Anda di halaman 1dari 29

TUGAS PENGANTAR KOMPUTER

” Gangguan Sistem Syaraf Otak Manusia”

Nama : Ni Putu Anik Swandewi


Notar : 2102287
Kelas : MTJ 1.6

PROGRAM STUDI D-III MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN


PTDI-STTD
TAHUN AJARAN 2021/2022
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.............................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................3
A. PENGERTIAN............................................................................................................................................4
B. ETIOLOGI..................................................................................................................................................4
a. Herediter..............................................................................................................................................4
b. Radiasi..................................................................................................................................................5
c. Virus.....................................................................................................................................................5
d. Gaya Hidup...........................................................................................................................................5
e. Substansi-substansi karsinogenik.........................................................................................................5
f. Trauma Kepala......................................................................................................................................5
C. STADIUM TUMOR OTAK..........................................................................................................................6
a. Tumor Sel Glia......................................................................................................................................6
b. Meningioma.........................................................................................................................................6
D. KLASIFIKASI..............................................................................................................................................7
E. GEJALA.....................................................................................................................................................7
1. Gejala serebral umum......................................................................................................................7
2. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial...................................................................................................8
3. Gejala Berdasarkan Lokasi Tumor Otak dan Fungsi Yang Diserang..................................................9
F. PATOFISIOLOGI......................................................................................................................................12
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK..................................................................................................................15
I. PENATALAKSANAAN MEDIS....................................................................................................................16
J. KOMPLIKASI............................................................................................................................................17
K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................................................18
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN.............................................................................................................18
a. Identitas.........................................................................................................................................18
b. Riwayat Kesehatan.........................................................................................................................18
c. Pola Fungsional Kesehatan.............................................................................................................19
d. Pemeriksaan Fisik...........................................................................................................................21
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL.....................................................................23
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................27

DAFTAR TABEL
Table 1. Penyebab Tumor…………………………………………………………………………..

Table 2. Rencana Asuhan Keperawatan……………………………………………………………


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami telah mampu menyelesaikan penulisan laporan penelitian berjudul
“Gangguan Sistem Syaraf Otak Manusia”. Laporan penelitian ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Kebijakan dan Inovasi Pendidikan.
Dengan adanya penulisan laporan penelitian ini semoga dapat menjadi salah satu
bahan pembelajaran bagi pembaca, khususnya untuk mahasiswa Pendidikan Guru
Sekolah Dasar yang akan menjadi penerus pendidik dimasa mendatang.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyempurnakan laporan penelitian ini. Selain itu, kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah yaitu Ibu Cucun
Sunaengsih, M.Pd yang telah memberikan banyak dukungan dalam penyusunan
makalah ini. Kami pun menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian ini disusun
dengan masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika
dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan laporan penelitian ini. Semoga laporan
penelitian ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca serta bagi kemajuan dan
perkembangan pendidikan di Indonesia. Aamiin.

Denpasar, 11 Januari 2021

Peneliti
A. PENGERTIAN

Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak.
Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam ruang
intrakranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai bagian atau seluruh sifat-sifat proses
ganas spesifik seperti yang berasal, dari sel sel saraf di meningen otak, termasuk juga tumor
yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel pembuluh darah, dan selaput otak
(Padmosantjojo, 2002).

Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul dalam sistem saraf pusat dan
dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia (Liau, 2001). Apabila sel-sel tumor berasal dari
jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ organ lain disebut
tumor otak metastasis (Huff, 2009).

Pada saat tumor otak terjadi, pertumbuhan sel yang tidak diperlukan secara berlebihan
menimbulkan penekanan dan kerusakan pada sel-sel lain di otak dan mengganggu fungsi otak
bagian tersebut. Tumor tersebut akan menekan jaringan otak sekitar dan menimbulkan tekanan
yang disebabkan tekanan berlawanan oleh tulang tengkorak, dan jaringan otak yang sehat, serta
area sekitar saraf. Sebagai hasilnya, tumor akan merusak jaringan otak (Cook dan Freedman,
2012)

B. ETIOLOGI

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah banyak
penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor faktor yang perlu ditinjau, yaitu:

a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota sekeluarga.
Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi.
Pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas
yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embriorul berkembang menjadi bangunan bangunan yang mempunyai
morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan
embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal ilu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan
kordoma.

b. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan
degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma.

Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

c. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma
tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

d. Gaya Hidup
Penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan yang diawetkan, daging
asap atau acar tampaknya berkorelasi dengan peningkatan resiko tumor otak. Di samping
itu, resiko tumor otak menurun ketika individu makan lebih banyak buah dan sayuran

e. Substansi-substansi karsinogenik.
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitresoethylurea
Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

f. Trauma Kepala
Cedera kepala dapat menimbulkan tumor otak jika mengenai neuron dan tidak bisa
diperbaiki lagi. Kerusakan otak yang dijumpai pada trauma kepala dapat melalui 2 cara:

- Efek segera dari trauma pada fungsi otak


- Efek lanjutan dari respons sel-sel otak terhadap trauma.

Kerusakan neurologik segera disebabkan oleh suatu benda atau serpihan tulang yang
menembus dan merobek jaringan otak, oleh pengaruh kekuatan atau energi yang diteruskan
ke otak dan oleh efek akselerasi deselerasi pada otak. Derajat kerusakan yang terjadi
disebabkan pada kekuatan yang menimpa, makin besar kekuatan, makin parah kerusakan.
Kerusakan terjadi waktu energi kekuatan diteruskan ke otak. Banyak energi yang diserap
oleh lapisan pelindung yaitu rambut, kulit kepala dan tengkorak, tetapi pada trauma hebat
penyerapan ini tidak cukup untuk melindungi otak. Sisa energi diteruskan ke otak,
menyebabkan kerusakan otak. Kekuatan akselerasi dan deselerasi menyebabkan
bergeraknya isi dalam tengkorak yang keras sehingga memaksa otak membentur
permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dengan benturan.

C. STADIUM TUMOR OTAK


a. Tumor Sel Glia
Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan berdasarkan derajat keganasan
(grading):

1. WHO grade I : Tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca reseksi
cukup baik.

2. WHO grade II : Tumor bersifat infiltrasi, aktivitas mitosis rendah. namun sering
timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat progresif kearah derajat
keganasan yang lebih tinggi.

3. WHO grade II : Gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi tinggi, dan
terdapat anaplasia.

4. WHO grade IV : Mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya berhubungan


dengan progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post operasi.

b. Meningioma
5. Grade I (umumnya jinak) : meningotelia, psamomatosa, sekretorik. broblastik,
angiomatosa, limfoplasmosit, transis mikrokistik, dan metaplastik.

6. Grade II (memiliki angka rekurensi yang tinggi, terutama bila tindakan reseksi
tidak berhasil mengangkat tumor secara total): clear cell. chordoid, atipikal. Tipe
chordoid biasanya disertai dengan penyakit Castleman (kelainan proliferasi
limfoid).

7. Grade III (anaplastik) : papiler (farang dan tersering pda anakanak), rhabdoid dan
anaplastik. Grade III ini merupakan meningioma malignan dengan angka invasi
lokal yang tinggi, rekurensi tinggi, dan metastasis.
D. KLASIFIKASI
- Schwannoma berasal dari sel Schwann yang membungkus persarafan
- Ependimoma berasal dari sel yang membatasi bagian dalam otak
- Meningioma berasal dari meningen (jaringan yang melapisi bagian luar otak) o
- Adenoma berasal dari sel-sel kelenjar
- Osteoma berasal dari struktur tulang pada tengkorak - Hemangioblastoma berasal dari
pembuluh darah.

Tumor Otak Primer : Dari Dalam Otak


a) Glioma berasal dari jaringan yang mengelilingi dan menyokong sel-sel
saraf, beberapa diantaranya bersifat ganas

b) Glioblastoma multiformis merupakan jenis yang paling sering ditemukan


- Astrositoma anaplastik, pertumbuhannya sangat cepat - Astrositoma,
pertumbuhannya lambat c) Oligodendroglioma

d) Meduloblastoma, jarang terjadi, biasanya menyerang anak-anak sebelum mencapai


pubertas

e) Sarkoma dan adenosarkoma merupakan kanker yang jarang terjadi, yang tumbuh dari
struktur selain sel saraf.

E. GEJALA
1. Gejala serebral umum
Gejala serebral umum dapat berupa perubahan mental yang ringan (psikomotor
asthenia) yang dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa mudah tersinggung,
emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan
spontanitas, mungkin ditemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan
dapat dijumpai pada 2/3 kasus (Japardi, 1., 2002).

- Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal
tumor otak adalah nyeri kepala. Sementara itu, gejala lanjut ditemukan 70% kasus.
Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut,
umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta
pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri
kepala dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak (Japardi, i, 2002)

- Muntah
Terjadinya muntah terdapat pada 30% kasus dan umumnya menyertai nyeri kepala.
Terjadinya muntah lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya
muntah bersifat proyektif dan tak disertai dengan mual (Japardi, 1., 2002).

- Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan
lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan
kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor
otak bila

• Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun


• Mengalami post iktal paralisis
• Mengalami status epilepsi
• Resisten terhadap obat-obat epilepsi
• Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain

Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak di korteks, 50% pasien dengan
astrositoma, 40% pada pasien meningioma, dan 25% pada glioblastoma (Japardi, I.,
2002).

2. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial


Gejala tekanan tinggi intrakranial berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan
oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan kesadaran
menurun. Pada pemeriksaan ditemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan segera
karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu, dapat dijumpai parese N.VI
akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumortumor yang sering memberikan gejala TTIK
tanpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblastoma, spendimoma dari
ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan craniopharyngioma (Japardi, I., 2002)

3. Gejala Berdasarkan Lokasi Tumor Otak dan Fungsi Yang Diserang


- Gejala Tumor Otak di Lobus Frontal
Beberapa gejala yang timbul akibat tumor otak yang berkembang di lobus frontal
antara lain:

• menimbulkan gejala perubahan kepribadian seperti depresi.

• menimbulkan masalah psychiatric.

• bila jaras motorik ditekan oleh tumor hemiparese kontra lateral

• maka dapat timbul kejang fokal. Gejala kejang biasanya ditemukan pada stadium
lanjut,

• bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia, dan pada lobus
dominan menimbulkan gejala afasia.

• Perubahan perilaku dan kepribadian

• Penurunan kemampuan menilai sesuatu

• Penurunan daya penciuman

• Penurunan daya ingat

• Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh

• Penurunan fungsi mental/kognitif

• Penurunan penglihatan dan radang syaraf mata

- Gejala Tumor Otak di Lobus Temporal


Terjadinya tumor otak di lobus temporal akan menimbulkan beberapa gejala antara
lain:

• dapat menimbulkan gejala hemianopsia,

• dapat menimbulkan gejala neuropsychiatric seperti amnesia, hypergraphia dan


Deja vu

• lesi pada lobus yang dominan bisa menyebabkan aphasia

• Penurunan kemampuan bicara

• Kejang-kejang

• Kadang tanpa gejala sama sekali


• Gejala Tumor Otak di Lobus Parietal
Berikut ini akan dijelaskan beberapa gejala yang timbul akibat tumor otak yang terjadi
di lobus parietal.

• Akan menimbulkan gangguan sensorik dan motorik yang kontralateral.


• Dapat menimbulkan gejala homonymous hemionopia

• Bila ada lesi pada lobus yang dominan dapat menimbulkan gejala Disfasia
• Lesi yang tidak dominan bisa menimbulkan geographic agnosio dan dressing
apraxia.

• Penurunan kemampuan bicara

• Tidak bisa menulis

• Tidak mampu mengenali seseorang

• Kejang-kejang

• Disorientasi ruang

- Gejala Tumor Otak di Lobus Oksipital


Terjadinya tumor otak di lobus oksipital dapat menimbulkan beberapa gejala sebagai
berikut:

• menimbulkan homonymous hemianopia yang kontralateral

• gangguan penglihatan yang berkembang menjadi object ognosia.

• Kehilangan penglihatan pada salah satu atau kedua belah mata

• Kejang-kejang

- Gejala Tumor Otak di Tumor di Cerebello Pontin Angle


Beberapa gejala yang timbul akibat terjadinya tumor otak di cerebello pontin angle
antara lain:

• tersering berasal dari N VIII yaitu ocustic neurinama dan

• dapat dibedakan karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi pendengaran -


Gejala Tumor Otak di Glioma Batang Otak
Terjadinya tumor otak di glioma batang otak biasanya menimbulkan neuropati craniol
dengan gejala-gejala seperti diplopia, focial weakness, dan dysarthria.

• Perubahan perilaku dan emosional (lebih sensitif, mudah


• tersinggung)

• Sulit bicara dan menelan

• Mengantuk

• Sakit kepala, terutama pada pagi hari

• Kehilangan pendengaran

• Kelemahan syaraf pada salah satu sisi wajah

• Kelemahan syaraf pada salah satu sisi tubuh

• Gerakan tak terkontrol

• Kehilangan penglihatan, kelopak mata menutup, juling, dll.

