Bab 2
Bab 2
id
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Material komposit yang terdiri atas medium pengikat sebagai bahan dasarnya
yang di dalamnya terdapat partikel atau agregat sebagai bahan terikat merupakan
definisi beton menurut ASTM C 125 dan ACI. Perbaikan karakteristik beton terus
dilakukan untuk mendapatkan mutu beton yang baik.
Beton banyak digunakan secara luas sebagai bahan bangunan. Bahan tersebut
diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air, dan agregat (dan
kadang-kadang bahan tambah yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia
tambahan, serat, sampai bahan buangan nonkimia) pada perbandingan tertentu.
Campuran tersebut apabila dituangkan dalam cetakan kemudian dibiarkan maka
akan mengeras seperti batuan (Tjokrodimuljo, 1996).
Beton adalah material yang kuat dalam kondisi tekan, tapi lemah dalam kondisi
tarik. Akibat dari rendahnya kapasitas tarik tersebut, maka retak lentur terjadi
pada taraf pembebanan yang masih rendah sehingga dibutuhkan gaya longitudinal
yang dikenal dengan gaya prategang. Gaya longitudinal diterapkan untuk
mengurangi atau mencegah berkembangnya retak dengan cara mengeliminasi atau
sangat mengurangi tegangan tarik di bagian tumpuan dan daerah kritis pada
kondisi beban tersebut. (Bambang Suryoatmono,2001)
Salah satu tujuan dalam optimasi struktur adalah mereduksi berat keseluruhan,
yang biasanya mempengaruhi harga material. Secara tidak langsung efisiensi
minimum biaya atau minimum berat harus memenuhi persyaratan kekuatan dan
kekakuan. Dalam semua permasalahan teknik sipil perancang mencoba untuk
menemukan solusi yang memberikan hasil terbaik, dimana juga memenuhi
beberapa persyaratan. Dengan menggunakan teknik optimasi seorang insinyur
dapat memperoleh hasil yang optimal, dalam berbagai kondisi. Struktur didesain
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
secara lebih aman, lebih memungkinkan, dan lebih murah dari desain tradisional.
(S. Jothy Kanna,2005)
Desain struktur yang optimal selalu menjadi tujuan para insinyur, dengan atau
tanpa pendekatan secara matematis digunakan dalam mencapai prosedur optimasi.
Dalam kondisi saat ini, kebanyakan desain gedung dioptimasi dengan prosedur
trial and error yang digabung dengan pengalaman perancang. Proses ini
memakan waktu, tetapi dapat disederhanakan dengan menggunakan program
computer. Secara umum, masalah optimasi desain bertujuan untuk meminimalkan
sebuah fungsi (harga) yang menggunakan beberapa variable yang memiliki
batasan – batasan tertentu. (P.B.R. Dissanayake,2005)
Beton adalah material yang kuat dalam kondisi tekan, tapi lemah dalam kondisi
tarik. Kuat tariknya bervariasi dari 8 sampai 14 persen dari kuat tekannya. Karena
rendahnya kapasitas tarik tersebut, maka retak lentur terjadi pada taraf
pembebanan yang masih rendah. Untuk mengurangi atau mencegah
berkembangnya retak tersebut, gaya konsentris atau eksentris diberikan dalam
arah longitudinal elemen struktural. Gaya ini mencegah berkembangnya retak
dengan cara mengeliminasi atau sangat mengurangi tegangan tarik di bagian
tumpuan dan daerah kritis pada kondisi beban tersebut. Penampang dapat
berperilaku elastis, dan hampir semua kapasitas beton dalam memikul tekan dapat
secara efektif dimanfaatkan diseluruh tinggi penampang beton pada saat semua
beban bekerja di struktur tersebut.
Gaya longitudinal yang diterapkan seperti diatas disebut gaya prategang, yaitu
gaya tekan yang memberikan prategangan pada penampang di sepanjang bentang
suatu elemen struktural sebelum bekerjanya beban mati dan beban hidup
transversal atau beban hidup horizontal transien. Jenis pemberian gaya prategang,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
mengontrol besarnya prategang, suatu sistem struktur dapat dibuat fleksibel atau
kaku tanpa mempengaruhi kekuatannya.
4. Penghematan jangka panjang secara tidak langsung juga cukup besar karena
hanya membutuhkan perawatan yang lebih sedikit, yang berarti daya guna
lebih lama sebagai akibat dari kontrol kualitas yang lebih baik pada beton.
