Anda di halaman 1dari 9

Kebutuhan Air Bersih Di Daerah Pesisir Pantai

Ainun Salsabila Bahtiar1

Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, juga manusia selama


hidupnya selalu memerlukan air. Dengan demikian semakin naik jumlah
penduduk dan laju pertumbuhannya semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-
sumber air (Andi Susilawaty, Munawir Amansyah & Nildawati, 2016).

Menurut Eko Budi Kuncoro, Air merupakan suatu senyawa kimia


sederhana yang terdiri atas 2 atom hidrogen (H) dan 1 atom Oksigen
(O). Air mempunyai ikatan Hidrogen yang cenderung bersatu padu untuk
menentang kekuatan dari luar yang akan memecahkan ikatan-ikatan ini. Unsur
dengan lambang H2O ini mempunyai Beberapa manfaat diantaranya sebagai
pembangkit listrik, sumber irigasi dan penyedia cairan bagi tubuh. Sumber air di
alam terdiri atas air laut, air atmosfir (air metereologik), air permukaan, dan air
tanah (Sutrisno, 2004).

Namun, permasalahan umum yang banyak terjadi adalah kebutuhan akan


air bersih. Air ini pula yang menyebabkan bumi Nampak sebagai bola yang bulat
sempurna. Air telah menutup daratan bumi yang rendah, secara otomatis air ini
membentuk kumpulan dan selalu bergerak menuju tempat yang lebih rendah.

Saat ini masih banyak masyarakat yang kekurangan air bersih khususnya
masyarakat di pesisir pantai. Salah satu penyebab kurangnya air bersih adalah
masalah pertambahan penduduk yang semakin hari semakin bertambah, pulau
adanya pertumbuhan penduduk yang sangat pesat maka kebutuhan air bersih juga
semakin meningkat. Hal inilah yang menyebabkan pelayanan air bersih masih
sangat terbatas, karena itu pemerintah harus melakukan pembangunan untuk
sarana dan prasarana air bersih demi menunjang hajat hidup masyarakat.

1
Mahasisiwa Departemen Teknik Kelautan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

1|Page
Pengadaan air bersih di Indonesia untuk Skala yang besar masih
dipusatkan di daerah perkotaan, yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum
atau biasa disebut dengan PDAM yang jumlah masih dikatakan relatif kecil. pada
daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih PDAM Mereka cenderung
masih menggunakan air dari sumur, air hujan ataupun air sungai. Hal ini
berpotensi menimbulkan dampak negative bagi masyarakat yang masih
memanfaatkan air dari sumur maupun sungai. Dampak negative tersebut berupa
penyakit, ada berbagai macam penyakit yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan
air yang kurang bersih contohnya penyakit kulit. Harusnya, pembangunan yang
dilakukan pemerintah harus dilakukan secara merata di semua daerah yang ada di
Indonesia baik yang berlokasi di Perkotaan maupun yang terletak di pedesaan agar
tidak terjadi kesenjangan social diantara masyarakat (Satmoko Yudo & Taty
Hernaningsih, 2006).

Daerah pesisir merupakan daerah yang berpotensi untuk dikembangkan


misalnya sektor perikanan, transportasi laut dan sebagi destinasi liburan. Dapat
dikatakan bahwa daerah pesisir memiliki potensi ekonomi yang lebih tinggi Maka
dari itu pemerintah harus diadakan fasilitas yang memadai di daerah pesisir
seperti pengadaan air bersih, listrik, transportasi darat dan bidang kesehatan
dikarenakan hal-hal seperti itu masih jarang ditemui di kawasan pesisir ( Satmoko
Yudo & Taty Hernaningsih, 2006).

Pada dasarnya, kebutuhan akan air bersih merupakan permasalahan yang


sampai sekarang masih belum terselesaikan. Air bersih harusnya dapat dirasakan
bagi seluruh masyarakat agar tercipta lingkungan hidup yang bebas dari penyakit.
Pemerintah seharusnya tidak selalu berfokus pada pembangunan infrastruktur di
padat penduduk. Pikirkanlah permasalahan yang dialami oleh masyarakat lain
yang tidak bertempat tinggal di wilayah tersebut.

