PENDAHULUAN
BAB III
OPERASI JARINGAN IRIGASI
3.9 Kalibarasi
Kegiatan kalibrasi çiimaksudkan untuk menena kebenaran debit yang keluan haik dan pintu bendung,
bangunan bagi primer, dan bagunan bagi sekunder. Pen?raan biasanya menggunakan alat current meter
dan pelampung.
BAB V
REHABILITASI
Menurut PP No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi, rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan
jaringan irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan ir4igasi seperti semula.
Suatu jaringan irigasi meskipun dikelola (di O&P) sebaik-baiknya, pada suatu saat akan sampai pada
batas masa pelayanannya. Panjang atau pendeknya masa pelayanan suatu jaringan irigasi akan tergantung
kepada:
a. Keadaan sumber airnya
b. Konstruksi (permanent, semi permanent atau sederharia)
c. Pelaksanaan O&P nya
d. Keadaan alam (jenis tanah, kemiringan tanah, curah hujan, tumbuh-tumbuhari, bencana alam dan
sebagainya.
Pada Gambar 5.1, digambarkan hubungan antara pelaksanaan O&P dengan tingkat pelayanan jaringan
irigasi. Dalam gambar tersebut tampak bahwa jika O&P baik, umur jaringan irigasi dapat lebih panjang,
sebaliknya jika O&P-nya kurang tingkat pelayanannya akan lebih cepat menurun dan umurnya lebih
pendek. Jika kita perhatikan garis lengkung tersebut maka tampak bahwa penurunan pelayanan mula-
mula berjalan perlahari-lahari, kemudian menurun lebih cepat sampai mencapai titik tertentu atau batas
kritis, pada saat mana tingkat pelayanan sudah tidak ada artinya lagi (periode masa pelayanan kritis)
Gambar 5.1: Hubungan antara pelaksanaan O&P dengan masa pelayanan dan rehabilitasi
Dalam prakteknya, penurunan tingkat pelayanan dapat terjadi karena salah satu bangunan dari jaringan
irigasi itu rusak, misalnya sebagian tanggul saluran putus sehingga air irigasi terbuang dan tak dapat
mencapai sasaran yang telah ditentukan atau dengan kata lain tingkat pelayanannya menurun.
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka peningkatan produsi pertanian dimaksud, maka air irigasi merupakan sarana yang sangat
penting, karena tanpa air irigasi, usaha intensifikasi pertanian sebagaimana diterangkan dalam “Panca
Usaha Pertanian”, akan sukar dilaksanakan.
Irigasi yang berperan datam penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, seperti yang
dimaksud dalam Peraturan Pernerintah No. 20 tahun 2006 merupakan unsur yang amat penting di dalam
upaya mencapal sasaran¬sasaran dari program produksi pangan dirnaksud.
Untuk memenuhi kebutuhari akan air irigasi ini, Pemerintah telah menginvestasikan bermilyar rupiah ke
dalam sarana irigasi dengan melakukan rehabilitasi serta meningkatkan jaringan-jaringan irigasi yang
sudah ada disamping juga membangun jaringan-jaringan irigasi baru, baik untuk mengairi lahari-lahari
tadah hujan, maupun lahari-lahari irigasi baru.
Air irigasi, serta jaringan irigasi dapat memberi manfaat yang maksimal sebagaimana direncanakan,
apabila dikelola secara efektif dan efisien. Perlu diketahui, bahwa air irigasi serta jaringan irigasi dan
hasil pembangunan tersebut diatas, belum seluruhnya dikelola secara efektif dan efisien, sehingga betum
dapat dimanfaatkan secara optimal.
Tuntutan pengelolaan air dan jaringan irigasi secara efektif dan efisien di masa mendatang akan makin
bertambah besar lagi, mengingat air irigasi tidak hariya untuk keperluan pertanian, tetapi juga meliputi air
minum, rumah tangga, perikanan, perkebunan, ketenagaan, industri, lalu-lintas air, penggelontoran air
kota (drainase) dan rekreasi.
Dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat, serta pertambahari penduduk, maka kebutuhari air akan
meningkat pula, sedangkan di lain pihak potensi sumber daya air cenderung menurun.
Jika produksi pertanian (tanaman pangan) ditingkatkan sesuai dengan pertambahari penduduk yang terus
meningkat, maka dalam rangka usaha tetap mempertaharikan swasembada pangan, sudah seharusnyalah
air irigasi dikelola secara efektif dan efisien.