• Muntah

- Tumor pada Gejala Tumor Otak di Tumor di Serebelum Tumor otak yang terjadi
di serebelum akan menimbulkan beberapa gejala seperti berikut ini

• Terdapat gangguan berjalan dan gejala tekanan intrakranial yang tinggi seperti
mual, muntah, dan nyeri kepala. Hal ini juga disebabkan oleh odem yang
terbentuk

• Nyeri kepala khas di daerah oksipital yang menjalar ke leher dan spasme darl
otot-otot servikal.

- TumorTumor pada Selaput Otak:

• Sakit kepala

• Kehilangan pendengaran

• Gangguan bicara

• Inkontinensi (tidak mampu mengontrol buang air kecil/besar)

• Gangguan mental dan emosional (apatis, anarkis, dll)


• Mengantuk berkepanjangan

• Kejang-kejang

• Kehilangan penglihatan

- Tumor pada Kelenjar Pituitary:


• Berhenti menstruasi (amenorrhea)

• Memproduksi air susu

• Impotensi

- Tumor pada Hipotalamus:

• Gangguan perkembangan seksual pada anak-anak

• Kerdil

• Berhenti menstruasi (amenorrhea)

• Gangguan cairan dan elektrolit - Tumor pada Ventrikel:

• Hidrosefalus

• Leher kaku

• Kepala miring

• Nyeri kepala mendadak

• Penglihatan kabur

• Penurunan kesadaran

F. PATOFISIOLOGI

Faktor risiko terjadi tumor otak meliputi faktor radiasi, kimi, dan virus. Meningioma lerjadi
pada pasien yang pernah menerima radiasi dalam dosis rendah seperti X-ray dan gelombang
elektromagnetik. Zat kimia yang berpotensi mengakibatkan tumor otak adalah senyawa nitrogen
senyawa tersebut banyak ditemukan pada makanan seperti daging yang diawetkan dan diasap
serta dapat ditemukan pada kosmetik dan produk, industri lainnya. Adanya virus Epstein Barr
(EBV) dapat mengakibatkan tumor otak yang dapat terjadi pada pasien dengan penurunan
immunosupresan misalnya pada pasien dengan HIV, pasca transplantasi organ atau
imunodefisiensi kongenital (Wismuji dkk, 2011).

Adanya pertumbuhan sel yang abnormal dari faktor risiko yang terjadi dapat mengakibatkan
tumor otak. Adanya lesi desak ruang dapat mendesak jaringan otak sehat di sekitarnya sehingga
terjadi defisit neurologis sesuai dengan lokasi tumor, tipe tumor serta pertumbuhan tumor
tersebut (Wistmas dkk, 2011).

Gejala klinis yang terjadi akibat adanya masa intrakranial disebabkan oleh lesi desak ruang
tumor terhadap ruang intrakranial, sehingga terjadi penekanan jaringan disekitar otak yang dapat
mengakibatkan edema serebri akibat penumpukan cairan interstisial disekitar tumor. Adunya
edema serebri menandakan adanya tumor ganas seperti glioblastoma dan medullablastoma
(Wismaji s dkk, 2011).

Edema disekitar tumor dapat mengakibatkan hidrosefalus yang terjadi akibat obstruksi
sirkulasi cairan serebrospinal, hidrosefalus terjadi pada tumor yang berada di fosa posterior dan
lebih banyak terjadi pada anak-anak. Hidrosefalus dan edema serebri dapat menyebabkan
herniasi serebral yang menekan struktur penting yang dapat mengakibatkan perubahan sirkulasi
cairan, sehingga sirkulasi sel-sel terjadi mengalami penurunan dan terjadinya penurunan oksigen
sehingga mengakibatkan sirkulasi menjadi anaerob dan terjadinya hipoksia serebral yang dapat
mengakibatkan masalah ketidakefektifan jaringan otak serta kompensasi takipnea sehingga
munculnya masalah gangguan pola nafas.

Peringatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor: bertambahnya


massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan
mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap duri ruang tengkorak yang kaku, Tumor ganas
menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya belum seluruhnya
dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan.
Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan meningkatkan tekanan intrakranial. Obstruksi
sirkulasi cairan serebrosinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan
hidrosefalus (Ariani A. 2012).
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah
satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Tanda dan gejala terjadinya peningkatan
tekanan intrakranial adalah tekanan darah meningkat, nyeri kepala progresif yang dapat
mengakibatkan nyeri akut, mual muntah proyektil yang dapat menimbulkan masalah gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, serta terjadinya penurunan kesadaran yang dapat
mengakibatkan menekan saraf otak sehingga dapat menimbulkan hemiparise yang dapat terjadi
masalah risiko cedera dan defisit perawatan diri. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu
berhari-hari itu berbulan bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila
tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan
volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel, dan
mengurangi sel-sel parenkim. (Ariani A. 2012)

Menurut Wismaji S dkk. (2011) Tanda dan gejala tumor otak bisa dilihat bedasarkan
lokasi tumor tersebut. Tumor screbellum atau otak kecil dapat mengakibatkan gangguan
kesimbangan, sikap badan serta aktivitas otot yang dapat menimbulkan masalah risiko cidera.
Tumor enchepalon atau otak tengah dibagi menjadi bagian thalamus yang dapat
mengakibatkan gangguan sensasi somatik dan dapat menimbulkan masalah risiko cidera,
serta bagian epitalamus yang dapat mengakibatkan gangguan penciuman dan dapat
menimbulkan masalah perubahan peresepsi sensor, dan bagian hipotalamus yang berperan
dalam pengaturun suhu yang dapat menimbulkan masalah hipertermi. Tumor meningen dapat
mengakibatkan gangguan gaya berjalan, serta gangguan kepribadian. Tumor sereblum dibagi
menjadi bagian lobus parictal yang dapat mengakibatkan gangguan sensori nyeri, bagian
lobus temporal dapat mengakibaikan gangguan pendengaran, kerusakan konstruksi verbal
dan menimbulkan masalah perubahan persepsi sensori, bagian lobus frontal dapat
mengakibatkan gangguan gerak aktivitas serta gangguan kepribadian, bagian lobus ocipital
dapat mengakibatkan gangguan vistul yang dapat menimbulkan masalah perubahan persepsi
sensori dan mengakibatkan nyeri kepala yang dapat menimbulkan masalah nyeri akut.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Diagnosis terbaik pada brain tumor adalah dengan penggunaan cranial MRI. MRI harus
menjadi pemeriksaan pertama pada pasien dengan tanda dan gejala kelainan pada
intracranial. MRI menggunakan magnetic field bertenaga untuk menentukan nuclear
magnetic spin dan resonansi yang tepat pada sebuah jaringan bervolume kecil. Jaringan
yang berbeda memiliki nuclear magnetic spin dan resonansi yang berbeda pula.

G. POHON MASALAH

Penyebab tumor otak primer dan sekunder

Tumor Otak

Berpoliferasi/tumbuh

Timbul perbedaan tekanan osmotik

Edema sekitar tumor

Perubahan massa dalam tengkorak

Gangguan fokal otak

Penurunan kendali otot Perubahan suplai darah

Mengeluh sulit Risiko Perfusi Serebral


menggerakan ektremitas, Tidak Efektif
kekuatan otot menurun,
rentang gerak (ROM)
menurun

Gangguan Mobilitas Fisik


Table 3. Penyebab Tumor

2. CT Scan (Computed Tomography Scan)


CT Scan adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar-X dan dengan penggunaan
komputer yang akan menghasilkan gambar organ-organ tubuh manusia. CT Scan dapat
digunakan apabila MRI tidak tersedia. Namun, low-grade tumor pada posterior fossa
dapat terlewatkan oleh CT Scan.

3. Rontgen tengkorak dan angiografi


4. Electroencephalogram (EEG).
Tes ini mengukur aktivitas listrik otak. mendeteksi gelombang otak abnormal pada
daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus
temporal pada waktu kejang.

5. Pemeriksaan cairan cerebrospinal.


Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutam pada pasien dengan massa di otak yang
besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi,
sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses
cerebri),

6. Biopsi jaringan. Bila ada dugaan tumor ganas,, dipandu oleh CT scan atau MRI

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan terapi tumor otak secara umum adalah untuk mengecilkan masa tumor otak
(cytoreduction) sehingga sisa-sisa tumor yang tertinggal dapat diberantas dengan reaksi
pembelaan imunologis dari tubuh sendiri.
Penatalaksanaan penderita tumor otak secara umum adalah sebagai berikut (Bahrudin, 2016):

a. Operasi

Operasi pada tumor otak berguna untuk :


✓ Diagnosis histologis yang tepat
✓ Cytoreduction yang baik
✓ Menghilangkan akibat suatu tumor, seperti gangguan tractus piramidalis.
✓ Mendapat kesempatan mendapatkan cara pengobatan lain, misalnya
kemoterapi.