Salah satu pertanyaan utama dalam masalah kebutuhan air bersih ini
adalah, Langkah apakah yang paling strategis dalam menyelesaikan permasalah
kebutuhan akan air bersih ini ?

2|Page
Pembahasan

Sekitar tujuh persen area daratan muka bumi ini terdiri atas pulau-pulau
kecil. Dari jumlah tersebut Indonesia berkontribusi besar terhadap jumlah pulau-
pulau kecil di dunia, tidak kurang dari 17.000 pulau-pulau kecil (Tahir, 2010).
Karakteristik pulau-pulau kecil tersebut menyebabkannya menjadi salah satu
kawasan yang rentan (vurnerable). Kerentanan (vurnerability) merupakan salah
satu aspek yang mendapat perhatian banyak pihak. Negara-negara kelompok
Small Island Development State (SIDS) memberikan perhatian yang serius
terhadap kajian kerentanan pulau-pulau kecil (SOPAC, 2005). Mereka bekerja
secara kontinyu mengembangkan indeks kerentanan lingkungan dan indeks
lainnya yang menggambarkan status negara-negara kepulauan (Tahir, 2010).

Akses terhadap air bersih di Indonesia merupakan salah satu masalah


terbesar. Masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat karena terbatasnya
sumber daya air dan permasalahan kuantitas air yang terbatas sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat (Asnawati, 2012).
Wilayah pesisir merupakan salah satu wilayah yang tergolong sering mengalami
kesulitan untuk mengakses air bersih. Wilayah pesisir adalah daerah peralihan
antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di
laut (Pramushinto dan Ma’rif, 2013).

Air merupakan salah satu elemen dasar dan sangat dibutuhkan bagi
kehidupan manusia, mengingat kegunaan air untuk berbagai kegiatan manusia
atau “multi-purpose project”, seperti mandi, minum-memasak, pembangkit listrik
dan sebagainya. Namun, dalam pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan air bersih
ini tidak dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan
data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (2007), sekitar 21,1% dari jumlah
rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air bersih. Hal ini tentunya juga
bertentangan dengan salah satu tujuan yang tercantum dalam Millenium
Development Goals (MDGs), yaitu “Ensure Environmental Sustainability”
dengan salah satu sasarannya, yaitu mengurangi setengah dari total populasi yang
hidup tanpa akses terhadap air dan sanitasi berkelanjutan (Dian Saniti, 2012).

3|Page
Kabupaten Bulukumba sebagai salah satu daerah pesisir dengan
ketersediaan air bersih yang minim. Kabupaten Bulukumba adalah salah satu
kabupaten yang berada di provinsi Sulawesi Selatan yang luas wilayahnya sekitar
1.154,67 km2 yang terdiri dari 22,22% daerah pantai, 0,79% daerah lembah,
15,87% daerah perbukitan, dan 61,60% merupakan dataran. Secara kewilayahan
kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi yaitu dataran tinggi
pada kaki gunung Bawakaraeng-Lompo Battang, dataran rendah, pantai dan laut
lepas.

Dari kondisi geografis Kabupaten Bulukumba yang terdiri dari 22,22%


daerah pantai tersebut memberi gambaran bahwa Kabupaten Bulukumba terletak
hampir di sepanjang pesisir pantai. Inilah yang membuat sebagian besar penduduk
Kabupaten Bulukumba yang bermukim di pesisir pantai memilih profesi sebagai
nelayan dan buruh rumput laut, yang mana kebanyakan dari nelayan ini adalah
nelayan yang berpendapatan rendah yang masih berada di bawah garis
kemiskinan. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan yang kuat mengapa nelayan
di sepanjang pesisir pantai ini memiliki akses air bersih yang rendah dan sanitasi
yang buruk.

Nelayan tersebut lebih memilih menggunakan air tanah (sumur) dibanding


mendapat pasokan dari PDAM dikarenakan biaya pemasangan yang relatif mahal.
Masalah yang selanjutnya timbul adalah adanya perubahan rasa, aroma, dan
warna air sumur di daerah pesisir Kabupaten Bulukumba akibat dari semakin
kecilnya daerah resapan air hujan dan semakin menipisnya kandungan air tanah
akibat pembangunan berkelanjutan yang tanpa batas. Yang mana sumur yang
mereka buat kebanyakan berair asin (payau), memiliki aroma yang tidak enak dan
berwarna kekuningan karena dekat daerah pantai (M. Asraf Syafar, 2011).

Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat


penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni
mempunyai peranan dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya
yang berhubungan dengan air, dan berperan dalam meningkatkan standar atau
taraf/kualitas hidup masyarakat. Sampai saat ini, penyediaan air bersih untuk

4|Page
masyarakat diIndonesia masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang
cukup kompleks dan sampai saat ini belum dapat diatasi sepenuhnya. Salah satu
masalah yang masih dihadapi sampaisaat ini yakni masih rendahnya tingkat
pelayanan air bersih untukmasyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP)
No.14 tahun1987, maka pengelolaan sarana dan prasarana air bersihdiserahkan
kepada Pemerintah Daerah Tingkat I (propinsi), sedangkan pengelolaannya
dilakukan oleh Peusahaan Air Minum(PDAM) yang berada di bawah kendali
pemerintah DaerahTingkat II Kabupaten/Kotamadya (Nusa Idaman Said &
Satmoko Yudo).

Dalam upaya pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat, wilayah pesisir


merupakan salah satu wilayah yang mengalami masalah paling pelik. Pada
dasarnya, kesulitan masyarakat pesisir dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih
disebabkan ketidakmampuan pihak pengelola air bersih (dalam hal ini PDAM)
untuk memenuhi kebutuhan itu. Hal ini seringkali dikaitkan dengan permasalahan
ketersediaan (supply) air ataupun tekanan air yang tidak mampu untuk mencapai
suatu wilayah pesisir. Sebenarnya hal ini dapat diatasi dengan penyediaan sistem
air bersih secara komunal yang diusahakan oleh pihak masyarakat pesisir itu
sendiri, misalnya dengan memanfaatkan potensi air laut. Namun, hal ini terasa
sulit dijalankan tanpa adanya bantuan atau bimbingan dari pihak pemerintah atau
ahli karena terbentur dengan tingkat pendidikan serta pendapatan masyarakat.
Kondisi ini yang kemudian menyebabkan cukup banyak wilayah pesisir di
Indonesia yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih (Dian
Saniti, 2012).

Ketersediaan air bersih terkait erat dengan kondisi kependudukan di suatu


wilayah. Seperti yang dikemukakan oleh Hunter (2001), dinamika kependudukan
mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap ekosistem, termasuk yang
terkait dengan ketersediaan air. Tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduk
yang tinggi tentunya dapat berimplikasi terhadap akses untuk memperoleh air
bersih. Namun demikian, banyak sekali variabel antara (intervening variabel)

5|Page
yang menjembatani hubungan antara ketersedian air bersih dan penduduk, antara
lain teknologi, kebijakan, dan budaya (Mujiyani, Rachmawati & Hidayati, 2006).

Sistem penyediaan air komunal merupakan sistem penyediaan air bersih


yang mampu memproduksi air dalam kapasitas kecil dan dilakukan oleh individu
atau sekelompok orang (komunitas tertentu), bersifat eksklusif, dan tidak dapat
diakses oleh individu atau kelompok individu lain yang tidak termasuk dalam
suatu komunitas permukiman. Sistem penyediaan air komunal ini muncul karena
ketidakmampuan pihak pemerintah lokal daerah itu untuk memenuhi kebutuhan
air bersih dari masyarakatnya, sedangkan sistem penyediaan air individu di
wilayah tersebut juga sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan airnya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, langkah strategis dalam upaya


peningkatan air bersih dapat dilakukan dengan cara:

1. meningkatkan efisiensi penggunaan air yang tersedia, sistem-sistem


penyediaan air bersih yang telah ada umumnya terjadi salah penggunaan,
sehingga menyebabkan sejumlah besar air terbuang percuma;
2. meningkatkan sistem pendistribusian air untuk menurunkan jumlah air
yang hilang melalui penguapan dan perpipaan; memperbesar sumber-
sumber yang telah ada; mengembangkan sumber-sumber air baru;
3. transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dari kota atau daerah lain yang
telah berhasil atau mampu membantu mengatasi masalah krisis air bersi.
4. Perlu penguatan kelembagaan pengelolaan air, dalam hal ini PDAM, baik
di bidang sumber daya manusia maupun infrastruktur agar dapat
meningkatkan kinerjanya secara optimal.
5. melindungi daerah tangkapan air (water catchment area) dan sumber-
sumber lain dalam rangka memaksimalkan output air dan mencegah
fluktuasi yang tajam.
6. Pembangunan infrastruktur jaringan yang lebih luas oleh PDAM dalam
rangka penyediaan air bersih yang lebih merata. Hal ini diperlukan untuk
meningkatkan pasokan air bersih yang semula hanya sedikit menjadi lebih
besar, agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara optimal.

6|Page
7. Pembuatan sumur artesis dan penerapan sistem pemanenan air hujan (rain
harvesting) oleh pemerintah setempat, dengan membuat tampungan air di
rumah-rumah.

7|Page
Kesimpulan

Kebutuhann akan air bersih sangat perting bagi kelangsungan hidup


masyarakat. Namun, masih banyak daerah khususnya daerah pesisir yang
cenderung kekerungan ases air bersih. Factor yang mempengaruhi adalah
penghasilan dari penduduk yang rendah dan mereka lebih memilih menggunakan
air sumur yang masih memiliki kadar air laut.

Maka dari itu perlu adanya pemahaman kepada masyarakat bahwa


kebutuhan akan air bersih itu sangat penting. Dan juga perlu adanya bimbingan
pemerintah dalam upaya mengubah air laut menjadi air bersih guna untuuk di
minuum. Dan melalukan beberapa langkah dalam upaya meningkatkan air bersih
didaerah pesisir.

DAFTAR PUSTAKA

Nusa & Satmoko. Masalah dan Srategi Penyediaan Air Bersih di Indonesia.
https://www.academia.edu/12270242/BAB_3_-
_MASALAH_DAN_STRATEGI_PENYEDIAAN_AIR_BERSIH_DI_INDONE
SIA .

Syafar, M.Asraf.2011. Upaya Penanggulangan Penyediaan Air Bersih Di Daerah


Pesisir Studi Kasus Pesisir Pantai.
http://www.leutikaprio.com/main/media/sample/Sanitasi,%20Air%20dan
%20Kamu.pdfhttp://www.leutikaprio.com/main/media/sample/Sanitasi,%20Air
%20dan%20Kamu.pdf . (Diakses pada 2011).

Andi, Munawir & Nildawati.2016. Kerentanan Ketersediaan Air Bersih Di


Daerah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Sulawesi Selatan Indonesia.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-Sihah/article/download/2666/2518
(Diakses pada Desember 2016)

8|Page
Saniti, Dian.2012. Penentuan Alternatif Sistem Penyediaan Air Bersih
Berkelanjutan Di Wilayah Pesisir Muara Angker.
http://journals.itb.ac.id/index.php/jpwk/article/download/4126/2212 (Diakses pada
Desember 2012)

Satmoko & Taty.2011.Kebutuhan Air Bersih Masyarakat di Daerah Pedesaan


Nelayan. http://ejurnal.bppt.go.id/ejurnal2011/index.php/JAI/article/view/65/30
(Diakses pada 2011)

Alihar, Fadjri.2018.Penduduk Dan Akses Air Bersih di Kota Semarang.


http://ejurnal.kependudukan.lipi.go.id/index.php/jki/article/download/306/ppd
(Diakses 1 Juni 2018)

Melinda, Herlina & Ekawaty. Uji Kualitas Air Sumur Gali Di Wilayah Pesisir
Pantai. http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/download/10882/10759
(Diakses pada 2015)

9|Page

Anda mungkin juga menyukai