Ada 3 konsep yang berbeda-beda yang dapat dipakai untuk menjelaskan dan
menganalisis sifat-sifat dasar dari beton prategang. Hal ini penting bagi seorang
perencana untuk mengerti ketiga konsep tersebut agar dapat mendesain beton
prategang dengan sebaik dan seefisien mungkin. Ketiga konsep tersebut sebagai
berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
beton tidak merupakan bahan yang getas lagi, melainkan berubah menjadi
bahan yang elastis.
1. Beton prategang bukan merupakan konsep baru, pada tahun 1872, pada saat
Jackson, seorang insinyur dari California, mendapatkan paten untuk sistem
struktural yang menggunakan tie rod untuk membuat balok atau pelengkung
dari blok-blok. Pada tahun 1888, C.W.Doehring dari Jerman memperoleh
paten untuk pemberian prategang pada slab dengan kawat-kawat metal. Akan
tetapi, upaya awal untuk pemberian tegangan tersebut tidak benar-benar
sukses karena hilangnya prategang dengan berjalannya waktu.
2. Sesudah selang waktu yang sangat lama, pada saat hanya ada sedikit
kemajuan karena sulitnya mendapatkan baja berkekuatan tinggi untuk
mengatasi masalah kehilangan prategang, Dill dari Alexandria, Nebraska,
mengetahui adanya pengaruh susut dan rangkak (aliran material arah
transversal) pada beton terhadap hilangnya prategang. Selanjutnya, ia
mengembangkan ide bahwa pemberian pascatarik batang berpenampang bulat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
4. Selama perang dunia II dan setelah itu, pembangunan kembali secara cepat
jembatan utama yang hancur selama perang menjadi suatu kebutuhan. G
Magnel dari Gghent, Belgia dan Guyon dari Paris mengembangkan dan
menggunakan konsep pemberian prategang untuk desain dan pelaksanaan
banyak jembatan di Eropa Barat dan Tengah. Sistem Magnel juga
menggunakan blok-blok untuk menjangkar kawat-kawat prategang. Blok-
blok tersebut berbeda dengan yang digunakan dalam sistem Freyssinet dalam
hal bentuknya yang datar, sehingga memungkinkan pemberian tegangan pada
dua kawat sekaligus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
Kabel tendon dipersiapkan terlebih dahulu pada sebuah angkur yang mati (fixed
anchorage) dan sebuah angkur yang hidup (live anchorage). Kemudian live
anchorage ditarik dengan dongkrak sehingga kabel tendon bertambah panjang.
Dongkrak biasanya dilengkapi dengan manometer untuk mengetahui besarnya
gaya yang ditimbulkan oleh dongkrak. Setelah mencapai gaya yang diinginkan,
beton kemudian dicor. Setelah beton mencapai umur yang cukup, kabel perlahan-
lahan dilepaskan dari kedua angkur dan dipotong. Kabel tendon akan berusaha
kembali ke bentuknya semula setelah pertambahan panjang yang diakibatkan oleh
penarikan pada awal pelaksanaan. Hal inilah yang menyebabkan adanya gaya
tekan internal pada beton. Pada cara ini tidak digunakan selongsong pada tendon.
Metode ini digunakan untuk beton-beton pracetak dan biasanya digunakan untuk
konstruksi-konstruksi kecil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
Selongsong
2.2.7.1 Transfer
Tahap transfer adalah tahap pada saat beton sudah mulai mengering dan dilakukan
penarikan kabel prategang. Pada saat ini biasanya yang bekerja hanya beban mati
struktur saja, yaitu berat sendiri dan beban pekerja ditambah alat. Pada saat ini
belum bekerja beban hidup sehingga momen yang bekerja adalah minimum,
sementara gaya yang bekerja adalah maksimum karena belum ada kehilangan
gaya prategang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
Kondisi servis (service) adalah kondisi pada saat beton prategang digunakan
sebagai komponen struktur. Kondisi ini dicapai setelah semua kehilangan gaya
prategang diperhitungkan. Pada saat ini beban luar pada kondisi yang maksimum
sedangkan gaya prategang mendekati harga minimum karena sudah terjadi
kehilangan sebagian gaya prategang.
Pada setiap tahapan diatas, ditentukan hasil analisis untuk dievaluasi. Hal ini
tentunya sangat penting dalam perencanaan karena kekuatan dari beton prategang
itu sendiri tidak sepenuhnya lagi bekerja akibat kehilangan sebagian gaya
prategang. Sehingga dalam perencanaan struktur yang akan digunakan nantinya
adalah gaya prategang efektif yaitu gaya prategang awal (kondisi transfer) setelah
dikurangi kehilangan sebagian gaya prategang.