✓ Post operasi akan terjadi perubahan sifat tumor, yaitu menjadi lebih ✓
sensitif terhadap radiasi atau kemoterapi.

b. Radioterapi
Sedapat mungkin memastikan diagnosis jenis tumor sebelum memulai dengan
radiasi, oleh karena masing-masing mempunyai karakteristik sendiri.

c. Kemoterapi
Di beberapa sentra, pada waktu ini digunakan kemoterapi pada tumor otak,
misalnya pada glioma digunakan kombinasi lima obat: BCNU (1,3 bis 2
chlorethyI nitroso urea), CCNU (1 methyl 2 chloro 2 cyclohexyl nitroso urea),
vincristine, procarbazine, dan eptozotocin. Obat-obat ini untuk dapat
mencapai tumor di otak harus melalui blood brain barrier, sehingga cara
pemberiannya harus disuntikkan lewat arteria karotis atau waktu operasi otak.

Dengan lima obat kombinasi yang diberikan sebagai suatu terapi, maka
hidup penderita dapat diperpanjang sampai enam bulan. Dengan pemberian
secara intrakarotid, maka dosis yang diberikan tidak terlalu besar, namun dosis
yang sampai pada tumor cukup besar.

J. KOMPLIKASI
a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga
menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat
terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).

b. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalamrongga
cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan
serebrospinal akibat massa.

c. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.
d. Kematian
Kematian adalah gangguan fungsi luhur. Gangguan ini sering diistilahkan dengan
gangguan kognitif dan neurobehavior sehubungan dengan kerusakan fungsi pada
area otak yang ditumbuhi tumor atau terkena pembedahan maupun radioterapi.

e. Gangguan kognitif dan neurobehavior


Sehubungan dengan kerusakan fungsi pada area otak yang ditumbuhi tumor atau
terkena pembedahan maupun radioterapi. Neurobehavior adalah keterkaitan
perilaku dengan fungsi kognitif dan lokasi / lesi tertentu di otak.

f. Disartria
Gangguan wicara karena kerusakan di otak atau neuromuscular perifer yang
bertanggung jawab dalam proses bicara.

g. Disfagi
Merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu ketidakmampuan menelan
makanan karena hilangnya refleks menelan. Gangguan bisa terjadi di fase oral,
pharingeal atau oesophageal. Komplikasi ini akan menyebabkan terhambatnya
asupan nutrisi bagi penderita serta berisiko aspirasi pula karena muntahnya
makanan ke paru.

h. Kelemahan otot
Kelemahan otot terjadi pada pasien tumor otak umumnya dan yang mengenai saraf
khususnya ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan tetraparesis.

K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas
Meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Diagnose
Medis, No Register,Dan Tanggal MRS

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang bisa dirasakan pada pasien post operasi fraktur yaitu
gangguan mobilitas fisik.

2) Riwayat penyakit dahulu


Perawat menanyakan pada pasien adanya riwayat penyakit sistem
muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis) sebelumnya.

3) Riwayat penyakit sekarang


Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebutkan
terjadi keluhan atau gangguan mobilitas fisik seperti adanya kelemahan otot,
kelelahan, daerah yang mengalami gangguan mobilitas fisik, lama terjadinya
gangguan mobilitas fisik.

4) Riwayat Penyakit Keluarga


Didalam anggota keluarga tidak atau ada yang pernah mengalami penyakit
fraktur atau penyakit menular.

c. Pola Fungsional Kesehatan


1) Pola Persepsi Kesehatan
Setelah klien mengalami post op klien akan mengalami gangguan konsep diri
karena perubahan cara berjalan akibat kecelakaan.

2) Pola Nutrisi dan Metabolik


Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan schariharinya
seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C dan lainnya untuk membantu proses
penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu
menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi
dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar
matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal
terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degeneràsi dan
mobilitas klien.

3) Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun
begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola
eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi,
kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada
kesulitan atau tidak.

4) Pola Aktivitas dan Latihan


Aktifitas dan latihan mengalami perubahan atau gangguan akibat adanya luka
operasi sehingga perlu dibantu baik perawat maupun klien.