Untuk menunjang pengelolaan air atau data pengaturan dalam pembagian dan pemberian air yang berhasil
guna dan berdaya guna optimal, maka diterbitkan Peraturan Pemenintah No. 20 tahun 2006 tentang irigasi
sebagai landasan hukum dalam pengaturan dan pengelolaan irigasi.
Agar tata pengaturan dalam pembagian air (irigasi) dapat dikelola secara berhasil guna dan berdaya guna
optimal, maka perlu secara terus menerus dilakukan suatu usaha pembinaan kepada para petugas yang
memberi pelayanan irigasi serta kepada masyarakat petani pemakai air, dengan mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan serta teknologi dalam bidang irigasi dan pertanian.
Jadi, dalam pengelolaan atau operasi jaringan irigasi, dituntut adanya usaha-usaha untuk memanfaatkan
prasarana secara optimal, sehingga air yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, dengan
membaginya ke petak-petak sawah secara adil dan merata serta tepat sesuai dengan kebutuhari
pertumbuhari tanaman.
Buruknya pengelolaan atau operasi jaringan irigasi dapat menimbulkan akibat yang berantai:
- sengketa anatar petani/desa.
- MeRTTGikan petani/menurunkan hasil tanaman
- usaha mencegah terjadinya pelanggaran terhadap peraturan-peraturan irigasi akan mengalami kesulitan
- mematahkan semangat para petani untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembinaan dan pengembangan
jaringan irigasi tersier
Usaha Pemda untuk meningkatkan pendapatan PBB yang sedang berjalan/menarik iuran pelayanan irigasi
nanti, akan menemui kesulitan, sehingga usaha Pemda untuk dapat menyediakan dana O&M irigasi yang
sesuai dengan kebutuhari akan mengalami kegagalan.
OIeh sebab itu, jaringan-jaringan irigasi harus didayagunakan secara optimal dengan mempertaharikan
kelestarian jaringan-jaringan dan keadilan selama mungkin serta sebaik-baiknya secara ekonomis melalui
pelaksanaan kegiatan-kegiatan O&M jaringan irigasi.
BAB II
TATA PENGATURAN DAN PEMBAGIAN AIR
2.1. Pengantar
Di dalam Sistem Operasi Jaringan lrigasi, pengumpulan dan pengolahari data biasanya dilaksanakan oleh
Juru, kemudian diserahkan kepada Cabang Dinas dan untuk selanjutnya diperlukan pengesahari dan
Kepala Dinas sebagai bentuk perencanaan yang siap dilaksanakan. Sebelum disahkan oleh Dinas harus
dikonsultasikan bersama-sama dengan Panitia Irigasi pada tingkat Kabupaten/kotamadya untuk
memadukan antara program operasi dikaitkan dengan ketersediaan debit di sungai terhadap pihak
pertanian dalam hal realisasi tanam.
Sehingga untuk pengaturan atau penjatahari pembagian air tersebut sudah merupakan kesepakatan
bersama antara Dinas PU/PU Pengairan, Pertanian dan Pemerintah Daerah. Jika dilihat secara organisasi,
maka Dinas dalam hubungannya dengan Tata Pengaturan dan Pembagian air dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Dalam hubungannya dengan tata pengaturan dan pembagian air, Dinas bertanggung jawab terhadap:
• Mengelola ke!angsungan fungsi prasarana jaringan irigasi utuh dalam 1 kabupaten/kotamadya.
• Mengatur pemenuhari kebutuhari air supaya dapat menunjang usaha-usaha ke arah peningkatan di bidang
pertanian.
• Membina masyarakat yang memanfaatkan air irigasi.
• Inventarisasi sumber-sumber air di Daerah Aliran Sungal (DAS) di Wilayah Dinas PU/Pengairan yang
bersangkutan.
• Mengembangkan prasarana jaringan irigasi yang ada di wilayahnya.
Dalam penyelenggaraan tugas tersebut, termasuk pula usaha pembinaan alas pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan pengembangan sistem pengairan.
Padi yang ditanam pada masa tanam kedua, dinamakan padi gadu. Tanaman padi yang sudah ditetapkan,
didalam rencana tata tanam, dinamakan “gadu ijin”, dimana petayanan air harus dijamin sesual dengan
kebutuharinya.