Pada tahap transfer maupun servis, ditetapakan tegangan ijin beton prategang
untuk melihat apakah tegangan yang terjadi melampaui tegangan ijin beton
prategang itu sendiri. Tegangan ijin ini sendiri berbeda antara serat atas beton
prategang maupun serat bawah beton prategang sendiri.
Balok tanpa tulangan prategang seperti yang ditunjukkan pada gambar (2.3) hanya
mampu memikul beban sebesar q1 dengan dimensi tertentu, namun seiring dengan
berkembangnya zaman, semakin diperlukan balok yang mampu memikul beban
lebih besar tanpa mengubah/memperbesar penampang.
Gambar 2.3 Elemen balok tanpa gaya prategang yang diberi beban sebesar
q1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
. . .
…..…… (2.1a)
. . .
.....…… (2.1b)
dimana:
= Tegangan diserat atas beton (Mpa)
= Tegangan diserat bawah beton (Mpa)
MT = Momen maksimum pada elemen balok (Nmm)
Salah satu cara yang digunakan seperti konsep prategang yang dibahas adalah
dengan memberikan gaya prategang atau biasa disimbolkan dengan gaya P seperti
yang ditunjukkan pada gambar (2.5) dimana dapat memikul beban q2 yang
diumpamakan lebih besar dari q1 (q2>q1). Gaya prategang P yang memenuhi
kondisi geometri dan pembebanan tertentu untuk suatu elemen, dapat ditentukan
berdasarkan prinsip-prinsip mekanika dan hubungan tegangan-regangan serta
terkadang dilakukan penyederhanaan yang mengasumsikan diasumsikan bersifat
homogen dan elastis.
direntangkan yang dipakai dalam komponen struktur beton untuk memberi gaya
prategang pada beton tersebut.
Gambar 2.5 Elemen balok dengan gaya prategang yang diberi beban sebesar
q2 (q2>q1)
.
…..…… (2.2a)
. . .
.....…… (2.2b)
dimana:
P0 = besarnya gaya yang terjadi pada balok (N)
Ac = luasan beton yang ditinjau (mm2)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
Apabila gaya tekan P0 bekerja tidak dipusat berat tetapi memiliki eksentrisitas e,
tegangan pada beton yang terjadi seperti gambar 2.7
f t ( P0 ) P .e . y
Ic …..…… (2.3a)
fci = tegangan tekan izin maksimum di beton segera sesudah transfer dan sebelum
terjadi tegangan
= 0.6 fci`
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
fti = tegangan tarik izin maksimum di beton segera sesudah trensfer dan sebelum
terjadi tegangan
= 0.25 fc'i
= 0.45fc`
= 0 .25 fc '
Beban-beban yang akan dipikul oleh struktur prategang tidak terjadi sekaligus,
tetapi melalui tahap-tahap pembebanan yaitu saat awal ketika balok hanya
memikul gaya prategang dan berat sendiri, kemudiaan saat akhir ketika seluruh
beban dipikul oleh balok. Adanya tahapan pembebanan ini akan mempengaruhi
perhitungan tegangan
Saat Awal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
Saat awal, beban yang bekerja hanya P0 dan qD. Dari gb diagram tegangan diatas,
ada kemungkinan beton gagal karena serat atas tertarik. Kondisi demikian dapat
terjadi apabila P0 dan atau e terlalu besar.
e . cb
f b APic (1 r2
) MD
Sb f c ijin 0.6 fc 'i …..…… (2.4b)
Saat Akhir
Saat akhir, seluruh beban bekerja dan pada saat ini gaya P0 sudah berkurang
menjadi Pe karena kehilangan prategang.
…..…... (2.5a)
…..…... (2.5b)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
Teknik Optimasi adalah suatu usaha untuk mendapatkan hasil terbaik dari suatu
keadaan. Dalam desain, konstruksi dan perancangan sistem struktur, teknisi harus
memiliki teknik dan strategi pelaksanaan dalam tahapan langkahnya. Tujuan akhir
dari usaha tersebut adalah untuk meminimalkan usaha yang dibutuhkan atau
memaksimalkan keuntungan.
Dalam optimasi rancang tampang balok beton prategang ini, metode yang
digunakan adalah Metode Persamaan Linear.
Persamaan Linear merupakan suatu model umum yang dapat digunakan dalam
pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara optimal.