5) Pola Tidur dan Istirahat


Kebiasaan pola tidur dan istirahat klien megnalami gangguan yang disebabkan
oleh nyeri luka post op.

6) Pola Sensori dan Kognitif


Biasanya klien mengeluh nyeri yang disebabkan oleh adanya kerusakan jaringan
lunak dan hilangnya darah serta cairan seluler ke dalam jaringan.

7) Pola aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien
menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain.
Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien.
Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur
dibanding pekerjaan yang lain.

8) Pola Hubungan dan Peran


Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat,karena klien
harus menjalani rawat inap.

9) Pola Reproduksi Seksual


Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual
karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang
dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah
anak, lama perkawinannya.

10) Pola Penanggulangan Stress


Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan
timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang
ditempuh klien bisa tidak efektif.
11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Biasanya klien pada post op akan mengalami gangguan atau perubahan dalam
menjalankan ibadahnya.

d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, compos mentis, tergantung
pada keadaan klien. Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang,
berat dan pada kasus fraktur biasanya akut. Tanda-tanda vital tidak normal
karena ada gangguan lokal baik fungsi maupun bentuk.

2) Kepala
Bentuk kepala : (simetris atau tidak), ada ketombe atau tidak,ada kotoran pada
kulit kepala atau tidak, pertumbuhan rambut merata atau tidak, ada lesi atau
tidak, ada nyeri tekan atau tidak.

3) Kulit
Warna kulit, turgor kulit cepat kembali atau tidak, ada lesi atau tidak, ada oedema
atau tidak, ada peradangan atau tidak.

4) Pengelihatan
Bola mata (simetris atau tidak), pergerakan bola mata normal atau tidak, refleks
pupil terhadap cahaya normal atau tidak, kornea (bening atau tidak).
konjungtiva(anemis atau tidak), sclera ada ikterik/tidak, ketajaman pengelihatan
normal atau tidak.

5) Penciuman dan Hidung.


Bentuk (simetris atau tidak) fungsi penciuman (baik atau tidak). peradangan (ada
atau tidak), ada polip atau tidak.

6) Pendengaran dan Telinga


Bentuk daun telinga (simetris atau tidak), letaknya (simetris atau tidak),
peradangan (ada atau tidak), fungsi pendengaran (baik atau tidak), ada serumen
atau tidak ,ada cairan atau tidak.

7) Mulut.
Bibir (warnanya pucat, cyanosis atau merah), kering atau tidak ,pecah atau tidak,
Gigi (bersih atau tidak), gusi(ada darah atau tidak), tonsil (radang atau tidak),
lidah (tremor atau tidak, kotor atau tidak), Fungsi pengecapan (baik atau tidak),
mukosa mulut (bagaimana warnanya),ada stomatitis atau tidak.

8) Leher
Benjolan atau massa (ada atau tidak), ada kekakuan atau tidak, ada nyeri tekan
atau tidak, pergerakan leher, (ROM) : bisa bergerak fleksi atau tidak, rotasi atau
tidak, lateral fleksi atau tidak, hiper ekstensi atau tidak, tenggorokan : ovula
(simetris atau tidak), kedudukan trakea (normal atau tidak), gangguan bicara (ada
atau tidak).

9) Dada dan Pernafasan.


Bentuk (simetris atau tidak), bentuk dan pergerakan dinding dada (simetris atau
tidak), ada bunyi atau i yma pernapasan seperti : teratur atau tidak, ada irama
kussmaul atau tidak, stridor atau tidak, wheezing ada atau tidak, ronchi atau
tidak, pleural friction-Rub atau tidak, ada nyeri tekan pada daerah dada atau
tidak, ada atau tidak bunyi jantung tambahan seperti : Bunyi jantung I yaitu bunyi
menutupnya katup mitral dan trikuspidalis, BJ II yaitu bunyi menutupnya katup
aorta dan pulmonalis, Bising jantung atau Murmur.

10) Abdomen
Bentuk (simetris atau tidak), datar atau tidak, ada nyeri tekan pada epigastrik atau
tidak, ada peningkatan peristaltic usus atau tidak, ada nyeri tekan pada daerah
suprapubik atau tidak, ada odem atau tidak.

11) Sistem Reproduksi


Ada radang pada genitalia eksterna atau tidak, ada lesi atau tidak, siklus
menstruasi teratur atau tidak, ada pengeluaran tidak.

