Anda di halaman 1dari 12

FOR ME

Blog Untuk ku dan Untuk Bersama

Rabu, 15 Desember 2010


Makalah irigasi draninase

MAKALAH
IRIGASI DAN DRAINASE

Oleh :
Ade Wulan 240110080091
M. Rinaldo 240110086001

 
JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2010
BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang


Dalam pertanian bahwa irigasi dan drainase merupakan suatu sub system pertanian
yang sangat penting. Jika salah satunya tidak terpenuhi maka pertanian tidak akan berjalan.
Irigasi merupakan proses pemberian air sedangkan drainase adalah proses pembuangan air.
Ilmu drainase sangat dibutuhkan untuk perbaikan drainase yang telah ada, karena
seperti yang diketahui bahwa beberapa daerah di Indonesia mengalami kebanjiran salah satu
diantara penyebabnya adalah drainase yang kurang baik. oleh karena itu, sebagai mahasiwa
teknik pertanian harus mampu dan memahami jenis – jenis drainase sehingga mampu
menerapkan drainase dengan tepat.

1.2              Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
a.       Menjelaskan Jenis – Jenis Drainase
b.      Menyebutkan dan menjelaskan jenis – jenis drainase permukaan
c.       Menyebutkan dan menjelaskan jenis – jenis drainase bawah permukaan
BAB II
JENIS DRAINASE

Drainase merupakan proses pembuangan air berlebih dari permukaan dan bawah
permukaan dan bawah permukaan.terdapat 2 jenis drainase, yaitu : drainase permukaan dan
drainase bawah permukaan. Drainase permukaan merupakan proses pembuangan air dari
permukaan lahan (FAO) sedangkan drainase bawah permukaan merupakan pembuangan atau
pengontrolan muka air tanah sampai optimal untuk meningkatkan produksi tanaman (FAO).
Drainase permukaan berfungsi untuk menangani air permukaan, khususnya air yang berasal
dari air hujan.  Drainase bawah permukaan berfungsi untuk membuang air dari base course
dan air bawah permukaan, serta menerima dan membuang air dari l lapisan tembus air.
(Suripin, 2004)

a.      Land dan smoothing


Land grading (mengatur tahap kemiringan lahan) dan Land smoothing (Penghalusan
permukaan lahan) diperlukan pada areal lahan untuk menjamin kemiringan yang
berkelanjutan secara sistematis yang dibutuhkan untuk penerapan saluran drainase
permukaan
Studi menunjukan bahwa pada lahan dengan pengaturan saluran drainase permukaan
yang baik akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%, dibandingkan dengan lahan
yang kelebihan air dibuang dengan drainase pipa tanpa dilakukan upaya pengaturan saluran
drainase permukaan terlebih dahulu.
Untuk efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading harus dilakukan secara teliti.
ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang memiliki cekungan merupakan
tempat aliran permukaan (runoff) berkumpul, harus dihilangkan dengan bantuan peralatan
pengukuran tanah
Pada tanah cekungan, air yang tak berguna dialirkan secara sistematis melalui
         Saluran/parit (terbuka) yang disebut sebagai saluran acak yang dangkal (shallow random
field drains)
         Dari shallow random field ditch air di alirkan lateral outlet ditch
         Selanjutnya diteruskan kesaluran pembuangan utama (Main Outlet ditch)
Outlet ditch: umumnya saluran pembuangan lateral dibuat 15 – 30 cm lebih dalam dari
saluran pembuangan acak dangkal.
      Overfall : jatuh air dari saluran pembuangan lateral ke saluran pembuangan utama dibuat
pada tingkat yang tidak menimbulkan erosi, bila tidak memungkinkan harus dibuat pintu air,
drop spillway atau pipa

b.      Drainase acak (Random Field Drains)


            Di bawah ini merupakan gambar yang menunjukan pengelolaan untuk mengatasi
masalah cekungan dan lubang – lubang tempat berkumpulnya air. Lokasi dan arah dari
saluran drainase disesuaikan dengan kondisi tofografi lahan. Kemiringan lahan biasanya
diusahakan sedatar mungkin, hal ini untuk memudahkan peralatan traktor pengolah tanah
dapat beroperasi tanpa merusak saluran yang telah dibuat. Erosi yang terjadi pada kondisi
lahan seperti diatas, biasanya tidak menjadi masalah karena kemiringan yang relatif datar.
Tanah bekas penggalian saluran, disebarkan pada bagian cekungan atau lubang – lubang
tanah, untuk mengurangi kedalaman saluran drainase

c.       Drainase Paralel (Parallel Field Drains)


