalam lumpur sebesar 5 %.
Pada penjelasan grafik additive vs sand content, terjadi peningkatan sesuai
dengan fungsinya sebagai weighting agent. Sedangkan plug yang menggunakan
additive air, mengalami penurunan, tetapi dari beberapa plug ada yang mengalami
peningkatan. Peningkatan densitas terjadi karena kesalahan (Human Error) dalam
melakukan percobaan. Pada grafik pasir vs sand content dan volume minyak vs
kadar minyak cenderung mengalami peningkatan, namun dari beberapa plug ada
yang mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena kesalahan (Human Error)
pada praktikan dan pada alat, bahan, yang digunakan sudah tidak berfungsi
dengan baik.
21
Selain itu aplikasi lapangan pada percobaan sand content agar kita dapat
mengantisipasi apabila densitas lumpur naik akibat adanya pasir dalam lumpur.
Untuk aplikasi lapangan pada percobaan kadar tapisan minyak dalam lumpur
adalah untuk mengetahui apakah lumpur yang kita sirkulasikan sudah bercampur
dengan minyak atau belum. Apabila lumpur yang kita sirkulasikan sudah
bercampur dengan minyak, itu berarti bahwa lumpur yang kita sirkulasikan sudah
menembus formasi produktif.
22
3.8 KESIMPULAN
Lumpur dasar dibuat dari campuran bentonite 22,5gr ditambah dengan 350
ml air, ditambah 10gr pasir dan 35 ml OBM
Dari pecobaan diperoleh data-data sebagai berikut :
.1 Persentase sand content : 0,75 %.
.2 Persentase kadar minyak : 10 %.
Penentuan kadar air, minyak, dan padatan (pasir) dalam lumpur
dimaksudkan agar pengontrolan lumpur pemboran yang disirkulasikan
dapat dilakukan dengan tepat.
Aplikasi lapangan praktikum ini adalah :.
Dengan mengetahui kadar persen minyak pada lumpur, kita dapat mengetahui
apakah lumpur yang kita sirkulasikan sudah menembus lapisan formasi atau
belum. Dan kita juga bisa menetukan cara menanggulangi apabila densitas
lumpur pemboran naik akibat kadar pasir yang terkandung di dalam lumpur
pemboran.
23