DAFTAR TABEL
Table 1. Penyebab Tumor…………………………………………………………………………..
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami telah mampu menyelesaikan penulisan laporan penelitian berjudul
“Gangguan Sistem Syaraf Otak Manusia”. Laporan penelitian ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Kebijakan dan Inovasi Pendidikan.
Dengan adanya penulisan laporan penelitian ini semoga dapat menjadi salah satu
bahan pembelajaran bagi pembaca, khususnya untuk mahasiswa Pendidikan Guru
Sekolah Dasar yang akan menjadi penerus pendidik dimasa mendatang.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyempurnakan laporan penelitian ini. Selain itu, kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah yaitu Ibu Cucun
Sunaengsih, M.Pd yang telah memberikan banyak dukungan dalam penyusunan
makalah ini. Kami pun menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian ini disusun
dengan masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika
dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan laporan penelitian ini. Semoga laporan
penelitian ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca serta bagi kemajuan dan
perkembangan pendidikan di Indonesia. Aamiin.
Peneliti
A. PENGERTIAN
Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak.
Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam ruang
intrakranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai bagian atau seluruh sifat-sifat proses
ganas spesifik seperti yang berasal, dari sel sel saraf di meningen otak, termasuk juga tumor
yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel pembuluh darah, dan selaput otak
(Padmosantjojo, 2002).
Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul dalam sistem saraf pusat dan
dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia (Liau, 2001). Apabila sel-sel tumor berasal dari
jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ organ lain disebut
tumor otak metastasis (Huff, 2009).
Pada saat tumor otak terjadi, pertumbuhan sel yang tidak diperlukan secara berlebihan
menimbulkan penekanan dan kerusakan pada sel-sel lain di otak dan mengganggu fungsi otak
bagian tersebut. Tumor tersebut akan menekan jaringan otak sekitar dan menimbulkan tekanan
yang disebabkan tekanan berlawanan oleh tulang tengkorak, dan jaringan otak yang sehat, serta
area sekitar saraf. Sebagai hasilnya, tumor akan merusak jaringan otak (Cook dan Freedman,
2012)
B. ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah banyak
penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota sekeluarga.
Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi.
Pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas
yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embriorul berkembang menjadi bangunan bangunan yang mempunyai
morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan
embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal ilu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan
kordoma.
b. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan
degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma.
c. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma
tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
d. Gaya Hidup
Penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan yang diawetkan, daging
asap atau acar tampaknya berkorelasi dengan peningkatan resiko tumor otak. Di samping
itu, resiko tumor otak menurun ketika individu makan lebih banyak buah dan sayuran
e. Substansi-substansi karsinogenik.
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitresoethylurea
Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
f. Trauma Kepala
Cedera kepala dapat menimbulkan tumor otak jika mengenai neuron dan tidak bisa
diperbaiki lagi. Kerusakan otak yang dijumpai pada trauma kepala dapat melalui 2 cara:
Kerusakan neurologik segera disebabkan oleh suatu benda atau serpihan tulang yang
menembus dan merobek jaringan otak, oleh pengaruh kekuatan atau energi yang diteruskan
ke otak dan oleh efek akselerasi deselerasi pada otak. Derajat kerusakan yang terjadi
disebabkan pada kekuatan yang menimpa, makin besar kekuatan, makin parah kerusakan.
Kerusakan terjadi waktu energi kekuatan diteruskan ke otak. Banyak energi yang diserap
oleh lapisan pelindung yaitu rambut, kulit kepala dan tengkorak, tetapi pada trauma hebat
penyerapan ini tidak cukup untuk melindungi otak. Sisa energi diteruskan ke otak,
menyebabkan kerusakan otak. Kekuatan akselerasi dan deselerasi menyebabkan
bergeraknya isi dalam tengkorak yang keras sehingga memaksa otak membentur
permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dengan benturan.
1. WHO grade I : Tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca reseksi
cukup baik.
2. WHO grade II : Tumor bersifat infiltrasi, aktivitas mitosis rendah. namun sering
timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat progresif kearah derajat
keganasan yang lebih tinggi.
3. WHO grade II : Gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi tinggi, dan
terdapat anaplasia.
b. Meningioma
5. Grade I (umumnya jinak) : meningotelia, psamomatosa, sekretorik. broblastik,
angiomatosa, limfoplasmosit, transis mikrokistik, dan metaplastik.
6. Grade II (memiliki angka rekurensi yang tinggi, terutama bila tindakan reseksi
tidak berhasil mengangkat tumor secara total): clear cell. chordoid, atipikal. Tipe
chordoid biasanya disertai dengan penyakit Castleman (kelainan proliferasi
limfoid).
