Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GASTRITIS PADA NY.N DI RS. BAYUKARTA


KARAWANG

OLEH :
NENDEN FERNANDES
1420121069

PROGRAM ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pendahuluan
Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya diderita oleh
kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan mahasiswa. disebabkan
oleh berbagai faktor misalnya tidak teraturnya pola makan, gaya hidup yang salah dan
meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan) sehingga mahasiswa tersebut tidak sempat untuk
mengatur pola makannya dan malas untuk makan. (Fahrur, 2009).
Penyebab dari gastritis menurut Herlan tahun 2001 yaitu asupan alkohol berlebihan
(20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi
(2%), sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun 2009 gastritis bisa juga disebabkan
karena, infeksi bakteri, stress, penyakit autoimun, radiasi dan Chron’s Disease.
Salah satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter pylori(H.
pylori) dan merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di lambung. Bakteri ini dapat
menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan penyakit lambung kronis. Bahkan
diperkirakan lebih dari 50% penduduk dunia terinfeksi bakteri ini sejak kecil. Jika
dibiarkan, akan menimbulkan masalah sepanjang hidup (Soemoharjo, 2007). Menurut
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan Kelompok Studi Helicobacter Pylori
Indonesia (KSHPI) tahun 2001, menyatakan diperkirakan 20 % dari penduduk Negara
Indonesia telah terinfeksi oleh H. Pylori (Daldiyono, 2004). Penemuan infeksi Helicobacter
pylori ini mungkin berdampak pada tingginya kejadian gastritis, pada beberapa daerah di
Indonesia menunjukkan angka kejadian gastritis yang cukup tinggi.
Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman pada
perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas sehari-hari,
rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit seperti terbakar pada perut
bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, hilang selera
makan, bersendawa, dan kembung. Dapat pula disertai demam, menggigil (kedinginan),
cegukan (hiccups)
Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan akhirnya
asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung.
Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009). Menurut penelitian Surya dan
Marshall pada tahun 2007 hingga 2008 mengatakan gastritis yang tidak ditangani dengan
tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah kepada keparahan.yaitu kanker
lambung dan peptic ulcer.

2. Pengertian

Gastritis adalah episode berulang nyeri epigastrium, gejala sementara atau cepat hilang
dapat berhubungan dengan diet, memiliki respon yang baik dengan antasid atau supseri
asam (Grace, Pierce A.dkk 2006).

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang tidak benar
atau makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit (David
Overdorf 2014).
Gastritis akut adalah lesi mukosa akut berupa erosi atau perdarahan akibat faktor-faktor
agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa berupa erosi atau perdarahan akibat
faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung (Grace, Pierce
A.dkk 2012).

Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa
gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung ditandai dengan adanya radang
pada daerah tersebut yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang dapat
meningkatkan mukosa lambung (seperti makanan asam atau pedas) atau bisa disebabkan
oleh kebiasaan merokok dan minum alkohol.

3. Anatomi Fisiologi
Anatomi gaster

Gaster adalah rongga seperti kantong berbentuk J yang terletak di antara esofagus dan
usus halus. Organ ini dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan perbedaan struktur dan fungsi
yaitu: fundus, korpus, dan antrum. Fundus adalah bagian lambung yang terletak di atas
lubang esofagus. Bagian tengah atau utama lambung adalah korpus. Antrum adalah bagian
lapisan otot yang lebih tebal di bagian bawah lambung (Sherwood, 2014).

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3
zat penting yaitu :

1. Lendir berfungsi untuk melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.

2. Asam klorida (HCL) berfungsi untu untuk menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi
juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.

