Aktivitas Magma Dan Gunungapi
Aktivitas Magma Dan Gunungapi
Magma adalah suatu lelehan silika bersuhu tinggi berada di dalam litosfir,
yang terdiri dari ion-ion yang bergerak bebas, hablur yang mengapung di
dalamnya, serta mengandung sejumlah bahan berwujud gas. Lelehan tersebut
diperkirakan terbentuk pada kedalaman berkisar sekitar 200 km di bawah
permukaan bumi.
Di alam, batuan yang dalam akan melebur oleh salah satu sebab dari dua
faktor yaitu : pertama, batuan akan melebur karena temperatur naik melebihi titik
lebur batuan tersebut. Kedua, tanpa kenaikan temperatur, pengurangan tekanan di
sekitar batuan dapat menyebabkan titik lebur batuan turun. Kedua proses tersebut
merupakan faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam proses
pembentukan magma.
Penyebaran aktivitas magma
Sebagian besar dari lebih 600 gunungapi aktif yang telah diketahui terletak
di sepanjang busur pertemuan lempeng yang konvergen. Beberapa gunungapi
aktif terletak disepanjang pemekaran lantai samudera. Ada tiga jalur gunungapi
aktif yang berhubungan dengan aktivitas tektonik global, yaitu sepanjang
pematang kerak samudera (pusat pemekaran kerak samudera), palung laut dalam
(zona subduksi) dan pada kerak buminya sendiri (gambar 1).
Pada waktu kerak bumi mencapai kedalaman sekitar 125 km, terjadi
peleburan batuan yang membentuk magma dengan komposisi andesitik. Setelah
terbentuk magma dalam jumlah yang cukup banyak, magma ini akan naik ke atas
karena densitasnya yang lebih kecil dari batuan sekitarnya.
Karena ekstrusi basaltik terjadi pada kerak kontinen seperti yang terjadi
pada kerak samudera, maka kemungkinan sumber dari magma ini berasal dari
mantel bumi bagian terluar.
Gambar 2. Jalur gunungapi di dunia yang juga merupakan batas-batas
lempeng tektonik
Magma dalam kerak Bumi dapat terbentuk sebagai akibat dari perbenturan
antara 2 (dua) lempeng litosfir, dimana salah satu dari lempeng yang berinteraksi
itu menunjam dan menyusup kedalam astenosfir. Sebagai akibat dari gesekan
yang berlangsung antara kedua lempeng litosfir tersebut, maka akan terjadi
peningkatan suhu dan tekanan, ditambah dengan penambahan air berasal dari
sedimen-sedimen samudera akan disusul oleh proses peleburan sebagian dari
litosfir. Sumber magma yang terjadi sebagai akibat dari peleburan tersebut akan
menghasilkan magma yang bersusunan asam (kandungan unsur SiO2 lebih besar
dari 55%). Sedangkan magma yang bersusunan basa merupakan magma yang
terjadi dan bersumber dari astenosfir. Magma seperti itu didapat di daerah-daerah
yang mengalami gejala regangan yang dilanjutkan dengan pemisahan litosfir.
Sebagai contoh suatu magma basa yang menerobos batuan samping yang
berkomposisi asam maka akan terjadi asimilasi magma, dimana batuan samping
akan melebur dengan larutan magma dan hal ini akan membuat konsentrasi
magma menjadi bersifat intermediate hingga asam. Dengan demikian maka
batuan-batuan yang berkomposisi mineral intermediate maupun asam dapat
terbentuk dari magma basa yang mengalami asimilasi dengan batuan sampingnya.
Klasifikasi batuan beku sangat erat hubungannya dengan komposisi magma. Salah
satu faktor utama yang membedakan bermacam batuan beku adalah kandungan
unsur silika (SiO2) dalam magma (tabel 1).
2. Gas
Magma mengandung bermacam gas yang terlarut karena adanya tekanan yang
besar di dalamnya. Begitu tekanan magma berkurang, maka gas-gas tersebut
akan keluar dari dalam magma. Kandungan gas di dalam kebanyakan magma
diperkirakan sekitar 1 sampai 5 % dari total berat magma dan kebanyakan dari
jumlah ini adalah uap air. Meskipun jumlah gas di dalam magma relatif kecil,
tetapi gas yang dapat dikeluarkan dari magma diperkirakan dapat mencapai
beribu-ribu ton setiap harinya. Analisis yang pernah dilakukan pada erupsi
gunungapi di Hawaii menghasilkan komposisi gas terdiri dari 70% uap air,
15% karbon dioksida, 5% nitrogen, 5 % sulfur dan dalam jumlah sedikit
adalah klor, hidrogen dan argon.
3. Material piroklastik
Pada waktu lava yang bersifat basal dikeluarkan, gas-gas yang terlarut akan
dengan mudah dilepaskan. Gas-gas tersebut dapat juga menyemburkan lava
sangat tinggi ke udara. Sehingga menghasilkan semacam air mancur lava.
Sebagian dari material yang dikeluarkan akan diendapkan di sekitar lubang
kawahnya dan membentuk struktur kerucut pada gunungapi tersebut.
Sedangkan material yang lebih halus akan terbawa oleh angin sampai jarak
yang cukup jauh dari lubang kawahnya. Sebaliknya kandungan gas pada
magma yang mempunyai kekentalan yang tingggi akan sangat sulit dilepaskan
dan dapat memperbesar tekanan dalam magma itu sendiri, sehingga dapat
menimbulkan erupsi yang eksplosif. Pada waktu gas tersebut dilepaskan,
disemburkan juga material-material padat dari batuan dan lava dengan ukuran
yang sangat bervariasi. Material yang dilepaskan pada proses ini disebut
material piroklastik. Ukuran material piroklastik ini mulai dari debu yang
sangat halus, pasir bahkan sampai bongkah yang sangat besar.
Partikel yang berukuran debu (ash) dihasilkan oleh lava yang dikeluarkan
banyak mengandung gas. Pada waktu gas yang panas ini disemburkan, lava
akan terikut disemburkan menjadi partikel-partikel yang halus. Pada waktu
debu yang halus ini jatuh, gelas shard yang menyusunnya akan membentuk
welded tuff. Kadang-kadang lava yang terbentuk seperti busa dikeluarkan
juga pada waktu erupsi dan akan membentuk pumis. Batuan ini mengandung
banyak rongga, sangat ringan dan mengapung dalam air, sehingga sering
disebut batuapung. Material piroklastik yang berukuran sebesar kacang
disebut lapili (batu kecil) dan yang berukuran lebih besar sering disebut
cinder. Cinder ini mengandung banyak rongga.
Material hasil erupsi gunungapi yang terakumulasi di puncak dan belum
mengalami kompaksi dengan baik dapat dengan mudah longsor ke bawah.
Apabila longsoran ini bercampur dengan air hujan atau air yang terdapat di
dalam kawah, maka akan menghasilkan lahar atau ladu. Lahar yang
dihasilkan dari campuran antara material gunungapi dengan air hujan disebut
lahar dingin atau lahar hujan. Sedangkan yang bercampur dengan air yang
terdapat di kawah gunungapi disebut lahar panas.
A. Cinder cones
Gunungapi cinder cones dibentuk dari fragmen-fragmen lava yang
disemburkan. Gunungapi tipe ini membentuk lereng yang cukup terjal sekitar
30° sampai 40°, karena pada umumnya material piroklastik yang membentuk
gunungapi ini cenderung tertumpuk dengan sudut yang besar. Gunungapi tipe
ini relatif rendah sampai 300 m tingginya. Kadang-kadang gunungapi ini
merupakan gunungapi parasit pada gunungapi yang besar.
B. Gunungapi strato
Gunungapi strato sering juga disebut composite cones merupakan bentuk
gunungapi yang sering dijumpai di dunia. Gunungapi tipe ini dibentuk oleh
lava yang relatif kental dan umumnya berkomposisi andesit. Gunungapi strato
dibangun oleh semburan lava kental yang berlangsung lama. Apabila tipe
erupsi berubah maka akan terjadi erupsi yang sangat eksplosif dengan
mengeluarkan material piroklastik. Sebagian besar material piroklastik yang
dikeluarkan diendapkan di sekitar puncaknya sehingga membentuk kerucut
dengan kemiringan lereng yang tajam. Selanjutnya kerucut tersebut akan
tertutup kembali oleh lava. Kadang-kadang kedua erupsi tersebut terjadi
bersama-sama, sehingga menghasilkan suatu struktur batuan yang berlapis,
selang-seling antara lava dan piroklastik. Dua buah gunungapi yang
membentuk kerucut yang sangat ideal adalah Gunung Fujiyama di Jepang dan
Gunung Mayon di Filipina. Kedua gunung tersebut menunjukkan kemiringan
lereng yang terjal di puncaknya dan agak landai ke arah lereng.