Tanaman padi gadu di luar yang telah ditetapkan dalam rencana tata tanarn, disebut gadu tanpa ijin, dan
hariya diberi air jika ada kelebihari air seteiah dipergunakan untuk gadu ijin dan patawija yang tercantum
dalam rencana tata tanam.
Dalam usaha penyiapan dan pelaksanaan RPA prakteknya pada masa tanam gadu, sering menimbulkan
gadu tanpa ijin, di samping gadu ijin.
Di daerah patawija & tebu, air disamakan dengan jatah pemberian air untuk palawija/tebu. Kelebihari air
tersebut memang sering terjadi, karena rencana tata tanam didasarkan atas tahun kering lima tahunan.
BEta tahun yang bersangkutan ternyata Iebih basah dari pada tahun kering tima tahunan, akan terjadi
kelebihari air.
Untuk menyelesaikan RPA, dibutuhkan data dan peta skema sebagai benikut:
- Besarnya satuan kebutuhari air disawah bagi tiap tanaman dalam tiap tahap pertumbuhari sementara dibagi
menjadi 3 tahap (pengolhari lahari, periode tumbuh, periode masak)
- Catatan debit sungai/sumber lain (bulanan atau tengah bulanan) dalam beberapa tahun berlalu (10 tahun
terakhir)
- Inventarisasi luas sawah irigasi tiap-tiap petak lersier
- Kehilangan air di sungai
- Air untuk kebutuhari lain
- Catatan debit suplesi tiap-tiap bulan atau tengah bulan didalam beberapa tahun yang lalu
- Realisasi jadwal tanam tahun yang lalu
- Catatan curah hujan tahun yang lalu
- Skema jaringan irigasi dan peta sistem Dl
- Macam tanaman serta umur dan Iuasnya yang akan atau telah ditanami
- Kapasitas (maksimum dan minimum) saluran
- Tabel atau lengkung debit yang menunjukkan hubungan muka air dan debitnya pada lokasi pengukur debit.
Langkah 1 Pertemuan P3A untuk menentukan usulan rencana tata tanam yang diinginkan secara musyawarah
bersama anggotanya berdasarkan hak guna air yang diberikan dengan mengisi blanko 01-O, selambat-
lambatnya 2 bulan sebelum MT-1.
Langkah 2 GP3A bersama seluruh anggotanya mengadakan rapat lengkap untuk membahas usulan Rencana Tata
Tanam (RTT) di masing-masing wilayah kerjanya.
Langkah 3 Pengurus GP3A membawa usulan RTT tersebut ke dinas melalui juru/pengamat yang selanjutnya direkap
dalam blanko 02-O dan 03-O selambat-lambatnya 1 bulan sebelum MT-1 dan dievaluasi serta
dikoordinasikan dalam Komisi Irigasi kabupaten/kota atau provinsi guna menentukan Rencana Tata
Tanam Tahunan.
Langkah 4 Komisi Irigasi kabupaten/kota atau provinsi mengkoordinasikan usulan-usulan dari Gabungan P3A dalam
rapat penentuan RTT Tahunan dalam satu daerah irigasi (DI). Dalam penentuan RTT Tahunan tersebut
agar mempertimbangkan ketersediaan air irigasi, rencana pemeliharaan jaringan irigasi, hama dan
penyakit tanaman. Pihak-pihak penyedia sarana produksi pertanian mengacu kepada RTT Tahunan yang
ditetapkan.
Langkah 5 RTT Tahunan meliputi Rancana Tata Tanam Global (RTTG) dan Rencana Tata Tanam Detail (RTTD).
Langkah 6 Hasil koordinasi ini disosialisasikan dalam forum GP3A yang selanjutnya disebarluaskan kepada para
P3A dan disosialisasikan kepada para anggota P3A untuk dapat dilaksanakan di daerah masing-masing.
Langkah 7 Masing-masing P3A mensosialisasikan kesepakatan RTT Tahunan tersebut kepada anggota P3A.
Mengingat ketersediaan air pada sumber-sumber air tidak merata (konstan) sepanjang tahun dimana pada
awal musim hujan yaitu pada saat pengolahari tanah, debit yang tersedia dari sumber air maupun hujan
masih kurang, maka rencana tata tanam diatur dengan sistem golongan. Pengaturan jadwal waktu mulai
pengolahari tanah tiap golongan berbeda antara 10 s/d 15 hari menyesuaikan ketersediaan debit air.