12) Ekstremitas Bawah


Ada pembatasan gerak atau tidak, ada odem atau tidak, varises ada atau tidak,
tromboplebitis ada atau tidak, nyeri atau kemerahan (ada atau tidak), tanda-tanda
infeksi (ada atau tidak), ada kelemahan tungkai atau tidak.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan tumor otak.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot dibuktikan
dengan mengeluh sulit menggerakan ekstremitas, kekuatan otot menurun, dan
rentang gerak (ROM) menurun.

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Risiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Tekanan Intrakranial
serebral tidak efektif keperawatan 4 x 24 jam (I.06198)
dibuktikan dengan
diharapkan Perfusi - Observasi
tumor otak.
Serebral (L.02014) 1. Identifikasi penyebab peningkatan

meningkat dengan kriteria TIK (mis, lesi menempati ruang,

hasil : gangguan metabolisme, edema


serebral, peningkatan takanan vena,
1. Tingkat kesadaran
obstruksi aliran cairan serebrospinal,
meningkat
hipertensi intrakranial idiopatik)
2. Kognitif meningkat
2. Monitor peningkatan TD
3. Tekanan intra kranial
3. Monitor pelebaran tekanan nadi
menurun
(selisih TDS dan TDD)
4. Sakit kepala menurun
4. Monitor penurunan frekuensi
5. Gelisah menurun
jantung
6. Kecemasan menurun
5. Monitor ireguleritas irama napas
7. Agitasi menurun
8. Demam menurun 6. Monitor penurunan tingkat
9. Nilai rata-rata tekanan kesadaran
darah menurun 7. Monitor perlambatan atau
10. Kesadaran membaik ketidaksimetrisan respon pupil
11. Tekanan darah sistolik 8. monitor kadar CO2 dan pertahankan
membaik dalam rentang yang di indikasikan
12. Tekanan darah distolik 9. Monitor tekanan perfusi serebral
membaik 10. Monitor jumlah, kecepatan, dan
13. Refleks saraf karakteristik drainase cairan
membaik
serebrospinal
11. Monitor efek stimulus lingkungan
terhadap TIK

- Terapeutik
1. Ambil sampel drainase cairan
serebrospinal
2. Kalibrasi transduser
3. Pertahankan sterilitas sistem
pemantauan

4. Pertahankan posisi kepala dan leher


netral

5. Bilas sistem pemantauan, jika perlu


6. Atur interval pemantauan sesuai
kondisi pasien

7. Dokumentasikan hasil pemantauan


- Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

2. Informasikan hasil pemantauan, jika


perlu.

2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi (I.05173)


mobilitas keperawatan 4 x - Observasi
fisik
berhubungan 24 jam diharapkan 1. Identifikasi adanya nyeri
dengan penurunan Mobilitas fisik (L.05042) atau keluhan fisik lainnya
kendali otot meningkat dengan kriteria 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
dibuktikan dengan hasil : pergerakan
mengeluh sulit 3.
1. Pergerakan ekstremitas Monitor frekuensi jantung dan
menggerakan
meningkat tekanan darah sebelum memulai
ekstremitas,
2. Kekuatan otot mobilisasi
kekuatan otot 4.
meningkat
menurun, dan Monitor kondisi umum selama
rentang gerak 3. Rentang gerak (ROM) melakukan mobilisasi
(ROM) menurun.
meningkat 1. - Terapeutik
4. Nyeri menurun Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan

5. Kecemasan menurun 2. alat bantu (mis. pagar tempat tidur)


Fasilitasi melakukan
6. Kaku sendi menurun
pergerakan, jika perlu
7. Gerakan tidak
terkoordinasi menurun 3. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
8. Gerakan terbatas
menurun pergerakan
- Edukasi
9. Kelemahan fisik
1. Jelaskan tujuan dan
menurun
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)

Table 4. Rencana Asuhan Keperawatan

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Dwi Indra Yuli. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Ibu S Yang Mengalami Tumor
Otak (Astrocytoma) Di Ruang Angsoka Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Diploma Thesis, Stikes Muhammadiyah Samarinda.

Imaniah, Mifta Dwi. 2014. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Tumor Cerebri.
Makalah.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa: Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Wulandari, Ismi. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tumor Otak Di
Ruang Syaraf RSUP Dr. M Djamil Padang. Diploma Thesis, Poltekkes Kemenkes Padang.

Yueniwati, Yuyun. 2017. Pencitraan Pada Tumor Otak: Modalitas dan Interprestsinya.
Malang: UB Media.

Anda mungkin juga menyukai