3. Perkursor pepsin merupakan enzim yang memecahkan protein.

4. Etiologi

Menurut Muttaqin (2011) Penyebab dari gastritis antara lain :

a) Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS (indometasin,


ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi
(mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi
mukosa lambung.

b) Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dll.

c) Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii, streptococci,


staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli, tuberculosis, dan
secondary syphilis.

d) Infeksi virus oleh Sitomegalovirus

e) Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis.


f) Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus lambung.

g) Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa
lambung.

h) Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu ( komponen penting
alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa
lambungsehingga menimbulkan respon peradangan mukosa.

i) Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung.

j) Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan


mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yang dapat
menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung

5. Patofisiologi

Gastritis dibagi menjadi dua jenis

a. Gastritis Akut

Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung. Jika
mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :

a) Terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan


meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan

berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.Hasil dari

penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung . Jika asam lambung


meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan
nutrisi cairan & elektrolit.

b) Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang
dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan
terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi

jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada
mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah
maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.
b. Gastritis Kronik

Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi
mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak
sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental
dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL, Pepsin
dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis.
7. Pemeriksaan diagnostik

Menurut (Suratun, 2010) pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan gastritis meliputi :

 Darah lengkap, bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.

 Pemeriksaan serum vitamain B12, bertujuan untuk mengetahui adanya defisiensi B12.

 Analisa feses, bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.

 Analisa gaster, bertujuan untuk mengetahui kandungan HCl lambung. Acholohidria


menunjukkan adanya gastritis atropi.

 Tes antibody serum, bertujuan mengetahui adanya antibodi sel parietal dan faktor
intrinsik lambung terhadap Helicobacter pylori.

 Endoscopy, biopsy, dan pemeriksaan urine biasanya dilakukan bila ada kecurigaan
berkembangnya ulkus peptikum.

 Sitologi, bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.

 Gastrocopy, Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan), mengidentifikasi


area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.

8. Penatalaksanaan

Pengobatan pada gastritis menurut Dermawan (2010) meliputi :

1. Farmakologi

Obat – obatan yang digunakan dalam terapi gastritis terdiri dari 4 golongan obat :

a. Golongan pertama, yakni antasida yang bekerja menetralisir keasaman lambung


yang terdiri dari senyawa aluminium, magnesium, kalsium karbonat dan natrium
bikarbonat.

b. Golongan kedua adalah obat penghambat sekresi asam lambung

meliputiAntagonis- H2.Antagonis-H2 adalah senyawa yang mengahambat secara


bersaing nteraksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat mengahambat

sekresi asam lambung.

c. Ketiga yakni golongan analog prostaglandin E1

d. Keempat adalah golongan pelindung mukosa terdiri atas sucralfat yang bekerja

membentuk kompleks ulser adheren dengan eksudat protein seperti albumin dan

fibrinogen pada sisi ulser dan melindunginya dari asam lambung, membentuk
barier viskos pada permukaan mukosa di lambung dan duodenum, serta
menghambat aktivitas pepsin dan membentuk ikatan garam dengan empedu.
Sucralfat sebaiknya dikonsumsi pada saat perut kosong untuk mencegah ikatan
dengan protein dan fosfat

2. Non Farmakologi

1) Tirah baring.

2) Mengurangi stress.

3) Diet

Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada interval
yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agar- agar dan sup,
biasanya dapat ditoleransi setelah 12-24 jam dan kemudian makanan-makanan
berikutnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang
kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan
yang berbumbu banyak atau berminyak

9. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan secara
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi, 2012). Data tersebut berasal dari
pasien (data primer), keluarga (data sekunder), dan catatan yang ada (data tersier).
Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara,
observasi langsung, dan melihat catatan medis. Adapun data yang diperlukan pada
pasien gastritis yaitu sebagai berikut :
a. Data dasar (Identitas Klien) :

Meliputi nama lengkap nama panggilan, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin,
status, agama, bahasa yang digunakan, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat,
sumber dana/ biaya serta identitas orang tua.

b. Riwayat kesehatan

i. Keluhan utama :

Keluhan utama yang dapat terjadi pada klien dengan masalah keperawatan gastritis
dapat berupa nyeri pada abdomen kuadran 2, lemah fisik, mual muntah, kehilangan
cairan berlebih

ii. Riwayat kesehatan sekarang :

Meliputi perjalanan penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakan klien, keluhan
timbul dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk
mengatasi masalah tersebut. Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia,
mual muntah, demam, nyeri perut kanan atas

iii. Riwayat kesehatan terdahulu :

Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita


sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur
operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan
saudara-saudaranya.

iv. Riwayat kesehatan keluarga :