Dengan pengaturan golongan beban puncak kebutuhari air dapat ditekan sehingga mendekati debit
maksimum ketersediaan air di bendung.
Sebagaimana kita ketahui, beras merupakan kebutuhari pangan yang pokok dengan harga ekonomis yang
cukup baik dan relatif konstan, dapat disimpan lama dengan mudah, sehingga jika air irigasi tersedia
dengan cukup, petani cenderung memilih menaman padi dibanding tanaman lainnya.
Akan tetapi sangatlah tidak dianjurkan untuk menanam padi secara terus menerus sepanjang tahun,
karena tidak memungkinkan dilakukannya pemberantasan hama secara efektif (memutus siklus
kehidupan hama : tikus, wereng, dll).Disamping itu diperlukan waktu khusus untuk inspeksi kerusakan
jaringan yang berada di bawah muka air sekaligus perbaikannya.
Komisi Irigasi Kabupaten/Kota atau Provinsi disetiap tahun sebelum musim tanam ke-1 mengadakan
rapat membahas dan mengkoordinasikan usulan-usulan dari GP3A guna menentukan Rencana Tata
Tanam Tahunan dari setiap daerah irigasi yang meliputi RTTG dan RTTD. RTT Tahunan ini diusulkan
ke bupati/walikota untuk ditetapkan.
BAB III
RENCANA OPERASI
Rencana operasi ialah rencana tata pembagian air irigasi, dimana ditetapkan jadwal waktu dan
besarnya debit pada masing-masing ruas saluran, dan jadwal serta besarnya debit yang dapat disadap
pada masing-masing pintu sadap.
Dengan adanya jadwal serta besarnya debit yang dapat disadap pada masing-masing pintu sadap
tersier, maka para petani di dalam masing-masing petak tersier sudah dapat mengadakan musyawarah
untuk menentukan pengaruan pembagian air antar anggota di dalam petak yang bersangkutan, dan
selanjutnya menyesuaikan segala kegiatannya berdasarkan hasil musyawarah tersebut (semacam
pengaturan golongan di dalam skala kecil/petak tersier)
Rencana operasi disusun, setelah rencana tata tanam ditetapkan, dimaksudkan untuk mendukung
petaksanaan tata tanam dengan pe!ayanan air yang tetap dan teratur. Karena itu operasi/tata
pembagian air adalah merupakan pelengkap dan rencana tata tanam dan perlu disebar luaskan kepada
semua pihak yang bersangkutan.
Dasar perencanaan tata tanam den uperasi air irigasi adalah ramalan, maka pada umumnya kenyataan
yang terjadi sering berlainan dengan apa yang direncanakan, baik mengenai curah hujan, debit sungai,
maupun luas tanaman di sawah sebenarnya.
Oleh karena itu dan waktu ke waktu penlu setalu dflakukan penyesuaian antara kebutuhari dan
persediaan air atau dengan perkataan lain, yang telah ditetapkan masih tetap perlu direview, meskipun
tetap harus dijaga agar akibat review itu pola tata tanam yang telah ditetapkan tidak mengalami
banyak perubahari.
Biasanya review atau updating dilakukan tengah bulanan atau 10 hari sekali tergantung dari jadwal
pengaturan pintu-pintu air yang dilakukan pada daerah yang bersangkutan.
BAB IV
RINGKASAN
Dalam rangka memenuhi kebutuhari air irigasi untuk menunjang usaha di bidang Pertanian, suatu
sistem pengaturan dan pembagian air diperlukan guna penyusunan rencana Pola tanam yang sudah
disepakati bersama dengan memperhatikan kondisi debit yang tersedia untuk periode-periode tertentu.
Hal-hal penting yang harus didapat dalam rangka tata pengaturan dan pembagian air irigasi adalah
jadwal pembagian, besaran debit di setiap bangunan bagi sadap pada tiap ruas saluran serta jadwal
giliran jika diperlukan, demikian pula langkah-langkah prosedurnya.
Penyesuaian dan waktu ke waktu terhadap perencanaan tata pengaturan pembagian air senantiasa
dilakukan penyesuaian terutama antara kebutuhari air dengan persediaan airnya atau dengan perkataan
lain yang telah ditetapkan rnasih tetap perlu disesuaikan lagi. Besanya review atau updating dilakukan
2 minggu atau 10 hari sekali, tergantung dari jadwal pengaturan pintu-pintu air yang dilakukan pada
daerah yang bersangkutan.