Seperti halnya permukaan bumi lainnya, daerah gunungapi juga mengalami proses
penurunan permukaan yang terus menerus oleh proses pelapukan dan erosi.
Cinder cones sangat mudah mengalami erosi, karena disusun oleh material
piroklastik yang lepas.
Pembentukan Kaldera
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, beberapa gunungapi
mempunyai kawah yang sangat besar yang disebut kaldera. Beberapa kaldera
diperkirakan terbentuk karena runtuhnya dinding kawah yang disebabkan
kosongnya dapur magma setelah erupsi yang sangat hebat.
Beberapa kaldera terisi oleh air dan membentuk danau kawah. Contohnya
adalah danau kawah di Oregon yang mempunyai kedalaman sekitar 1300 meter
dan lebar antara 8 sampai 10 kilometer. Pembentukan danau kawah ini dimulai
kira-kira 7000 tahun lalu ketika gunungapi, yang kemudian diketahui bernama G.
Mazama, meletus dengan hebat untuk ke empat kalinya dengan mengeluarkan
debu. Karena banyaknya material yang dikeluarkan, maka sekitar 1500 meter dari
ketinggian gunung yang 3600 meter, runtuh dan membentuk kaldera yang besar.
Setelah runtuhnya puncak gunungapi ini, air hujan mengisi lubang kaldera
tersebut. Aktivitas magma berikutnya membentuk gunungapi kecil di tengah
danau kawah tersebut.
Tubuh batuan intrusif mempunyai variasi ukuran dan bentuk yang sangat
besar. Dike adalah tubuh batuan beku intrusif yang diskordan yang dihasilkan
pada waktu magma menerobos melalui rekahan yang memotong perlapisan
batuan sedimen di sekitarnya. Tubuh batuan beku ini mempunyai ukuran mulai
dari kurang dari satu sentimeter sampai lebih dari satu kilometer. Dike yang
terbesar dijumpai panjangnya sampai lebih dari seratus kilometer. Pada umumnya
dike mempunyai resistensi yang lebih besar dari batuan sekitarnya.
Sill adalah tubuh batuan beku intrusif yang tabular yang terbentuk oleh
magma yang menerobos di sepanjang bidang perlapisan batuan sedimen. Orientasi
bentuk sill sangat bervariasi terutama pada daerah yang sudah mengalami
perlipatan, walaupun bentuk yang mendatar sangat umum dijumpai. Karena
ukurannya yang relatif seragam dengan penyebaran memanjang yang sangat
besar, sill terutama dibentuk oleh magma cair. Oleh sebab itu sill pada umumnya
disusun oleh batuan yang bersifat basaltik, karena magma basaltik mempunyai
sifat yang sangat encer. Karena terobosan magma yang membentuk sill ini,
menyebabkan batuan sedimen yang terletak di atas tubuh sill ini akan mengalami
pengangkatan sesuai dengan ketebalan sill tersebut. Konsekuensi dari hal tersebut
adalah sill pada umumnya terbentuk pada kedalaman yang tidak begitu besar
dimana tekanan yang disebabkan oleh batuan di atasnya relatif kecil.
Tubuh batuan beku intrusif yang terbesar adalah batolit. Beberapa tubuh
batolit yang telah dikenali ada yang ukurannya mencapai lebih dari 40.000 km2.
Tubuh batuan beku yang masif dan diskordan ini biasanya disusun oleh batuan
dengan komposisi mineral hampir seperti granit. Batolit yang kecil mempunyai
struktur relatif sederhana dan disusun oleh satu jenis batuan beku. Dari studi
tubuh batolit diketemukan disusun oleh bermacam jenis batuan beku yang
dihasilkan dari beberapa kali terobosan pada jangka waktu yang relatif lama
(jutaan tahun). Batolit pada umumnya merupakan inti dari suatu sistem
pegunungan. Pada tempat tersebut proses pengangkatan dan erosi akan
memindahkan batuan yang menutupinya sehingga tubuh batuan beku batolit ini
akan tersingkap di permukaan.
Stock merupakan tubuh batuan beku intrusif yang ukurannya lebih kecil
dari batolit. Luas permukaannya kurang dari 100 km2. Stock dapat merupakan
pluton yang kecil atau bagian dari tubuh batuan beku yang sangat besar yang tidak
tersingkap oleh proses erosi sehingga menunjukkan kenampakan seperti batolit.
Gambar 6. Bentuk-bentuk tubuh batuan beku dalam (pluton)