            Drainase ini digunakan pada tanah yang relative datar dengan kemiringan
kurang dari 1% – 2 %, system saluran drainase parallel bisa  digunakan. System  drainase ini
dikenal sebagai system bedengan. Saluran drainase dibuat secara parallel, kadang kala jarak
antara saluran tidak sama. Hal ini tergantung dari panjang dari barisan saluran drainase untuk
jenis tanah pada lahan tersebut, jarak dan jumlah dari tanah yang harus dipindahkan dalam
pembuatan barisan saluran drainase, dan panjang maksimum kemiringan lahan terhadap
saluran (200 meter). Keuntungan dari system saluran drainase parallel, pada lahan terdapat
cukup banyak saluran drainase. Tanaman dilahan dalam alur, tegak lurus terhadap saluran
drainase paralel. Jumlah populasi tanaman pada lahan akan berkurang dikarenakan adanya
saluran paralel. Sehingga bila dibandingkan dengan land grading dan smoothing, hasil
produksi akan lebih sedikit. Penambahan jarak antara saluran paralel, akan menimbulkan
kerugian pada sistem bedding, karena jarak yang lebar menimbulkan kerugian pada sistem
bedding, karena jarak yang lebar membutuhkan saluran drainase yang lebih besar dan dalam.
Bila lebar bedding 400 m, maka aliran akan dibagi dua agar lebar bedding tidak lebih dari
200 m. Pada bedding yang lebar, harus dibarengi dengan land grading dan smoothing. Pada
tanah gambut, saluran drainase paralel dengan side slope yang curam digunakan adalah 1
meter. Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan bangunan pengambilan dan pompa,
bangunan  pintu air berfungsi untuk mengalirkan air drainase pada musim hujan.
   Pada daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak saluran paralel, 2
saluran diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meeter. Tanah galian saluran diletakkan
diantara kedua saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai jalan yang diperlukan pada saat
pemeliharaan saluran.

       Drainase Mole


            Drainase mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat yang
konstruksinya tanpa dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus menggali tanah,
cukup dengan menarik (dengan traktor) bantukan baja bulat yang disebut mol yang dipasang
pada alat seperti bajak dilapisan tanah subsoil pada kedalaman dangkal. Pada bagian
belakang alat mole biasanya disertakan alat expander yang gunanya untuk memperbesar dan
memperkuat bentuk lubang
Berdasarkan Penampungannya drainase dalam dibagi menjadi 2, yaitu
      Singular
            Terdiri dari jajaran pipa – pipa lateral yang ditanam dibawah permukaan tanah dengan
jarak tertentu, air yang keluar dari seluruh pipa lateral ditampung pada saluran terbuka,
selanjutnya disalurkan ke saluran drainase utama
       Komposit
            Terdiri dari jajaran pipa – pipa lateral yang ditanam dibawah permukaan tanah dengan
jarak tertentu, air dari seluruh pipa lateral ditampung pada pipa penampung yang juga
ditanam ditanah, antara pipa lateral dengan pipa penampung dihubungkan dengan
sambuangan, selanjutnya disalurkan ke saluran drainase utama

Berdasarkan sistemnya, drainse dalam dibagia menajdi 4, yaitu :


Random system
            Sistem ini digunakan pada lahan yang berombak (Undulating) atau pada lahan dimana
kondisi tanahnya terdiri dari beragam jenis tanah dan pada lahan yang terdapat area tergenang

Herringbone system
            Terdiri dari pipa saluran drainase lateral yang diletakan secara parallel dan terhubung
dengan pipa utama dengan membuat sudut tertentu, biasanya dari kedua sisi. Pipa utama atau
sub utama diletakkan pada bagian lahan yang rendah atau lahan yang pada kemiringan lahan
yang besar (lembah)

Gridiron System
            Terdiri dari pipa – pipa saluran drainase lateral yang diletakkan secara parallel dan
terhubung dengan pipa utama secara tegak lurus, biasanya dari satu sisi. System ini sesuai
untuk lahan yang rendah yang datar dengan ukuran lahan yang sama

Interception system
            System intersepsi menampung rembesan yang mengalir kelahan yang terletak lebih
rendah (bagian bawah). Pipa intersepsi biasanya diletakkan pada batas atas dan daerah yang
basah yang ditentukan dari hasil pengamatan drainase awal.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

a. Drainase dibagi menjadi 2, yaitu drainase permukaan dan bawah permukaan


b. Drainase permukan terdiri dari land grading dan smoothing, drainase acak dan
drainase parallel
c. Drainase bawah permukaan terdiri dari drainase dangkal dan drainase dalam.
Drainase dalam ini terdiri dari random system, herringbone system, gridiron system,
dan interception system.
DAFTAR PUSTAKA

Aris, Bambang. 2002. Teknik Drainase Bagian Pertama. Teknotan Universitas Padjadjaran : Bandung
__________________Teknik Drainase Bagian Kedua. Teknotan Universitas Padjadjaran : Bandung

Anda mungkin juga menyukai