Makalah Pendidikan Agama Islam
Makalah Pendidikan Agama Islam
Muhlis: 210201502010
FAKULTAS TEKNIK
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Agama Islam yang berjudul “KAJIAN
ISLAM TENTANG IPTEK, SENI,SOSIAL POLITIK” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang KAJIAN ISLAM TENTANG IPTEK SENI,SOSIAL POLITIK.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurmila, S.Ag, M.Pd.I selaku dosen
bidang studi Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini kita sering melihat disekeliling kita, banyak saudara-saudara kita yang
hidupnya serba kekurangan. Ada yang bekerja sebagai pemulung,pengemis,
pengamen, dan lain-lain. Semuanya ini dapat teratasi apabila mereka memiliki
ilmu yang dapat dimanfaatkan, sehingga mereka tidak lagi bekerja sebagai
pemulung, pengemis, pengamen dan lain-lain sebagainya. Ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap umat
yang ada di dunia ini, terlebih lagi bagi umat muslim. Dalam ajaran agama islam,
menuntut ilmu sangat ditekankan dalam kitab suci Al‟Quran dan Al-Hadits.
Orang mempunyai ilmu berbeda dengan orang yang tidak mempunyai ilmu.
Orang yang mempunyai ilmu, apabila dia ingin melakukan sesuatu dia harus
memikirkan dengan matang sebelum dia melakukan sesuatu.Dan orang yang
memiliki ilmu juga mempunyai tujuan hidup yang jelas.Sedangkan orang tidak
memiliki ilmu, apabila dia ingin melakukan sesuatu dia tidak lagi memikirkan
dengan matang apa yang akan dia lakukan nantinya. Dalamsebuah Hadits Nabi
Muhammad SAW, Beliau bersabda “tuntutlah ilmu walau kenegeri cina”. Begitu
pentingnya sebuah ilmu sehingga Nabi sendiri menyuruh kita untuk menuntut
ilmu sampai ke negeri cina.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Kajian Islam tentang IPTEK dan seni?
C. TUJUAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Mendiskripsikan Islam tentang IPTEK dan Seni
PEMBAHASAN
Seni atau kesenian adalah manifestasi budaya(rasa, karya, dan karsa)manusia yang
memenuhi syarat-syarat estetika. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang yang
berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni selaluidentik dengan
keindahan yang bernilai kebenaran asal tidak berlebihan. Seni yang lepas dari
nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan
akal dan budi.
Islam memang tidak memberikan ajaran yang terinci tentang seni namun
Rasulullah telah menjelaskan bahwa:
•Allah mempunyai segala sifat-sifat yang baik. Sedangkan manusia adalah sebagai
khalifah Tuhan yang mengemban amanat di atas bumi ini sesuai batas-batas
kemampuan manusia.
•Seni adalah bagian hidup dari manusia karena merupakan manifestasi danrefleksi
kehidupan manusia. Setiap muslim diwajibkan meng-up-grade taraf kehidupannya
menurut kemampuan diri sehingga berkreasi seni merupakan dari peng-up-
gradetan diri.
•Islam adalah agama yang serasi dengan fitrah kejadian manusia dan kesenian
manusia termasuk fitrahnya. Kemampuan berseni itulah yang membedakan
manusia dengan makhluk Tuhan yang lain.
Seni adalah bagian dari kehidupan kita sendiri. Oleh karena itu, tujuan kesenian
sama dengan tujuan hidup itu sendiri dan bagi setiap muslim tujuan hidup itu
adalah kebahagiaan material duniawi dan kebahagiaan spiritual serta menjadi
rahmat bagi segenap alam atas keridhaan Allah.
Dari segi fungsi, seni merupakan media mensyukuri nikmat Allah yangtelah
menganugerahi manusia dengan berbagai potensi baik potensi diri maupun
potensi indrawi(panca indra). Fungsi seni yang lain ialah menghayati kebesaran
Allah baik yang terdapat di alam maupun yang terdapat pada kreasi manusia.
Sosial-Politik adalah salah satu aspek yang diatur dalam Islam. Hal ini sudah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw ketika Hijrah ke Madinah. Nabi
Muhammad Saw menciptakan suatu kekuatan sosial-politik dalam sebuah Negara
Madinah. Hal yang pertama dilakukan Nabi Muhammad Saw di Madinah dalam
rangka pembentukan sebuah negara adalah membuat Piagam Madinah pada tahun
pertama Hijriyah. Piagam yang berisi 47 pasal ini memuat peraturan-peraturan
dan hubungan antara berbagai komunitas dalam masyarakat Madinah yang
mejemuk. Di negara baru ini Nabi Muhammad bertindak sebagai Kepala Negara
dengan piagam Madinah sebagai Konstitusinya.
Di Indonesia Politik Islam bisa dilihat dari Semangat tokoh Islam mendirikan
partai politik sejak permulaan abad ke-20. Sejarah bangsa ini mencatat, Sarekat
Dagang Islam yang didirikan Samanhudi, yang tadinya merupakan perkumpulan
bercorak niaga, tak lama kemudian berubah menjadi gerekan politik Islam di
bawah ancaman kebijakan Belanda yang menetapkan pemisahan antara negara
dan agama. Dalam pengertian, Belanda kala itu ingin memaksukan umat Islam ke
dalam kotak Islam ‘Ubu@diah belaka atau Islam kultural semata, agar kekuatan
Islam yang besar tidak menjadi kekuatan politik yang potensial untuk
menggoyang eksistensi penjajah Belanda. Akan tetapi ketika itu, tokoh Islam yang
memahami bahwa adalah mustahil memisahkan agama (termasuk politik Islam)
dari kekuasaan kenegaraan, dengan segala daya menerobos rambu-rambu yang
dibuat Belanda, sehingga kemudian lahirlahberbagai partai politik Islam, baik
secara langsung bersikap nonkooperatif atau berpura-pura kooperatif (bekerja
sama). Buah dari semua itu adalah terbangunnya semangat persatuan dan kesatuan
bangsa serta menguatnya kesadaran atas kemerdekaan.Munculnya partai-partai
Islam di Indonesia, setelah selama bertahun-tahun sejak rezim Orde lama di
bawah Soekarno partai Islam seperti Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Masyumi) dibubarkan, demikian pula Partai Muslimin Indonesia (Parmusi),
Partai Nahdltul Ulama (NU), Partai Sarekat Islam maka politisi muslim
kehilangan ruang artikulasi politik secara nyata dan tegas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
https://idr.uin-antasari.ac.id ›