Anda di halaman 1dari 3

INTRODUCTION

Indonesia dan banyak negara lain di dunia masih berperang melawan virus COVID19.
Virus COVID-19 ini adalah virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-
2) yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan. Virus ini menyebar melalui droplet
penderita COVID-19 yang menempel di berbagai tempat umum dan tidak sengaja disentuh oleh
orang yang kondisi tubuhnya sedang tidak sehat atau sistem imun nya lemah. Penyebaran virus
ini sangatlah cepat dan mudah hingga memakan banyak korban di dunia.1 Gejala bisa berupa
batuk, pilek hingga mencapai pada masalah yang serius seperti adanya MERS (Middle East
Respiratory) dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) (Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI, 2020). WHO sejak
Januari 2020 telah menyatakan bahwa dunia masuk ke dalam darurat global terkait virus ini.1,2
Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai penularan Covid-19 agar
tidak menimbulkan sumber penularan baru pada tempat-tempat dimana terjadinya pergerakan
orang. Masyarakat harus dapat beraktivitas kembali dalam situasi pandemi Covid-19 dengan
beradaptasi pada kebiasaan baru yang lebih sehat, lebih bersih, dan lebih taat, yang dilaksanakan
oleh seluruh komponen yang ada di masyarakat serta memberdayakan semua sumber daya yang
ada. Peran masyarakat untuk dapat memutus mata rantai penularan Covid-19 harus dilakukan
dengan menerapkan protokol kesehatan, yaitu: 1) selalu cuci tangan; 2) menghindari menyentuh
wajah; 3) menggunakan masker; 4) jaga jarak; 5) merapkan etika batuk dan bersin; 6) isolasi
mandiri; 7) menjaga kesehatan.2
Kota Makassar merupakan salah satu wilayah yang menjadi zona dengan tingkat
penularan Covid-19 yang cukup tinggi (Satgas Covid, 2020). Kondisi wilayah Kota Makassar
yang merupakan salah satu ibu kota negara tentu memiliki posisi strategis dengan mobilitas
warga yang cukup tinggi sehingga kota ini memiliki kondisi yang cukup rentan dalam penularan
Covid-19. Menanggapi hal tersebut, masyarakat Kota Makassar perlu untuk memiliki kesadaran
dan kebiasaan dan pola hidup bersih di masa pandemi ini. Hal ini tentu diperlukan adanya upaya
yang besar untuk menanggulangi penularan Covid-19.
Wilayah yang cukup terdampak dari adanya Covid-19 yaitu Kelurahan Bulogading.
Secara geografis, Kelurahan Bulogading terletak di Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan
Pattunuang Kecamatan Wajo, Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Maloku Kecamatan
Ujung Pandang, Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Baru Kecamatan Ujung Pandang,
serta Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Lae-Lae kecamatan Ujung Pandang. Keadaan
demografi Kelurahan Bulogading terdiri dari atas 4 RW dan 14 RT dengan luas wilayah 0,23
Km². Di Kelurahan Bulogading, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar terdapat 2.791 jiwa
yang terdiri atas 1.286 jiwa laki-laki dan 1.505 jiwa perempuan.
Tingkat penularan Covid-19 yang masih cukup tinggi khususnya di wilayah Makassar
menjadi perhatian untuk segera dilakukan upaya yang dapat membantu masyarakat agar waspada
dan terhindar dari Covid-19. Masih minimnya tingkat kesadaran dan pola kebersihan masyarakat
menjadi salah satu faktor penyebab tingginya penularan Covid-19. Faktor yang menjadi
pendukung penularan covid-19 seperti (1) masyarakat belum terbiasa menerapkan disiplin
protokol kesehatan Covid-19, (2) wawasan pengetahun masyarakat tentang pola pencegahan
Covid-19 masih perlu ditingkatkan sehingga perlu adanya sosialisasi yang maksimal melalui
berbagai cara maupun platform, dan (3) masyarakat masih terbatas dalam mengunakan fasilitas
pelindung diri seperti contohnya penggunaan masker kain ketika beraktifitas di luar rumah.
Data Covid-19 dari website Makassar Recovery yang terjadi di kecamatan Ujung
Pandang Kota Makassar yakni 395 orang dengan status suspek dan 817 dengan status konfirmasi
positif Covid-19 per selasa, 29 Juni 2021. Berdasarkan data tersebut, mahasiswa FKM Unhas
melakukan PBL III yang merupakan suatu proses belajar lapangan bagi mahasiswa untuk
memberdayakan masyarakat di suatu wilayah dengan melakukan beberapa kegiatan intervensi
setelah untuk menangani masalah kesehatan yang ditemukan pada PBL 1, melakukan intervensi
fisik ataupun non fisik di PBL II serta melakukan evaluasi di tahap akhir yakni PBL III. Kegiatan
intervensi ini merupakan kegiatan untuk membantu memberikan solusi dalam penanganan
masalah kesehatan yang telah diidentifikasi sebelumnya. Evaluasi intervensi fisik yakni dengan
melakukan pengamatan langsung pada hasil intervensi yang telah dilakukan saat PBL II.
DAFTAR PUSTAKA
1. Atmajanti CI, Richtiara GC, Kahirunnisa K, dkk. EDUKASI PROTOKOL
KESEHATAN NEW NORMAL DAN PENGENALAN DUNIA BISNIS DI TENGAH
PANDEMI COVID-19 MELALUI MEDIA SOSIAL. Jurnal Layanan Masyarakat
(Journal of Public Service), vol 4 no 2 Tahun 2020, halaman 472-478.
2. Listina, O, dkk. (2020). Edukasi Corona Virus Desease 19 (Covid-19) Melalui
Penyebaran Poster.
3. Rosidah A, Khasanah BA, Kayis R. MENINGKATKAN KESADARAN
MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN COVID-19 MELALUI VIDEO
EDUKASI PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN. Jurnal ilmiah pengabdian
kepada masyarakat. 2020; 4(2): 414-8.
4. Satuan Tugas Penanganan Covid-19. (2020). Data Covid-19.
5. WHO. (2020). Anjuran Mengenai Penggunaan Masker dalam Konteks COVID-19.

Anda mungkin juga menyukai