Dihubungkan dengan kemungkinan adanya penyakit keturunan, kecenderungan,


alergi dalam satu keluarga, penyakit menular akibat kontak langsung maupun tidak
langsung. Pada pasien gastritis, dikaji adakah keluarga yang mengalami gejala
serupa, penyakit keluarga berkaitan erat dengan penyakit yang diderita pasien.
Apakah hal ini ada hubungannya dengan kebiasaan keluarga dengan pola makan,
misalnya minum-minuman yang panas, bumbu penyedap terlalu banyak, perubahan
pola kesehatan berlebihan, penggunaan obat-obatan, alkohol, dan rokok.

v. Genogram :

Genogram umumnya dituliskan dalam tiga generasi sesuai dengan kebutuhan. Bila
klien adalah seorang nenek atau kakek, maka dibuat dua generasi dibawah, bila klien
adalah anak-anak maka dibuat generasi keatas.

vi. Riwayat psiko, sosial, & spiritual

Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah


bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya, Bagaimana
peran pasien di keluarga, interaksi pasien dengan orang lain, apakah ada perubahan
konflik atau peran yang dialami pasien, Bagaimana agama dan keyakinan yang
dianut pasien di masyarakat.

vii. Kebutuhan dasar

• Pola nutrisi : Pada pasien dengan gastritis pola supan nutrisi mengalami gangguan
yakni mual, muntah.

• Pola eliminasi : Bising usus hiperaktif atau hipoaktif, abdomen terasa keras, dan
perubahan pola BAB.

• Pola istirahat dan tidur : Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang
energi. Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau
mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.

 Pemeriksaan fisik (head to toe)

 Pemeriksaan TTV

Pemeriksaan TTV pada pasien gastritis umumnya normal

1) Keadaan umum

Pada pasien gastritis keadaan umunya lemah, tingkat kesadaran composmetis dan
GCS 4 / 5 / 6.

2) Pemeriksaan kepala dan wajah

Pada pasien gastritis wajah tampak pucat dan sayu (kekurangan nutrisi).

3) Pemeriksaan mata

Pada pasien gastritis mata tampak cekung (penurunan cairan tubuh), konjungtiva
anemis (penurunan oksigen ke jaringan).

4) Pemeriksaan hidung
Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada hidung, namun
tetap dilakukan pengkajian untuk mengidentifikasi kemungkinan adaanya
masalah lain.

5) Pemeriksaan telinga

Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada hidung, namun
tetap dilakukan pengkajian untuk mengidentifikasi kemungkinan adaanya
masalah lain.

6) Pemeriksaan mulut

Pada pasien gastritis mukosa mulut kering (penurunan cairan intrasel mukosa),
bibir pecah – pecah, lidah kotor, bau mulut tidak sedap (penurunan hidrasi bibir
dan personal hygiene)

7) Pemeriksaan leher

Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada leher, namun tetap
dilakukan pengkajian untuk mengidentifikasi kemungkinan adaanya masalah
lain.

8) Pemeriksaan payudara dan ketiak

Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada payudara dan
ketiak, namun tetap dilakukan pengkajian untuk mengidentifikasi kemungkinan
adaanya masalah lain.

9) Pemeriksaan dada

Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada dada, namun tetap
dilakukan pengkajian untuk mengidentifikasi kemungkinan adaanya masalah
lain.

10) Pemeriksaan paru

Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada paru, namun tetap
dilakukan pengkajian untuk mengidentifikasi kemungkinan adaanya masalah
lain.

11) Pemeriksaan jantung

Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada jantung, namun
tetap dilakukan pengkajian untuk mengidentifikasi kemungkinan adaanya
masalah lain.

12) Pemeriksaan abdomen

Pada pemeriksaan abdomen ditemukan : Terjadi distensi abdomen, terdengar


peningkatan peristaltik lambung dan bising usus, nyeri tekan pada epigastrium,
antara kuadran 1 dan 2 abdomen, pada penderita gastritis suara abdomen yang
ditemukan hypertympan

13) Pemeriksaan genetalia dan anus

Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada genetalia dan
anus, namun tetap dilakukan pengkajian untuk mengidentifikasi kemungkinan
adaanya masalah lain.