7. Grade III (anaplastik) : papiler (farang dan tersering pda anakanak), rhabdoid dan
anaplastik. Grade III ini merupakan meningioma malignan dengan angka invasi
lokal yang tinggi, rekurensi tinggi, dan metastasis.
D. KLASIFIKASI
- Schwannoma berasal dari sel Schwann yang membungkus persarafan
- Ependimoma berasal dari sel yang membatasi bagian dalam otak
- Meningioma berasal dari meningen (jaringan yang melapisi bagian luar otak) o
- Adenoma berasal dari sel-sel kelenjar
- Osteoma berasal dari struktur tulang pada tengkorak - Hemangioblastoma berasal dari
pembuluh darah.
e) Sarkoma dan adenosarkoma merupakan kanker yang jarang terjadi, yang tumbuh dari
struktur selain sel saraf.
E. GEJALA
1. Gejala serebral umum
Gejala serebral umum dapat berupa perubahan mental yang ringan (psikomotor
asthenia) yang dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa mudah tersinggung,
emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan
spontanitas, mungkin ditemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan
dapat dijumpai pada 2/3 kasus (Japardi, 1., 2002).
- Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal
tumor otak adalah nyeri kepala. Sementara itu, gejala lanjut ditemukan 70% kasus.
Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut,
umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta
pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri
kepala dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak (Japardi, i, 2002)
- Muntah
Terjadinya muntah terdapat pada 30% kasus dan umumnya menyertai nyeri kepala.
Terjadinya muntah lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya
muntah bersifat proyektif dan tak disertai dengan mual (Japardi, 1., 2002).
- Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan
lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan
kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor
otak bila
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak di korteks, 50% pasien dengan
astrositoma, 40% pada pasien meningioma, dan 25% pada glioblastoma (Japardi, I.,
2002).
• maka dapat timbul kejang fokal. Gejala kejang biasanya ditemukan pada stadium
lanjut,
• bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia, dan pada lobus
dominan menimbulkan gejala afasia.
• Kejang-kejang
• Bila ada lesi pada lobus yang dominan dapat menimbulkan gejala Disfasia
• Lesi yang tidak dominan bisa menimbulkan geographic agnosio dan dressing
apraxia.
• Kejang-kejang
• Disorientasi ruang
• Kejang-kejang
• Mengantuk
• Kehilangan pendengaran
• Muntah
- Tumor pada Gejala Tumor Otak di Tumor di Serebelum Tumor otak yang terjadi
di serebelum akan menimbulkan beberapa gejala seperti berikut ini
• Terdapat gangguan berjalan dan gejala tekanan intrakranial yang tinggi seperti
mual, muntah, dan nyeri kepala. Hal ini juga disebabkan oleh odem yang
terbentuk
• Nyeri kepala khas di daerah oksipital yang menjalar ke leher dan spasme darl
otot-otot servikal.
• Sakit kepala
• Kehilangan pendengaran
• Gangguan bicara
• Kejang-kejang
• Kehilangan penglihatan
• Impotensi
• Kerdil
• Hidrosefalus
• Leher kaku
• Kepala miring
• Penglihatan kabur
• Penurunan kesadaran
F. PATOFISIOLOGI
Faktor risiko terjadi tumor otak meliputi faktor radiasi, kimi, dan virus. Meningioma lerjadi
pada pasien yang pernah menerima radiasi dalam dosis rendah seperti X-ray dan gelombang
elektromagnetik. Zat kimia yang berpotensi mengakibatkan tumor otak adalah senyawa nitrogen
senyawa tersebut banyak ditemukan pada makanan seperti daging yang diawetkan dan diasap
serta dapat ditemukan pada kosmetik dan produk, industri lainnya. Adanya virus Epstein Barr
(EBV) dapat mengakibatkan tumor otak yang dapat terjadi pada pasien dengan penurunan
immunosupresan misalnya pada pasien dengan HIV, pasca transplantasi organ atau
imunodefisiensi kongenital (Wismuji dkk, 2011).
Adanya pertumbuhan sel yang abnormal dari faktor risiko yang terjadi dapat mengakibatkan
tumor otak. Adanya lesi desak ruang dapat mendesak jaringan otak sehat di sekitarnya sehingga
terjadi defisit neurologis sesuai dengan lokasi tumor, tipe tumor serta pertumbuhan tumor
tersebut (Wistmas dkk, 2011).