Kegunaan Persamaan Linear adalah lebih luas daripada aplikasinya semata Pada
kenyataannya, Persamaan Linear harus dipandang sebagai dasar penting untuk
pengembangan teknik-teknik operasi riset lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
Persamaan Linear adalah sebuah alat deterministik, yang berarti bahwa sebuah
parameter model diasumsikan diketahui dengan pasti. Tetapi dalam kehidupan
nyata, jarang seseorang menghadapi masalah di mana terdapat kepastian yang
sesungguhnya. Teknik Persamaan Linear mengkompetisi kekurangan ini dengan
memberikan analisis pasca optimum dan analisis parametrik yang sistematis
untuk memungkinkan pengambil keputusan yang bersangkutan untuk menguji
sensitivitas pemecahan optimum yang statis terhadap perubahan diskrit atau
kontinu dalam berbagai parameter dari model tersebut. Pada intinya, teknik
tambahan ini memberikan dimensi dinamis pada sifat pemecahan Persamaan
Linear yang optimum.
Tujuan dari Persamaan Linear adalah suatu hasil yang mencapai tujuan yang
ditentukan (optimal) dengan cara yang paling baik diantara semua alternatif yang
mungkin dengan batasan sumber daya yang tersedia. Meskipun mengalokasikan
sumber-sumber daya kepada kegiatan-kegiatan merupakan jenis aplikasi yang
paling umum, Persamaan Linear mempunyai banyak aplikasi penting lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
Ada beberapa syarat agar masalah dapat disusun dan dirumuskan ke dalam model
Persamaan linear yaitu:
1. Penentuan Tujuan
Ada tujuan permasalahan yang ingin dipecahkan disebut sebagai fungsi
tujuan. Menentukan fungsi tujuan harus jelas dan tegas. Fungsi tujuan
dapat berupa dampak positif, manfaat, keuntungan dan kebaikan-
kebaikan yang ingin dimaksimalkan atau dampak negatif, kerugian,
risiko, waktu, jarak dan biaya-biaya yang ingin diminimalkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
2. Alternatif Perbandingan
Harus ada sesuatu atau berbagai alternatif yang ingin diperbandingkan.
Menentukan alternatif yang ingin diperbandingkan misalnya antara
kombinasi waktu tercepat dan biaya tertinggi dengan waktu terlambat dan
biaya terendah, antara padat modal dengan padat karya, antara kebijakan
A dengan B, atau antara proyeksi tinggi dengan rendah.
3. Sumber Daya yang Terbatas
Sumber daya yang dianalisis harus berada dalam keadaan yang terbatas.
Hal ini disebut juga sebagai kendala. Kendala terbagi dalam tiga tipe
dasar, yaitu kendala maksimum yang menunjukkan penggunaan sumber
daya tidak melebihi sumber daya yang tersedia; kendala minimum yang
menunjukkan penggunaan sumber daya minimal sama dengan yang
tersedia dan kendala persamaan yang menunjukkan penggunaan sumber
daya sama dengan yang tersedia.
4. Perumusan Kuantitatif
Fungsi tujuan dan kendala harus dirumuskan secara kuantitatif dalam
suatu model yang disebut dengan model matematik. Model merupakan
abstraksi dan simplifikasi dari keadaan nyata yang menunjukkan berbagai
hubungan fungsional yang langsung maupun tidak langsung, interaksi dan
interdependensi antara satu unsur dengan unsur lainnya yang membentuk
suatu sistem. Model yang baik harus mencakup tiga kriteria yaitu
kesesuaian, kesederhanaan, dan keserasian. Kesesuaian yaitu model harus
mampu merangkum unsur-unsur yang sangat pokok dari persoalan yang
dihadapi. Kesederhanaan yaitu model harus dibuat sesederhana mungkin
sesuai dengan kemampuan yang ada dan urgensi permasalahan.
Keserasian yaitu model harus mampu mengesampingkan hal-hal yang
kurang berguna.
5. Keterkaitan Peubah
Peubah-peubah yang membentuk fungsi tujuan dan kendala harus
memiliki keterkaitan atau hubungan fungsional. Hubungan keterkaitan
tersebut dapat diartikan sebagai hubungan yang saling mempengaruhi,
hubungan interaksi, interdependensi, timbal balik atau saling menunjang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
1. Linearitas
Asumsi ini menginginkan agar perbandingan antara input yang satu
dengan input yang lainnya atau untuk suatu input dengan output besarnya
tetap dan tidak tergantung pada tingkat produksi.
2. Proporsionalitas
Asumsi ini menyatakan bahwa perubahan (naik turun) nilai fungsi tujuan
(Z) dan penggunaan sumber daya atau fasilitas yang tersedia akan
berubah dalam proporsi yang sama dalam perubahan tingkat kegiatan.