14) Pemeriksaan ekstremitas

Pada pasien gastritis tidak ada masalah yang berpengaruh pada ekstremitas,
namun tetap dilakukan pengkajian untuk mengidentifikasi kemungkinan adaanya
masalah lain.

15) Pemeriksaan integumen

Pada pasien gastritis kulit tampak kering (penurunan cairan tubuh).

b. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN

1. DS : Tekanan osmotic usus Nyeri akut

 pasen mengatakan
nyeri pada bagian
isi rongga usus meningkat
ulu hati,
peradangan pada
perut seperti pelepasan mediator kimia
tertusuk tusuk di prostaglandin
bagian perut atas,
nyeri tekan pada
bagian ulu hati,
skala nyeri sedang berikatan reseptor nyeri
6, nyeri hilang
timbul.

DO :

 Pasen tampak
lemah

 Pasen tampak
gelisah

 Pasen memegang
perut

 Pasen tampak
meringis

 Frekwensi nadi
meningkat

 TTV

TD : 120/80
mmHg

RR : 20x/menit

S : 36,7°c

N : 107x/menit

2. DS : Stres Psikologis Defisit nutrisi

 Klien mengatakan
tidak nafsu makan
Sekresi pepsinogen
 Klien mengatakan
mual dan muntah

DO : Peradangan mukosa lambung


 Klien tampak

lemah dan Peningkatan asam lambung


berbaring di
Mual, muntah
tempat tidur
Anoreksia
 Aktifitas klien di
bantu keluarga
seperti makan dan
Intake nutrisi tidak adekuat
minum

 Makanan klien
tidak di habiskan Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
 Mukosa bibir
kering
DS
3. Gangguan fisiologi seperti Intoleransi aktivitas
Klien mengatakan tidak
tekanan darah meningkat
dapat beraktivitas seperti
biasa
DO: aktivitas di bantu Kelemahan dan keletihan
kluarga umum

Tidak dapat melakukan


ambulasi mandiri

Intoleransi aktivitas

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut

2. Defisit nutrisi

3. Intoleransi aktivitas
d. Perencanaan dan intervensi Keperawatan

NO DX. KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri 1. Dengan


tindakan keperawatan mengidentifikasi dapat
Tindakan observasi
selama 1 x 24 jam membantu perawat
diharapkan Rasa Nyeri  Tindakan Observasi untuk berfokus pada
klien berkurang dengan - observasi TTV penyebab nyeri dan
tidak ada peradangan manajemennya
1. Identifikasi lokasi,
atau iritasi pada
karakteristik, 2. Dengan mengetahui
mukosa lambung
durasi, frekwensi skala nyeri klien dapat
hilang dengan kriteria
kualitas, intensitas membantu perawat
hasil :
nyeri. untuk mengetahui
 Klien tidak tingkat nyeri klien
2. Identifikasi skala
merasakan nyeri
nyeri 3. Pemberian Teknik
pada epigastrium
nonfarmakologis
Edukasi
(ulu hati) dapat membantu klien
3. Ajarkan teknik non
 Skala nyeri dalam mengurangi
farmakologis untuk kecemasan nyeri
berkurang
mengurangi rasa
 Klien tidak nyeri seperti teknik
4. Dengan menjelaskan
meringis tujuan dan manfaat
relaksasi napas
dapat membantu klien
 tidak nyeri tekan dalam)
dan keluarga dalam
pada abdomen 4. Jelaskan tujuan dan pentingnya informasi
 gelisah menurun manfaat teknik mengontrol nyeri dan
napas dalam menemukan dukungan
 Kemampuan
menggenali 5. Anjurkan Sering keluarga

penyebab nyeri mengulangi atau 5. Untuk mengetahui


meningkat melatih teknik seberapa jauh klien
relaksasi yang mampu mengontrol
 Kemampuan
dipilih
mengontrol nyeri nyeri
6. Anjurkan pasien
meningkat
untuk mengambil 6. Pemberian posisi yang
posisi nyaman tepat dan dirasa
(semifowler) nyaman oleh klien
dapat mengurangi
Kolaborasi
resiko klien terhadap
7. Kolaborasi
nyeri
Pemberian
7. Pemberian analgetik
analgesik
dapat memblok nyeri
pada susunan saraf
pusat