Gejala klinis yang terjadi akibat adanya masa intrakranial disebabkan oleh lesi desak ruang
tumor terhadap ruang intrakranial, sehingga terjadi penekanan jaringan disekitar otak yang dapat
mengakibatkan edema serebri akibat penumpukan cairan interstisial disekitar tumor. Adunya
edema serebri menandakan adanya tumor ganas seperti glioblastoma dan medullablastoma
(Wismaji s dkk, 2011).
Edema disekitar tumor dapat mengakibatkan hidrosefalus yang terjadi akibat obstruksi
sirkulasi cairan serebrospinal, hidrosefalus terjadi pada tumor yang berada di fosa posterior dan
lebih banyak terjadi pada anak-anak. Hidrosefalus dan edema serebri dapat menyebabkan
herniasi serebral yang menekan struktur penting yang dapat mengakibatkan perubahan sirkulasi
cairan, sehingga sirkulasi sel-sel terjadi mengalami penurunan dan terjadinya penurunan oksigen
sehingga mengakibatkan sirkulasi menjadi anaerob dan terjadinya hipoksia serebral yang dapat
mengakibatkan masalah ketidakefektifan jaringan otak serta kompensasi takipnea sehingga
munculnya masalah gangguan pola nafas.
Menurut Wismaji S dkk. (2011) Tanda dan gejala tumor otak bisa dilihat bedasarkan
lokasi tumor tersebut. Tumor screbellum atau otak kecil dapat mengakibatkan gangguan
kesimbangan, sikap badan serta aktivitas otot yang dapat menimbulkan masalah risiko cidera.
Tumor enchepalon atau otak tengah dibagi menjadi bagian thalamus yang dapat
mengakibatkan gangguan sensasi somatik dan dapat menimbulkan masalah risiko cidera,
serta bagian epitalamus yang dapat mengakibatkan gangguan penciuman dan dapat
menimbulkan masalah perubahan peresepsi sensor, dan bagian hipotalamus yang berperan
dalam pengaturun suhu yang dapat menimbulkan masalah hipertermi. Tumor meningen dapat
mengakibatkan gangguan gaya berjalan, serta gangguan kepribadian. Tumor sereblum dibagi
menjadi bagian lobus parictal yang dapat mengakibatkan gangguan sensori nyeri, bagian
lobus temporal dapat mengakibaikan gangguan pendengaran, kerusakan konstruksi verbal
dan menimbulkan masalah perubahan persepsi sensori, bagian lobus frontal dapat
mengakibatkan gangguan gerak aktivitas serta gangguan kepribadian, bagian lobus ocipital
dapat mengakibatkan gangguan vistul yang dapat menimbulkan masalah perubahan persepsi
sensori dan mengakibatkan nyeri kepala yang dapat menimbulkan masalah nyeri akut.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Diagnosis terbaik pada brain tumor adalah dengan penggunaan cranial MRI. MRI harus
menjadi pemeriksaan pertama pada pasien dengan tanda dan gejala kelainan pada
intracranial. MRI menggunakan magnetic field bertenaga untuk menentukan nuclear
magnetic spin dan resonansi yang tepat pada sebuah jaringan bervolume kecil. Jaringan
yang berbeda memiliki nuclear magnetic spin dan resonansi yang berbeda pula.
G. POHON MASALAH
Tumor Otak
Berpoliferasi/tumbuh
6. Biopsi jaringan. Bila ada dugaan tumor ganas,, dipandu oleh CT scan atau MRI
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan terapi tumor otak secara umum adalah untuk mengecilkan masa tumor otak
(cytoreduction) sehingga sisa-sisa tumor yang tertinggal dapat diberantas dengan reaksi
pembelaan imunologis dari tubuh sendiri.
Penatalaksanaan penderita tumor otak secara umum adalah sebagai berikut (Bahrudin, 2016):
a. Operasi
✓ Post operasi akan terjadi perubahan sifat tumor, yaitu menjadi lebih ✓
sensitif terhadap radiasi atau kemoterapi.
b. Radioterapi
Sedapat mungkin memastikan diagnosis jenis tumor sebelum memulai dengan
radiasi, oleh karena masing-masing mempunyai karakteristik sendiri.
c. Kemoterapi
Di beberapa sentra, pada waktu ini digunakan kemoterapi pada tumor otak,
misalnya pada glioma digunakan kombinasi lima obat: BCNU (1,3 bis 2
chlorethyI nitroso urea), CCNU (1 methyl 2 chloro 2 cyclohexyl nitroso urea),
vincristine, procarbazine, dan eptozotocin. Obat-obat ini untuk dapat
mencapai tumor di otak harus melalui blood brain barrier, sehingga cara
pemberiannya harus disuntikkan lewat arteria karotis atau waktu operasi otak.
Dengan lima obat kombinasi yang diberikan sebagai suatu terapi, maka
hidup penderita dapat diperpanjang sampai enam bulan. Dengan pemberian
secara intrakarotid, maka dosis yang diberikan tidak terlalu besar, namun dosis
yang sampai pada tumor cukup besar.
J. KOMPLIKASI
a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga
menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat
terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
b. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalamrongga
cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan
serebrospinal akibat massa.
c. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.
d. Kematian
Kematian adalah gangguan fungsi luhur. Gangguan ini sering diistilahkan dengan
gangguan kognitif dan neurobehavior sehubungan dengan kerusakan fungsi pada
area otak yang ditumbuhi tumor atau terkena pembedahan maupun radioterapi.
f. Disartria
Gangguan wicara karena kerusakan di otak atau neuromuscular perifer yang
bertanggung jawab dalam proses bicara.
g. Disfagi
Merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu ketidakmampuan menelan
makanan karena hilangnya refleks menelan. Gangguan bisa terjadi di fase oral,
pharingeal atau oesophageal. Komplikasi ini akan menyebabkan terhambatnya
asupan nutrisi bagi penderita serta berisiko aspirasi pula karena muntahnya
makanan ke paru.
h. Kelemahan otot
Kelemahan otot terjadi pada pasien tumor otak umumnya dan yang mengenai saraf
khususnya ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan tetraparesis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang bisa dirasakan pada pasien post operasi fraktur yaitu
gangguan mobilitas fisik.
3) Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun
begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola
eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi,
kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada
kesulitan atau tidak.
7) Pola aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien
menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain.
Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien.
Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur
dibanding pekerjaan yang lain.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, compos mentis, tergantung
pada keadaan klien. Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang,
berat dan pada kasus fraktur biasanya akut. Tanda-tanda vital tidak normal
karena ada gangguan lokal baik fungsi maupun bentuk.
2) Kepala
Bentuk kepala : (simetris atau tidak), ada ketombe atau tidak,ada kotoran pada
kulit kepala atau tidak, pertumbuhan rambut merata atau tidak, ada lesi atau
tidak, ada nyeri tekan atau tidak.
3) Kulit
Warna kulit, turgor kulit cepat kembali atau tidak, ada lesi atau tidak, ada oedema
atau tidak, ada peradangan atau tidak.
4) Pengelihatan
Bola mata (simetris atau tidak), pergerakan bola mata normal atau tidak, refleks
pupil terhadap cahaya normal atau tidak, kornea (bening atau tidak).
konjungtiva(anemis atau tidak), sclera ada ikterik/tidak, ketajaman pengelihatan
normal atau tidak.
7) Mulut.
Bibir (warnanya pucat, cyanosis atau merah), kering atau tidak ,pecah atau tidak,
Gigi (bersih atau tidak), gusi(ada darah atau tidak), tonsil (radang atau tidak),
lidah (tremor atau tidak, kotor atau tidak), Fungsi pengecapan (baik atau tidak),
mukosa mulut (bagaimana warnanya),ada stomatitis atau tidak.
8) Leher
Benjolan atau massa (ada atau tidak), ada kekakuan atau tidak, ada nyeri tekan
atau tidak, pergerakan leher, (ROM) : bisa bergerak fleksi atau tidak, rotasi atau
tidak, lateral fleksi atau tidak, hiper ekstensi atau tidak, tenggorokan : ovula
(simetris atau tidak), kedudukan trakea (normal atau tidak), gangguan bicara (ada
atau tidak).
10) Abdomen
Bentuk (simetris atau tidak), datar atau tidak, ada nyeri tekan pada epigastrik atau
tidak, ada peningkatan peristaltic usus atau tidak, ada nyeri tekan pada daerah
suprapubik atau tidak, ada odem atau tidak.
- Terapeutik
1. Ambil sampel drainase cairan
serebrospinal
2. Kalibrasi transduser
3. Pertahankan sterilitas sistem
pemantauan
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Dwi Indra Yuli. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Ibu S Yang Mengalami Tumor
Otak (Astrocytoma) Di Ruang Angsoka Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Imaniah, Mifta Dwi. 2014. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Tumor Cerebri.
Makalah.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa: Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Wulandari, Ismi. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Tumor Otak Di
Ruang Syaraf RSUP Dr. M Djamil Padang. Diploma Thesis, Poltekkes Kemenkes Padang.
Yueniwati, Yuyun. 2017. Pencitraan Pada Tumor Otak: Modalitas dan Interprestsinya.
Malang: UB Media.