Implikasi asumsi ini adalah bahwa dalam model Persamaan linear yang
bersangkutan tidak berlaku hukum kenaikan yang semakin menurun.
3. Aditivitas
Asumsi ini menyatakan bahwa nilai parameter suatu kriteria optimasi
(koefisien peubah pengambil keputusan dalam fungsi tujuan) merupakan
jumlah dari nilai individu-individu Cj (j = 1, 2, 3, …, n).
4. Divisibilitas
Asumsi ini menyatakan bahwa peubah-peubah pengambil keputusan Xn,
jika diperlukan dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan artinya nilai-nilai
Xn tidak perlu integer (hanya 0 dan 1 atau bilangan bulat) tetapi dapat
pula berupa non integer (misalnya ½; 0,5; 12,345; dan sebagainya).
Demikian pula dengan nilai Z yang dihasilkan.
5. Deterministik
Asumsi ini menghendaki agar semua koefisien model Persamaan linear
(nilai peubah pengambilan keputusan, kendala dalam teknis dan sumber
daya yang tersedia) tetap atau dapat diperkirakan secara pasti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
Keterangan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
Keterangan:
Z = nilai yang dioptimalkan
Cn = sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan n terhadap nilai Z
Xn = kegiatan ke-n (variabel keputusan)
Min f(x)
Meliputi satu atau lebih dari kondisi beriku: c(x) <= 0, ceq(x) = 0, A x<+ b , Aeq
x= beq, l <= x += u.
Min { q(s), s = N }
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
Titik ini diperbarui menjadi x + s jika f(x+s), dengan kata lain titik ini masih tidak
berubah, dan N, the region of trust, menyusut dan perhitungan langkah percobaan
dilakukan kembali.
Pertanyaannya adalah bagaimana memilih dan menghitung nilai argumen q (
berdasarkan titik x), bagaimana memilih dan merubah the trust region N, dan
bagaimana menyelesaikan secara akurat the trust-region subproblem.
Dimana g berupa gradien dari f pada titik x, H adalah matriks hessian ( turunan
kedua matriks simetris), D adalah diagonal skala matrix , ^ adalah skala positif.
H. s2 = -g,
Atau arah kurva negatif
St2. H. s2 < 0
Filosofi dibalik pilihan S ini adalah untuk menekan konvergensi global ( via arah
turunan yang tajam atau arah kurva negatif) dan memperoleh konvergensi lokal
yang cepat ( via langkah newton ketika ini muncul)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
Box Constraints
Dimana l adalah vektor bagian bawah dan u adalah vektor bagian atas. Beberapa
(atau semua) komponen l dapat disamakan dengan -8 dan beberapa (atau semua)
komponen u dapat disamakan dengan 8. Metoda ini memperoleh rangkaian
kemungkinan titik secara tepat. Dua teknik digunakan untuk menjaga
kemungkinan ketika mendapat perlakuan konvergen yang kuat. Pertama, langkah
newton yang dimodifikasi skala menggantikan langkah newton tanpa kendala
(untuk menyatakan 2 dimensi subruang S). Kedua, refleksi digunakan untuk
meningkatkan ukuran langkah.
Langkah newton yang dimodifikasi skala, muncul dari pengulangan kondisi
kebutuhan the Kuhn-Tucker.
(D(x))-2 g = 0
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
Dimana
D(x) = diag (lvkl-1/2)
Dan vektor v(x) dinyatakan dibawah ini, untuk tiap 1 <= I <= n :
Jika gi < 0 dan ui < ∞ maka vi = xi - ui
Jika gi >= 0 dan li < -∞ maka vi = xi - li
Jika gi < 0 dan ui < ∞ maka vi = -1
Jika gi >= 0 dan li < -∞ maka vi = 1
MDsN = -g
Pada iterasi ke-k, dimana
Disini Jv berperan sebagai Jacobian dari lvl. Setiap komponen diagonal dari
matriks diagonal Jv sama dengan 0, -1 atau 1. Jika semua komponen dari l dan u
terbatas, Jv = diag(sign(g)),
Pada titik dimana gI = 0, vi mungkin tidak bervariasi. Jii = 0 dinyatakan pada titik
tertentu. Tipe nondifferentiability ini tidak diperuntukan untuk concern karena
untuk komponen tertentu, hal ini tidak penting seperti nilai vi. Lebih lanjut, lvil
akan masih terputus pada titik ini, tetapi fungsi lvil gi tetap menerus.
commit to user