2. Defisit Setelah dilakukan Tindakan observasi 1. Untuk mengetahui


nutrisi tindakan keperawatan bagai mana asupan
1. Identifikasi status
selama 1 x 24 jam nutrisi klien
nutrisi
diharapkan nutrisi klien
2. Untuk menambah
2. Sajikan makanan
membaik pasien dengan
nafsu makan klien
secara menarik dan
kriteria hasil :
suhu yang sesuai 3. Mencegah terjadinya
1. Kekuatan otot
konstipasi
3. Berikan makanan
mengunyah
tinggi serat untuk 4. Meningkatkan gizi
meningkat
mencegah dan energi klien
2. Verbalisasi ingin
konstipasi
5. Memastikan asupan
untuk
4. Berikan makanan tepat sesuai kondisi
meningkatkan
tinggi kalori dan klinis klien
nutrisi meningkat
tinggi protein
6. Memastikan nutrisi
3. Frekwensi
Edukasi yang tepat sesuai
makan membaik
anhuran ahli gizi
5. Ajarkan diet yang
4. Nafsu makan
di programkan
membaik
Kolaborasi

6. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan bila
perlu

3. Intoleransi Setelah dilakukan Tindakan Observasi 1. Untuk mengetahui


aktivitas tindakan keperawatan tingkat kelelahan fisik
1. Monitor kelelahan
selama 1x24 jam
pisik 2. Untuk mengetahui
diharapkan intolerans
gangguan fungsi tubuh
2. Identifikasi
aktivitas klien membaik
yang di alami pasien
gangguan fungsi
dengan kriteria hasil :
akibat kelelahan
tubuh
 Kemudahan dalam 3. Untuk mengetahui
3. Monitor lokasi dan
aktivitas sehari - hari pola tidur pasien
ketidaknyamanan
 Klien bisa melakukan selama melakukan
apakah teratur atau
aktivitas sendiri tanpa tidak
aktivitas
bantuan keluarga
Edukasi

1. Anjurkan tirah
baring

2. Anjurkan 1. Untuk memberikan


melakukan aktivitas kenyamanan pasien
secara bertahap saat beristirahat

3. Anjurkan 2. Untuk menunjang


menghubungi proses kesembuhan
perawat jika tanda pasien
kelelahan tidak
3. Agar perawat segera
berkurang
mengkaji dan
merencanakan kembali
tindakan keperawatan
yang bisa di berikan
Kolaborasi

1. Kolaborasi 1. Untuk
dengan ahli memaksimalkan
gizi tentang proses
cara penyembuhan
meningkatkan pasien
asupan
makanan

E. Implementasi & Evaluasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan
ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,
memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan
serta mendokumentasikan intervensi keperawatan. Implementasi, yang merupakan
komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Wijayaningsih, 2013).

1. Tindakan Keperawatan Mandiri


Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan mendiri
dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang,
mengompres hangat saat klien demam.
2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota
perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan
untuk mengatasi masalah klien.

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap


tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi
kapan saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien.
Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau
kemajuan dalam diagnose keperawatan (Wijayaningsih, 2013).

Pada saat akan melakukan pendokumentasian menggunakan SOAP, yaitu :

S : Data subjektif merupakan masalah yang diutarakan klien

O : Data objektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosa keperawatan.

A : Analisis dan diagnosa.

P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang dari


intervensi.
Daftar pustaka

Ali. 2011. Gastritis. EGC : Jakarta.

Brunner & suddarth. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. EGC : Jakarta.

Doengoes. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.

Nurarif. A.H. dan kusuma. H. (2015) APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. MediAction: Jogjakarta.

Wijayaningsih, kartika sari. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : CV. Trans Info
Media.

Tim Pokja SDKI, SLKI, SIKI. (2019).SDKI Devisi Dan Indikator Diagnostik, SLKI Definisi
Dan Kriteria Hasil Keperawatan, SIKI Definisi Dan Tindakan Keperawatan.Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai